P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan pioner dalam industri farmasi
Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika
perusahaan farmasi yang didirikan pertama kali di Hindia Timur. P.T. Kimia
Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk
Sejak berdirinya hingga sekarang ini P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah
1. Periode I (1957-1959)
Bandung
Mojokerto
di Yogyakarta
2. Periode II (1960-1968)
Bandung
4. Periode IV (1971-2001)
Peraturan Pemerintah Nomor 116 tahun 1971 yang berlaku sejak tanggal 19
Bhinneka Kimia Farma setelah melalui proses audit dinyatakan lulus untuk
16 Agustus 1971 sebagai P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. dengan akta
Pada periode ini tepatnya tanggal 28 Juni 2001 P.T. Kimia Farma
Farma (Persero) Tbk. dimana untuk privatisasi tahap I saham yang lepas
Karyawan dan Manajemen (KSKM) P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk., dan
perusahaan yaitu:
Sejak tanggal 4 Juli 2001 pula P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk.
tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187
tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini P.T. Kimia Farma
dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional,
yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas
suspensi, sirup, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-
satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk
sertifikat, yaitu: Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO (International
rifampisin, obat asli indonesia dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk
kontrasepsi Pil Keluarga Berencana (Pil KB). Unit produksi ini telah menerima
sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO (International
serta bedak. Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten
garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet
besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat
produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirup, dan
cairan obat. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
untuk tablet, krim dan kapsul serta ISO (International Organization for
Standardization) 9001:2008.
P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan berdiri pada tahun 1967
dengan nama Perusahaan Negara Farmasi (PNF) Radja Farma dan dulunya juga
pemerintah Indonesia. Pada tahun 1971 perusahaan ini berubah nama menjadi
P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. dan menjadi perusahaan cabang dari P.T. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Jakarta. Dengan adanya Surat Keputusan Direksi Nomor
14/DIR/VI/2004 pada tanggal 14 Juni 2004 maka P.T. Kimia Farma (Persero)
cabang Medan berubah menjadi P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.
Distribusi obat-obatan dikelola oleh Unit Logistik Sentral (ULS) yang berada di
Visi P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah: Komitmen pada peningkatan
informasi perusahaan.
1. Meningkatkan sinergi antar unit usaha dengan menggunakan salah satu unit
pemasaran yang lebih fokus dan perluasan cakupan daerah pemasaran yang
ada.
yang dilakukan sendiri, kerja sama dengan pihak luar ataupun melalui
akuisisi.
P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan berada pada jalan
Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Perusahaan ini berdiri di atas lahan
1. Ruang perkantoran.
Process Control/IPC).
8. Gudang etiket.
olahraga.
Konstruksi bangunan P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah
dibuat sesuai dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
dimana dinding dan langit-langit memilki permukaaan licin dan tidak terdapat
sambungan. Lantai dan dinding di dalam ruangan produksi dilapisi dengan epoksi,
pengaturan udara pada ruang produksi menggunakan Unit Pengatur Udara (Air
2.3.1 Struktur Organisasi P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan
jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil
di dalamnya mencakup tingkat manager sampai pada tingkat asisten manager dan
2. Betason-N® krim.
3. Betason® krim.
per botol).
10. Parasetamol 500 miligram tablet (kemasan 10 tablet per strip dalam 10 strip
13. Antalgin 500 mg tablet (kemasan 10 tablet per strip dalam 10 strip per kotak
konversikan per Bets (Batch) karena tiap produk memiliki ukuran Bets (Batch)
yang berbeda.
Inventaris (PPPI) memperhatikan stok bahan baku yang ada di gudang, stok
Setelah semua jumlah bahan yang diperlukan untuk produksi dihitung, maka
Pembelian ada dua cara yaitu: secara terpusat di Jakarta dan secara lokal di
Medan. Bagian pembelian ini akan memilih pemasok yang paling murah tetapi
Manager Plant. Dibuat tembusan satu lembar arsip pesanan ke bagian gudang agar
disiapkan tempatnya.
Bahan pesanan yang datang diterima oleh bagian gudang dimana bagian
yang diminta pada Surat Pemesanan dengan bahan yang akan diantarkan. Bahan
tersebut akan dikarantina dan diberi label kuning sementara bagian gudang
memenuhi syarat akan diberi label hijau disertai Hasil Pemeriksaan Laboratorium
(HPL). Jika tidak memenuhi syarat yang akan diberi label merah disertai Hasil
pemasok.
bagian produksi yang ditandatangani pimpinan. Pada Surat Perintah Kerja (SPK)
Bets (Batch), dan kapan obat tersebut diharapkan siap diproduksi. Surat Perintah
Kerja (SPK) dari Perencanaan Produksi dan Pengendalian Inventaris (PPPI) yang
Pengemasan Bets (Batch), Surat Perintah Pengeluran Bahan Baku (SPPBB) dan
Surat Perintah Pengeluran Bahan Kemas (SPPBK). Surat Perintah Kerja (SPK)
Obat jadi yang telah siap diproduksi dan dikemas kemudian dikirim ke
(Finished Pack Analysis) oleh petugas pengawasan mutu. Obat jadi tersebut akan
(PPPI) ke Unit Logistik Sentral (ULS) Jakarta, maka Perencanaan Produksi dan
Jakarta dan akan dilakukan stock opname. Pada bahan yang telah di stock opname
akan diberi label stock opname yang dituliskan tanggal dilakukan stock opname,
2.3.4 Produksi
awal, pengolahan sampai dengan menghasilkan obat jadi. Kegiatan produksi ini
dilakukan di area tertutup dan tidak berhubungan langsung dengan bagian gudang
ataupun perkantoran.
Produksi dan dilakukan Produksi sesuai dengan Prosedur Tetap (ProTap) yang
produksi. Laporan proses produksi memuat Sediaan, Nomor Bets (Batch), Besar
Bets (Batch), Tahapan Proses, Operator, Tanggal, Jam, Hasil, Pengawasan yang
menghasilkan suatu Bets (Batch) sediaan dan kualitas sediaan yang dihasilkan.
Laporan proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu tahapan
2. Dilakukan oleh pihak pengawasan mutu, antara lain: uji kekerasan, waktu
dihasilkan obat jadi. Obat jadi yang telah selesai dikemas, ditimbang dan dicatat
dilakukan Analisis Kemasan Akhir (Finished Pack Analysis). Obat jadi yang lulus
Jalur produksi krim terpisah dari jalur produksi yang lain dimana pada
jalur produksi ini terdiri dari beberapa ruangan. Ruangan tersebut telah
diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan Unit Pengatur Udara (Air
Handling Unit/AHU). Adapun ruangan pada jalur produksi krim terdiri dari:
a. Ruangan penimbangan.
b. Ruangan pencampuran.
dibersihkan setiap pagi hari sebelum digunakan dan sore hari sesudah
Mutu.
c. Ruangan pengisian.
d. Ruangan karantina.
Jalur produksi tablet terletak terpisah dari jalur produksi krim untuk
beberapa jalur. Ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan
a. Ruangan pencampuran.
ruang pengeringan.
b. Ruang pengeringan.
suhu 50oC sampai dengan 60oC selama 10 jam (tergantung pada bahan
pencampuran akhir.
karantina.
e. Ruang pencetakan.
bobot.
debu dan juga untuk disortir dari bentuk tablet yang tidak bagus atau
g. Ruang pengemasan.
dalam kotak yang setiap kotak berisi 10 strip atau blister. Setelah
Sediaan kapsul yang diproduksi oleh P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk.
salep dan tablet, jalur produksi Kapsul juga terletak terpisah untuk
selama kurang lebih 12 jam pada suhu 85oC. Setelah itu semua bahan
b. Ruang pencampuran.
d. Ruang sortir.
dari debu dan juga untuk disortir dari bentuk kapsul yang tidak bagus.
plastik. Tiap kantong berisi 250 kapsul dan 1000 kapsul dengan
pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar produk obat yang dihasilkan
yang paling penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar tiap obat
penggunaannya.
ditentukan.
Bahan baku dan bahan pengemas datang dari pemasok ke bagian gudang,
pemeriksaan:
pH.
2. Bahan pengemas.
atau Pengawasan Selama Proses (In Process Control/IPC) yaitu untuk mencegah
1. Bagian Produksi, yang menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta
1. Tablet: pemerian, kadar air, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif,
2. Kapsul: pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, waktu
bahan aktif.
mutu bahan baku atau produk berubah sepanjang waktu karena pengaruh berbagai
uji ulang, masa edar (tanggal kadaluarsa) bahan aktif atau produk.
pengujian dalam kemasan yang sama dengan kemasan obat yang dipasarkan.
