Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan punctura
yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata asal
dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan,
akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien
sehat kembali (Dharmojono, 2001). Saputra (2005) mendefinisikan akupunktur sebagai
suatu cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk
memengaruhi aliran bio energi tubuh berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara
permukaan tubuh dan organ melalui sistem meridian yang spesifik. Dalam satu meridian
terdapat beberapa titik akupunktur yang dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke
dalam meridian (Mann, 1974 dalam Saputra 2005).
Akupunktur sebagai salah satu pengobatan tertua dengan pencatatan di China +- 5000 tahun
yang lalu dalam buku Kaisar Kuning “The Yellow Emperor of Internal Medicine” atau
Huang Ti Nei Ching”. Dari buku tersebut di atas, diketahui cara deteksi penyakit dan cara
terapi penyakit berdasarkan kehidupan yang seimbnag, antara makrokosmos dan
mikrokosmos. Kesimbangan tersebut di atas sesuai dengan falsafah TAO yang menjadi
falsafah kehidupan bangsa China pada saat itu. (Saputra,2017). Menurut Wong (2010)
akupunktur adalah teknik memasukan atau memanipulasi jarum ke dalam “titik
akupunktur” tubuh sehungga akan memulihkan kesehatan dan kebugaran serta khususnya
sangat baik untuk mengobati rasa sakit.
1.2 Sejarah
Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara China dan
telah dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The
Yellow emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu ini mulai berkembang sejak zaman
batu, dimana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit. Kasus yang
dicontohkan di dalam buku tersebut adalah penyembuhan abses dengan penusukan jarum
batu. Buku Huang Ti Nei Ching diterbitkan pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-221 SM).
Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang seperti ilmu lainnya, akan tetapi bahan jarum
berubah dari batu ke bambu, dari bambu ke tulang dan kemudia perunggu. Ahli akupunktur
pada zaman tersebut bernama Pien Cie telah berhasil menyembuhkan seorang pangerang
bernama Hao dengan jarum perunggu dari ketidaksadarannya selama setengah hari dan
menangungkapkan pengalamannya dalam buku Nan Cing.
Pada zaman dinasti Tang (265-960) ilmu akupunktur berkembang pesat dan mulai
menyebar ke luar negri seperti ke korea, Jepang dan lain-lain. Pada zaman itu hidup seorang
akupunkturis yang bernama Huang Pu Mi dan menuliskan secara terperinci pengalaman-
pengalamannya dala buku Cia I Cing yang sampai saat ini masih dijadikan referensi
banyak akupunkturis. Seorang akupunkturis jyga hidup pada zaman itu adalah Sun Se Miao
(581-682) menulis buku Cien cin Yao Fang dan Cien Cin I fang. Kemudian akupunkturis
Cen Cien (541-643) melukiskan peta berwarna untuk menerangkan meridian dan titik
akupunktur serta menguraikan pengobatan moksibusi. Selanjutnya pada zaman Dinasti
Ming (960-1644), dimana pada saat itu teknik pencetakan dan seni pahat berkembang luas,
ilmu akupunktur tersebar pula bersama dengan ilmu-ilmu lainnya. Pada masa itu hidup
seorang akupunkturis bernama Wang We I yang membuat patung perunggu untuk
menggambarkan perjalanan meridian dan titik-titik akupunktur. Sedangkan akupunkturis
lainnya seperti Yang Ci Ceu menuliskan pengelamnnya dalam bukunya yang berjudul Cen
ciu Ta Cen, dimana buku inilah yang banyak diterjemahkan dalam bahasa Jpeang, Inggris,
Jerman, dan Prancis.
Akan tetapi pada masa Dinasti Cing (1644-1911) ilmu akupunktur tidak banyak
mengalami perkembangan. Hanya ada sedikit buku yang dihasilkan pada masa itu seperti I
cung Cin Cin Cien yang cukup berniali untuk dijadikan referensi.
Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain
tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di Indonesia seumur dengan
adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia. Mereka membawa kebudayannya
termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia. Hanya saja pada saat itu akupunktur masih
berkembang di lingkungan mereka dan sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963,
Departemen Kesehatan dalam rangka melakukan penelitian dan pengembangan cara
pengobatan timur termasuk akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof.
Dr. Satrio), telah membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat
itu praktik akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo. Dalam
perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akupunktur semakin
meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan akupunktur untuk jenjang Diploma
III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003.
Saat ini sedang dipersiapka tenang pengaturan pelayanan pengobtan tradisional, yang
memuat antara lain pelayanan akupunktur dan proses perizinan bagi pelaksana terpai
akupunktur permenkes tersebut juga mengatur pelayanan akupunktur dan pengobatan
tradisional lain yang dilakukan oleh warga negara asing, serta persyaratnnya dalam rangka
mengantisispasi globalisasi sesuai dengan Kepmenkes RI. No 1076/Menkes/SK/VII/2003
Tangga 24 Juli 2003 (Saputra, 2017).
1.3 Issue-Issue Terkini
a. Dalam penelitian Rona Riasma Oktobriani dan Ririn Ratnasari tahun 2018 yang
berjudul Pengaruh akupunktur terhadap penurunan nyeri haid (disminore) pada
mahasiswi d III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Ponorogo menyebutka bahwa
pemberian terapi akupuntur berpengaruh dalam menurunkan nyeri haid.
b. Hasil penelitian Mayang Wulandari dan Amal Prihatono pada tahun 2016 yang berjudul
Pengaruh akupunktur pada titik PC 6, Cv 12, dan St 36 pada nyeri lambung di
laboratorium klinik akupunktur politeknik kesehata Rs. Dr. Soepraoen Malang dapat
disimpulkan bahwa ada penurunan nilai intensitas nyeri yang dirasakan oleh responden
penderita nyeri lambung setelah diberi perlakuan terapi akupunktur pada titik PC 6, CV
12, dan ST 36.
c. Hasil penelitian dari Eka Nur So’emah pada tahun 2017 yang berjudul Efektivitas
terapi akupunktur terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi disimpulkan
bahwa Terapi akupunktur efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Yayasan terapi Zona Mojokerto.
1.4 Tujuan Penulisan
1. Saputra, Koosnadi.2017.Akupunktur Dasar edisi 2. Surabaya: airlangga University
Press
2. Wong, Master. 2010. 9 Terapi Pengobatan Terdahsyat. Tangerang: PT. Niaga
Swadaya
3. Dharmojono. 2001. Menghayati Teori dan Praktek Akupunktur dan Moksibasi.
Jakarta: Trubus Agriwidya.
4. Oktobriani, Rona Riasma dan Ririn Ratnasari. 2018. Pengaruh akupunktur terhadap
penurunan nyeri haid (disminore) pada mahasiswi d III Kebidanan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Ponorogo : Universitas Muhammadiyah Ponorogo:
5. Wulandari, Mayang dan Amal Prihatono. 2016. Pengaruh akupunktur pada titik PC
6, Cv 12, dan St 36 pada nyeri lambung di laboratorium klinik akupunktur
politeknik kesehata Rs. Dr. Soepraoen Malang. Jurnal Hesti Wira Sakti, Vol. 4 No.1
April 2016 hln. 21-29. Malang: Poltekkes RS. Dr. Soepraoen
6. So’emah, Eka Nur. 2017. Efektivitas terapi akupunktur terhadap perubahan tekanan
darah penderita hipertensi. Jurnal Sain Med, vol. 9. No. 1 Juni 2017. Stikes Bina
Sehat PPNI , Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai