Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

PERLINDUNGAN KEKERASAN FISIK

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI


Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Wayhalim Bandar Lampung
No. Tel (0721)787799, No. Fax (0721)787999
TAHUN 2017
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Pengertian............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................. 1
1.3 Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II RUANG LINGKUP...................................................................................... 3

BAB III TATA LAKSANA....................................................................................... 6

BAB IV DOKUMENTASI........................................................................................ 16

BAB V PENUTUP..................................................................................................... 17

LAMPIRAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan


hidayatNya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan panduan perlindungan
terhadap kekerasan fisik ini, dengan adanya panduan ini semoga dapat menjadi
panduan tatalaksana perlindungan terhadap kekerasan fisik dapat berjalan dengan
baik di RSIA Puri Betik Hati.
Dengan terbitnya panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik ini
diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman selama berada di
lingkungan RSIA Puri Betik Hati.
Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih kepada lingkungan semua
pihak yang telah membantu terwujudnya Panduan Perlindungan terhadap
Kekerasan Fisik di RSIA Puri Betik Hati.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan


secara langsung merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup
antara lain memukul, menendang, menampar, mendorong, menggigit, mencubit,
pelecehan seksual, dan lain-lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun
oleh pengunjung di Rumah Sakit.
Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau
kelompok yang dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual,
moral atau sosial termasuk pelecehan secara verbal.
Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain,
secara verbal (kata-kata yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik
(melukai atau membunuh) atau merusak harta benda.
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan,
pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan
untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas
tertentu tindakan menyakiti pasien, pengunjung atau staff Rumah Sakit dapat
dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang
terkait dengan kekejaman terhadap , pengunjung atau staff Rumah Sakit. Istilah
“kekerasan” juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku
yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil
dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.

1.2 Tujuan
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita
cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien
berisiko dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung, staf rumah sakit
dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko yang
mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Dan juga buku panduan ini digunakan

1
sebagai acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan
perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita, anak-anak
dan yang berisiko disakiti.

1.3 Manfaat
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan citra yang baik
bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati.
2. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan
rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RSIA Puri Betik
Hati
3. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit seperti tindak kekerasan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Kekerasan Fisik Di Rumah Sakit Dapat Dialami Oleh:


1. Bayi baru lahir (Neonatus) dan Anak-Anak
Kekerasan terhadap bayi meliputi semua bentuk tindakan/perlakuan
menyakitkan secara fisik, pelayanan medis yang tidak standar seperti
inkubator yang tidak layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan penelantaran
bayi.
Menurut data dari Kementrian Kesehatan Kasus penculikan bayi
menujukkan peningkatan dari 72 kasus di tahun 2011 menjadi 102 di tahun
2012, diantaranya 25% terjadi di rumah sakit, rumah bersalin, dan puskesmas.
2. Kekerasan pada anak (child abuse)
Kekerasan pada anak (child abuse) di rumah sakit adalah perlakuan kasar
yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, penganiayaan fisik,
seksual, penelantaran (ditinggal oleh orangtuanya di rumah sakit), maupun
emosional yang diperoleh dari orang dewasa yang ada di
lingkungan rumah sakit. Hal tersebut mungkin dilakukan oleh orang tuanya
sendiri, pasien lain atau pengunjung atau oleh staf rumah sakit. Terjadinya
kekerasan fisik adalah dengan penggunaan kekuasaan atau otoritasnya,
terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya diberikan perlindungan.
3. Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati
standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi
suatu masyarakat yang berperadaban. Salah satu contoh kelompok rentan
tersebut adalah orang-orang lanjut usia (lansia). Ternyata, walau sudah
memiliki keterbatasan, lansia juga rentan terhadap kekerasan. Menurut
statistik, lebih dari dua juta lansia mengalami kekerasan setiap tahunnya.
Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi ketika seorang lansia
mengalami kekerasan oleh orang lain. Dalam  banyak  kasus, kekerasan fisik 

3
datang dari orangorang yang mereka percayai. Karenanya, mencegah
kekerasan pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi
suatu tugas yang sulit. Statistik dari Dinas Pelayanan di New Zealand
menunjukkan bahwa kebanyakan, orang-orang yang melakukan kekerasan
terhadap lansia, merupakan anggota keluarga atau orang yang berada pad
aposisi yang mereka percayai, seperti: pasangan hidup, anak, menantu,
saudara, cucu, ataupun perawat.
Kekerasan fisik pada lansia di rumah sakit, yaitu bisa berupa perkosaan,
pemukulan, dipermalukan/diancam seperti anak kecil, diabaikan/
diterlantarkan, atau mendapatkan perawatan yang tidak standar.

