Anda di halaman 1dari 3

DEMAM TIFOID

No. Dukumen : 277.O.18


SOP No. Revisi :-
Tanggal Terbit : 1 Juni 2016
Halaman : 3 dari 3
Dr. Gede Nuada.
PUSKESMAS NIP :
TEJAKULA II 196509122009041001

1. Pengertian Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini erat
kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Di Indonesia
bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam mendiagnosa, menatalaksana demam tifoid.
3. Kebijakan SK kepala Puskesmas Tejakula II No. 222.A1 tentang jenis pelayanan yang disediakan di Puskesmas
Tejakula II
4. Referensi Permenkes RI No. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
5. Prosedur a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
c. Diagnosa
d. Rencana penatalaksanaan komprehensif
e. Prognosis
6. Langkah-langkah Anamnesa
Keluhan
Pasien datang ke dokter karena demam. Demam naik turun terutama sore dan malam hari (demam
intermiten). Keluhan disertai dengan sakit kepala yang sering dirasakan di area frontal, nyeri otot,
pegal-pegal, insomnia, anoreksia dan mual muntah. Selain itu, keluhan dapat pula disertai
gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, nyeri abdomen dan BAB
berdarah. Pada anak dapat terjadi kejang demam.
Demam tinggi dapat terjadi terus-menerus (demam kontinyu) hingga minggu kedua.
Faktorrisiko
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

PemeriksaanFisik
a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutupi selaput putih (coated tongue), jarang ditemukan pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardi relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi).
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut:
a. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan kesadaran seperti berkabut.
Bila klinis berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala
psikosis (organic brain syndrome).
b. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.

Penegakan Diagnosis.
Diagnosis Klinis
Suspek Demam Tifoid (suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan
petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek demam tifoid hanya dibuat pada pelayanan
kesehatan dasar.

Diagnosis Banding
a. Demam berdarah dengue.
b. Malaria.
c. Leptospirosis.

Komplikasi
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara lain perdarahan,
DEMAM TIFOID
No. Dukumen : 277.O.18
SOP No. Revisi :-
Tanggal Terbit : 1 Juni 2016
Halaman : 3 dari 3
Dr. Gede Nuada.
PUSKESMAS NIP :
TEJAKULA II 196509122009041001

perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ.


a. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati).
Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi yang disertai dengan
kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai dari delirium sampai dengan koma.
b. Syok septik.
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta gejala-gejala toksemia yang berat. Selain
itu, terdapat gejala gangguan hemodinamik seperti tekanan darah turun, nadi halus dan
cepat, keringat dingin dan akral dingin.
c. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis).
Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoschezia. Dapat juga diketahui dengan
pemeriksaan feses (occult blood test). Komplikasi ini ditandai dengan gejala akut abdomen
dan peritonitis.
d. Hepatitis tifosa.
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes fungsi hati.
e. Pankreatitis tifosa.
Terdapat tanda pankreatitis akut.
f. Pneumonia.

Penatalaksanaan
 Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
 Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
 Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
 Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian
dicatat dengan baik di rekam medik pasien.
 Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
 Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah
kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), atau
kotrimoksazol.
 Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan
antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18
tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
 Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah atau rawat jalan:
 Pasien dengan gejala klinis yang ringan, tidak ada tanda-tanda komplikasi serta tidak
ada komorbid yang membahayakan.
 Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan minum dengan baik.
 Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang cara-cara merawat serta cukup
paham tentang petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid.
 Rumah tangga pasien memiliki atau dapat melaksanakan sistem pembuangan ekskreta
(feses, urin, muntahan) yang memenuhi syarat kesehatan.
 Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan dan perawatan pasien.
 Dokter dapat memprediksi pasien tidak akan menghadapi bahaya-bahaya yang serius.
 Dokter dapat megunjungi pasien setiap hari. Bila tidak bisa harus diwakili oleh seorang
perawat yang mampu merawat demam tifoid.
 Dokter mempunyai hubungan komunikasi yang lancar dengan keluarga pasien.

Konseling dan Edukasi


Edukasi pasien tentang tata cara:
DEMAM TIFOID
No. Dukumen : 277.O.18
SOP No. Revisi :-
Tanggal Terbit : 1 Juni 2016
Halaman : 3 dari 3
Dr. Gede Nuada.
PUSKESMAS NIP :
TEJAKULA II 196509122009041001

 Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang harus diketahui pasien
dan keluarganya.
 Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung
oleh dokter, dan keluarga pasien telah memahami setta mampu melaksanakan.
 Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga supaya bisa segera
dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.
Selain itu dapat dilakukan konseling atau edukasi pada masyarakat tentang aspek pencegahan dan
pengendalian demam tifoid, melalui:
 Perbaikan sanitasi lingkungan.
 Peningkatan higiene makanan dan minuman.
 Peningkatan higiene perorangan.
 Pencegahandengan imunisasi.

Kriteria Rujukan
 Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak ada perbaikan.
 Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
 Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan fasilitas tidak mencukupi.

Prognosis
Prognosis adalah bonam, namun ad nasationam dubia ad bonam, karena penyakit dapat terjadi
berulang.
Bagan Alir
Anamnesa Pemeriksaan Penegakan Terapi dan
Fisik Diagnosis Penatalaksaan
diet TKTP

Rujuk apabila
5 hari belum Konseling dan
ada Edukasi
perbaikan
Hal-hal yang diperhatikan a. Anamnesa
b. Pemeriksaanfisik
c. Komplikasi
d. Prognosis
Unit terkait Poliumum

Dukumen terkait -

Rekaman historis
perubahan NO Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai