KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT &
KRITIS : MYASTANIA
GRAVIS DAN
KEJANG
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
My name is MUTIARA EKA RAHMANDA
(11161040000035)
PSIK A 2016
2
MYASTANIA GRAVIS
3
DEFINISI
4
MANIFESTASI KLINIS
Breathing
Fatigue
difficulty
5
KLASIFIKASI
The Medical Scientific Advisory Board (MSAB) of the Miastenia Gravis Foundation of
America (MGFA)
Kelas I Kelemahan otot-otot okular, kelemahan pada saat menutup mata, dan kekuatan otot-otot lain normal.
Kelas II Kelemahan otot okular yang semakin parah, serta adanya kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot
okular.
Kelas Iia Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. juga terdapat kelemahan otot-otot orofaringeal
yang ringan.
Kelas IIb Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya. Kelemahan pada otot-otot anggota
tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan dibandingkan klas IIa.
Kelas III Terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. Sedangkan otototot lain selain otot-otot ocular
mengalami kelemahan tingkat sedang
Kelas Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya secara predominan. Terdapat
IIIa kelemahan otot orofaringeal yang ringan
6
Kelas IIIB Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya secara predominan. Terdapat
kelemahan otot-otot anggota tubuh, otototot aksial, atau keduanya dalam derajat ringan.
Kelas IV Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam derajat yang berat, sedangkan otot-otot
okular mengalami kelemahan dalam berbagai derajat.
Kelas Iva Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-otot aksial. Otot orofaringeal
mengalami kelemahan dalam derajat ringan
Kelas Ivb Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau keduanya secara predominan. Selain itu juga
terdapat kelemahan pada otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan.
Penderita menggunakan feeding tube tanpa dilakukan intubasi.
7
Osserman membuat klasifikasi klinis at respon terhadap terapi dan
prognosis sebagai berikut :
Kel. I Miastenia Okular : hanya menyerang otot-otot okular, disertai ptosis dan diplopia. Sangat ringan dan
tidak ada kasus kematian (15-20 %)
Kel. IIA Miastenia umum ringan : progres lambat, biasanya pada mata , lambat laun menyebar ke otot-otot
rangka dan bulbar. Sistem pernafasan tidak terkena, respon terhadap terapi obat baik angka kematian
rendah (30 %)
Kel. IIB Miastenia umum sedang : progres bertahap dan sering disertai gejala-gejala okular, lalau berlanjut
semakin berat dengan terserangnya otot-otot rangka dan bulbar. Respon terhadap terapi obat kurang
memuaskan dan aktivitas pasien terbatas. (25 %)
Kel. III Miastenia fulminan akut : progres yang cepat dengan kelemahan otot-otot rangka dan bulbar yang
berat disertai mulai terserangnya otot-otot pernafasan. Persentase thymoma paling tinggi. Respon
terhadap obat bururk dan angka kematian tinggi. (15%)
Kel. IV Miastenia Berat lanjut : timbul paling sedikit 2 tahun sesudah progress gejala-gejala kelompok I atau
II. Respon terhadap obat dan prognosis buruk. (10 %)
8
PATOFISIOLOGI
9
PENATALAKSANAAN
◍ Penatalaksanaan Simptomatik
a. Anticholinesterase (Pyrodostigmine bromide dan neostigmine bromide )
Bekerja menghambat enzim hydrolisis dari ACh pada cholinergic synapse
sehingga Ach akan bekerja lebih lama pada neuromuscular junction. Efek samping
lain yang muncul yaitu akumulasi ACh pada muscarinic receptor pada otot polos
sehingga muncul stimulasi otot polos pada abdomen dan menyebabkan abdominal
cramping, peningkatan flatus, diare dan menurunnya frekuensi buang air kecil. Dosis
awal pyrodostigmine pada orang dewasa berkisar antara 30-60 mg tiap 4-8 jam.
Sedangkan pada bayi dan anak-anak diberikan 1 mg/kg dan neostagmine 0,3
mg/kg. Dosis maksimum per hari dari pyrodostigmine adalah 360 mg atau 6 tablet
10
◍ Terapi Immunomodulatory
a. Thymectomy : Timektomi umumnya dianjurkan pada pasien umur 10-55 tahun
dengan Miastenia gravis generalisata.
b. Plasma Exchange (PE) : Dasar terapi dengan PE adalah pemindahan anti-asetilkolin
secara efektif.Respon dari terapi ini adalah menurunnya titer antibodi. Jumlah dan
volume dari penggantian yang dibutuhkan kadang-kadang berbeda tetapi umumnya
3-4 liter sebanyak 5x dalam 2 minggu. Efek samping dari PLEX antara lain transitory
cardiac arrythmia, nausea, kepala terasa ringan, menggigil, obscured vision, dan
pedal edema
c. Intravenous Immunoglobulin (IVIG) : Indikasi dari IGiv memiliki kesamaan dengan
PE. Dosis standar IVIG adalah 400 mg/kgbb/hari pada 5 hari pertama, dilanjutkan 1
gram/kgbb/hari selama 2 hari. Efek samping yang sering terjadi antara lain demam,
sakit kepala maupun menggigil
11
◍ Terapi Immunosuppresant
a. Kortikosteroid : Dapat diberikan prednison dimulai dengan dosis awal 1020 mg, dinaikkan bertahap
(5-10 mg/minggu) 1x sehari selang sehari, maksimal 120 mg/6 jam/oral, kemudian diturunkan
sampai dosis minimal efektif. Efek sampingnya dapat berupa: peningkatan berat badan,
hiperglikemia, osteopenia, ulkus gaster dan duodenum, katarak.
b. Azathioprine :Dosis Awal 50 mg/hari. Dosis dinaikan 50 mg tiap minggu hingga dosis mencapai 150
atau 200 mg/hari. Efek samping Flu-like syndrome (reaksi alergi), Leukopenia, Hepatotoxicity
c. Cyclosporine A : Dosis Awal 5 hingga 6 mg/kg per hari. Pengaturan dosis berdasarkan kadar serum
CYA. Dosis terbaik jika kadar CYA antara 75 ng hingga 150 ng. Efek samping Renal toxicity
hypertension
d. Cyclophosphmide : Dosis 150 hingga 200 mg per hari. Efek samping Leukopenia, rambut rontok,
cystitis
e. Mycophenolate Mofetil : Dosis 2 g per hari (dibagi menjadi 2 dosis) Efek samping Diare, Leukopenia
ringan
12
ALOGARITM TREATMENT OF
MYASTHENIA GRAVIS
13
ASKEP
14
◍ Diagnosa Keperawatan
15
DX NOC NIC
Pola napas 1. Respiratory status : Manajemen Jalan Napas
tidak efektif airway patency 1. Observasi
a. Monitor pola napas, bunyi napas tambahan, dan sputum
2. Respiratory status : 2. Terapeutik
ventilation a. Pertahankan kepatenan airway dengan head-tilt dan chin-lift
3. Vital sign status b. Posisikan semi fowler atau fowler
c. Beri minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada dan suction
Kriteria Hasil : e. Lakukan hiperoksigenasi sebelum suction endotrakeal
1. Mendemonstrasikan f. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
teknik batuk efektif, g. Beri O2, bila perlu
sura nafas bersih 3. Edukasi
2. Menunjukan airway a. Anjurkan intake cairan 200ml/day
b. Ajarkan teknik batuk efektif
yang paten 4. Kolaborasi
a. Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napasRespiratory status : airway patency
b. Monitor pola napas
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan airway
f. Palpasi kesimetrisam ekspansi paru
g. Monitor SaO2
h. Monitor nilai AGD
i. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval pemamtauan respirasi sesuai kondisi
b. Dokumentasi
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Jelaskan hasil pemantauan, jika perlu
16
DX NOC NIC
20
DEFINISI
21
ETIOLOGI
◍ Intrakranial
◌ Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
◌ Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra
ventricular
◌ Infeksi : Bakteri virus dan parasit
◌ Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
◍ Ekstra cranial
◌ Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia,
gangguan elektrolit (Na dan K)
◌ Toksik : Intoksikasi
◌ Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino,
ketergantungan dan kekurangan asam amino
◍ Idiopatik
◌ Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5
22
KLASIFIKASI KEJANG DAN
KARAKTERISTIKNYA
KLASIFIKASI KARAKTERISTIK
PARSIAL Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah ; fokus di satu bagian tetapi dapat
menyebar ke bagian lain
Parsial Sederhana 1. Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik (merasakan,
membaui, mendengar sesuatu yang abnormal), autonomik (takikardia,
bradikardia, takipnu, kemerahan, rasa tidak enak di epigastrium), psikis
(disfagia, gangguan daya ingat)
2. Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit
Parsial Kompleks Dimulai sebagai kejang parsial sederhana, berkembang menjadi perubahan
kesadarn yang disertai oleh:
1. Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengecap-ngecap bibir,
mengunyah, menarik baju)
2. Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang
generalisata
3. Biasanya berlangsung 1-3 menit
23
KLASIFIKASI KARAKTERISTIK
GENERALISATA Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik, tidak ada aura
Tonik-Klonik Spasme tonik-klonik otot, inkontinensia urin dan alvi, menggigit lidah, fase pascaitikus
Atonik Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh (drop attacks)
Klonik Gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal mungkin multiple di lengan,
tungkai atau torso
Tonik Peningkatan mendadak tonus otot (kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas, fleksi
lengan dan ekstensi tungkai
1. Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi
2. Dapat menyebabkan henti24nafas
PATOFISIOLOGI
25
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIK
Diazepam Status epileptikus Dewasa : 5-10 mg (sampai 30 mg) Sedasi, depresi jantung dan
(Valuim) Anak : 1 mg setiap 2-5 menit, dosis pernapasan
total 10 mg
Midazolam Status epileptikus Diinfuskan secara lambat dengan Hipotensi, apneu, bronkospasme,
(Versed) (masih dalam pompa infus sampai hasil tercapai laringospasme
penelitian)
Felbamat Sindrom Lennox- Dewasa : 1,2 g/day gg. GI, anoreksia, penurunan
(Felbatol) Gastaut, kejang parsial Digunakan dalam terapi berat, nyeri keplaa, insomnia,
polifarmakologik hepatotoksisitas
Gabapentin Kejang parsial (Catt: Dewasa : 900-1800 mg/day Leukopenia, mulut kering,
(Neurontin) juga digunakan pada Kadar terapeutik : belum diketahui penglihatan kabul, mialgia,
sinrom-sindrom nyeri) penambahan berat,
kelelahan
Lamotrigin Kejang parsial, Sindrom Dewasa : 100-500 mg/day Hepatotoksisitas, ruam,
(Lamictal) Lennox-Gastaut Anak : 15 mg/kg/day sindrom Stevens-Johnson,
Digunakan dalam terapi nyeri keplaa, pusing,
polifarmakologik pwnglihatan kabur
Kadar terapeutik : belum diketahui
Okskarbazepin Kejang parsial (Catt: Dewasa : 1200-2400 mg/day Gangguan GI, sedasi,
(Trileptal) juga digunakan pada Kadar terapeutik : belum diketahui diplopia, hiponatremia, ruam
sinrom-sindrom nyeri) kulit
28
OBAT PEMAKAIAN DOSIS/KADAR DARAH EFEK SAMPING
29
ASKEP
30
1. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan
neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada anak yang mengalami kejang. Kejang terutama
terjadi pada anak golongan umur 6 bulan – 4 tahun. Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia anak dan
organime penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik-klonik, tonik, klonik, takikardi,
perubahan pola nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.
2. Psikososial atau faktor perkembangan. : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak
merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme koping, pengalaman dengan
penyakit sebelumnya.
3. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga, Lama berlangsungnya kejang, Frekuensi
terjadinya kejang dalam 1 tahun, Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya.
