Anda di halaman 1dari 4

Dr. Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si.

Anggota Komisi I DPR RI, Fraksi Hanura

Dalam Politik,
Lelaki dan Perempuan

Sama Saja

Siang itu langit Jakarta, masih menyisakan mendung gelap karena


habis hujan, dan seperti biasa jalan macet. Hari itu INTEGRITAS
sudah berjanji bertemu Dr Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati,
M.Si, di rumahnya, Jalan Seopomo, Manggarai, Jakarta-Selatan.
Jangan heran Mas melihat rumah saya yang kecil ini, ucapnya
membuka percakapan, lalu tersenyum.
INTEGRITAS - Mei 2013

49

POLITISI
Siang itu langit jakarta, masih
menyisakan mendung gelap karena
habis hujan, dan seperti biasa jalan
macet. Hari itu INTEGRITAS sudah
berjanji bertemu Dr. Susaningtyas
Nefo Handayani Kertopati, M.Si,
dirumahnya. Dengan ramah yang
empunya rumah mempersilahkan
kami menyantap makan siang yang
sudah disiapkan.
Saya sudah lama tinggal dirumah
ini tidak mewah tapi nyaman meski
penuh buku. Saya tidak pernah
menempati rumah dinas DPR sejak
jadi anggota DPR tahun 1999.
Di sela waktu aktivitasnya sebagai
politisi, yang biasa disapa Mbak
Nuning ini selalu menyempatkan diri
membaca, berdiskusi, dan menulis.
Bagi susaningtyas, itu ibaratnya
sudah menjadi refleks. Tujuan
saya menjadi anggota DPR pun
karena saya memang ingin memberi
kontribusi pemikiran kepada bangsa
dan negara. Sebab, politisi itu sifatnya
pengabdian untuk bangsa dan negara.
Dan cara berpikir seorang politisi
pun harus berlandaskan argumentasi
yang mendidik. Maka, tak aneh
setiap pertanyaan yang ditujukan ke
Nuning selalu dijawab dengan kritis
dan menididik.

2004). Ia keluar dari PDIP dengan


baik-baik lalu bergabung dengan
Partai Hanura. Hubungannya dengan
Megawati Soekarnoputri, Ketua
Umum PDIP, sampai sekarang masih
baik. Kalau Idul Fitri saya masih
bersilaturahmi ke kediaman beliau.
Nuning menjelaskan.

Peremupuan Harus Tingkatkan


Kualitas Intelektual
Ditanya
tentang
keterlibatan
perempuan dalam politik, ia
menyatakan tak terlalu menganggap
penting terhadap jatah 30 persen
bagi perempuan dalam kepengurusan
partai maupun di DPRD dan DPR,
seperti yang ditentukan UndangUndang Pemilu, dengan alasan
partisipasi gender. Jujur saja, secara
pribadi saya kurang setuju. Alasannya,
adanya syarat 30 persen itu tentu
akan mengotak-kotakkan lelaki dan
perempuan, dan upaya afirmatif
ini membuat perempuan dianggap
lemah,
ujarnya.
Susaningtyas
memberi contoh, ada seorang
perempuan yang sedang bertarung
di pilkada memperebutkan kursi
Bupati Perempuan tersebut menang
karena memang dia unggul, cerdas,
memiliki visi misi pembangunan
daerah yang bagus. Hal ini akan

terasa menyakitkan bila dikatakan


dia menang karena itu jatah gender
(perempuan).
Susaningtyas menegaskan, hendaknya jangan pernah menyebut
perempuan sebagai kaum yang
lemah. Jika perempuan terjun
kedunia politik maka perempuan
harus
mempersiapkan
kualitas
kepemimpinan politiknya. Dan kalau
ingin menang dalam pertarungan
politik maka perempuan harus
menjadi pribadi yang berintelektual
tinggi, pekerja keras, dan memiliki
visi misi. Kalau tak mempersiapkan
diri, ya wajar saja kalah. Jadi, jangan
semata-mata salahkan laki-laki.
Selama ini ia sedih jika melihat banyak
perempuan cerdas dan memiliki
kualitas politik ingin menjadi anggota
DPR tapi cita-citanya kandas ditengah
jalan. Alasannya mereka tak memiliki
uang cukup untuk dari proses
pencalegan sampai kampanye. Mereka
adalah orang-orang yang idealis
dan memiliki semangat perubahan.
Andaikan saja saat ini saya seorang
miliader saya pasti akan membiayai
orang-orang pintar yang mempunyai
semangat perubahan untuk menjadi
anggota DPR, ucapnya, tertawa.

