Anda di halaman 1dari 2

Berasal dari kata demos yang berarti rakyat serta kratos atau kratein yang memiliki arti kekuasaan,

memberikan pengertian dari Demokrasi yakni sebuah pemerintahan yang melibatkan seluruh rakyatnya
untuk turut dalam proses memerintah yang menggunakan perantaraan wakil rakyat, Apabila dilihat
melalui KBBI. Kemudian demokrasi juga memiliki definisi gagasan serta pandangan hidup yang
menggunakan persamaan hak dan kewajiban sebagai hal yang utama dan memperlakukan semua warga
negara dengan perlakuan yang sama. Diketahui bahwa Indonesia sudah melalui banyak sistem
pemerintahan yang telah dianutnya, namun sistem demokrasi inilah yang masih bertengger kuat
menjadi sebuah sistem pemerintahan dan berlangsung mulai dari era reformasi 1998 hingga saat ini
meskipun ada sejumlah kekurangan serta tantangan yang harus dihadapi. Di dalam demokrasi, hak yang
setara dimiliki oleh semua warga negara dalam proses mengambil keputusan dan mengizinkan warga
negara untuk berpartisipasi dalam pengembangan hukum baik secara langsung maupun melalui wakil
rakyat.

Meski terdengar mudah, nyatanya konsep dan pelaksaan demokrasi di Indonesia tentu pernah melalui
sebuah tantangan, terutama terlihat pada saat pencabutan larangan budaya Tionghoa pada saat mereka
mengekspresikan diri, kemudian penyalahgunaan kebebasan pendapat sebagai wujud dari identitas
kelompok tertentu untuk mengungkapkan penegasan mereka. Sehingga, hal tersebut membuat bangsa
Indonesia memiliki potensi untuk menghancurkan hakikat Demokrasi itu sendiri.

Dalam pelaksanaan demokrasi khususnya pada momen pemilu (pemilihan umum) dan pilkada
(pemilihan kepala daerah) kita semua tidak asing dengan kata golput. Golput sendiri berasal dari
penggabungan kata golongan putih yang artinya mereka tidak akan memberikan atau berpartisipasi
dalam mengeluarkan suara satu pun.

Ada sejumlah penyebab yang mana dianggap sebagai latar belakang terjadinya golput yang dilakukan
oleh segelintir masyarakat Indonesia, yakni pelaksanaan pemilu dan pemilihan kepala daerah tidak
memberikan hasil dan perubahan kepada kesejahteraan rakyat serta partai politik yang menunjukkan
turunnya kinerja mereka serta kader dan platform politiik yang kurang berkualitas dan politik yang
komitmennya lebih berpihak kepada kepentingan golongannya sendiri. Kemudian hal ini merembet dan
mengakar hingga sampai pada para pelaku dan elit politik yang moral serta integritasnya menurun dan
belakukan praktik korupsi untuk mementingan kedudukan posisi kekuasaannya ketimbang
mementingkan aspirasi dan suara rakyat. Dan yang paling 'kejam' adalah, kegiatan pemilu dan pemilihan
kepala daerah dianggap sebagai suatu event atau perayaan yang keberadaannya hanya untuk membuat
elit politik semakin meraup keuntungan.

Bawaslu sempat menemukan bahwa hasil tidak bisa diprediksi meski pelaksanaan pemilihan sudah
secara demokratus bahkan prosesnya semakin trasparan sehingga partisipasi masyarakat akan merosot
dan hal ini dianggap sebagai bentuk rakyat yang apatis dan dilatarbelakangi oleh kesejahteraan mereka
yang tak memberikan perubahan yang signifikan.

Kesimpulannya adalah, rakyat sudah merasa jenuh dengan apa yang sudah mereka percayakan dengan
memilih sosok wakil rakyat untuk menyalurkan aspirasi mereka namun sayangnya apa yang dilakukan
oleh pelaku atau elit politik malah sebaliknya, sehingga hal tersebut membuat kepercayaan rakyat
terhadap legislatif dan eksekutif menjadi menurun akibat anggapan kesejahteraan mereka tidak
berubah secara signifikan, apalagi ditambah dengan praktik korupsi yang dilakukan para elit politik untuk
mempertahankan posisi kedudukan dan kekuasaan mereka semakin menjatuhkan kepercayaan rakyat
hingga akhirnya memilih untuk melakukan tindakan golput.

untuk menangani terjadinya golput di antara rakyat dalam proses demokrasi, tentu tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Namun perlu diketahui, saya mengungkapkan ada sejumlah langkah yang
harus dilakukan apabila tidak ingin praktik golput kembali terjadi, yakni memperbaiki kualitas sosok
wakil rakyat dan elit politik dengan perlahan menghapuskan sistem korupsi untuk mempertahankan
jabatan mereka. Kemudian kepada wakil rakyat atau elit politik yang sudah terpilih dan dipercaya untuk
menyalurkan aspirasi tentu harus memegang sikap amanah dan perlahan mampu membuat perubahan
hingga kesejahteraan rakyat terpenuhi, dengan begitu kepercayaan rakyat terhadap sosok elit politik
dan wakil rakyat kembali meningkat dan angka golput bisa ditekan untuk turun.

Sumber referensi

Lasiyo, Reno Wikandaru, Hastangka, 2021. BMP Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111 Edisi 2
Cetakan Kedelapan, Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

Suyatno (2016), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Tantangan Demokrasi Lokal di Indonesia.
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review

Anda mungkin juga menyukai