OLEH KELOMPOK 3:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah ada
maupun menjadi ilmu pengetahuan baru dalam kajian penelitian yang berjudul
“PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA” Penulis juga berusaha
membahas materi makalah ini secara rinci dan terstruktur dengan bahasa yang lugas
sehingga mempermudah pembaca untuk memahami makalah ini. Penulis dengan setia
menanti kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk memperbaiki makalah
ini ke depannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
Teknik penulisan data yang digunakan dalam penulisan makaah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber baik melalui literatur maupun dengan
diskusi bersama. Data yang digunakan merupakan data dengan sumber resmi yang
dapat dipercaya keakuratan dan diakui secara nasional/internasional. Data ini berasal
dari tulisan – tulisan ilmiah yang berkaitan dengan judul serta datanya berasal dari
sumber terpercaya. Contohnya seperti artikel ilmiah, jurnal ilmiah baik nasional
maupun internasional, buku, hasil seminar nasional yang dibukukan serta informasi
data dari lembaga tertentu.
3. Penyajian Data (data display) Data yang telah direduksi kemudian disajikan
dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan penulis sehingga mudah untuk
dimengerti
Penggalian informasi
Studi Literatur
Diskusi Kelompok
Penyusunan Makalah
Makalah
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PERSAMAAN KEADAAN
Persamaan keadaan suatu sistem adalah hubungan antara variabel-variabel keadaan tau
koordinat sistem itu pada keadaan seimbang.Keadaan seimbang suatu sitem terdiri atas sejumlah
gas ditentukan oleh tekanan,volume,suhu dan massa .Besaran seperti inilah yang disebut variabel
keadaan atau koordinat termodinamik.Jadi persamaan keadaan sistem ini secara umum adalah
f(P,V,T,m)=0
Jika diketahui bukan massa melainkam jumlah molnya, maka persamaan keadaan secara
umum adalah
f(P,V,T,n)=0
f(P,V,T)=0
Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil eksperimen
dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada persamaan yang digunakan sebagai
berikut:
Jenis gas
Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi interaksi antar
molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding tekanan gas nyata (P nyata < Pideal)
Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan volume wadah
karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam perhitungan gas nyata, volume molekul gas
tersebut juga turut diperhitungkan, yaitu: V riil = Vwadah – Vmolekul
Faktor kompresibilitas merupakan faktor koreksi dari gas ideal. Faktor kompresibilitas pada
gas nyata menghasilkan persamaan :
Pada tingkat kerapatan atau tekanan rendah sampai sedang faktor kompresibilitas suatu uap
atau gas pada T konstan merupakan suatu fungsi P dengan perubahan yang lambat . Dalam
menentukan menentukan faktor kompresibilitas (Z) bisa dilakukan dengan cara membaca grafik
Faktor Kompresibilitas dengan memplot hasil dari Pr dan Tr.
Pada saat kerapatan dan tekanan nol faktor kompresibilitas diketahui sebagai 1.Beberapa
asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan yang menyatakan
hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata. Beberapa persamaan gas nyata
yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van der Waals, persamaan virial , persamaan
Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.
4.3 HUBUNGAN VARIABEL (PERUBAH) KEADAAN
Hubungan variable keadaan p, V, dan T dari suatu zat dipengaruhi oleh sifat zat itu sendiri.
Variable keadaan p, V, dan T ini terkadang disebut variable keadaan sederhana karena dapat
diukur secara langsung. Hubungan variable keadaan p, V, dan T dengan massa m disebut
persamaan keadaan suatu zat. Persamaan ini secara mathematica ditulis :
F(p, V, T, m) = 0 ………………….. (2-1)
Bila pada persamaan (2-1) volume V diganti dengan volume jenis dimana v = V/m maka
persamaan keadaan zat hanyaa tergantung pada sifat zat itu sendiri. Bentuk persamaan keadaan
menjadi :
F(p, V, T, ) = 0 ………………….. (2-2)
Untuk zat-zat yang berbeda sifatnya akan terdapat persamaan keadaan yang berbeda.
a. Tekanan
Tekanan merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika, dan
didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau gas) pada satu satuan unit luas area.
Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan (stress). Satuan tekanan adalah Pa (Pascal),
yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2 Karena satuan Pascal terlalu kecil, maka dalam analisis
thermodinamika seringdigunakan satua kilopascal (1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa =
106 Pa). Satuan tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar (barometric), atau atm (standard
atmosphere), sebagai berikut.
1 bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa
1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar
Pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut tekanan
absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif terhadap tekanan atmosfir.
Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu perbedaan antara tekanan atmosfir dengan
tekanan absolute.
Alat pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum
disebut manometer vakum, sedang alat pengukur tekanan atmosfir disebut barometer. Terdapat
banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U, manometer pegas, atau transduser
elektronik.
b. Temperatur
Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energy panas pada suatu benda
padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan salah satu property suatu
material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik. Prinsip pengukurannya adalah apabila
suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang akan diukur temperaturnya, maka akan terjadi
perpindahan panas ke alat ukur sampai terjadi keadaan seimbang. Dengan demikian temperatur
yang terterapada alat ukuradalah sama dengan temperatur pada benda yang diukurtemperaturnya.
Prinsip tersebut menghasilkan Hukum Thermodinamika Zeroth (Zeroth Law of Thermodynamics),
yaitu apabila dua benda dalam keadaan seimbang thermal dengan benda ketiga maka dua benda
tersebut juga dalam keadaan seimbang thermal walaupuntidak saling bersentuhan.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari ukuran
temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala ukuran Kelvin, tetapi titik nol oC
sama dengan 273,15 K. Titik nol oC adalah kondisi es mencair pada keadaan standard atmosfir,
sedang kondisi 0 K adalah kondisi nol mutlak dimana semua gerakan yang menghasilkan energi
pada semua materi berhenti.
Dalam analisis thermodinamika, apabila yang dimaksudkan adalah ukuran temperatur maka
yang digunakan adalah ukuran dalam K, sedang apabila analisis berhubungan dengan perbedaan
temperature maka baik ukuran oC maupu K dapat digunakan.
4.4 PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL (GAS SEMPURNA)
Gas ideal (sempurna) adalah gas dimana tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan.
Jika tenaga ikat molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan begitu saja maka gas bersifat sebagai
gas real. Molekul-molekul gas didalam suatu ruangan yang dibatasi dinding bergerak kesegala
arah dengan tidak beraturan (chaotic motion ). Karena gerakan tidak beraturan tersebut
kemungkinan sering terjadi tumbukan antar molekul, sebelum menabrak dinding batas ruangan.
Tabrakan molekul ke dinding ruangan tersebut terjadi secara terusmenerus, yang menimbulkan
efek tekanan gas didalam ruangan tersebut. Semakin tinggi temperatur gas, maka semakin besar
kecepatan geraknya sehingga menyebabkan momentum tumbukan terhadap dinding semakin
besar. Akibatnya tekanan yang terjadi dida lam ruangan akan semakin besar pula.
Dari mekanisme gerakan molekul tersebut, maka dapat dibayangkan adanya suatu
persamaan matematik hubungan antar variabel property gas didalam ruangan, terutama tekanan
(P), temperatur (T), dan volume ruangan (V). Volume ruangan juga merupakan variabel karena
menentukan jarak lintasan gerak molekul sebelum menabrak dinding. Namun untuk menurunkan
persamaan hubungan secara analitis mengalami kesulitan, karena kompleksitas gerakan molekul,
adanya gaya tarik-menarik antar molekul, dan pengaruh volume molekul sendiri. Karena itu
kemudian diasumsikan adanya suatu jenis gas idea yang mempunyai sifat ideal, sehingga
dimungkinkan penurunan persamaan matematis hubungan antar beberapa variabel dari property
gas. Sifat-sifat gas ideal yang diinginkan tersebut tersebut adalah:
