Anda di halaman 1dari 284

Gusrina

BUDIDAYA IKAN
JILID 2

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

BUDIDAYA IKAN
JILID 2
Untuk SMK
Penulis : Gusrina
Perancang Kulit : Tim

Ukuran Buku : 18,2 x 25,7 cm

GUS GUSRINA
b Budidaya Ikan Jilid 2 untuk SMK /oleh Gusrina ---- Jakarta
: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xi. 233 hlm
Daftar Pustaka : A1-A8
Glosarium : B1-B12
ISBN : 978-602-8320-21-4

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya,
Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian
hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada
masyarakat melalui website bagi siswa SMK.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi
syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh


penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak,
dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan
yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya softcopy ini akan lebih
memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan
pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar
negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya,


kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih
perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami
harapkan.

Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK

i
KATA PENGANTAR
Buku Budidaya Ikan merupakan salah satu judul buku teks kejuruan
yang akan digunakan oleh para pendidik dan peserta didik SMK dan lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya. Buku teks kejuruan dalam bidang budidaya
ikan saat ini belum banyak dibuat, yang beredar saat ini kebanyakan buku-
buku praktis tentang beberapa komoditas budidaya ikan. Buku Budidaya Ikan
secara menyeluruh yang beredar dimasyarakat saat ini belum memenuhi
kebutuhan sebagai bahan ajar bagi siswa SMK yang mengacu pada Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Isi (SI), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) SMK.
Dengan melakukan budidaya ikan maka keberadaan ikan sebagai
bahan pangan bagi masyarakat akan berkesinambungan dan tidak akan
punah. Pada buku ini akan dibahas beberapa bab yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam melakukan budidaya ikan. Bab pertama berisi tentang
wadah budidaya ikan, bab kedua berisi tentang media budidaya ikan, bab
ketiga berisi tentang hama dan penyakit ikan, bab keempat berisi tentang
nutrisi ikan, bab kelima berisi tentang teknologi pakan buatan, bab keenam
berisi tentang teknologi pakan alami, bab ketujuh berisi tentang
pengembangbiakan ikan dan bab kedelapan berisi tentang hama dan
penyakit ikan. Sedangkan materi penunjang seperti pemasaran, analisa
usaha budidaya ikan dan kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada
bab terakhir.
Agar dapat membudidayakan ikan yang berasal dari perairan tawar,
payau maupun laut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah
memahami jenis-jenis wadah dan media budidaya ikan, pengetahuan tentang
nutrisi ikan dan jenis-jenis pakan alami yang meliputi tentang morfologi,
biologi dan kebiasaan hidup. Selain itu pengetahuan teknis lainnya yang
harus dipahami adalah tentang pengembangbiakan ikan mulai dari seleksi
induk, teknik pemijahan ikan, proses pemeliharaannya sampai pemanenen
ikan.
Akhir kata penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
berkah dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini
dihadapan pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
suami dan anak-anak atas dukungan dan orang tua tercinta serta teman-
teman yang telah membantu. Selain itu kepada Direktorat Pembinaan SMK
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah yang menyediakan
anggaran untuk meyediakan sumber belajar buku teks kejuruan yang sesuai
dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan SMK. Semoga buku
ini bermanfaat bagi yang membacanya dan menambah pengetahuan serta
wawasan. Dan juga kami mohon saran dan masukan yang membangun
karena keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun.
Cianjur, November 2007
Penyusun

ii
DAFTAR ISI
BUKU JILID 1
KATA SAMBUTAN ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
SINOPSIS........................................................................................................ v
PETA KOMPETENSI......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II WADAH BUDIDAYA IKAN ................................................................ 23
2.1. JENIS-JENIS WADAH BUDIDAYA IKAN ....................................... 23
2.2. KONSTRUKSI WADAH BUDIDAYA............................................... 29
2.3. PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA.................................................. 45
BAB III MEDIA BUDIDAYA IKAN .................................................................. 51
3.1. SUMBER AIR ..................................................................................... 52
3.2. PARAMETER KUALITAS AIR ............................................................ 54
3.3. PENGUKURAN KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN ........................ 69
BAB IV. PENGEMBANGBIAKAN IKAN................................................... 75
4.1. SELEKSI INDUK................................................................................. 75
4.2. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN.............................................................. 105
4.3 PENETASAN TELUR ........................................................................ 133
4. 4. PEMELIHARAAN LARVA DAN BENIH IKAN ............................... 141
4.5. PEMBESARAN IKAN.................................................................... 149
4.6. PEMANENAN ................................................................................. 160