Sehari-hari, ia selalu akrab dengan


masalah
pertahanan,
intelijen,
komunikasi, dan informasi. Di
parlemen, Susaningtyas termasuk
anggota DPR perempuan yang
memahami betul masalah intelijen,
pertahanan
dan
keamanan.
Pemahamannya yang mendalam
tentang bidang intelijen, pertahanan
dan keamanan itu kemudian
dibukukan,
Komunikasi
dalam
Kinerja Intelijen Keamanan, yang
sudah beredar di toko buku. Sebelum
menjadi anggota DPR dari fraksi
partai hanura, Susaningtyas adalah
anggota DPR dari PDIP (1999-

50

INTEGRITAS - Mei 2013

Bersama Presiden SBY menerima kunjungan PM Thailand

Bersama Kapolri Jenderal Pol. Timur Pradopo

Di tengah situasi keperihatinan ini ia


hanya bisa berdoa dan tetap bermimpi
suatu saat kita memiliki anggota DPR
yang cerdas dan memahami betul
persoalan negeri ini. Bukan anggota
DPR yang tak memiliki konsep dan
mencari kekayaan semata. Tentu juga
bukan anggota DPR yang korup.
Dalam kaitan itu ia menyarankan,
proses perekrutan caleg oleh partai
seharusnya selektif dan memiliki
mekanisme yang jelas agar setelah
menjadi anggota DPR mereka
mengerti tugas dan agenda politik
yang akan dijalankan.

Dengan Kapolri Jenderal Polisi


Timur Pradopo dan Istri

Lantas, saat ini berapa persenkan


anggota DPR yang berkualitas?
Wah, saya tak mau menjawab
pertanyaan itu, biar saja publik yang
menilainya. Nanti kalau saya jawab
bisa dibilang sok tahu. Dari 560
anggota DPR, Anda tahu berapa
jumlah anggota DPR kita yang
perempuan? Dan berapa orang dari
perempuan itu yang berkualitas? Nah,
itu tugas anda selanjutnya untuk
memberitakannya supaya perempuan
yang berkualitas semakin banyak yang
menigisi parlemen kita, katanya.

Ia menilai, LSM asing yang ada di


Indonesia saat ini makin tumbuh
subur, sementara aturan yang
mengikat dan jelas mereka belum
ada, apalagi sistem kontrolnya.
Ketika ada masyarakat sipi yang
menjadi korban pelanggaran HAM,
LSM yang bergerak di bidang HAM
berteriak lantang. Sementara, ketika
ada anggota TNI-Polri yang menjadi
korban kekerasan bahkan sampai
meninggal, tak ada yang berteriak.
Komnas HAM pun terkesan diam
seribu bahasa. Jujur saja, dalam
konteks ini saya sangat miris. Seolaholah bila anggota TNI-Polri yang
meninggal itu tak mempunyai nilai
HAM dan dianggap seperti nyamuk
saja, katanya.
Soal RUU Keamanan Nasional
(Kamnas), Susaningtyas mengatakan,
keberadaan UU Kamnas memang
untuk menjamin keamanan negara.
Namun, ada beberapa definisi dan
pasal dari RUU itu yang masih
harus diperbaiki/direvisi. Sebab, jika
pasal-pasal itu diloloskan justru bisa
berakibat terjadi pelanggaran HAM.
Harus direvisi untuk kebaikan kita
bersama. Cetusnya.
Mengenai isu banyak RUU titipan

asing yang jika menjadi undangundang


banyak
merugikan
kepentingan
bangsa
sendiri,
Susaningtyas menjawab, Sebaiknya
kita tak usah terlalu mendramatisir.
Saya pikir, kalau kita terjebak
dalam isu itu, yang terjadi adalah
pembodohan saja.
Nuning beranggapan untuk kita tidak
terjebak dalam pengaruh asing atau
suatu kepentingan politik tertentu
maka anggota DPR bukan saja
perempuannya harus meningkatkan
kapasitas intelektual mereka.
Dalam kaitan itu ia kembali
mengingatkan pentingnya proses
perekrutan anggota DPR yang
dilakukan oleh partai. Kalau partai
merekomendasikan seorang kader
menjadi anggota DPR dan yang
bersangkutan memang berkualitas
maka anggota DPR itu pasti sangat
berkualitas dalam merumuskan RUU
menjadi Undang-Undang. Jadi, tidak
perlu terlalu jauh membicarakan isu
kepentingan asing dalam pembahsan
RUU.
Mengenai masalah reformasi di tubuh
polri, khusunya berkaitan dengan
kasus Irjen Polisi Djoko Susilo,