1. Gaya tarik-menarik antar molekul gas diabaikan.
2. Total volume molekul gas diabaikan terhadap volume ruangan.
Asumsi pertama memungkinkan bahwa semua energi kinetic molekul menghasilkan energi
tumbukan molekul ke dinding, sedang asumsi kedua memungkinkan tidak ada pengurangan energi
kinetik molekul karena tumbukan antar molekul diabaikan. Dengan kedua asumsi tersebut, maka
secara analitis dapat diturunkan persamaan hubungan antar variabel P, v, dan T gas ideal, atau
sering disebut persamaan keadaan gas ideal atau persamaan Boyle – Gay Lussac, sebagai
berikut,
Pv = RT dengan,
P = tekanan absolut gas
v = volume spesiifik gas
R = konstanta gas
T = temperatur absolut gas
Boyle dan Gay Lussac mendapatkan persamaan tersebut melalui eksperimen pada kondisi
gas pada tekanan sangat rendah, sehingga persamaan gas ideal dapat diaplikasikan pada gas
sebenarnya apabila tekanannya sangat rendah. Dalam penelitian selanjutnya didapatkan apabila
pada temperatur tinggi, atau pada tekanan sangat tinggi sekitar tujuh kali tekanan kritisnya, maka
si fat suatu gas juga mendekati sifat gas ideal.
Besarnya konstanta gas R berbeda untuk setiap jenis gas, dan dapat dihitung dengan,
R = konstanta gas universal
M = masa setiap molekul gas
Besarnya konstanta gas universal adalah sama untuk semua jenis gas yaitu R? = 8,314 kJ/
(kmol.K). Masa gas didalam ruangan dapat dihitung apabila jumlah molekulnya diketahui, andaikan
jumlah molekulnya N, maka massa gas didalam ruangan tersbut:
M=MN
Dan volume ruangan adalah: V = m v
Sehingga persamaan gas ideal dapat dituliskan dalam variabel volume ruangan sebagai
berikut
PV=mRT
PV=NRT
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak
melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan
usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp.
Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor
yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang
diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume
konstan (QV).
Hubungan antara tekanan, temperatur dan volume pada gas telah dibuktikan sedemikian
rupa dalam beberapa hukum gas . Hukum-hukum gas ini memungkinkan kita untuk menentukan
bagaimana pe ngaruh yang disebabkan oleh perubahan salah satu faktor terhada p faktor lainnya.
Gas yang betul-betul memenuhi hukum-hukum gas sempurna (perfect gas). Namun tidak satu
gaspun yang benar-benar sempurna, tetapi dari hasil-hasil penelitian ada beberapa gas yang
mendekati kondisi gas sempurna tersebut. Seperti halnya refrigerant yang digunakan sebagai
bahan pendingin dalam teknik pendingin, walaupun dipanasi sampai di atas titik didihnya, tetap
tidak akan menjadi gas sempurna, karenanya tidak akan mengikuti hukum-hukum tersebut secara
tepat. Namun walaupun demikian secara pendekatan hukum-hukum gas tersebut tetap bisa
digunakan untuk menentukan pengaruh daripada perubahan tekanan temperatur dan volume.
1. Hukum Charles
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan
tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu
berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:
dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.
Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802,
namun dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar tahun
1787 yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum
Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum
gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal.
Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan naiknya suhu.
Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis dapat ditulis:
V = b.T
V = suhu dalam Kelvin
b = tetapan
V = volume gas
Avogadro
Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama. Karena jumlah
partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka hukum Avogadro sering
dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama (konstan),gas-gas dengan volume yang
sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
V = a.n
V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu
A = tetapan
n = jumlah mol
2. Hukum Boyle
Hukum Boyle (atau sering direferensikan sebagai Hukum Boyle-Mariotte) adalah salah satu
dari banyak hukum kimia dan merupakan kasus khusus dari hukum kimia ideal. Hukum Boyle
mendeskripsikan kebalikan hubungan proporsi antara tekanan absolut dan volume udara, jika suhu
tetap konstan dalam sistem tertutup. Hukum ini dinamakan setelah kimiawan dan fisikawan Robert
Boyle, yang menerbitkan hukum aslinya pada tahun 1662. Hukumnya sendiri berbunyi:
”Untuk jumlah tetap gas ideal tetap di suhu yang sama, P [tekanan] dan V [volume]
merupakan proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang satunya setengahnya).”
