Anda di halaman 1dari 29

PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA

OLEH KELOMPOK 3:

LIONY TRISINTA DEWI 181910401007

SAIDZATUL ISTIQOMAH 181910401009

TRI DWINANDA NUR S. 181910401050

DEA KANA ZHAFIRA 181910401056

PROGRAM STUDI REKAYASA/TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah


kesempatan dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah
termodinamika yang sederhana ini, sehingga dapat memaparkan pemahaman yang
dimiliki. Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan rasa hormat dan Ibu
Ari Susanti, S.T,M.T. dosen pembimbing yang telah memberikan ilmunya untuk kami
dalam membuat makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah ada
maupun menjadi ilmu pengetahuan baru dalam kajian penelitian yang berjudul
“PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA” Penulis juga berusaha
membahas materi makalah ini secara rinci dan terstruktur dengan bahasa yang lugas
sehingga mempermudah pembaca untuk memahami makalah ini. Penulis dengan setia
menanti kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk memperbaiki makalah
ini ke depannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Amiin.

Jember, 10 Oktober 2019


Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pertukaran antara panas
dengan kerja.Termodinamika menjelaskan berbagai bentuk persamaan matematis yang
menghubungkan sifat-sifat dari suatu zat dimana setiap zat memiliki sifat tersendiri yang
berbeda satu sama lainnya.Termodinamika merupakan model atau gambaran perilaku
suatu zat yang bergantung pada evaluasi eksperimen dan teroritis pada sejumlah sifat
zat(P (tekanan),V,TC).Data data sifat zat tersebut kemudian disusun persamaannya dan
dari situ kita dapa menghitung efek kalor dan efek kerja yang bermacam-macam proses
dan menentukan kondisi kesetimbangan dalam berbagai sistem.Suatu masalah pada
kondisi nyata seringkali terlalu rumit untuk digambarkan dengan persamaan sederhana
PV=RT yang hanya berlaku pada tekanan daerah P=0.Penggambaran kondisi riil ini yang
dapat berguna secara umum yaitu melalu sebuah persamaan keadaan berupa
persamaan matematis .
Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam
memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling sederhana
dalam penggunaan ini adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam memprediksi
keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi
semakin tidak akurat pada tekanan yang makin tinggi dan temperatur yang makin
rendah, dan tidak bisa memprediksi kondensasi dari gas menjadi cairan. Persamaan
keadaaan juga memprediksi beberapa persamaan keadaan dalam memperkirakan
volume padatan, termasuk transisi padatan dari satu keadaan kristal ke keadaan kristal
lainnya. Perkembangan kemudian menuntut adanya persamaan yang dapat
memeprediksi keadaan gas maupun cairan pada kondisi nyata sehingga sejumlah
persamaan keadaan yang lebih akurat telah dikembangkan untuk berbagai macam gas
dan cairan.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi persamaan keadaan
2. Untuk mengetahui jenis – jenis persamaan keadaan dalam termodinamika
BAB II
METODE

3.1 Pengumpulan Data dan Informasi

Teknik penulisan data yang digunakan dalam penulisan makaah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber baik melalui literatur maupun dengan
diskusi bersama. Data yang digunakan merupakan data dengan sumber resmi yang
dapat dipercaya keakuratan dan diakui secara nasional/internasional. Data ini berasal
dari tulisan – tulisan ilmiah yang berkaitan dengan judul serta datanya berasal dari
sumber terpercaya. Contohnya seperti artikel ilmiah, jurnal ilmiah baik nasional
maupun internasional, buku, hasil seminar nasional yang dibukukan serta informasi
data dari lembaga tertentu.

3.2 Pengolahan Data dan Informasi

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan studi literatur dari berbagai


sumber. Data yang diperoleh diolah untuk dikonfirmasikan keakuratannya dan
dikembangkan kembali menggunakan kata – kata sendiri. Adapun tahapan proses
analisis data dalam makalah ini yaitu :

1.Pengumpulan Data (data collection) Pengumpulan data yang dimaksud adalah


proses awal untuk mengumpulkan informasi atau fakta – fakta yang ada, yang berupa
data sekunder.