4. Pengkajian Neurologik : Tanda – Tanda Vital (Suhu, tekanan darah, denyut jantung, TD, Denyut nadi)
5. Hasil pemeriksaan kepala : Fontal : menonjol, rata, dan cekung, Lingkar kepala ( di bawah umur 2
tahun ), Bentuk umum, Reksi pupil, Ukuran, Reaksi terhadap cahaya, Kesamaan respons
6. Tingkat kesadaran : Kewaspadaan (respon terhadap panggilan dan perintah ), Iritabilitas, Letargi dan
rasa mengantuk, Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
7. Afek : Alam perasaan, labilitas.
8. Aktivitas kejang : Jenis dan lamanya.
9. Fungsi sensoris : Reaksi terhadap nyeri, Reaksi terhadap suhu
10.Refleks : Refleks tendo superfisial dan dalam, Adanya refleks patologik ( misalnya : Babinski )
11.Kemampuan intelektual : Kemampuan menulis 31 dan menggambar, Kemampuan membaca
◍ Pemeriksaan
1. Aktifitas dan istirahat
◌ Gejala : keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja
yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan
kesehatan atau orang lain.
◌ Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter atau kontraksi otot
ataupun sekelompok otot.
2. Sirkulasi
◌ Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis
◌ Postiktal : tanda-tanda fital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
3. Eliminasi
◌ Gejala : inkontinensia episodic
◌ Tanda : Iktal adalah peningkatan tekanan kandung kemih tonus spingfer. Postikal
adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia ( baik urin atau Fekal ).
4. Makanan dan Cairan
◌ Gejala : sensivitas terhadap makanan , mual atau muntah yang berhubungan
efektifitas kejang.
◌ Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang)
32
5. Nyeri atau kenyamanan
◌ Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal
◌ Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah
laku distraksi atau gelisah
6. Pernafasan
◌ Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat
peningkatan sekresi mucus.
7. keamanan
◌ Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur
◌ Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan
atau tonus otot secara menyeluruh.
33
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b/d gangguan
neuromuskular
2. Hipertermia b/d peningkatan laju metabolism
3. Risiko cedera b/d kejang
34
DX NOC NIC
Pola napas 1. Respiratory status : Manajemen Jalan Napas
tidak efektif airway patency 1. Observasi
a. Monitor pola napas, bunyi napas tambahan, dan sputum
2. Respiratory status : 2. Terapeutik
ventilation a. Pertahankan kepatenan airway dengan head-tilt dan chin-lift
3. Vital sign status b. Posisikan semi fowler atau fowler
c. Beri minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada dan suction
Kriteria Hasil : e. Lakukan hiperoksigenasi sebelum suction endotrakeal
1. Mendemonstrasikan f. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
teknik batuk efektif, g. Beri O2, bila perlu
sura nafas bersih 3. Edukasi
2. Menunjukan airway a. Anjurkan intake cairan 200ml/day
b. Ajarkan teknik batuk efektif
yang paten 4. Kolaborasi
a. Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napasRespiratory status : airway patency
b. Monitor pola napas
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan airway
f. Palpasi kesimetrisam ekspansi paru
g. Monitor SaO2
h. Monitor nilai AGD
i. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval pemamtauan respirasi sesuai kondisi
b. Dokumentasi
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Jelaskan hasil pemantauan, jika perlu
35
DX NOC NIC
36
Dx NOC NIC
Risiko cedera b/d kejang NOC Environment Management (Manajemen
• Risk Kontrol lingkungan)
Kriteria Hasil : 1. Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
1. Klien terbebas dari cedera 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
2. Klien mampu menjelaskan sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
cara/metode untuk pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
mencegah injury/cedera 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
3. Klien mampu menjelaskan (misalnya memindahkan perabotan)
faktor resiko dari 4. Memasang side rail tempat tidur
lingkungan/perilaku 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
personal bersih
4. Mampu memodifikasi gaya 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang
hidup untuk mencegah mudah dijangkau pasien.
injury 7. Membatasi pengunjung
5. Menggunakan fasilitas 8. Menganjurkan keluarga untuk menemani
kesehatan yang ada pasien.
6. Mampu mengenali 9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
perubahan status 10. Memindahkan barang-barang yang dapat
kesehatan membahayakan
11. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
37
THANK YOU
38