INTEGRITAS - Mei 2013

51

POLITISI
Susaningtyas mengatakan, kejadian
itu memang jelas mencoreng institusi
Polri. Polri harus terus melakukan
reformasi supaya menjadi profesional.
Tidak perlu memperdebatkan posisi
Polri di bawah presiden atau bukan.
Biarlah mereka melakukan proses
reformasi, sebab proses reformasi itu
memang butuh waktu.
Soal isu kecemburuan TNI terhadap
Polri, juga harus diselesaikan.
Menurut dia, tantangan dan tugas
TNI-Polri sangat berat. Ke depannya,
TNI tak hanya disibukkan oleh
latihan fisik dan dan latihan tempur,
tapi juga harus menjadi tentara yang
berkelas intelektual sehingga mampu
bersaing di dunia internasional.
Demikian pula Polri sebaiknya
mereformasi diri untuk juga menjadi
aparatur negara yang mempunyai jiwa
mengedepankan proses hukum tanpa
tebang pilih. Jelas, kesejahteraan
TNI-Polri harus terus ditingkatkan,
terutama prajurit yang bertugas
diperbatasan, karena hanya dengan
begitulah TNI-Polri yang profesional
dapat diwujudkan.
Negara kita juga memang membu-

tuhkan intelijen yang berkualitas dan


cakap dalam mengumpulkan data.
Dalam sejumlah kejadian, intelijen
kita masih terkesan lemah dalam
kecepatan mengumpulkan data
dan informasi. Selain itu, mungkin
saja ada laporan dari intelijen dari
bawah yang sudah akurat tapi setelah
laporan itu sampai keatasaannya
tidak ditanggapi secara serius.
Dalam konteks ini, yang salah bukan
bawahannya, melainkan atasannya
karena atasannya mengabaikan tugas.
Untuk itulah dalam perekrutan
intelijen perlu perbaikan SDM.
Seorang pegiat intel harus mempunyai
rasa ingin tahu yang kuat, ketepatan
analisis sehingga proses pengambilan
keputusannya bagus dan akurat.
Tugas intelijen bukan sekedar menjadi
mata-mata tapi juga harus berperan
dalam pendidikan dan mengantisipasi
perpecahan negara.
Tugas Intelijen itu kan mengumpulkan data dan informasi, jadi
memang cara kerjanya juga tak
jauh beda dari profesi wartawan.
Terkadang, justru wartawan cara
kerjanya melebihi kerja intelijen yang

sebenarnya, ucapnya, dan lagi-lagi


tertawa.
Ketika disinggung soal pencalonan
Wiranto sebagai capres 2014 oleh
Hanura, sebagai kader dan pengurus
DPP Susaningtyas menyatakan siap
bekerja keras memenangkan Wiranto.
Menurut dia, sekalipun dari kalangan
militer, bukan berarti Wiranto tidak
bisa bersikap demokratis. Jadi salah
besar, jika ada yang mengatakan
seorang capres dari mantan kalangan
militer tak bersikap demokratis.
Saya mengenal baik beliau cukup
lama, lebih dari 15 tahun. Sebelum
bergabung dengan Partai Hanura pun
saya sudah mengenal Pak Wiranto.
Jadi, saya paham betul karakter
beliau, dia sangat demokratis.
Wiranto sangat disiplin dan punya
karakter yang kuat karena dunia
militer mengajarkan disiplin yang
tinggi. Masalah antidemokrasi itu
hendaknya tidak dilihat dari latar
belakang seseorang. Bahkan, seorang
Kiai atau seorang Pendeta pun belum
tentu dijamin bersifat demokratis,
kata Susaningtyas. Jadi tentu harus
lihat karakter dan kepribadiannya.
Hendrik

Dr. Susaningtyas Nefo Handayani


Kertopati, M.Si adalah anggota DPR
dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat
(Hanura). Sebelumnya, sejak 1999
hingga 2004, ia anggota Dewan dari
PDI Perjuangan dan pernah menjadi
pemimpin fraksi (sekretaris, wakil
bendahara). Ketika di Fraksi PDIP,
Nuning ditempatkan Komisi 1 yang
membidangi politik, Luar Negeri, Polri/TNIHankam lalu
dipindah ke Komisi IX yang membidangi masalah keuangan,
moneter dan perbankan, dan terkahir di Komisi VIII yang
membidangi masalah lingkungan hidup dan energi.
Pada 2009 Susaningtyas menjadi anggota DPR dari Partai
Hanura dan bertugas di Komisi 3 (hukum dan hak asasi
manusia) hingga 2010. Kini ia duduk di Komisi 1 (pertahanan,
intelijen, luar negeri, komunikasi dan informaso). Selain

52

INTEGRITAS - Mei 2013

menjabat kursi Sekretaris Fraksi Hanura MPR, ia juga adalah


anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSP), anggota
Grup Kerja Sama Bilateral Parlemen Cina. Sedangkan di DPP
Hanura, jabatannya adalah Ketua Bidang Pertahanan dan
Kominfo.
Perempuan kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1964, ini meraih
gelar sarjana kesejahteraan sosial dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas indonesia (FISIP UI), S-2 dari
pascasarjana Ilmu Komunikasi UI, dan gelar Doktor Ilmu
Komunikasi dari universitas Padjajaran, Bandung.
Selain berkiprah di parlemen, ia juga aktif menulis dan
menjadi pengamat di bidang komunikasi politik dan intelijen.
Tulisannya sudah dimuat di sejumlah media massa.
Buku Komunikasi dalam Kinerja Intelijen Keamanan adalah
buku pertamanya yang diterbitkan, disusun berdasarkan
disertasinya.

Anda mungkin juga menyukai