BUKU JILID 2
BAB V. NUTRISI IKAN ......................................................................... 167
5.1. ENERGI ........................................................................................... 167
5.2. PROTEIN.......................................................................................... 172
5.3. KARBOHIDRAT ............................................................................ 187
5.4. LIPID ............................................................................................. 195
5.5. VITAMIN ....................................................................................... 204
5.6. MINERAL ...................................................................................... 237
BAB VI. TEKNOLOGI PAKAN BUATAN .................................................... 249
6.1. JENIS-JENIS BAHAN BAKU ........................................................ 252
6.2. PENYUSUNAN FORMULASI PAKAN.......................................... 264
6.3 PROSEDUR PEMBUATAN PAKAN ............................................. 282
6.4. UJI COBA PAKAN IKAN............................................................... 292
6.5. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ............................................ 315
6.6 PAKAN DAN KUALITAS AIR........................................................ 324
BAB VII. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI ................................. 329
7.1. JENIS-JENIS PAKAN ALAMI ....................................................... 329
7.2. BUDIDAYA PHYTOPLANKTON................................................... 337
7.3. BUDIDAYA ZOOPLANKTON ....................................................... 355

iii
7.4. BUDIDAYA BENTHOS ................................................................. 389
7.5. BIOENKAPSULASI......................................................................... 397

BUKU JILID 3
BAB VIII. HAMA DAN PENYAKIT IKAN .................................................... 401
8.1. JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT.......................................... 401
8.2. PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN............................. 413
8.3. GEJALA SERANGAN PENYAKIT ............................................... 418
8.4. PENGOBATAN PENYAKIT IKAN................................................ 431
BAB. IX. PEMASARAN .............................................................................. 447
9.1. PENGERTIAN PEMASARAN ....................................................... 447
9.2. CIRI-CIRI PEMASARAN HASIL PERIKANAN.............................. 448
9.3. PERENCANAAN DAN TARGET PENJUALAN ............................ 450
9.4. ESTIMASI HARGA JUAL.............................................................. 452
9.5. SISTEM PENJUALAN .................................................................. 455
9.6. STRATEGI PROMOSI ................................................................... 456
BAB. X. ANALISA KELAYAKAN USAHA ................................................... 465
BUDIDAYA IKAN ..................................................................................... 465
10.1. PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN ............................................ 465
10.2. NET PRESENT VALUE (NPV) ..................................................... 478
10.3. NET BENEFIT COST RATIO (NBC RATIO)................................. 479
10.4. INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) .......................................... 479
10.5. ANALISIS BREAK EVENT POINT (BEP) ..................................... 480
10.6. APLIKASI ANALISA USAHA ........................................................ 481
BAB. XI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN ........................................... 487
KERJA ......................................................................................................... 487
11.1. PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 487
11.2. PENERAPAN KAIDAH K3 PADA DUNIA USAHA PERIKANAN
BUDIDAYA .............................................................................................. 487

LAMPIRAN A DAFTAR PUSTAKA


LAMPIRAN B GLOSARIUM
LAMPIRAN C DAFTAR GAMBAR, TABEL

iv
SINOPSIS

Buku teks dengan judul budidaya ikan dapat dipelajari oleh para
peserta diklat dan pendidik pada Sekolah Menengah Kejuruan yang
mengambil program studi Budidaya Ikan. Menurut SKKNI dalam program
studi Budidaya Ikan dapat dikelompokkan menjadi Budidaya Ikan Air Tawar,
Budidaya Ikan Air Laut, Budidaya Ikan Air Payau dan Budidaya Ikan Hias.
Dalam buku teks ini akan memberikan pengetahuan mendasar tentang
bagaimana membudidayakan ikan dan dapat di aplikasikan pada berbagai
habitat budidaya. Pada buku teks ini berisi tentang wadah budidaya yang
dapat digunakan dalam melakukan budidaya ikan, media yang optimal dalam
budidaya ikan agar proses budidaya dapat berlangsung sesuai dengan
kebutuhan ikan untuk hidup tumbuh dan berkembang, bagaimana melakukan
proses perkembangbiakan ikan budidaya dari sudut biologis ikan budidaya
dan aplikasi pada beberapa ikan budidaya, kebutuhan nutrisi untuk ikan yang
akan dibudidayakan, bagaimana membuat pakan ikan yang harus diberikan
pada ikan budidaya, bagaimana memproduksi pakan alami sebagai pakan
yang sangat dibutuhkan bagi larva ikan dan benih ikan budidaya, hama dan
penyakit ikan yang dapat menyerang ikan budidaya serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam budidaya ikan.
Budidaya ikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting saat ini
dan masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satu
jenis pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang mempunyai harga
jual relatif murah dan mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Dengan
mengkonsumsi ikan maka kebutuhan gizi manusia akan terpenuhi. Oleh
karena itu kemampuan sumberdaya manusia untuk memproduksi ikan
budidaya sangat dibutuhkan. Dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dan keterbatasan lahan budidaya selanjutnya, maka dibutuhkan
suatu teknologi budidaya ikan pada lahan yang terbatas dan produktivitas
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dengan mempelajari buku teks ini
diharapkan para pembaca dapat mengaplikasikan ilmu budidaya pada
berbagai media dan teknologi budidaya.
Pengetahuan tentang wadah budidaya ikan dan media yang
dibutuhkan bagi ikan budidaya akan memberikan pemahaman tentang
investasi yang harus dipersiapkan sesuai dengan skala produksi yang akan
diterapkan. Dengan menerapkan teknologi budidaya ikan yang intensif
dibutuhkan pemahaman tentang produksi pakan buatan yang ramah
lingkungan tetapi sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya. Selain itu dalam
membudidayakan ikan sangat dibutuhkan pakan alami pada fase larva dan
benih, maka sangat dibutuhkan suatu pemahaman bagaimana
membudidayakan pakan alami yang sesuai dengan kebutuhan ikan.

