Anda di halaman 1dari 3

Biodegradasi

Semakin tinggi kalsium silikat semakin rendah kemampuan degradasi karena sifat kalsium silikat yang
hidrofobik sehingga air di dalam tanah tidak mudah terserap ke plastik biodegradable dan kemampuan
degradasi akan menurun dengan bertambahyan kalsium silikat.

Penambahan sorbitol meningkatkan degradasi karena Sorbitol memiliki sifat yang lebih hidrofil
dibandingkan dengan gliserol dan propilen glikol karena sorbitol memiliki lebih banyak gugus hidroksil.
Dengan demikian, sorbitol mampu mengikat air lebih banyak dimana air merupakan media tumbuh bagi
sebagian bakteri dan mikroba yang berperan dalam menguraikan material dari plastik biodegradable
[12].

Water solubility :

Penambahan kalsium silikat sebagai filler semakin memperkuat ketahanan plastik biodegradable
terhadap air, yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai water sollubility

Semakin banyak penggunaan plasticizer maka akan meningkatkan kelarutan

Swelling

Analisa %SD mengacu pada kemampuan hidrofilik bahan yang merupakan indikator retensi air
dari film.

%WS bisa dianggap sebagai indikator untuk


mengevaluasi ketahanan air dan stabilitas film karena
menjadi dasar ketahanan kelembaban eksternal dari film itu
sendiri
Bioplastik dengan sorbitol akan memiliki swelling lebih tinggi

Penambahan pati dalam pembuatan plastik selain meningkatkan degradabilitas bahan, juga berdampak
pada menurunnya kekuatan mekanis bahan (Widyaningsih, dkk., 2012). Untuk mengimbangi
pengurangan kekuatan plastik akibat dari penambahan pati, maka diperlukan bahan lain sebagai
plasticizer atau pemlastis sebagai penambah kekuatan mekaniknya berupa sorbitol.

Sebagai plasticizer, sorbitol yang sudah masuk ke dalam molekul pati selanjutnya menurunkan interaksi
antar molekul pati (kohesi) dengan membentuk ikatan hidrogen antara gugus hidroksil dalam molekul
pati dengan molekul sorbitol sehingga menyebabkan peningkatan fleksibilitas biodegradable film dan
meningkatkan nilai persen pemanjangan

Adanya penambahan sorbitol pada pembuatan biodegradable film akan mengurangi ikatan hidrogen
pada pati sehingga warna yang dihasilkan akan terlihat semakin transparan.

Selulosa menimbulkan banyaknya ikatan hidrogen ini menyebabkan kekakuan dan gaya antar rantai
yang tinggi sehingga selulosa tidak larut dalam air. Namun dengan penambahan sorbitol mampu
menurunkan gaya intermolekuler pada biodegradable film sehingga nilai kelarutannya bertambah.

The chemical treatment steps which commenced with yielding a dark brown colour was due to alkali
solubilizing with yellow-orange coloured fruit bran. The light yellow suspension was obtained after the
second alkali hydrolysis and second bleaching treatments. Alkaline treatment hydrolysed the starch and
hemicelluloses while the bleaching step decoloured the suspension by removing the lignin and tannins
which is considered to be bitter tasting component in plant tissues. Sodium chlorite was used in
bleaching which is helpful in generating carboxylic, hydroxyl and carbonyl groups by oxidising lignin.
Lignin content gets solubilized in alkaline media and thus purified cellulose is obtained. Finally, white
cellulose suspension is evident by acid hydrolysis which removes pectin and other plant polysaccharides
making it crystalline. After several washes the neutral pH is mandatory which facilitates life-long storage
at 4 ̊C before lyophilising. The yield obtained was 35% of the dry mass.

KOH mendegradasi lignin dengan konsentrasi 2,5 menghasilkan persen selulosa yang lebih
banyak dibandingkan konsentrasi lain. Perlakuan dengan alkali ini bertujuan untuk melarutkan bahan
selain selulosa yang ada pada kulit jagung seperti lignin, asam organik sehingga selulosa terpisah dari
lignin dan komponen lainnya.