4. Kekerasan pada Perempuan


Kekerasan di rumah sakit dapat berupa perkosaan, yaitu hubungan
seksual yang dilakukan seseorang atau lebih tanpa persetujuan korbannya.
Namun perkosaan tidak semata-mata sebuah serangan seksual akibat
pelampiasan dari rasa marah, bisa juga disebabkan karena godaan yang
timbul sesaat seperti melihat bagian tubuh pasien wanita yang tidak ditutupi
pakaian atau selimut, mengintip pasien pada saat mandi dan sebagainya.

5. Orang dengan gangguan jiwa


Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak bisa mengendalikan
perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu dilakukan tindakan pembatasan
gerak (restraint) atau menempatkan pasien di kamar isolasi.
Tindakaninibertujuan agarpasien dibatasi pergerakannya karena dapat
mencederai orang lain atau dicederai orang lain,Bila tindakan isolasi tidak
bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya, berpotensi melukai diri
sendiri atau orang lain maka alternatif lain adalah dengan melakukan
pengekangan/pengikatan fisik (restraint).
Kekerasan fisik pada pasien jiwa yang dilakukan restrain di rumah sakit,
bisa disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai prosedur, atau
menggunakan pengikat yang tidak standar. Selain itu, pasien jiwa yang

4
dilakukan restrain mudah menerima kekerasan fisik, baik dari pengunjung
lain, sesama pasien jiwa, maupun oleh tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh
karena kondisi pasien yang “terikat“ sehingga mudah mendapatkan serangan.

6. Pasien koma
Kekerasan fisik bagi pasien yang koma di rumah sakit, bisa disebabkan
oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar, penelantaran oleh perawat,
diperlakukan secara kasar oleh tenaga kesehatan yang bertugas sampai pada
menghentikan bantuan hidup dasar pada pasien tanpa persetujuan
keluarga/wali

5
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien RSIA
Puri Betik Hati adalah sebagai berikut :
1. Petugas registrasi melakukan proses identifikasi pasien berisiko, kemudian
melaporkan ke perawat untuk ditindak lanjuti, jika berhubungan dengan
tindak pidana maka petugas keamanan mengambil peran melindungi
pasien dari kunjungan orang-orang yang berpotensi melakukan kekerasan
fisik.
2. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf RSIA Puri Betik Hati:
Perawat unit bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan
insiden ke kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut.
3. Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan
maupun di lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera
CCTV (Closed Circuit Television) yang terpantau selama 24 (dua puluh
empat) jam terus-menerus.
4. Adapun letak CCTV di RSIA Puri Betik Hati, yaitu sebagai berikut:
LOKASI JUMLAH CCTV
Lantai 1 8
Lantai 2 4
Lantai 3 4
Lantai 4 4
Lantai 5 4

5. Setiap pasien hanya dapat didampingi oleh maksimal dua orang penunggu,
dan petugas keamanan wajib memberikan kartu penunggu pasien untuk
dapat digunakan selama mendampingi pasien.
6. Pemberlakuan jam berkunjung pasien:
Pukul 10.00 – 12.00 WIB
Pukul 17.00 – 19.00 WIB

6
7. Pengunjung di luar jam berkunjung wajib melapor dan menulis identitas
pengunjung, serta memberitahukan keperluan dan identitas pasien yang
akan dikunjungi. Jika pengunjung tidak dapat memberitahukan identitas
pasien yang akan dikunjungi, pengunjung tersebut dilarang memasuki
ruang rawatan. Pengunjung yang bisa memberitahukan identitas pasien,
petugas keamanan akan menghubungi perawat ruangan dan
mengkonfirmasi ke pasien yang akan dikunjungi, jika pasien setuju
dikunjungi maka akan diminta kartu pengenal untuk disimpan oleh
petugas keamanan Rumah Sakit dan diberikan kartu pengunjung pasien
khusus RSIA Puri Betik Hati dan dipersilahkan memasuki ruang rawatan.
Pada saat pulang pengunjung kembali melapor ke petugas keamanan untuk
mengembalikan kartu pengunjung pasien dan mengambil kartu
pengenalnya.
8. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan,
memeriksa barang yang dibawa dan mendampingi pengunjung tersebut
sampai ke pasien yang dimaksud.
9. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila
menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat
membuat keonaran maupun kekerasan.
10. Petugas keamanan mengunci akses masuk lantai dasar RSIA Puri Betik
Hati pada pukul 17.00 WIB.

3.2 Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Usia Lanjut Dan Gangguan
Kesadaran
1. Pasien Rawat jalan
a. Pengunjungan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai
ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
b. Perawat wajib mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai
pasien pulang.

7
2. Pasien rawat inap
a. Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor
perawat.
b. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur serta memberi
gelang identitas penanda risiko jatuh.
c. Perawat memastikan telfon pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.
d. Meminta penunggu pasien untuk menjaga pasien.

3. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Penderita Cacat


a. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita
cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta
menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses
pemeriksaan selesai dilakukan.
b. Bila diperlukan, perawat meminta penunggu pasien untuk menjaga pasien.
c. Memastikan telfon pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien
dapat menggunakan telfon tersebut.
d. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.

4. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Anak-Anak


a. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga.
b. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila
akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan misalnya
pemasangan infus atau pemberian obat-obatan baik oral maupun intravena.
c. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
d. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang
yang keluar masuk dari ruang tersebut.
e. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu
kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain.

8
5. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Penyakit Menular
a. Staf RSIA Puri Betik Hati menghormati pasien penyakit menular sebagai
individu sesuai dengan perikemanusiaan.
b. Tenaga kesehatan memberikan pelayanan asuhan medis sesuai dengan
standar prosedur.

6. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Yang Berisiko Disakiti (Risiko


Penyiksaan, Napi, Korban Dan Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga)
a. Pasien diterima melalui IGD, perawat IGD wajib menutup akses masuk
IGD dengan mengunci semua pintu untuk menghindari terjadinya
penganiayaan oleh orang yang merasa dirugikan oleh pasien.
b. Pasien rawat inap ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin
dengan kantor perawat.
c. Pengunjung maupun penunggu pasien wajib lapor dan mencatat identitas
di kantor perawat, berikut dengan penunggu atau pengunjung pasien lain
yang satu kamar perawatan dengan pasien berisiko.
d. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi
perawatan pasien, penunggu maupun pengunjung pasien.
e. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

9
7. Berikut adalah Kode RSIA Puri Betik Hati untuk memberi perlindungan
terhadap pasien dari kekerasan fisik:

Kode Keterangan Respon Primer Respon Sekunder


No
1 Kode Grey (abu-abu) Situasi berbahaya Lindungi/pertahankan diri a. Amankan tempat
berhubungan sendiri dan hubungi pusat kejadian perkara
dengan kejahatan petugas (dalam hal ini b. Catat hasil
yang mengancam petugas registrasi) untuk pengamatan
fisik mengaktifkan Kode Grey secepatnya misal ciri
(abu-abu) penyerang, senjata,
cara bicara, tingkah
Gangguan Keamanan
laku, tato, arah
pelarian, dll
c. Bekerja sama dengan
security sambil
menunggu petugas
kepolisian
2 Kode Pink Bayi/anak Jika ada laporan penculikan a. Lakukan
2 hilang/diculik dari segera laporkan ke petugas pemeriksaan secara
Rumah Sakit registrasi agar mengaktifkan berkala pada ruang
kode pink dan petugas rawat bayi/anak
keamanan segera menutup b. Perawat melakukan
seluruh akses masuk dan identifikasi kepada
keluar rumah sakit dan ibu dan bayinya
melakukan pemeriksaan c. Monitor seluruh
pada seluruh area Rumah ruangan dengan
Sakit. Petugas kamar bayi CCTV
mengunci pintu ruang bayi d. Perawat dan petugas
Penculikan bayi
dan petugas per unit keamanan
menutup akses masuk dan melakukan
keluar di area masing- penyisiran kepada
masing. pengunjung dan
penunggu pasien
yang membawa bayi
untuk diarahkan dan
dikumpulkan di

10
depan ruang
pendaftaran (lantai 2)
untuk dilakukan
pemeriksaan
e. Setelah ditemukan
orang dengan
membawa bayi yang
mencurigakan,
kemudian orang dan
bayi tersebut
diamankan
f. Melibatkan keluarga/
pasien untuk
melakukan
pemeriksaan kepada
bayi tersebut
g. Setelah bayi
teridentifikasi, bayi
diserahkan kepada
ibunya dan bagian
keamanan
menyerahkan kasus
tersebut ke pihak
kepolisian
3 Kode Black Adanya informasi a. Segera mengaktifkan a. Berusaha untuk
3 ancaman bom lewat kode hitam agar petugas mengurangi tingkat
telepon atau SMS keamanan segera risiko/bahaya dengan
mengisolasi tempat yang memantau ketat
yang dicurigai. daerah/ruang
b. Menghubungi pihak perawatan yang
kepolisian terpencil
Ancaman bom
b. Jika ancaman bom
lewat telfon, maka
usahakan untuk
memperpanjang
pembicaraan guna
mendapatkan

11
informasi yang jelas
c. Hidupkan alat
perekam suara dan
catat informasi dan
data penelfon
d. Laporkan ke security
untuk menghubungi
nomor (0721)
7691110 (polres
kedaton) sampaikan
bahwa terdapat
ancaman bom,
lokasi, dan nama
penelfon dan tempat
tugas
e. Jangan menyebarkan
informasi ancaman
bom kepada orang
lain
f. Kembali
melaksanakan
aktifitas dengan
wajar
g. Laksanakan evakuasi
atas instruksi security

8. Menerima Kunjungan Dari Keluarga Pasien Yang Bersifat Khusus (Diluar Jam
Berkunjung)
1) Petugas keamanan menghubungi perawat/bidan ruang rawat inap bahwa
ada pengunjung yang ingin mengunjungi pasien di luar jam berkunjung,
dengan kriteria Penerimaan Kunjungan yang bersifat khusus.
2) Perawat/bidan menghubungi pasien, untuk mengkonfirmasi apakah
kunjungan tersebut sesuai dengan kriteria kunjungan yang bersifat khusus
(untuk keluarga dari luar kota).

12
3) Apabila sesuai dengan kebijakan, perawat/bidan menghubungi petugas
keamanan untuk memberikan izin kunjungan yang bersifat khusus.
4) Petugas keamanan mempersilahkan keluarga pasien untuk mengisi buku
kunjungan dan meminta kartu pengenal keluarga pasien kemudian petugas
keamanan menyerahkan Kartu Pengunjung Pasien.
5) Setiap pasien hanya boleh dikunjungi oleh 2 (dua) orang pada saat di luar
jam kunjungan.
6) Saat akhir kunjungan keluarga pasien kembali melapor ke petugas
keamanan untuk menandatangani buku kunjungan dan menyerahkan Kartu
Pengunjung Pasien kemudian mengambil kartu pengenalnya.

9. Menerima tamu luar ke RSIA Puri Betik Hati


1) Tamu masuk ke RSIA Puri Betik Hati
2) Tamu didata oleh bagian keamanan dengan membawa kartu tamu
3) Bagian keamanan menjelaskan kepada tamu mengenai tata tertib
penggunaan kartu tamu
4) Setelah tamu menandatangani buku tamu sebagai tanda bahwa tamu
setuju mematuhi peraturan, petugas keamanan memberikan kartu tamu,
ditukar dengan kartu identitas tamu
5) Jika tamu telah selesai dengan urusannya dengan rumah sakit maka tamu
menukarkan kartu tamu dengan kartu identitasnya kepada bagian
keamanan

13
ALUR PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK

KEAMANAN INSTALASI RAWAT INAP

MULAI

Pengunjung diluar jam besuk, tanya Hubungi pasien terkait


keperluan dan pasien yang di tuju identitas pengunjung

Jika pasien mengenal dan


mengijinkan maka pengunjung bisa Catat, Nama, Nomor Identitas,
masuk Tanggal, Jam berkunjung,
keperluan, pasien yang dituju

Pantau lingkungan Rumah Sakit


melalui CCTV

SELESAI
Tindakan cepat untuk kondisi yang
mencurigakan

BAB IV

14
DOKUMENTASI

Dokumentasi perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik di RSIA Puri


Betik Hati adalah sebagai berikut:

1. Spo perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik


2. SPO Serah Terima Bayi Dalam Perawatan
3. SPO Identifikasi Pengunjung
4. SPO Pencegahan Kehilangan Bayi
5. SPO Penanganan kasus/kejadian penculikan bayi
6. SPO Kartu Penunggu Pasien Diluar Jam Besuk
7. SPO Kartu Penunggu Pasien
8. SPO Pergantian Penunggu Pasien
9. SPO Kartu Tamu
10. SPO Mekanisme Melindungi Pasien dari Kekerasan Fisik
11. SPO Perlindungan Pasien Anak-Anak dari Kekerasan Fisik
12. SPO Serah Terima Bayi Pulang
13. Daftar kelompok pasien RSIA Puri Betik Hati yang berisiko mendapat
kekerasan fisik
14. Ketentuan berkunjung pasien RSIA Puri Betik Hati
15. Daftar pengunjung pasien RSIA Puri Betik Hati
16. Daftar Penunggu pasien RSIA Puri Betik Hati

BAB V

15
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan


Fisik maka setiap personil RSIA Puri Betik Hati dapat melaksanakan prosedur
perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien usia lanjut, penderita cacat,
anak-anak dan yang berisiko disakiti dengan baik dan benar serta melayani pasien
dengan memuaskan.

16

Anda mungkin juga menyukai