v
Selain itu dalam suatu budidaya ikan maka akan ada kendala yang dialami
pembudidaya ikan yaitu adanya serangan hama dan penyakit ikan. Oleh
karen itu diperlukan pemahaman tentang jenis-jenis hama dan penyakit yang
dapat menyerang ikan budidaya serta bagaimana tindakan pencegahan dan
pengobatan yang harus dilakukan oleh para pembudidaya agar ikan yang
dibudidayakan tidak terserang hama dan penyakit.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
maka penerapan teknologi yang terkini telah merambah dalam budidaya ikan.
Pengembangbiakan ikan secara tradisional akan semakin kurang diminati
dan akan beralih kepada sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan produksi pada ikan budidaya. Aplikasi teknologi molekuker
dalam budidaya ikan sudah bisa diterapkan mulai dari rekayasa kromosom,
rekayasa gen dan terkini adalah rekayasa sel. Rekayasa kromosom antara
lain adalah melakukan kegiatan ginogenesis, androgenesis dan poliploidisasi
yang tujuan dari manipulasi kromosom ini untuk meningkatkan produktivitas
ikan budidaya dan memberikan nilai tambah pada pembudidaya ikan.
Sedangkan rekayasa gen dapat diterapkan jika peralatan untuk melakukan
rekayasa ini tersedia dimana dengan melakukan rekayasa gen dapat dibuat
komoditas ikan budidaya yang disisipi gen yang menguntungkan bagi
pembudidaya misalnya gen pertumbuhan, gen antibeku dan gen warna
tubuh.
Dengan mempelajari buku teks ini diharapkan dapat memahami
pengetahuan yang sangat mendasar dalam membudidayakan ikan. Dalam
buku teks ini juga dijelaskan berbagai kemampuan dasar untuk melakukan
suatu kegiatan yang langsung dapat diaplikasikan dengan menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.

vi
PETA KOMPETENSI

KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI/SUB KOMPETENSI

Memenuhi persyaratan kerja di DU/DI


PBD. PL 00.001U.01 1. Menyetujui kondisi dan ketentuan ketenagakerjaan
2. Memenuhi persyaratan ketenagakerjaan
Memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan dan
lingkungan di tempat kerja
1. Mengikuti prosedur di tempat kerja untuk kesehatan
PBD. PL 00.002U.01
dan keselamatan di tempat kerja
2. Melakukan tindakan kesehatan dan keselamatan
kerja dalam kondisi bahaya/darurat
3. Memelihara insfrastruktur dan lingkungan kerja
Membina kerjasama
1. Melakukan interaksi di tempat kerja
2. Melakukan pertemuan, menyelami dan mengarahkan
PBD. PL 00.003U.01 klien dan pelanggan
3. Memelihara penampilan pribadi
Menggunakan sistem komunikasi
1. Mengumpulkan, mencatat dan mengirim data
PBD. PL 00.004U.01 2. Mengumpulkan, mencatat dan menyediakan
informasi untuk memenuhi kebutuhan tempat kerja
3. Menanggapi masalah
Membuat perencanaan kerja
PBD. PL 00.005U.01 1. Membuat jadwal kegiatan
2. Mengatur bahan, peralatan dan cara kerja
Menyiapkan peralatan
1. Mengidentifikasi jenis peralatan
PBD. PL 00. 006U. 01 2. Menentukan peralatan
3. Mengontrol cara kerja peralatan
4. Membuat laporan

vii
Mengidentifikasi parameter kualitas air
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan
dalam identifikasi parameter kualitas air
PBD.PL 00.007U.01 2. Mengambil sampel air di lapangan
3. Mengukur parameter kualitas air
4. Membuat laporan hasil identifikasi parameter kualitas
air

KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI/ELEMEN KOMPETENSI


Menentukan lokasi budidaya
1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi
budidaya
PBD. PL00.008U. 01 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi budidaya melalui
kegiatan survey lapangan
3. Menentukan lokasi
4. Membuat laporan
Menyiapkan wadah
1. Mengidentifikasi wadah
PBD. PL 00. 009U. 01 2. Menentukan wadah
3. Mengontrol proses penggunaan wadah
4. Membuat laporan
Mengidentifikasi hama dan penyakit ikan
1. Mengambil sampel di lapangan
PBD. PL 00. 010U. 01 2. Mengidentifikasi gejala serangan
3. Menentukan jenis parasit
4. Membuat laporan
Mengemas ikan
1. Menyiapkan teknik pengepakan
2. Menentukan jenis ikan yang dikemas
PBD. PL 00. 011U. 01
3. Melakukan pengepakan ikan
4. Membuat laporan
Memasarkan ikan
PBD. PL00.012U. 01 1. Mencari order pemasaran
2. Melaksanakan penjualan
3. Menyiapkan kuota/target
4. Mengontrol proses pemasaran