2.Reduksi Data (data reduction) Setelah tahap pengumpulan data, selanjutnya


data – data yang telah diperoleh dipilah – pilah berdasarkan tujuan penulisan,
sehingga dapat direduksi untuk mendukung karya tulis yang dibuat.

3. Penyajian Data (data display) Data yang telah direduksi kemudian disajikan
dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan penulis sehingga mudah untuk
dimengerti

4.Kesimpulan, penarikan, dan Verifikasi data (conclusion, drawing, and


verification). Tahap akhir yang perlu dilakukan adalah membuat kesimpulan dari
data-data yang telah diperoleh, lalu menarik suatu
hubungan antara data t ersebut kemudian mencocokkan dengan data-data yang relevan.

3.3 Kerangka Pemikiran

3.3.1 Tahapan Penulisan

Berikut adalah Tahapan Penulisan dari makalah ini:

Penggalian informasi

Studi Literatur

Diskusi Kelompok

Penyusunan Makalah

Makalah
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PERSAMAAN KEADAAN
Persamaan keadaan suatu sistem adalah hubungan antara variabel-variabel keadaan tau
koordinat sistem itu pada keadaan seimbang.Keadaan seimbang suatu sitem terdiri atas sejumlah
gas ditentukan oleh tekanan,volume,suhu dan massa .Besaran seperti inilah yang disebut variabel
keadaan atau koordinat termodinamik.Jadi persamaan keadaan sistem ini secara umum adalah

f(P,V,T,m)=0

Jika diketahui bukan massa melainkam jumlah molnya, maka persamaan keadaan secara
umum adalah

f(P,V,T,n)=0

Untuk satu mol gas persamaan keadaan menjadi

f(P,V,T)=0

4.2 SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAANNYA


Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis, apabila
resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada
dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian
yang satu ke bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat mengubah
jumlah partikel semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi
maupun konsentrasnya. Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan seimabng
termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak berubah, meskipun system
berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding diatermik. Besar/nilai koordinat sisterm tidak
berubah dengan perubahan waktu.
Keadaan keseimbangan termodinamika : sistem berada dalam keadaan seimbang
termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi. Dalam keadan demikian
keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan cenderung tidak berubah sepanjang
massa. Termodinamika hanya mempelajari sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam
keadaan seimbang termodinamika setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah
partikel tetap mis. N mole atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan : Semua
eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara ketiga
koordinat itu terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain : Dalam keadan seimbang
termodinamis, hanya dua diantara ketiga koordinat system merupakan variabel bebas.
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum Boyle, Gay Lussac,
dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T.
Akan tetapi, pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas
ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan) yang berbeda
dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, nilai deviasinya akan
semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen dan hasilnya akan mendekati kondisi gas
ideal. Namun bila tekanan gas tesebut semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai
deviasi semakin besar sehingga hal ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk
diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil.

Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil eksperimen
dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada persamaan yang digunakan sebagai
berikut:
 Jenis gas
 Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi interaksi antar
molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding tekanan gas nyata (P nyata < Pideal)
 Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan volume wadah
karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam perhitungan gas nyata, volume molekul gas
tersebut juga turut diperhitungkan, yaitu: V riil = Vwadah – Vmolekul
Faktor kompresibilitas merupakan faktor koreksi dari gas ideal. Faktor kompresibilitas pada
gas nyata menghasilkan persamaan :

Pada tingkat kerapatan atau tekanan rendah sampai sedang faktor kompresibilitas suatu uap
atau gas pada T konstan merupakan suatu fungsi P dengan perubahan yang lambat . Dalam
menentukan menentukan faktor kompresibilitas (Z) bisa dilakukan dengan cara membaca grafik
Faktor Kompresibilitas dengan memplot hasil dari Pr dan Tr.