PV= k
p = berarti sistem tekanan.
V = berarti volume udara.
k = jumlah konstan tekanan dan volume dari sistem tersebut.
Hukum Boyle menyatakan bahwa "dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan
absolut dan volume udara terbalik secara proporsional. Hukum ini juga bisa dinyatakan sebagai:
secara agak berbeda, produk dari tekanan absolut dan volume selalu konstan.
P1 / T1 = P2 / T2
P1 adalah tekanan awal
pV= m.R.T
pV/mRT=1
Pada p konstan :
pdV=mRdT
Maka,
dV/V= dT/T
0°C =273°K
dT= 1°C=1°K (kenaikan temperature 1°C sama dengan kenaikan temperature 1°K)
dV/V=dT/T
=1/273
Maka, ΔV= 1/273 V
4. Hukum Dalton
John dalton (1766-1844) adalah seorang ahli fisika dan kimia dari inggris yang berhasil
menemukan hukum proporsi ganda dan hukum gas atau hukum dalton. Dalton disebut juga
sebagai "bapak teori atom" karena menemukan teori atom yang ilmiah dan bukan teori democritus
dari Yunani kuno yang filosofis dan spekulatif. Dalton menyuguhkan teori atom kuantitatif, jelas,
dan jernih yang dapat di gunakan dalam penafsiran percobaan kimiadan dapat dicoba secara tepat
di laboratorium.
Tahun 1801 Dalton menemukan sebuah hukum empiris, yang kemudian di kenal dengan
nama hukum dalton. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas adalah
sama dengan jumlah tekanan parsial masing - masing bagian gas. Tekanan parsial adalah tekanan
yang akan dimiliki masing - masing gas bila berada sendiri dengan volume seluruh campuran gas
pada suhu yang sama. Hukum Dalton dapat diterangkan dengan menggunakan teori kinetik gas
yang menyatakan bahwa gas bersifat ideal dan tidak ada reaksi kimia antara bagian - bagian gas.
Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan yang
menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata. Beberapa
persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van der Waals, persamaan
Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan,
bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal.
Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal.
Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya,
semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi
temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa
diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu,
ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah disebutkan diatas
dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku secara umum. Pertama, van der
Waals menambahkan koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara
molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar
nilai P’.
Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis jenis
gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume gas tersebut, yaitu:
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul gas
tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah mol gas
dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam persamaan tersebut
bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut sehingga
dapat disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:
Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut
dengan tetapan van der Waals (Tabel 2.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa
perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan
denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
Tabel 2.1 Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.
Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan van der
Waals terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga (persamaan kubik)
dengan menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan dengan V 2 (V - nb), kemudian kedua
ruas dibagi dengan P, maka diperoleh:
Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan T c = temperatur kritis (temperatur pada titik
kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini
bermanfaat untuk menghitung massa molekul suatu gas.
4.7.3 Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman ini terdiri atas
dua persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan
kedua untuk mencari nilai volume molar (Vm).