viii
Menentukan lokasi pembenihan ikan
1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi
PBD.PL 01.001I.01 pembenihan
2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pembenihan ikan
3. Memilih lokasi pembenihan ikan
4. Membuat laporan
Menyiapkan media pembenihan ikan
1. Merencanakan kegiatan persiapan media
PBD.PL 01.002I.01 pembenihan
2. Menyiapkan wadah pembenihan
3. Menyiapkan air untuk pembenihan
4. Membuat laporan
Mengelola induk ikan
1. Memelihara calon induk ikan
PBD.PL 01.003I.01 2. Menyeleksi calon induk jantan dan betina
3. Melakukan pematangan gonad induk ikan
4. Menyeleksi induk siap pijah
Memijahkan induk ikan
1. Melakukan proses pemijahan ikan
PBD.PL 01.004I.01 2. Menangani telur
3. Menetaskan telur
Mengkultur pakan alami
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan alami
PBD.PL 01.005I.01 2. Menyiapkan media tempat tumbuhnya pakan alami
3. Menebar bibit pakan alami
Memelihara larva ikan
1. Merawat larva ikan
2. Memberi pakan larva
PBD.PL 01.006I.01 3. Mengamati perkembangan larva
4. Menangani hama dan penyakit pada pemeliharaan
larva
5. Memantau kualitas dan kuantitas air pada
pemeliharaan larva
Memanen hasil pembenihan ikan
1. Merencanakan kegiatan pemanenan hasil
pembenihan
PBD.PL.01.007I.01 2. Melakukan pemananen benih ikan
3. Mengemas benih ikan
4. Membuat laporan

ix
Memasarkan hasil pembenihan ikan
1. Mengidentifikasi calon pembeli
PBD.PL.01.008I.01 2. Membuat kesepakatan
3. Melakukan transaksi
4. Melakukan perhitungan laba rugi
5. Membuat laporan
Menentukan lokasi pendederan ikan
1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi
PBD.PL 02.009I.01 pendederan ikan
2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pendederan ikan
3. Memilih lokasi pendederan
4. Membuat laporan
Menyiapkan media pendederan ikan
1. Merencanakan kegiatan persiapan pendederan ikan
PBD.PL 02.010I.01 2. Menyiapkan wadah pendederan ikan
3. Menyiapkan air untuk pendederan ikan
4. Membuat laporan
Menebar benih ikan pada pendederan
PBD.PL 02.011I.01 1. Merencanakan kegiatan penebaran benih ikan
2. Menebar benih ikan
3. Membuat laporan
Memantau pertumbuhan benih ikan pada pendederan
1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan
PBD.PL 02.012I.01 benih ikan
2. Mengambil sampel untuk menduga pertumbuhan
benih ikan
3. Melakukan sortasi
4. Membuat laporan
Mengelola pakan benih ikan pada pendederan
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan untuk benih ikan
PBD.PL 02.013I.01 2. Merencanakan kegiatan pengelolaan pakan benih
ikan
3. Menentukan jumlah, waktu dan frekuensi pemberian
pakan
4. Membuat laporan

x
Mengelola kualitas dan kuantitas air pada
pendederan ikan
PBD.PL 02.014I.01 1. Merencanakan kegiatan pengelolaan kualitas dan
kuantitas air
2. Mengidentifikasi kualitas dan kuantitas air pada
pendederan ikan
3. Mengelola kualitas dan kuantitas air pada
pendederan ikan
4. Membuat laporan
Mengendalikan hama dan penyakit pada pendederan
ikan
1. Merencanakan kegiatan monitoring hama dan
PBD.PL 02.015I.01 penyakit
2. Mengidentifikasi hama dan penyakit
3. Melakukan pengobatan ikan
4. Mencatat kejadian serangan penyakit
5. Membuat laporan
Memanen hasil pendederan ikan
1 Merencanakan kegiatan pemanenan hasil
PBD.PL 02.016I.01 pendederan ikan
2. Memanen benih ikan
3. Membuat laporan
Memasarkan hasil pendederan ikan
1. Mengidentifikasi calon pembeli
PBD.PL 02.017I.01 2. Membuat kesepakatan
3. Melakukan transaksi
4. Melakukan perhitungan laba rugi
5. Membuat laporan
Menentukan lokasi pembesaran ikan
1. Merencanakan tahapan kegiatan pemilihan lokasi
PBD.PL 03.018I.01 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pembesaran
ikan
3. Memilih lokasi pembesaran ikan
4. Membuat laporan
Menyiapkan media pembesaran ikan
1. Merencanakan kegiatan persiapan pembesaran
PBD.PL 03.019I.01 ikan
2. Menyiapkan wadah pembesaran ikan
3. Menyiapkan media pembesaran ikan
4. Membuat laporan

xi
Menebar benih ikan pada pembesaran
PBD.PL 03.020I.01 1. Merencanakan kegiatan penebaran benih ikan
2. Menebar benih ikan
3. Membuat laporan
Memantau pertumbuhan ikan pada pembesaran
1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan
PBD.PL 03.021I.01 ikan
2. Mengambil sampel untuk menduga pertumbuhan
ikan
3. Melakukan sortasi
4. Membuat laporan
Mengelola pakan pembesaran ikan
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan untuk
PBD.PL 03.022I.01 pembesaran ikan
2. Merencanakan kegiatan pengelolaan pakan
pembesaran ikan
3. Menentukan jumlah, waktu dan frekuensi pemberian
pakan
4. Membuat laporan
Mengendalikan hama dan penyakit pada pembesaran
ikan
1. Merencanakan kegiatan monitoring hama dan
PBD.PL 03.023I.01 penyakit
2. Mengidentifikasi hama dan penyakit pada
pembesaran ikan
3. Melakukan pengobatan ikan
4. Mencatat kejadian serangan penyakit
5. Membuat laporan
Memanen hasil pembesaran ikan
1. Merencanakan kegiatan pemanenan ikan hasil
PBD.PL 03.024I.01 pembesaran
2. Melakukan pemanenan
3. Mengemas ikan hasil pembesaran
4. Membuat laporan
Memasarkan hasil pembesaran ikan
1. Mengidentifikasi calon pembeli ikan
2. Melakukan kesepakatan
PBD.PL 03.025I.01 3. Melakukan transaksi
4. Melakukan penghitungan laba rugi
5. Membuat laporan

xii
BAB V. NUTRISI IKAN

Dalam Bab ini akan didiskusikan


zat gizi ini meliputi penggolongan
nutrien dan tipe, struktur kimia,
fungsi umum dan arti penting di
tentang berbagai macam bahan gizi
dalam ilmu gizi hewan air. Nutrien
pakan ikan/makanan yang sangat
atau kandungan zat gizi dalam
penting bagi kebutuhan ikan. Ikan
bahan pakan di bagi menjadi enam
merupakan salah satu jenis
bagian yaitu : energi, protein dan
organisme air sumber pangan bagi
asam amino, lipid dan asam lemak,
manusia yang banyak mengandung
karbohidrat, vitamin dan mineral.
protein. Agar dapat dibudidayakan
Dalam materi ini akan dipelajari
dalam waktu yang relatif tidak terlalu
secara spesifik objektifitas untuk
lama maka dalam proses
masing-masing bagian tersebut.
pembudidayaannya selain
menggunakan pakan alami juga
memberikan pakan buatan. Pakan
buatan yang diberikan pada ikan 5.1. ENERGI
harus mengandung zat gizi yang
sesuai dengan kebutuhan ikan Dalam kehidupan manusia setiap
tersebut. Saat ini dengan semakin hari sering mendengar istilah energi.
meningkatnya ilmu pengetahuan Energi berasal dari kata Yunani yaitu
tentang nutrisi ikan maka pabrik En yang berarti in dan Ergar yang
pakan buatan ikan menyusun berarti work, dari arti kata asalnya
formulasi pakan sesuai dengan energi dapat didefenisikan sebagai
kebutuhan gizi setiap jenis ikan yang kapasitas atau sesuatu yang dapat
akan dibudidayakan. Oleh karena itu diolah kedalam bentuk kerja atau
dalam bab ini akan dibahas kemampuan untuk bekerja. Bentuk
beberapa subbab yang sangat energi dalam kehidupan manusia
mendukung dalam proses dapat dikelompokkan berdasarkan
pembuatan pakan ikan yaitu sumbernya yaitu energi mekanik,
pengetahuan tentang energi dan energi panas,energi listrik dan energi
kandungan nutrien yang harus molekuler. Energi akan ada dan
terdapat pada pakan ikan yaitu hadir dalam setiap bentuk yang
protein, karbohidrat, lemak, vitamin berbeda dan disesuaikan dengan
dan mineral. Pengetahuan tentang pekerjaan berbeda. Pada ikan

167
sebagai organisme yang pertumbuhan setelah kebutuhan
berhubungan dengan air energi terpenuhi. Kuantitas dan
membutuhkan makanan untuk energi yang tersedia untuk
menyediakan energi yang mereka pertumbuhan merupakan jenis energi
perlukan. Energi bagi makhluk hidup yang paling utama dari segi
berasal dari makanan dimana dari pandangan akuakultur. Kebutuhan
makanan ini akan diubah menjadi energi hewan air berbeda-beda
energi kimia dan disimpan dalam kuantitasnya, hal ini dapat dibedakan
tubuh dalam bentuk Adenosin Tri berdasarkan jenis ikan yang
Phosphat (ATP). Dengan adanya dibudidayakan, kebiasaan makan,
energi ini dapat mengubah energi ukuran ikan, lingkungan dan status
kinetik dari suatu reaksi metabolisme reproduksi. Energi yang disediakan
yang menimbulkan kerja dan panas. oleh makanan adalah salah satu
pertimbangan yang penting di dalam
Pada ikan sumber energi diperoleh menentukan nilai gizinya. Energi
dari pakan, dimana pada pakan ikan dinyatakan dalam kilokalori (kkal)
ini mengandung zat gizi/nutrien yang atau kilojoule (kJ). Satu kilokalori
berasal dari karbohidrat, lemak dan adalah jumlah panas yang diperlukan
protein dan dapat terukur secara untuk menaikkan temperatur satu
langsung atas pertolongan bom gram air dari 14,5oC menjadi 15,5 oC
kalorimeter. Energi diperlukan untuk (dalam air 10C). Joule adalah satuan
melakukan pekerjaan mekanis tenaga listrik dalam sistem metrik
(aktivitas otot), pekerjaan kimia dan satu kkal sama dengan 4.184 kJ.
(proses kimia yang berlangsung Sebagai contoh, 70 kkal sama
dalam tubuh), kerja elektrik ( aktifitas dengan 293.02 kJ atau dapat juga
saraf), dan pekerjaan osmotik menggunakan satuan British
(memelihara badan untuk menjaga Thermal Unit (BTU) dimana 1 BTU =
keseimbangan satu sama lain dan 252 kalori.
dengan medium air tawar, payau
atau air laut dimana organisme air itu Setelah mempelajari bagian ini,
hidup). Energi yang diperoleh oleh pembaca harus bisa membedakan
makhluk hidup ini dapat bentuk energi dan pengukurannya.
menimbulkan panas dimana menurut Memahami metabolisme energi
ilmuwan Lavoiser dan La Place berkenaan dengan makanan,
(1780) Panas dari tubuh hewan persamaan energi dalam
berasal dari oksidasi zat-zat organik keseimbangan dan faktor-faktor yang
dan makanan yang diberikan berpengaruh pada energi yang
digunakan sebagai sumber energi. menyebabkan kebutuhan ikan akan
Oleh karena itu nilai energi suatu energi disesuaikan dengan cara
bahan makanan dapat dipakai pemberian pakan dalam budidaya
sebagai dasar dalam menentukan ikan dan memahami arti protein
nilai gizi dari bahan makanan energi ratio yang merupakan
tersebut. perbandingan antara protein optimal
dengan energi yang terdapat dalam
Energi bebas adalah energi yang pakan ikan.
tersedia untuk aktifitas biologi dan

168
Pemanfaatan Energi oleh ikan untuk aktivitas hidup harian
ikan. Energi yang tersisa dari proses
Energi yang diperoleh dari pakan kegiatan metabolisme adalah energi
digunakan sebagai sumber energi bersih yang disebut dengan Net
utama yang dalam pembagian energi Energy (NE) yang akan
disebut dengan Gross Energi atau dipergunakan maintennce atau
energi kotor. Gross Energi (GE) nilai perawatan ikan seperti metabolisme
makanan ini dapat didefenisikan basal, aktivitas ikan, aktivitas renang,
sebagai total energi yang terdapat adaptasi terhadap suhu dan sisanya
dalam makanan. Semua energi yang baru akan dipergunakan untuk
diperoleh dari asupan pakan yang pertumbuhan. Jadi energi yang akan
dikonsumsi oleh ikan, tidak dipergunakan untuk pertumbuhan
semuanya dipergunakan untuk adalah energi yang tertinggal setelah
keperluan pertumbuhan dan kebutuhan untuk metabolisme basal
perkembangan ikan karena energi ikan terpenuhi dan jika masih ada
tersebut akan dibagi menjadi yang tersisa energi tersebut akan
Digestible energy (DE) yaitu energi dipergunakan untuk kegiatan
yang dapat dicerna dan Fecal energy reproduksi. Jadi pertumbuhan dapat
(FE) yaitu energi yang digunakan terjadi jika semua proses
untuk kegiatan pembuangan hasil metabolisme ikan terpenuhi dan
eksresi pada ikan berupa feses. Dari setelah pertumbuhan somatik
Digestible Energy ini yang terpenuhi baru akan dilanjutkan
selanjutnya akan dipergunakan oleh dengan pertumbuhan gonadik. Untuk
ikan untuk kegiatan proses memudahkan dalam memahami
metabolisme dan proses hasil pembagian energi yang diperoleh
buangan metabolisme yang terbagi dari pakan oleh ikan dapat dilihat
menjadi Metabolizable Energy (ME) pada diagram berikut :
yaitu energi yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan Gross Energy(GE)/Intake Energy
metabolisme dan Metabolic
Excretion yaitu energi yang Fecal Energy (FE)
dikeluarkan oleh ikan untuk proses Digestible Energy (DE)
pembuangan urin (Urine Excretion)
Metabolic Excretion
dan Gill Excretion (GE). Energi yang
dipergunakan untuk kegiatan Metabolizable Energy
metabolisme didalam tubuh ikan ini Heat Increment (HiE)
dibagi lagi menjadi dua yang akan
dipergunakan untuk kegiatan Net Energy (NE)
aktivitas metabolisme seperti Maintenance (HEm)
kegiatan mengkonsumsi oksigen
dalam media pemeliharaan yang Recovered Energy (RE)
biasa disebut dengan Heat
Increment (HiE) atau dengan kata Sumber Watanabe (1988)
lain dalam proses fisiologis ikan yang
disebut dengan Specific Dynamic
Action yaitu energi yang diperlukan

169
Energi Metabolisme Energi didalam tubuh organisme
biasanya akan diubah menjadi energi
Tingkat kebutuhan energi pada ikan kimia yang biasa disebut dengan
biasanya dikaitkan dengan tingkat Adenosin Triphosphat atau ATP.
kebutuhan protein optimal dalam ATP ini sangat dibutuhkan oleh
pakan. Dalam dunia akuakultur biasa tubuh untuk berbagai aktivitas
disebut dengan protein energi ratio misalnya proses kehidupan biokimia
(P/e). Nilai protein energi ratio pada seperti anabolisme atau sintesa,
ikan konsumsi sebaiknya berkisar daya mekanis, tenaga elektris, kerja
antara 8 – 10. Nilai ini diperoleh dari osmotik dan proses metabolisme
hasil perhitungan antara kadar lainnya. ATP adalah suatu energi
protein dalam pakan dengan jumlah yang kaya akan molekul karena unit
energi yang diperoleh dalam triphosphatnya berisi dua ikatan
formulasi pakan tersebut pada level phosphoanhydride. Adenosin
energi yang dapat dicerna (DE). Nilai triphosphat (ATP) adalah daya
energi yang diperhitungkan tersebut penggerak penting karena
biasa disebut dengan energi merupakan energi yang yang
metabolisme. Energi metabolisme ini dibutuhkan dalam proses biokimia
diperoleh setelah nutrien utama pada kehidupan.
karbohidrat, lemak, dan protein
mengalami beberapa proses kimia Ikan merupakan organisme air yang
seperti katabolisme dan oksidasi di menggunakan protein sebagi sumber
dalam tubuh hewan. Energi bebas energi utama berbeda dengan
digunakan untuk pemeliharaan pada manusia yang menggunakan
proses kehidupan seperti karbohidrat sebagai sumber energi
metabolisme sel, pertumbuhan, utama. Oleh karena itu dalam
reproduksi dan aktifitas fisik. menyusun pakan ikan ada suatu
Keseimbangan antara energi dan parameter yang disebut dengan
protein sangat penting dalam kesimbangan energi yang diperoleh
meningkatkan laju pertumbuhan ikan dari perhitungan nilai energi yang
budidaya. Apabila kandungan energi dapat dicerna dibagi dengan kadar
dalam pakan berkurang maka protein protein pakan ikan. Nilai energi dari
dalam tubuh ikan akan dipecah dan setiap kandungan nutrisi pada ikan
dipergunakan sebagai sumber energi. sangat berbeda, seperti berdasarkan
Seperti kita ketahui pada ikan protein hasil penelitian dari satu gram
sangat berperan dalam protein akan memberikan nilai energi
pembentukan sel baru, jika protein kotor (GE) sebesar 5,6 kkal/g,
dipakai sebagi sumber energi maka sedangkan untuk satu gram lemak
akan menyebabkan pertumbuhan adalah 9,4 kkal/g dan untuk satu
ikan terhambat. Oleh karena itu gram karbohidrat adalah 4,1 kkal/g.
jumlah energi yang dibutuhkan untuk Nilai energi ini merupakan nilai
pertumbuhan dan pemeliharaan ikan energi yang diperoleh apabila zat
budidaya sangat dipengaruhi oleh makanan secara sempurna dibakar
jenis ikan, umur ikan, komposisi menjadi hasil-hasil oksidasi melalui
pakan, tingkat reproduksi dan tingkat CO2, H2O dan gas lainnya. Menurut
metabolisme standar. Buwono (2004) distribusi energi pada

170
ikan budidaya dapat dikelompokkan Jika pakan yang dikonsumsi oleh
sebagai berikut : ikan masuk kedalam tubuh ikan
x Gross Energy adalah 100% sebagai energi kotor yang secara
x Digestible Energy adalah 85% distribusi energi adalah 100% maka
x Fecal Energy untuk ikan konversi energi untuk satu gram
herbivora adalah 15% sedangkan protein pada DE adalah 80% dikali
untuk ikan karnivora adalah 20% 5,6 kkal/g yaitu 4,48 atau 4,5 kkal/g,
x Metabolizable Energy adalah sedangkan untuk karbohidrat adalah
80% 80% dikali 4,1 kkal/g yaitu 3,8 kkal/g,
x Metabolic Excretion berkisar untuk satu gram lemak adalah 80%
antara 3 – 5% dikali 9,4 kkal/g yaitu 7,52 kkal/g.
x Net Energy adalah 52,5 % Tetapi nilai konversi energi ini dari
x Heat Increment Energy adalah hasil penelitian sangat berbeda untuk
27,5% setiap jenis ikan yang dibudidayakan
seperti terlihat pada Tabel 5.1 dan
Tabel 5.2.