Pada saat kerapatan dan tekanan nol faktor kompresibilitas diketahui sebagai 1.Beberapa
asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan yang menyatakan
hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata. Beberapa persamaan gas nyata
yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van der Waals, persamaan virial , persamaan
Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.
4.3 HUBUNGAN VARIABEL (PERUBAH) KEADAAN
Hubungan variable keadaan p, V, dan T dari suatu zat dipengaruhi oleh sifat zat itu sendiri.
Variable keadaan p, V, dan T ini terkadang disebut variable keadaan sederhana karena dapat
diukur secara langsung. Hubungan variable keadaan p, V, dan T dengan massa m disebut
persamaan keadaan suatu zat. Persamaan ini secara mathematica ditulis :
F(p, V, T, m) = 0 ………………….. (2-1)
Bila pada persamaan (2-1) volume V diganti dengan volume jenis dimana v = V/m maka
persamaan keadaan zat hanyaa tergantung pada sifat zat itu sendiri. Bentuk persamaan keadaan
menjadi :
F(p, V, T, ) = 0 ………………….. (2-2)
Untuk zat-zat yang berbeda sifatnya akan terdapat persamaan keadaan yang berbeda.
a. Tekanan
Tekanan merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika, dan
didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau gas) pada satu satuan unit luas area.
Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan (stress). Satuan tekanan adalah Pa (Pascal),
yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2 Karena satuan Pascal terlalu kecil, maka dalam analisis
thermodinamika seringdigunakan satua kilopascal (1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa =
106 Pa). Satuan tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar (barometric), atau atm (standard
atmosphere), sebagai berikut.
1 bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa
1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar
Pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut tekanan
absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif terhadap tekanan atmosfir.
Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu perbedaan antara tekanan atmosfir dengan
tekanan absolute.
Alat pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum
disebut manometer vakum, sedang alat pengukur tekanan atmosfir disebut barometer. Terdapat
banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U, manometer pegas, atau transduser
elektronik.
b. Temperatur
Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energy panas pada suatu benda
padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan salah satu property suatu
material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik. Prinsip pengukurannya adalah apabila
suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang akan diukur temperaturnya, maka akan terjadi
perpindahan panas ke alat ukur sampai terjadi keadaan seimbang. Dengan demikian temperatur
yang terterapada alat ukuradalah sama dengan temperatur pada benda yang diukurtemperaturnya.
Prinsip tersebut menghasilkan Hukum Thermodinamika Zeroth (Zeroth Law of Thermodynamics),
yaitu apabila dua benda dalam keadaan seimbang thermal dengan benda ketiga maka dua benda
tersebut juga dalam keadaan seimbang thermal walaupuntidak saling bersentuhan.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari ukuran
temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala ukuran Kelvin, tetapi titik nol oC
sama dengan 273,15 K. Titik nol oC adalah kondisi es mencair pada keadaan standard atmosfir,
sedang kondisi 0 K adalah kondisi nol mutlak dimana semua gerakan yang menghasilkan energi
pada semua materi berhenti.
Dalam analisis thermodinamika, apabila yang dimaksudkan adalah ukuran temperatur maka
yang digunakan adalah ukuran dalam K, sedang apabila analisis berhubungan dengan perbedaan
temperature maka baik ukuran oC maupu K dapat digunakan.
4.4 PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL (GAS SEMPURNA)

Gas ideal (sempurna) adalah gas dimana tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan.
Jika tenaga ikat molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan begitu saja maka gas bersifat sebagai
gas real. Molekul-molekul gas didalam suatu ruangan yang dibatasi dinding bergerak kesegala
arah dengan tidak beraturan (chaotic motion ). Karena gerakan tidak beraturan tersebut
kemungkinan sering terjadi tumbukan antar molekul, sebelum menabrak dinding batas ruangan.
Tabrakan molekul ke dinding ruangan tersebut terjadi secara terusmenerus, yang menimbulkan
efek tekanan gas didalam ruangan tersebut. Semakin tinggi temperatur gas, maka semakin besar
kecepatan geraknya sehingga menyebabkan momentum tumbukan terhadap dinding semakin
besar. Akibatnya tekanan yang terjadi dida lam ruangan akan semakin besar pula.
Dari mekanisme gerakan molekul tersebut, maka dapat dibayangkan adanya suatu
persamaan matematik hubungan antar variabel property gas didalam ruangan, terutama tekanan
(P), temperatur (T), dan volume ruangan (V). Volume ruangan juga merupakan variabel karena
menentukan jarak lintasan gerak molekul sebelum menabrak dinding. Namun untuk menurunkan
persamaan hubungan secara analitis mengalami kesulitan, karena kompleksitas gerakan molekul,
adanya gaya tarik-menarik antar molekul, dan pengaruh volume molekul sendiri. Karena itu
kemudian diasumsikan adanya suatu jenis gas idea yang mempunyai sifat ideal, sehingga
dimungkinkan penurunan persamaan matematis hubungan antar beberapa variabel dari property
gas. Sifat-sifat gas ideal yang diinginkan tersebut tersebut adalah:
1. Gaya tarik-menarik antar molekul gas diabaikan.
2. Total volume molekul gas diabaikan terhadap volume ruangan.
Asumsi pertama memungkinkan bahwa semua energi kinetic molekul menghasilkan energi
tumbukan molekul ke dinding, sedang asumsi kedua memungkinkan tidak ada pengurangan energi
kinetik molekul karena tumbukan antar molekul diabaikan. Dengan kedua asumsi tersebut, maka
secara analitis dapat diturunkan persamaan hubungan antar variabel P, v, dan T gas ideal, atau
sering disebut persamaan keadaan gas ideal atau persamaan Boyle – Gay Lussac, sebagai
berikut,
Pv = RT dengan,
P = tekanan absolut gas
v = volume spesiifik gas
R = konstanta gas
T = temperatur absolut gas
Boyle dan Gay Lussac mendapatkan persamaan tersebut melalui eksperimen pada kondisi
gas pada tekanan sangat rendah, sehingga persamaan gas ideal dapat diaplikasikan pada gas
sebenarnya apabila tekanannya sangat rendah. Dalam penelitian selanjutnya didapatkan apabila
pada temperatur tinggi, atau pada tekanan sangat tinggi sekitar tujuh kali tekanan kritisnya, maka
si fat suatu gas juga mendekati sifat gas ideal.
Besarnya konstanta gas R berbeda untuk setiap jenis gas, dan dapat dihitung dengan,
R = konstanta gas universal
M = masa setiap molekul gas
Besarnya konstanta gas universal adalah sama untuk semua jenis gas yaitu R? = 8,314 kJ/
(kmol.K). Masa gas didalam ruangan dapat dihitung apabila jumlah molekulnya diketahui, andaikan
jumlah molekulnya N, maka massa gas didalam ruangan tersbut:
M=MN
Dan volume ruangan adalah: V = m v
Sehingga persamaan gas ideal dapat dituliskan dalam variabel volume ruangan sebagai
berikut
PV=mRT
PV=NRT

4.5 PERUBAHAN KEADAAN GAS IDEAL


Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan
di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini
dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan
energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan
usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan
sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak
melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan
usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp.
Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku

Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor
yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang
diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume
konstan (QV).

4.6 HUKUM – HUKUM GAS

Hubungan antara tekanan, temperatur dan volume pada gas telah dibuktikan sedemikian
rupa dalam beberapa hukum gas . Hukum-hukum gas ini memungkinkan kita untuk menentukan
bagaimana pe ngaruh yang disebabkan oleh perubahan salah satu faktor terhada p faktor lainnya.
Gas yang betul-betul memenuhi hukum-hukum gas sempurna (perfect gas). Namun tidak satu
gaspun yang benar-benar sempurna, tetapi dari hasil-hasil penelitian ada beberapa gas yang
mendekati kondisi gas sempurna tersebut. Seperti halnya refrigerant yang digunakan sebagai
bahan pendingin dalam teknik pendingin, walaupun dipanasi sampai di atas titik didihnya, tetap
tidak akan menjadi gas sempurna, karenanya tidak akan mengikuti hukum-hukum tersebut secara
tepat. Namun walaupun demikian secara pendekatan hukum-hukum gas tersebut tetap bisa
digunakan untuk menentukan pengaruh daripada perubahan tekanan temperatur dan volume.

1. Hukum Charles
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan
tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu
berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:

dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.
Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802,
namun dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar tahun
1787 yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum
Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum
gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal.
Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan naiknya suhu.
Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis dapat ditulis:
V = b.T
V = suhu dalam Kelvin
b = tetapan
V = volume gas

Avogadro
Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama. Karena jumlah
partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka hukum Avogadro sering
dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama (konstan),gas-gas dengan volume yang
sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
V = a.n
V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu
A = tetapan
n = jumlah mol

