Anda di halaman 1dari 7

BAHASA DAN KESUSASTRAAN

BAHASA

A. Pengertian Bahasa

Dalam pendidikan formal di sekolah menengah, kalau ditanyakan apakah


bahasa itu, biasanya akan dijawab “bahasa adalah alat komunikasi“. Jawaban ini
tidak salah, tetapi juga tidak benar, sebab jawaban itu hanya menyatakan “bahasa
adalah alat”. Jadi fungsi dari bahasa itu sendiri. Memang benar, fungsi bahasa
adalah alat komunikasi bagi manusia, tapi pertanyaan yang diajukan di atas bukan
“ Apakah fungsi bahasa?” melainkan “ Apkah bahasa itu ?”. Maka, jawabannya
haruslah berkenaan dengan “sosok” nbahasa itu, bukan tentang fungsinya.
Jawaban “bahasa adalah alat komunikasi” untuk pertanyaan ”Apakah bahasa itu
?”, memang wajar terjadi karena bahasa itu adalah fenomena sosial yang banyak
seginya. Sedangkan segi fungsinya tampaknya merupakan segi yang paling
menonjol di antara segi lainnya. Karena itu tidak mengherankan kalau banyak
juga pakar membuat definisi tentang bahasa dengan pertama-tama menonjolkan
segi fungsinya itu, seperti Sapir (1221:8). Badudu (1989:3), dan Keraf(1984:16).
Jawaban terhadap pertanyaan “Apakah bahasa itu?” yang tidak menonjolkan
fungsi, tetapi menonjolkan “ Apakah bahasa itu ?” yang tidak menonjolkan
fungsi, tetapi menonjolkan “sosok” bahasa itu adalah seperti yang dikemukakan
Kridalaksana (1983): “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama berkomunkasi,
dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi Barber (1964:21),
Wardhaugh (1977):3), Trager(1949:18), de Saussure (1996:16), dan Bolinger
(1975:15).

B. Hakikat Bahasa

Definisi bahasa dari Kridalaksana dan yang sejalan dengan definisi mengenai
bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan didapatkan beberapa ciri itu,
antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud
lambang, (3) bahasa itu serupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa
itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8)
bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu
bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi
sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.

 Bahasa Sebagai Sistem


Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan
makana ‘cara’ atau ‘aturan’, seperti dalam kalimat “Kalau tahu sistemnya, tentu
mudah mengerjakannya”, tetapi dalamkaitan dengan keilmuan, sistem berarti
susunan teratur pola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau
berfungsi.
 Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Kata
lamabang sering dipadankan dengan simbol dengan pengertian yang sama.
Lambang dengan pelbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah
dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa.
 Bahasa Adalah Bunyi
Kata bunyi yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah bisa kta
dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana
(1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran
gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Lalu, yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang
bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
 Bahasa Itu Bermakna
Dalam studi semantik memang ada teori makna yang mengatakan bhawa
makna itu sama dengan bendanya. Lamabang-lambang bunyi bahahsa yang
bermakna itu di dalam bahsa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem,
kata, frase,klausa, kalaimat dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna.
Namun, karena ada perbedaan tingkatnya, maka jenis maknanya pun tidak sama.
Makna yang berkenaan dengan frase, kalusa, dan kalimat disebut mkana
gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik, atau
makna konteks.
Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai
makna dapat disebut bukan bahasa.
 Bahasa Itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa ( yang berwujud bunyi itu ) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang.
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang
disebut signifiant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris:signified). Signifiant
adalah lambang bunyi itu sendangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh
signifiant.
 Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan dilambangkannya bersifat
arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu untuk
suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya semua angggota masyarakat
bahasa itu memenuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk
mewakili konsep yang diwakilinya.
 Bahasa Itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif
adalah “banyak hasilnya”, atau lebih tepat “terus-menerus menghasilkan”. Lalu,
kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipu unsur-unsur
yang jumlahnya terbatas itu dapat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya terbatas
itu dapat dibbuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski
secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
 Bahasa Itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang
lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahaasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini
bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan
kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salsh satu keunikan bahasa Indonesia adalah
bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis,. Maksudnya,
kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata
itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
 Bahasa Itu Universal
Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa
itu juga bersifat universal. Artinya , ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh
setiap bahasa yang ada di dunia. Ciri-ciri yang universal ini tentunya merupakan
unsur bahssa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-
sifat bahasa alin.
 Bahasa Itu Dinamis
Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan
dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan
selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tetap,
menjadi titik statis. Karena itulah, bahasa itu disebut dinamis.
 Bahasa Itu Bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan
berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh
karena itu, karena latar belakang dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa
yang digunakan menjadi bervariasi atau beragam, di mana anatra variasi atau
ragam yang satu denganyang lain seringkali mempunyai perbedaan yang besar.
 Bahasa Itu Manusiawi
Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang, satuan-satuan
komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap. Binatang tidak
dapat menyampaikan konsep baru atau ide baru dengan alat komunikasinya
itu,selain, yang secra alamiah telah dimiliki, yang pada umunya hanya berkisar
pada sekitar kebutuhan hidup biologisnya.
Sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa,
produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang
baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yan hanya itu-itu saja dan statis,
tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada
bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar
hakikat manusia.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang
namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia.

KESUSASTRAAN

A. Definisi dan Batasan

 Sastra dan Studi Sastra

Pertama-tana kita harus membedakan sastra dan studi sastra. Sastra adalah
suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sedangkan studi sastra adalah cabang
ilmu pengetahua. Memang ada usaha mengburkan perbedaan ini. Ada yang
mengatakan, mislanya, bahwa tidak mungkin kita dapat mempelajari Alexander
Pope tanpa mencoba membuat puisi dengan bentuk heroic couplets, yang khas
pada zaman itu dan selalu dipakai Pope dalam puisi-puisinya. Seorang penelaah
sastra harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahsa ilmiah, dan
harus dapat menjabarkannya dalam uraian yang jelas dan rasional. Mungkin saja
bahan studinya sedikit banyak mengandung unsur yang sangat tidak rasional.
Tetapi dlam hal ini, posisi si penelaah tak lebih dari posisi seorang sejarawan seni
rupa atau musik—atau bahkan, seorang ahli sosiologi atau anatomi.

 Sifat-sifat Sastra

Sifat-sifat khas sastra muncul paling jelas bila dilihat dari aspek referensialnya
( acuan ). Marilah kita menengok genre sastra tradisional seperti lirik, epi, dan
drama. Dalam ketiga jenis sastra itu, acuannya adalah dunia fiksi atau imajinasi.
Pernyataan dalam sebuah novel, puisi, atau drama, tidak dianggap benar secara
harfiah, dan juga bukan merupakan preposisi logis. Ada perbedaan yang mendasar
dan penting antara pernyataan novel sejarah dan novel Balzac (sastrawan Prancis)
yang tampaknya menyampaikan “informasi” tentang kejadian nyata, dan
pernyataan yang sama yang muncul dalambuku sejarah atau soiologi

 Fungsi Sastra

Kalau kita berbicara tentang sastra secara koheren, fungsi dan sifatnya tidak
dapat dipisahkan. Fungsi puisi sebagai dengan sifat-sifatnya: setiap benda atau
jenis benda berfungsi paling tepat dan efisien sebagai dirinya sendiri. Manfaat
kedua baru diperoleh jika fungsi utamnya bagus: mesin puntal sekarang menjadi
hiasan atau benda museum, piano kotak yang rusak dijadikan meja. Sebaliknya,
sifat suatu benda juga mengikuti fungsinya: apa yang dapat dilakukannya. Sebuah
artefak mempunyai struktur menurut fungsinya, baru kemudian mendaoat
tambahan hiasan sesuai waktu dan bahan yang ada, dan sesuai selera pembuatnya.
Pada setiap karya sastra, pasti ada juga beberapa bhal yang tidak fungsional,
meskipun tambahan itu dapat diterima berdasarkan alasan lain.

