Anda di halaman 1dari 3

TRANSKRIP WAWANCARA

Pewawancara: Disini kami mau wawancara bapak tentang masalah demokrasi dan
penegakan hukum di indonesia beserta solusinya pak, terutama pada
permasalahan pemilu yang ada di indoesia. Kebanyakan pemilu di indonesia
itu kan membutuhkan uang yang banyak dan politik uang. Untuk para calon
biasanya mereka tidak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu untuk
kampanye, kebanyakan dari mereka biasanya berhutang. Jika mereka terpilih
apakah visi mereka akan mengembalikan hutangnya atau menjalankan
visinya untuk kepentingan rakyat, menurut bapak bagaimana?
Narasumber: Sebenarnya didalam masarakat kita sudah sering terjadi ada kampanye pemilu
itu yang mau tidak mau menggunakan uang memang kampanye itu tidak
mungkin tidak menggunakan uang. Hanya salahnya kadang kadang para
politisi yang mau dipilih itu membagi uang seperti menyuap pada para
pemilihnya agar mau memilihnya saat pemilu,hal ini kan sering terjadi
sebenarnya siapa yang salah? Pemilu ini kan diadaptasi dari bagaimana dulu di
negara kita itu orang memilih kepemilihan langsung lewat pemilihan lurah ,
nah pemilihan lurah itu memang sudah membudaya dan memang disana
kadang-kadang orang memilih karena diberi fasilitas kemudian nantinya
berubah menjadi orang membagi-bagi uang, untuk calon kalau tidak
mempunyai uang akhirnya berhutang. Untuk di negara-negara maju tidak ada
calon yang miskin atau semuanya bisa dikatakan jutawan atau orang yang
kaya, sehingga mereka tidak bermasalah jika kampanye mengeluarkan uang,
tapi di negara kita itu terbalik, orang yang ingin menjadi calon dpr misalnya,
tidak mempunyai uang lalu pinjam uang atau hutang, setelah terpilih lalu
terbeban membayar hutang atau tidak, sehingga nantinya akan terjerat hutang
dan akhirnya korupsi. Boleh dikatakan sebenarnya bahwa sistem seperti ini
salah, dalam arti kita menghendaki wakil-wakil rakyat itu kan harusnya jujur.
Tapi dengan yang sekarang merebak politik uang, akhirnya mereka terjerat dan
bukan ideal lagi menjadi pemimpin dan pembela rakyat. Persoalannya adalah
kita melihat pemilu menjadi jalur demokrasi yang baik atau tidak itu ya
masalahnya campur tangan dengan politik uang itu
Pewawancara: Sebagaimana sudah dijelaskan tadi para pemimpin melakukan korupsi dan
malah lebih fokus mengurusi urusan mereka sendiri itu menurut bapak
bagaimana ini?
Narasumber: Inilah kesalahan mereka, jika mereka tidak mampu ya jangan menjadi wakil
rakyat, sebenarnya akar permasalahannya kita tahu bahwa DPR itu wakil
rakyat tapi oleh masyarakat kita DPR itu dipandang sebagai pekerjaan, jadi
orang yang ingin menjadi DPR berpikiran bahwa dia mencari pekerjaan, dan
dalam pekerjaan itu kan kadang kadang ada kecurangan. Jika kida sadar bahwa
DPR adalah jabatan yang mulia dan bukan semacam pekerjaan jelas orang
tidak akan kesana. Banyak diberitakan calon yang tidak terpilih alhirnya

menjadi edan karena sudah terlanjur habis uangnya. Banyak yang berpikiran
jika sudah mendapat jabatan nantinya ia akan mengangsur hutangnya, ini
sudah salah sebenarnya. Harusnya dikembalikan bahwa nanti jika sudah
menjadi DPR harus berpikiran bahwa dirinya adalah wakil rakyat
Pewawancara: Menurut bapak cara membersihkan atau memberantas orang orang seperti
yang anda sebutkan tadi bagaimana?
Narasumber: Untuk membersihkannya sebenarnya dari pendidikan demokrasi di negara itu,
kita betul2 mengiginkan calon pemimpin yang baik dan semangatnya dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat
Kalau dari segi peraturan pemerintah adakah regulasi yang bisa menindak
mereka atau mengadakan penyidikan atau bagaimana?
Sebenarnya di negara kita ada partai politik, wakil rakyat juga disiapkan oleh
partai politik. Apakah partai politik kita itu betul betul ditujukan untuk rakyat
sehingga mereka mempersiapkan kadernya dengan baik dan sungguh
sungguh. Jika partai politik ditujukan untuk tujuan pribadi dan keinginan
kelompok tertentu itu sudah salah sebenarnya karna kita lihat ada gejala di
negara kita ini, karena jabatan karena kekayaan bisa mendirikan partai sendiri.
Setelah itu pengkaderan untuk kader partai itu seperti apa?
Pewawancara: Seperti yang bapak katakan pada awal tadi bahwa sistem pemilu sudah salah,
kira kira dari pihak pemerintah apakah bisa merumuskan regulasi agar bisa
memperbaiki sistem yang salah itu?
Narasumber: Sebenarnya pemerintah itu sudah baik, tetapi dalam prakteknya kadang kadang
terlihat ada yang tidak jujur. Untuk membasmi dan menumpas menghilangkan
sistem ini tidak gampang karenasudah menjadi budaya kita. Karena kita
mewarisi dari dulu yang kita lihat dan bukan budaya suap tapi budaya hulu
bekti sebenarnya ini semacam suap tapi ini dianggap wajar. Seharunya ada
sosialisasi kepada masyarakat kita agar mempunyai sistem yang baik, entah
kapan terjadi tapi kita berharap seperti itu.
Pewawancara: Untuk pendidikan demokrasi di indonesia apakah masih kurang?
Narasumber: Di dalam pendidikan demokrasi kita harus mau terbuka harus dan mau
dikritik, tetapi kenyataanya masyarakatkita dikritik sedikit saja sudah marah
marah . dalam budaya kita juga harus mau mengaku salah dan mau diawasi
oleh masyarakat. Jadi menurut saya demokrasi di indonesia masih sangat
kurang dan banyak perbaikan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Permasalahan Demokrasi dan Penegakan Hukum di Indonesia Beserta Solusinya
1. Kesimpulan Wawancara
Menurut bapak Albertus Istiarto, setidaknya ada lima akar permasalahan yang
menjadi pemicu bobroknya sistem pemilu politik di Indonesia, yaitu: (1)
Membudayanya pemberian upeti, suap, maupun politik uang di kalangan masyarakat
yang diadopsi dari sistem pemilihan langsung kepala desa/kelurahan yang telah
berlangsung sejak lama; (2) Jabatan-jabatan eksekutif dan legislatif dipandang sebagai
jabatan dan pekerjaan guna mencari nafkah, alih-alih sebagai wakil rakyat yang
tugasnya menjadi penyambung lidah rakyat; (3) Lemahnya pelaksanaan peraturan
pemerintah yang berkenaan dengan pemilu dan perpolitikan; (4) Visi dan misi partai
politik yang notabene adalah tempat kaderisasi bagi pemangku jabatan eksekutif dan
legislatif; (5) Pendidikan demokrasi yang masih sangat jauh dari kata ideal.
2. Saran
Kondisi perpolitikan Indonesia yang sudah sebegitu buruknya diakui sangat sulit
untuk dibenahi. Karena situasi ini telah berlangsung dan membudaya sejak lama.
Butuh usaha keras dan kesadaran penuh dari masing-masing individu untuk
menciptakan kondisi ketatanegaraan yang baik, utamanya bersih dari oknum-oknum
pemangku jabatan eksekutif dan legislatif yang tidak mengindahkan amanah maupun
peraturan yang berlaku. Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah memberikan
pendidikan demokrasi yang baik dan benar sejak dini. Karena jika kondisi masingmasing individu baik, maka akan baik pula kondisi negara. Selain itu, komitmen
pelaksanaan peraturan perundangan yang ada harus benar-benar diperhatikan. Karena
suatu kesalahan bukan saja terjadi karena tidak adanya peraturan, tetapi dapat juga
diakibatkan oleh pelaksana peraturan yang tidak sungguh-sungguh dalam
menerapkannya.

Anda mungkin juga menyukai