Dimana:
Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada setiap
gas. Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry
oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan
hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang
didapat melalui eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan
tekanan yang luas.
a. Persamaan keadaan Redlich-Kwong
RT A
p = - 1/2
(v - B ) T v (v + B )
Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals
pv v RT v a
= -
RT RT ( v - b ) RT v 2
1 a
Z = -
b vRT
1-
v
Persamaan keadaan Redlich-Kwong:
pv v RT v A
= -
RT RT ( v - B ) RT T 1 / 2v ( v + B )
1 A
Z = -
1-
B RT 3/2
(v + B )
v
Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan Van der
Waals menjadi:
� a �
�p + 2 �( v - b ) = RT
� v �
a ab
pv - pb + - 2 - RT = 0
v v
pv 3 - ( pb + RT ) v 2 + av - ab = 0
� RT �2 a ab
v3 -�
b+ v + v -
� =0
� p � p p
4.7.4 Persamaan Virial
Persamaan Keadaan Virial
Pada tingkat kerapatan atau tekanan rendah sampai sedang faktor kompresibilitas suatu uap
atau gas pada T konstan merupakan suatu fungsi P dengan perubahan yang lambat .Dari
pengamatan tersebut digunakan deret pangkat untuk menyatakan Persamaan Keadaan untuk uap
dan gas tipis dengan kerepatan sedang.Perumusan persamaan ini bergantung pada tekanan atau
kerapatan molar sebagai tinjauannya. Persamaan virial ditinjau dari tekanannya adalah :
Persamaan ekspansi virial dalam tekanan dengan parameter B’,C’.D’ disebut koefisian virial
deret tekanan.Koefisian virial ini bergantung pada suhu dan komposisi dari suatu zat .Koefisien ini
dapat dikonversi melalui perbandingan dua deret tak hingga yang dapat didefiniskan sebagai
25
Persamaan Virial bila ditinjau dari kerapatan molar PV didefinisikan sebagai deret
geometri penjumlahan koefisien pada temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan)
dan “Vm” (volume molar), yaitu sebagai berikut:
Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando Pada tekanan
rendah, hanya koefisien A saja yang akurat, namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka
koefisien B, C, D, dan seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan virial akan memberikan hasil yang semakin akurat bila tekanan semakin bertambah.
Persamaan ini lebih akurat dibanding persamaan gas ideal dalam memprediksi gas nyata
Contoh Soal
Diketahui koefisien virial untuk uap isopropanol pada 200C:
B = - 388 cm3 mol-1 C = - 26.000 cm6 mol-2
Hitung Z dan V dari uap isopropanol pada 200C dan 10 bar dengan menggunakan
persamaan sbb.:
a) Persamaan keadaan gas ideal
b) Persamaan keadaan virial dengan 2 suku
c) a. R=8.314
T= 313 K
P= 60 Atm
V*(volume jenis molal/spesifik volume ) = R.T/P
=
0.43 M3 / kgm.mole
n= V / V*
= 2 / 0.43 M3 / kgm.mole
=4.65 Kgm/mole
B. Temperatur konstan
T = 273 K
P1 = 60 atm , vi = 0.43 M3 / kgm.mole
P2 = 10 atm
n= 4.65 kgm.mole
V*2= p1.v*1/p2
=60.0,43/10 M3 /kgm.mole
=2,58 M3 /kgm.mole
Supaya volume konstan, maka
N2= V/v*2
= 2 M3/ 2,58 M3 /kgm.mole
=0,77 M3 /kgm.mole
Jadi jumlah kgm.mole yang dapat dikeluarkan :
26
n1= n1 -n2
=4,65-0,77
=3,88 M3 /kgm.mole
27
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan
matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam
Persamaan Kamerlingh Onnes
Persamaan Berhelot
Persamaan Beattie-Bridgeman
Dimana:
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
http://www.gudangmateri.com/2010/01/termodinamika.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Charles (diakses tanggal 26 november 2010, pukul
07.40)
Maron, Samuel H dan Jerome B. Lando. Fundamentals of Physical Chemistry. London:
Collier Macmillan Publisher
www.chem-is-try.org/materi.../gas-ideal-dan-gas-nyata/ (diakses tanggal 26 november
2010, pukul 07.00)
www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan (diakses tanggal 26 november
2010, pukul 07.00)
www.tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2010/.../bab-4-persamaan-keadaan.pptx
(diakses tanggal 26 november 2010, pukul 07.00)