2. Hukum Boyle

Hukum Boyle (atau sering direferensikan sebagai Hukum Boyle-Mariotte) adalah salah satu
dari banyak hukum kimia dan merupakan kasus khusus dari hukum kimia ideal. Hukum Boyle
mendeskripsikan kebalikan hubungan proporsi antara tekanan absolut dan volume udara, jika suhu
tetap konstan dalam sistem tertutup. Hukum ini dinamakan setelah kimiawan dan fisikawan Robert
Boyle, yang menerbitkan hukum aslinya pada tahun 1662. Hukumnya sendiri berbunyi:

”Untuk jumlah tetap gas ideal tetap di suhu yang sama, P [tekanan] dan V [volume]
merupakan proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang satunya setengahnya).”
PV= k
p = berarti sistem tekanan.
V = berarti volume udara.
k = jumlah konstan tekanan dan volume dari sistem tersebut.
Hukum Boyle menyatakan bahwa "dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan
absolut dan volume udara terbalik secara proporsional. Hukum ini juga bisa dinyatakan sebagai:
secara agak berbeda, produk dari tekanan absolut dan volume selalu konstan.

3. Hukum Gay Lussac


Hukum Gay-Lussac dapat merujuk kepada salah satu dari dua hukum kimia yang
dikemukakan oleh kimiawan Perancis Joseph Louis Gay-Lussac. Keduanya berhubungan dengan
sifat-sifat gas.Pada 1802, Gay-Lussac menemukan bahwa
“Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus dengan
temperaturnya dalam kelvin”
P/T=k
P = tekanan gas.
T = temperatur gas (dalam Kelvin).
k = sebuah konstanta.
Hukum Gay-Lussac dapat disusun kembali menjadi dua persamaan berguna lainnya.

P1 / T1 = P2 / T2
P1 adalah tekanan awal

T1 adalah suhu awal

P2 adalah tekanan akhir

T2 adalah suhu akhir


3.1 Contoh soal
Hukum Gay Kussac-Charles menyatakan bahwa pada tekanan konstan volume suatu
massa akan bertambah 1/273 dari volumenya pada 0°C bila temperaturnya dinaikkan tiap-tiap
derajat celcius. Turunkan pernyataan tersebut dari persamaan keadaan gas ideal.

pV= m.R.T

pV/mRT=1

Pada p konstan :

pdV=mRdT

mRT dV/V = pV/T dT

mRT/pV dV/V = dT/T

Maka,

dV/V= dT/T

0°C =273°K

dT= 1°C=1°K (kenaikan temperature 1°C sama dengan kenaikan temperature 1°K)

dV/V=dT/T

=1/273
Maka, ΔV= 1/273 V

4. Hukum Dalton

John dalton (1766-1844) adalah seorang ahli fisika dan kimia dari inggris yang berhasil
menemukan hukum proporsi ganda dan hukum gas atau hukum dalton. Dalton disebut juga
sebagai "bapak teori atom" karena menemukan teori atom yang ilmiah dan bukan teori democritus
dari Yunani kuno yang filosofis dan spekulatif. Dalton menyuguhkan teori atom kuantitatif, jelas,
dan jernih yang dapat di gunakan dalam penafsiran percobaan kimiadan dapat dicoba secara tepat
di laboratorium.
Tahun 1801 Dalton menemukan sebuah hukum empiris, yang kemudian di kenal dengan
nama hukum dalton. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas adalah
sama dengan jumlah tekanan parsial masing - masing bagian gas. Tekanan parsial adalah tekanan
yang akan dimiliki masing - masing gas bila berada sendiri dengan volume seluruh campuran gas
pada suhu yang sama. Hukum Dalton dapat diterangkan dengan menggunakan teori kinetik gas
yang menyatakan bahwa gas bersifat ideal dan tidak ada reaksi kimia antara bagian - bagian gas.