B. Penelitian Pendahuluan

 Memilih dan Menyusun Naskah

Salahsatu tugas ilmuan sastra adalah mengumpulkan naskah yang akan


dipelajarinya, memulihkan naskah dari dampak waktu, dan meneliti identitas
pengarang, keaslian, dan tahun penciptaan. Ketelitian dan kerajinan luar biasa
telah diserap untuk melakukan kerja diatas. Tetapi mahasiswa sastra harus
menyadari bahwa semua itu barulah kegiatan persiapan. Tanpa kegiatan
pendahuluan semacam itu, terkadang telaah kritik dan pemahaman sejarah akan
terhambat. Ini terjadi pada sastra Angio Saxon yang yaris terkubur. Tapi untuk
mempelajari sastra modern, kegiatan persiapan ini tidak perlu terlalu didewakan
sehingga menyisihkan studi lain, atau dianggap sebagai studi khusus yang yang
harus ditekuni siapa saja yang ingin mempelajari sastra. Bidang ini sering
diremehkan , atau justru atau terlalu dibesar-besarkan peranannya. Banyak naskah
sastra yang kurang penting diedit terlalu teliti: bagian-bagiannya diperbaiki dan
diperdebatkan secara bertele-tele dari segi sejarah atau sastra. Sedangkan karya-
karya penting hanya dioerhatikan dari segi kritik naskah saja. Dengan kata lain,
kegiatan persiapan ini sering dijadikan tujuan akhir.

C. Studi Sastra dengaan Pendekatan Ekstrinsik

 Sastra dan Biografi

Penyebab utana lahirnya karya sastra adalah penciptaannya sendiri: Sang


pengarang. itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan
pengarang adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra.

Biagrafi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya


sastra. Tetapi biografi dapat jga dinikmati karena karena mempelajari hidup
pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental, dan
intelektualnya, yang tentu menarik. Biografi dapat juga dianggap sebagai studi
yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif.

Tiga sudut pandang ini perlu dibedakan. Yang perlu dibedakan. Yang relavan
dengan studi sastra adalah yang pertama—yang menganggap bahwa biografi
menerangkan dan menjelaskan proses penciptaan karya sastra yang sebenarnya.
Sudut pandang yang kedua mengalihakan pusat perhatian dari karya pribadi ke
karya pengarang. Sedangkan yang ketiga memperlakukan biografi sebagai bahan
untuk ilmu pengetahuan atau psikologi penciptaan artistik.

 Sastra dan Psikologi

Isatilah “ Psikologi Sastra “ mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yng


pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yng
kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum
psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat mempelajari
dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).

 Sastra dan Masyarakat

Sastra adsalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik


sastrea tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan
konvensi dan norma masyarakat. Lagipula sastra “menyajikan kehidupan“, dan
“kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra
juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Penyair adalah warga
masyarakat yang memiliki ststus khusus. Penyair mendapat penagakuan dan
pengahrgaan masyarakat dan mempunyai dan mempunyai massa—walaupun
hanya secara teoritis.

 Sastra dan Pemikiran

Ada berbagai macam cara untuk menjabarkan hubungan sastra dengan


pemikiran. Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filasafat, atau sebagai
pemikira yang terbungkus dalam bentyk khusus. Jadi, sastra dianalisis untuk
mengungkapkanpemikiran-pemikiran hebat.

 Sastra dan Seni

Hubungan sastra dengan seni rupa dan seni musik sangat beragam dan rumit.
Kandang-kadang puisi mendapat inspirasi dari lukisan, patung, atau musik. Karya
seni seperti halnya benda dan manusia sering menjadi tema dan objek puisi. Hal
ini sudah umum, dan tidak mengandung permasalahn teoritis.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2015.Linguistik Umum.Edisi Revisi.Jakarta: Rineka


Cipta.

Budianta, Melani (Penerjemah).2016.Teori Kesusastraan.Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai