KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Pengertian............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................. 1
1.3 Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II RUANG LINGKUP...................................................................................... 3
BAB IV DOKUMENTASI........................................................................................ 16
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 17
LAMPIRAN
i
KATA PENGANTAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
1.2 Tujuan
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita
cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien
berisiko dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung, staf rumah sakit
dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko yang
mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Dan juga buku panduan ini digunakan
1
sebagai acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan
perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita, anak-anak
dan yang berisiko disakiti.
1.3 Manfaat
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan citra yang baik
bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati.
2. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan
rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RSIA Puri Betik
Hati
3. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit seperti tindak kekerasan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
datang dari orangorang yang mereka percayai. Karenanya, mencegah
kekerasan pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi
suatu tugas yang sulit. Statistik dari Dinas Pelayanan di New Zealand
menunjukkan bahwa kebanyakan, orang-orang yang melakukan kekerasan
terhadap lansia, merupakan anggota keluarga atau orang yang berada pad
aposisi yang mereka percayai, seperti: pasangan hidup, anak, menantu,
saudara, cucu, ataupun perawat.
Kekerasan fisik pada lansia di rumah sakit, yaitu bisa berupa perkosaan,
pemukulan, dipermalukan/diancam seperti anak kecil, diabaikan/
diterlantarkan, atau mendapatkan perawatan yang tidak standar.
4
dilakukan restrain mudah menerima kekerasan fisik, baik dari pengunjung
lain, sesama pasien jiwa, maupun oleh tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh
karena kondisi pasien yang “terikat“ sehingga mudah mendapatkan serangan.
6. Pasien koma
Kekerasan fisik bagi pasien yang koma di rumah sakit, bisa disebabkan
oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar, penelantaran oleh perawat,
diperlakukan secara kasar oleh tenaga kesehatan yang bertugas sampai pada
menghentikan bantuan hidup dasar pada pasien tanpa persetujuan
keluarga/wali
5
BAB III
TATA LAKSANA
3.1 Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien RSIA
Puri Betik Hati adalah sebagai berikut :
1. Petugas registrasi melakukan proses identifikasi pasien berisiko, kemudian
melaporkan ke perawat untuk ditindak lanjuti, jika berhubungan dengan
tindak pidana maka petugas keamanan mengambil peran melindungi
pasien dari kunjungan orang-orang yang berpotensi melakukan kekerasan
fisik.
2. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf RSIA Puri Betik Hati:
Perawat unit bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan
insiden ke kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut.
3. Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan
maupun di lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera
CCTV (Closed Circuit Television) yang terpantau selama 24 (dua puluh
empat) jam terus-menerus.
4. Adapun letak CCTV di RSIA Puri Betik Hati, yaitu sebagai berikut:
LOKASI JUMLAH CCTV
Lantai 1 8
Lantai 2 4
Lantai 3 4
Lantai 4 4
Lantai 5 4
5. Setiap pasien hanya dapat didampingi oleh maksimal dua orang penunggu,
dan petugas keamanan wajib memberikan kartu penunggu pasien untuk
dapat digunakan selama mendampingi pasien.
6. Pemberlakuan jam berkunjung pasien:
Pukul 10.00 – 12.00 WIB
Pukul 17.00 – 19.00 WIB
6
7. Pengunjung di luar jam berkunjung wajib melapor dan menulis identitas
pengunjung, serta memberitahukan keperluan dan identitas pasien yang
akan dikunjungi. Jika pengunjung tidak dapat memberitahukan identitas
pasien yang akan dikunjungi, pengunjung tersebut dilarang memasuki
ruang rawatan. Pengunjung yang bisa memberitahukan identitas pasien,
petugas keamanan akan menghubungi perawat ruangan dan
mengkonfirmasi ke pasien yang akan dikunjungi, jika pasien setuju
dikunjungi maka akan diminta kartu pengenal untuk disimpan oleh
petugas keamanan Rumah Sakit dan diberikan kartu pengunjung pasien
khusus RSIA Puri Betik Hati dan dipersilahkan memasuki ruang rawatan.
Pada saat pulang pengunjung kembali melapor ke petugas keamanan untuk
mengembalikan kartu pengunjung pasien dan mengambil kartu
pengenalnya.
8. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan,
memeriksa barang yang dibawa dan mendampingi pengunjung tersebut
sampai ke pasien yang dimaksud.
9. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila
menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat
membuat keonaran maupun kekerasan.
10. Petugas keamanan mengunci akses masuk lantai dasar RSIA Puri Betik
Hati pada pukul 17.00 WIB.
3.2 Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Usia Lanjut Dan Gangguan
Kesadaran
1. Pasien Rawat jalan
a. Pengunjungan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai
ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
b. Perawat wajib mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai
pasien pulang.
7
2. Pasien rawat inap
a. Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor
perawat.
b. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur serta memberi
gelang identitas penanda risiko jatuh.
c. Perawat memastikan telfon pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.
d. Meminta penunggu pasien untuk menjaga pasien.
8
5. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Pasien Penyakit Menular
a. Staf RSIA Puri Betik Hati menghormati pasien penyakit menular sebagai
individu sesuai dengan perikemanusiaan.
b. Tenaga kesehatan memberikan pelayanan asuhan medis sesuai dengan
standar prosedur.
9
7. Berikut adalah Kode RSIA Puri Betik Hati untuk memberi perlindungan
terhadap pasien dari kekerasan fisik:
10
depan ruang
pendaftaran (lantai 2)
untuk dilakukan
pemeriksaan
e. Setelah ditemukan
orang dengan
membawa bayi yang
mencurigakan,
kemudian orang dan
bayi tersebut
diamankan
f. Melibatkan keluarga/
pasien untuk
melakukan
pemeriksaan kepada
bayi tersebut
g. Setelah bayi
teridentifikasi, bayi
diserahkan kepada
ibunya dan bagian
keamanan
menyerahkan kasus
tersebut ke pihak
kepolisian
3 Kode Black Adanya informasi a. Segera mengaktifkan a. Berusaha untuk
3 ancaman bom lewat kode hitam agar petugas mengurangi tingkat
telepon atau SMS keamanan segera risiko/bahaya dengan
mengisolasi tempat yang memantau ketat
yang dicurigai. daerah/ruang
b. Menghubungi pihak perawatan yang
kepolisian terpencil
Ancaman bom
b. Jika ancaman bom
lewat telfon, maka
usahakan untuk
memperpanjang
pembicaraan guna
mendapatkan
11
informasi yang jelas
c. Hidupkan alat
perekam suara dan
catat informasi dan
data penelfon
d. Laporkan ke security
untuk menghubungi
nomor (0721)
7691110 (polres
kedaton) sampaikan
bahwa terdapat
ancaman bom,
lokasi, dan nama
penelfon dan tempat
tugas
e. Jangan menyebarkan
informasi ancaman
bom kepada orang
lain
f. Kembali
melaksanakan
aktifitas dengan
wajar
g. Laksanakan evakuasi
atas instruksi security
8. Menerima Kunjungan Dari Keluarga Pasien Yang Bersifat Khusus (Diluar Jam
Berkunjung)
1) Petugas keamanan menghubungi perawat/bidan ruang rawat inap bahwa
ada pengunjung yang ingin mengunjungi pasien di luar jam berkunjung,
dengan kriteria Penerimaan Kunjungan yang bersifat khusus.
2) Perawat/bidan menghubungi pasien, untuk mengkonfirmasi apakah
kunjungan tersebut sesuai dengan kriteria kunjungan yang bersifat khusus
(untuk keluarga dari luar kota).
12
3) Apabila sesuai dengan kebijakan, perawat/bidan menghubungi petugas
keamanan untuk memberikan izin kunjungan yang bersifat khusus.
4) Petugas keamanan mempersilahkan keluarga pasien untuk mengisi buku
kunjungan dan meminta kartu pengenal keluarga pasien kemudian petugas
keamanan menyerahkan Kartu Pengunjung Pasien.
5) Setiap pasien hanya boleh dikunjungi oleh 2 (dua) orang pada saat di luar
jam kunjungan.
6) Saat akhir kunjungan keluarga pasien kembali melapor ke petugas
keamanan untuk menandatangani buku kunjungan dan menyerahkan Kartu
Pengunjung Pasien kemudian mengambil kartu pengenalnya.
13
ALUR PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK
MULAI
SELESAI
Tindakan cepat untuk kondisi yang
mencurigakan
BAB IV
14
DOKUMENTASI
BAB V
15
PENUTUP
16