4.7 PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA

4.7.1 Persamaan keadaan van der Waals


Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan
keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der
Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara
sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi interaksi
antarmolekul; mengurangi dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi dan
suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul banyak,
volume gas harus diperhitungkan à volume ideal sebetulnya lebih kecil dari volume real.
à Menurut Van Der Waals, koreksi volume tergantung dari n (junlah mol gas)
b = tetapan koreksi volume
Pada tekanan tinggi à rapatan gas tinggi à molekul2 sangat berdekatan à gaya antar molekul
harus diperhitungkan à karena ada gaya tarik menarik à tekanan yang sebenarnya lebih rendah
dari tekanan ideal.
Pengurangan tekanan karena kerapatan gas adalah:
1. Berbanding lurus dengan jml tabrakan dgn dinding atau dengan konsentrasi gas
2. Berbanding lurus dengan gaya tabrakan à berbanding lurus dengan konsentrasi gas

Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan yang
menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata. Beberapa
persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van der Waals, persamaan
Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan,
bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal.
Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal.
Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya,
semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi
temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa
diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu,
ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah disebutkan diatas
dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku secara umum. Pertama, van der
Waals menambahkan koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara
molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar
nilai P’.

Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis jenis
gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume gas tersebut, yaitu:
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul gas
tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah mol gas
dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam persamaan tersebut
bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut sehingga
dapat disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:

Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:

a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut
dengan tetapan van der Waals (Tabel 2.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa
perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan
denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
Tabel 2.1 Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.

gas a(atm dm6 mol-2) b(atm dm6 mol-2)


He 0,0341 0,0237
Ne 0,2107 0,0171
H2 0,244 0,0266
NH3 4,17 0,0371
N2 1,39 0,0391
C2H 4,47 0,0571
CO2 3,59 0,0427
H2O 5,46 0,0305
CO 1,49 0,0399
Hg 8,09 0,0170
O2 1,36 0,0318
. Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin mendekati kondisi gas
ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan kemampuan gas tersebut untuk
dicairkan. Berikut adalah contoh nilai a dan b pada beberapa gas.
a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)
H2 0.244 2.661
O2 1.36 3.183
NH3 4.17 3.707
C6H6 18.24 11.54
Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku Fundamentals of
Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-2 halaman 20. Pada
persamaan van der Waals, nilai Z (faktor kompresibilitas):

Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan van der
Waals terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga (persamaan kubik)
dengan menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan dengan V 2 (V - nb), kemudian kedua
ruas dibagi dengan P, maka diperoleh:

Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals

 Faktor koreksi volume


Volume memerlukan faktor koreksi karena partikel-partikel gas nyata mempunyai volume
yang tidak dapat diabaikan, sehingga untuk memperhitungkan ukuran partikel – partikel gas Van
der Waals mengurangi volume gas terukur dengan volume efektif total molekul-molekul gas.
Persamaan itu dirumuskan sebagai berikut:
Videal = Veks – nb
Keterangan :
Videl = volume gas ideal
Veks = volume yang terukur pada waktu percobaan
n = jumlah mol gas
b = konstanta Van der Waals

 Faktor koreksi tekanan


Perbedaan sifat antara sebuah molekul gas dengan sebuah molekul lain yang hampir
bertumbukan dengan dinding wadah. Gaya tarik menarik molekul itu sama untuk ke segala arah
sehingga akan saling menghilangkan. Sedangkan molekul yang lain hampir bertubukkan dengan
dinding sehingga gaya tarik menarik antar molekul gas tersebut dengan molekul lain cenderung
dapat menurunkan momentum molekul gas tersebut ketika bertumbukkan dengan dinding, dan
akibatnya akan mengurangi tekanan gas tersebut. Oleh karena itu, tekanan gas tersebut akan
lebih kecil daripada tekanan gas ideal karena pada gas ideal dianggap tidak terjadi gaya tarik
menarik antar molekul.Makin besar jumlah molekul persatuan volume, makin besar jumlah
tumbukan yang dialami oleh dinding wadah serta makin besar pula gaya tarik menarik yang
dialami oleh molekul-molekul gas yang hampir menumbuk dinding wadah.
4.7.2 Persamaan Berhelot
Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah (≤ 1 atm), yaitu:

Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan T c = temperatur kritis (temperatur pada titik
kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini
bermanfaat untuk menghitung massa molekul suatu gas.
4.7.3 Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman ini terdiri atas
dua persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan
kedua untuk mencari nilai volume molar (Vm).

Dimana:
Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada setiap
gas. Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry
oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan
hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang
didapat melalui eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan
tekanan yang luas.
a. Persamaan keadaan Redlich-Kwong
RT A
p = - 1/2
(v - B ) T v (v + B )
Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals
pv v RT v a
= -
RT RT ( v - b ) RT v 2
1 a
Z = -
b vRT
1-
v
Persamaan keadaan Redlich-Kwong:
pv v RT v A
= -
RT RT ( v - B ) RT T 1 / 2v ( v + B )
1 A
Z = -
1-
B RT 3/2
(v + B )
v
Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan Van der
Waals menjadi:
� a �
�p + 2 �( v - b ) = RT
� v �
a ab
pv - pb + - 2 - RT = 0
v v
pv 3 - ( pb + RT ) v 2 + av - ab = 0
� RT �2 a ab
v3 -�
b+ v + v -
� =0
� p � p p
4.7.4 Persamaan Virial
Persamaan Keadaan Virial
Pada tingkat kerapatan atau tekanan rendah sampai sedang faktor kompresibilitas suatu uap
atau gas pada T konstan merupakan suatu fungsi P dengan perubahan yang lambat .Dari
pengamatan tersebut digunakan deret pangkat untuk menyatakan Persamaan Keadaan untuk uap
dan gas tipis dengan kerepatan sedang.Perumusan persamaan ini bergantung pada tekanan atau
kerapatan molar sebagai tinjauannya. Persamaan virial ditinjau dari tekanannya adalah :

Persamaan ekspansi virial dalam tekanan dengan parameter B’,C’.D’ disebut koefisian virial
deret tekanan.Koefisian virial ini bergantung pada suhu dan komposisi dari suatu zat .Koefisien ini
dapat dikonversi melalui perbandingan dua deret tak hingga yang dapat didefiniskan sebagai
25

Persamaan Virial bila ditinjau dari kerapatan molar PV didefinisikan sebagai deret
geometri penjumlahan koefisien pada temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan)
dan “Vm” (volume molar), yaitu sebagai berikut:

Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando Pada tekanan
rendah, hanya koefisien A saja yang akurat, namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka
koefisien B, C, D, dan seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan virial akan memberikan hasil yang semakin akurat bila tekanan semakin bertambah.
Persamaan ini lebih akurat dibanding persamaan gas ideal dalam memprediksi gas nyata
Contoh Soal
Diketahui koefisien virial untuk uap isopropanol pada 200C:
B = - 388 cm3 mol-1 C = - 26.000 cm6 mol-2
Hitung Z dan V dari uap isopropanol pada 200C dan 10 bar dengan menggunakan
persamaan sbb.:
a) Persamaan keadaan gas ideal
b) Persamaan keadaan virial dengan 2 suku
c) a. R=8.314
T= 313 K
P= 60 Atm
V*(volume jenis molal/spesifik volume ) = R.T/P

=
0.43 M3 / kgm.mole
n= V / V*
= 2 / 0.43 M3 / kgm.mole
=4.65 Kgm/mole
 B. Temperatur konstan
 T = 273 K
 P1 = 60 atm , vi = 0.43 M3 / kgm.mole
 P2 = 10 atm
 n= 4.65 kgm.mole
V*2= p1.v*1/p2
=60.0,43/10 M3 /kgm.mole
=2,58 M3 /kgm.mole
Supaya volume konstan, maka
N2= V/v*2
= 2 M3/ 2,58 M3 /kgm.mole
=0,77 M3 /kgm.mole
Jadi jumlah kgm.mole yang dapat dikeluarkan :
26

n1= n1 -n2
=4,65-0,77
=3,88 M3 /kgm.mole
27

BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan
matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam
Persamaan Kamerlingh Onnes

Persamaan Berhelot

Persamaan Beattie-Bridgeman

Dimana:

Persamaan keadaan Redlich-Kwong


RT A
p = - 1/2
(v - B ) T v (v + B )
28
29

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
http://www.gudangmateri.com/2010/01/termodinamika.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Charles (diakses tanggal 26 november 2010, pukul
07.40)
Maron, Samuel H dan Jerome B. Lando. Fundamentals of Physical Chemistry. London:
Collier Macmillan Publisher
www.chem-is-try.org/materi.../gas-ideal-dan-gas-nyata/ (diakses tanggal 26 november
2010, pukul 07.00)
www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan (diakses tanggal 26 november
2010, pukul 07.00)
www.tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2010/.../bab-4-persamaan-keadaan.pptx
(diakses tanggal 26 november 2010, pukul 07.00)

Anda mungkin juga menyukai