1. Pengujian jangka panjang mutu produk obat untuk suatu jangka waktu yang
ditentukan, terbagi dalam beberapa interval: minimal setiap tiga bulan untuk
tahun pertama, setiap enam bulan untuk tahun kedua, serta selanjutnya
sekali setiap tahun dan dengan kondisi penyimpanan tertentu, misalnya suhu
hendaklah disimpan pada suhu yang lebih rendah, yang pada akhirnya akan
produk tersebut.
panjang dengan kelembaban yang sesuai, misalnya 40oC kurang lebih 2oC,
Pengolahan limbah yang ada di Industri P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Sumber limbah cair berasal dari air cucian atau bilasan di ruang
B = Bak penampung
C = Mesin pompa
D = Bak Netralisasi
E = Bak Aerasi I
F = Bak Aerasi II
G = Bak Sedimentasi
H = Bak Biokontrol
(D).
c. Pada Bak Netralisasi (D) bila perlu, ditambahkan air kapur untuk
e. Pada Bak Aerasi II (F) juga mendapat perlakuan yang sama dimana
(H).
Oxygen Demand) maka limbah cair yang telah diolah tersebut dapat
dibuang ke lingkungan.
produksi.
produksi.
Pemastian mutu merupakan suatu konsep luas yang mencakup semua hal
baik secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari
obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya, karena itu pemastian mutu mencakup Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ditambah dengan faktor lain di luar pedoman
ini seperti desain dan pengembangan produk. Sistem pemastian mutu yang benar
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan semua langkah
6. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum Kepala Bagian Manajemen Mutu
(pemastian mutu) menyatakan bahwa tiap Bets (Batch) produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan
peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan
pelulusan produk.
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar atau masa simpan
obat.
8. Tersedia prosedur inspeksi diri dan audit mutu yang secara berkala
11. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk.
13. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah bagian dari Pemastian
Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
Persyaratan dasar dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah:
telah ditetapkan.
2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
3. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam Cara Pembuatan Obat yang
4. Prosedur dan instruksi yang disetujui dan tempat penyimpanan serta sarana
5. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia.
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
10. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat.
11. Tersedia sistem penarikan kembali Bets (Batch) obat manapun dari
peredaran.
12. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik
Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purna waktu. Kepala Bagian Produksi dan
Bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam
produksi obat.
proses produksi.
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan
baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat.
kontruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam melaksanakan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai,
dan air maupun dari kegiatan di dekatnya. Apabila bangunan itu terletak pada
tempat yang tidak sesuai, tindakan yang efektif hendaklah diambil untuk
mencegah pencemarannya.
persyaratan berikut:
bahan lain serta resiko terlewatnya salah satu langkah dalam proses
produksi.
2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dari ruang
produksi obat.
1. Penerimaan bahan.
3. Ruang sampling.
6. Pengolahan.
8. Pengemasan.
12. Laboratorium.
(termasuk suhu, kelembaban dan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari Bets
Saluran air, uap dan udara bertekanan harus diatur dengan baik sehingga kualitas
buku catatan harian yang menunjukkan Tanggal, Waktu, Kekuatan, Nomor Bets
(Batch) produk dan Jumlah Produk yang Dihasilkan yang diolah dengan peralatan
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
memasuki area produksi, baik karyawan purna waktu, paruh waktu atau
yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian
kerja kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah
secara ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan
7. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang
bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai dia
sembuh kembali.
bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan
laboratorium, area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap
mutu produk.
2. Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi
yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari
area pembuatan.
standar sanitasi.
luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan
persyaratan sanitasi.
agen fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut
peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas dan label
terkait.
dipatuhi.
10. Segala praktik tidak higiene di area pembuatan atau area lain yang dapat
maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta
dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai,
2. Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi yang dicegah. Prosedur ini
persyaratan.
2.4.6 Produksi
ditetapkan dan memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
telah ditetapkan hendaknya dicatat pada Catatan Bets (Batch) dan bila perlu
2. Pada saat diterima harus diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label
memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan yang diberi label
4. Bahan awal yang mengalami kerusakan oleh suhu disimpan di tempat yang
5. Bahan awal yang mudah terurai atau menurun potensinya harus dinyatakan
suhunya diatur dan disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut.
dimusnahkan.
dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya harus
bahan yang dipakai, keandalan peralatan dan sistem serta kemampuan petugas
pelaksana.