Dewi et al. (2016) menyatakan bahwa laju biodegradasi bioplastik disebabkan karena kemampuan
bioplastik menyerap air. Penyerapan air merupakan tahap awal sebelum proses biodegradasi terjadi.
Pada tahap ini, berat bioplastik naik dan bioplastik akan mengembang. Jadi, semakin tinggi nilai daya
serap air pada bioplastik maka nilai kecepatan biodegradasinya akan semakin tinggi. Nilai daya serap air
paling tinggi pada perlakuan B sehingga laju biodegradasinya juga akan cepat.

Menurut Darni, dkk., [2009] penambahan selulosa bertujuan untuk mengurangi sifat hidrofilik pada pati
karena karakteristik selulosa yang tidak larut dalam air. Ditinjau dari struktur kimia, selulosa memiliki
ikatan hidrogen yang kuat sehingga sulit untuk bergabung dengan air.

Pembuatan film berbasis pati pada dasarnya menggunakan prinsip gelatinasi. Ketika dipanaskan dengan
air, pati akan mengalami proses transisi, dimana granula terpecah menjadi sebuah campuran polimer
didalam larutan, yang dikenal sebagai gelatinisasi [Ratnayake dan Jackson, 2008]. Gelatinisasi
mengakibatkan ikatan amilosa akan cenderung saling berdekatan karena adanya ikatan hidrogen.
Setelah terjadi proses gelatinisasi, kemudian larutan gelatin dicetak atau dituangkan pada tempat
pencetakan dan dikeringkan selama 24 jam. Proses pengeringan akan mengakibatkan penyusutan
sebagai akibat dari lepasnya air, sehingga gel akan membentuk bioplastik yang stabil [Ginting, dkk.,
2014]. Gelatinisasi adalah proses pembengkakan granula pati karena adanya panas dan air, sehingga
granula pati tidak dapat kembali ke bentuk semula.Gelatinasi mengakibatkan ikatan amilosa akan
cenderung saling berdekatan karena adanya ikatan hidrogen. Proses pengeringan akan mengakibatkan
penyusutan sebagai akibat lepasnya air sehingga gel akan membentuk film yang stabil

Secara alamiah molekul-molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril-fibril yang terdiri dari beberapa
molekul selulosa. Fibril- 28 fibril ini membentuk struktur kristal yang dibungkus oleh lignin. Komposisi
kimia dan struktur yang demikian membuat karakteristik fisik kulit jagung bersifat kuat dan keras.
Selulosa juga merupakan 15 bahan dasar dalam pembuatan kertas. Seratnya mempunyai kekuatan dan
durabilitas (ketahanan) yang tinggi. Jika dibasahi dengan air, menunjukkan pengembangan ketika jenuh,
dan juga higroskopis. Bahkan dalam keadaan basah, serat selulosa alami tidak kehilangan kekuatannya
(Zugenmaier, 2008). Sifat kuat dan keras yang dimiliki oleh sebagian besar bahan berselulosa membuat
bahan tersebut tahan terhadap peruraian secara enzimatik.
Ukuran serbuk berpengaruh terhadap selulosa yang dihasilkan. Ukuran serbuk yang kecil, akan
mempercepat laju reaksi selama proses pencampuran bahan karena semakin besar luas permukaan
yang bereaksi (Wiradipta, 2017 Semakin kecil ukuran bahan, semakin cepat pula reaksinya. Hal ini
sejalan dengan teori tumbukan, semakin banyak tumbukan dalam larutan terjadi, semakin cepat pula
laju reaksinya

XRD

Hasil pemeriksaan XRD mikrokristalin selulosa dari kulit jagung memperlihatkan puncak tajam pada 2θ
yaitu 22,41o (fase kristal) dan puncak yang lebar pada 2θ yaitu 16,41o (fase amorf) (Kharismi et al.,
2018).

Anda mungkin juga menyukai