Anda di halaman 1dari 2

C.

Penatalaksanaan Hepatitis
1. Hepatitis A
Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif, yang terdiri dari bed
rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi kalori,penghentian dari pengobatan yang
beresiko hepatotoxic, dan pembatasan darikonsumsi alkohol. Sebagian besar dari kasus
hepatitis A virus tidak memerlukan rawat inap.Rawat inap direkomendasikan untuk pasien
dengan usia lanjut, malnutrisi,kehamilan, terapi imunosupresif, pengobatan yang
mengandung obat hepatotoxic,pasien muntah berlebih tanpa diimbangi dengan asupan
cairan yang adekuat,penyakit hati kronis/didasari oleh kondisi medis yang serius, dan apabila
padapemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan gejala-gejala darihepatitis
fulminan. Pasien dengan gagal hati fulminant, didefinisikan dengan onsetdari encephalopathy
dalam waktu 8 minggu sejak timbulnya gejala. Pasiendengan gagal hati fulminant harus
dirujuk untuk pertimbangan melakukantransplantasi hati.
2. Hepatitis B
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas. Pembatasanaktivitas fisik
seperti tirah baring dapat membuat pasien merasa lebih baik.Diperlukan diet tinggi kalori dan
hendaknya asupan kalori utama diberikanpada pagi hari karena banyak pasien mengalami
nausea ketika malam hari
3.Hepatitis C
Standar pengobatan untuk hepatitis C kronik pada tahun 2014 adalah pemberian pegylated
interferon dan ribavirin. Walaupun tatalaksana pengobatan hepatitis C saat ini sudah mulai
meninggalkan penggunaan interferon, namun pengobatan ini merupakan satu satunya
pilihan untuk anak dan remaja, dan masih sebagai pilihan alternatif regimen pada beberapa
genotipe.Kombinasi ini meningkatkan kesintasan selama 8 tahun dan respon yang lebih baik
secara signifikan dibandingkan terapi interferon standar. Meskipun demikian, pencapaian
SVR pada pasien dengan koinfeksi hepatitis C dan HIV menurun sebesar 10-20% dibandingkan
pasien monoinfeksi virus hepatitis C. Durasi pemberian terapi untuk virus hepatitis C pada
koinfeksi virus hepatitis C dan HIV adalah 48 minggu, tidak melihat jenis genotipe yang
menginfeksi. Adanya regimen obat baru untuk terapi hepatitis C, yaitu direct acting antiviral
(DAA) meningkatkan keberhasilan presentase terapi. Akan tetapi harus dipertimbangkan
interaksinya dengan obat ARV yang digunakan
4. Hepatitis D
1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan
dehidrasi.
2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
3. Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise.
5. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis D. Kortikosteroid tidak bermanfaat.
6. Obat-obat tidak perlu harus dihentikan.

5.Hepatitis E
Untuk langkah pertama mengobati hepatitis E, dokter biasanya menggunakan terapi
imunosupresi. Hasilnya, viral load (jumlah virus dalam darah) HEV bisa berkurang hingga
30% pada pasien.Bagi pasien yang terapi imunosupresinya tidak bisa dikurangi dan bagi
mereka yang virusnya tidak berkurang setelah menggunakan imunosupresi, dianjurkan
untuk menggunakan terapi antivirus. Monoterapi ribavirin 600-1000 mg/hari) untuk minimal
3 bulan akan diresepkan sebagai pilihan pertama.

Sumber ; Elisabeth J Corwin. 2013. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC ; 650-672

Anda mungkin juga menyukai