dengan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap
2.4.6.3 Pencemaran
kualitas suatu produk, tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak
pembuatan obat yang tidak sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi dapat dikenali dengan Nomor Bets
(Batch) tertentu. Sistem penomoran ini hendaknya menjamin bahwa Nomor Bets
memakai Nomor Bets (Batch) yang sama selama periode tertentu yaitu paling
sedikit 10 tahun. Untuk Bets (Batch) yang diolah ulang hendaklah diberikan kode
dan produk jadi harus dilakukan dan didokumentasikan sesuai dengan prosedur
bahan awal, produk antara, dan produk ruahan yang ada di daerah penyerahan
2.4.6.6 Pengolahan
dahulu. Hendaklah tidak memasukkan bahan lain selain bahan untuk Bets (Batch)
yang sedang diolah tersebut. Pemantauan kondisi area pengolahan dan langkah
menggunakan suatu daftar periksa yang mencakup, antara lain: kondisi daerah
yang diambil untuk pemeriksaan. Hasil pengujian Pengawasan Selama Proses (In
keseragaman bobot untuk tablet dan kapsul, dilakukan beberapa kali selama
tablet.
2.4.6.8 Pengemasan
untuk menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang sudah dikemas.
memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari
yang dilakukan.
hendaklah diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa produk obat tersebut
sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat jadi
yang berasal dari satu Bets (Batch) pengemasan saja yang boleh di tempatkan
pada satu area. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada di
disimpan dalam rak khusus untuk karantina atau di tempat yang diberi tanda
Semua bahan hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah
pemeriksaan dan pemeliharaan. Semua bahan ini disimpan dengan jarak yang
lantai, dan dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan di luar gudang
diperbolehkan bagi bahan yang dikemas dalam wadah kedap yang mutunya tidak
terpengaruh oleh suhu, kelembaban dan faktor lainnya. Bahan yang mudah
disimpan hendaklah mempunyai kartu persediaan yang senantiasa dirujuk dan jika
Pengawasan mutu adalah bagian yang penting dari Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang
menghasilkan obat yang bermutu mulai dari saat obat dibuat sampai pada
distribusi obat jadi. Untuk keperluan tersebut harus ada suatu Bagian Pengawasan
menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan dengan mutu yang benar dan
jumlah yang ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tepat dan mengikuti
keamanannya.
awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi. Pengawasan mutu juga
serta penyimpanan spesifikasi yang berlaku dari tiap bahan dan produk termasuk
metode pengujiannya.
pengujian.
untuk pemeriksaan.
5. Meluluskan atau menolak tiap Bets (Batch) bahan awal, produk antara,
produk ruahan, dan obat jadi serta hal-hal lain yang telah ditentukan.
untuk didistribusikan.
7. Mengevaluasi stabilitas semua obat jadi secara berlanjut, bahan awal jika
awal dan obat jadi dipabrik berdasarkan data stabilitas yang ada.
10. Menyetujui penunjukkan pemasok bahan baku dan bahan pengemas yang
validasi.
ditemukan mengenai suatu Bets (Batch), dan bila perlu bekerjasama dengan
pada prosedur pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding ini
14. Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua contoh yang diambil.
16. Ikut dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam perusahaan.
17. Memberikan rekomendasi untuk pembuatan obat oleh pihak lain atas dasar
nilai mampu membuat obat yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang
untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya. Inspeksi diri ini hendaklah
dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi yang mampu
menilai secara objektif pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
1. Karyawan.
4. Peralatan.
5. Produksi.
6. Pengawasan mutu.
7. Dokumentasi.
Tim inspeksi diri ditunjuk oleh pimpinan perusahaan terdiri dari sekurang-
kurangnya tiga orang yang ahli dibidang yang berlainan dan paham mengenai
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Anggota tim dapat berasal dari
lingkungan perusahaan atau dari luar lingkungan perusahaan. Tiap anggota tim
merugikan atau masalah medis lainnya. Semua keluhan dan laporan hendaklah
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa Bets (Batch) atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai
tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek
seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan
2.4.10 Dokumentasi
dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan,
2.4.11.1 Umum
1. Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan atau analisis
memastikan bahwa prinsip dan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) diikuti.
farmasi yang memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2.4.11.4 Kontrak
dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak.
2.4.12.1 Kualifikasi
dengan kualifikasi. Jadi, kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi
produksi maupun sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam
atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja
merupakan identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan
fungsinya serta pemberian batasan nilai tertentu terhadap identitas atau sifat
tersebut.
1. Kualifikasi Desain.
spesifikasi yang diatur dalam ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik
sarana penunjang.
3. Kualifikasi Operasional.
mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan sebagai
4. Kualifikasi Kinerja.
yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan perlengkapan yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan.
yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan
dinilai menurut prinsip statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang
sudah beredar.