Tabel 5.1. Kebutuhan energi untuk ikan Salmon


Gross Energy Digestibility Available
Nutrient
(kkal/g) (persent) (kkal/g)

Protein 5,6 70 3,9


Lemak 9,4 85 8,0
Karbohidrat 4,1 40 1,6

Tabel 5.2. Kebutuhan energi untuk Catfish


Gross Energy Digestibility Available
Nutrient
(kkal/g) (persent) (kkal/g)

Protein 5,6 80 4,5


Lemak 9,4 90 8,5
Karbohidrat 4,1 70 2,9

Berdasarkan data dari tabel tersebut yang rendah terhadap karbohidrat


diatas maka dapat diambil suatu sehingga energi yang diperoleh dari
kesimpulan bahwa setiap jenis ikan karbohidrat hanya dapat dicerna
mempunyai daya cerna yang sebanyak 40%, sedangkan ikan
berbeda pada nutrisi yang catfish merupakan salah satu jenis
dikonsumsinya. Pada ikan salmon ikan omnivora mempunyai
merupakan salah satu jenis ikan kemampuan mencerna karbohidrat
karnivora mempunyai kecernaan

171
lebih tinggi dibandingkan dengan komponen utama jaringan tubuh ikan.
ikan karnivora yaitu 70%. Nutrient ini di perlukan untuk
pertumbuhan dan perbaikan serta
perawatan jaringan dan organ. Tidak
5.2. PROTEIN ada bahan gizi lain yang dapat
menggantikan peran utamanya
Protein merupakan nutrisi utama dalam membangun dan memperbaiki
yang mengandung nitrogen dan sel dan jaringan yang rusak. Sebagai
merupakan unsur utama dari tambahan protein juga berperan
jaringan dan organ tubuh hewan dan untuk kontraksi otot dan komponen
juga senyawa nitrogen lainnya enzim, hormon dan antibodi. Protein
seperti asam nukleat, enzim, hormon, dalam bentuk komplek sebagai heme,
vitamin dan lain-lain. Protein karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
dibutuhkan sebagai sumber energi Hewan air harus mengkonsumsi
utama karena protein ini terus protein untuk menggantikan jaringan
menerus diperlukan dalam makanan tubuh yang aus/rusak (perbaikan)
untuk pertumbuhan dan perbaikan dan untuk mensintesis jaringan baru
jaringan yang rusak. Protein (pertumbuhan dan reproduksi).
mengandung karbon sebanyak 50-
55%, hidrogen 5-7%, dan oksigen Selain itu protein mempunyai
20-25% yang bersamaan dengan peranan biologis karena merupakan
lemak dan karbohidrat, juga instrumen molekuler yang
mengandung nitrogen sebanyak 15- mengekspresikan informasi genetik.
18%, rata-rata adalah 16% dan Semua protein pada makhluk hidup
sebagian lagi merupakan unsur dibangun oleh susunan yang sama
sulfur dan sedikit mengandung fosfat yaitu 20 macam asam amino baku,
dan besi. Oleh karena itu beberapa yang molekulnya sendiri tidak
literatur mengatakan bahwa protein mempunyai aktivitas biologi. Dari 20
adalah makro molekul yang terdiri macam asam amino ini dibagi
dari karbon, hidrogen, oksigen, menjadi dua kelompok yaitu asam
nitrogen dan boleh juga berisi sulfur. amino essensial sebanyak 10
Kadar nitrogen pada protein dapat macam merupakan asam amino
dibedakan dari lemak dan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
karbohidrat serta komponen bahan tetapi tubuh ikan tidak dapat
organik lainnya. mensintesisnya, dan asam amino
non essensial sebanyak 10 macam
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu asam amino yang dibutuhkan
yaitu Proteos yang berarti pertama oleh tubuh dan dapat disintesis
atau utama. Hal ini dikarenakan dalam tubuh ikan itu sendiri. Dalam
protein merupakan makromolekul bab ini akan dipelajari tentang
yang paling berlimpah didalam sel sepuluh asam amino yang penting
hidup dan merupakan 50% atau lebih yang diperlukan oleh ikan dan
berat kering sel. Protein dalam setiap struktur bahan kimia, membedakan
sel mahluk hidup tersimpan dalam antara asam amino essensial dan
jaringan dan organ dan sebagai asam amino non-essensial; asam
amino yang diserap ikan; efek

172
defisiensi dan kelebihan dari asam Beberapa contoh protein serabut
amino berkenaan dengan aturan antara lain adalah collagen, yang
makan ikan ; prosedur bagaimana ditemukan dalam tulang rawan
cara menentukan kebutuhan asam atau tulang lembut, pembuluh
amino secara kwantitatif dan darah, acuan/matriks tulang, urat
kwalitatif pada ikan; metoda daging, sirip dan kulit; elastins.
mengevaluasi mutu protein; dan Hal tersebut adalah suatu
bagaimana cara menentukan komponen nadi/jalan utama dan
kebutuhan protein beberapa jenis ikatan sendi; dan keratins, di
ikan budidaya. mana protein jenis ini bersifat
melindungi seperti kulit dan
Penggolongan Protein timbangan.

Sampai saat ini protein dapat Pengelompokkan protein lainnya


diklasifikasikan penggolongannnya adalah diklasifikasikan berdasarkan
berdasarkan bentuk, struktur tiga pada sifat fisis atau disebut juga
dimensi serta penggolongan lainnya. kedalam protein yang digolongkan
Berdasarkan bentuk protein dibagi berdasarkan penggolongan lain.
menjadi dua golongan yaitu protein Protein jenis ini dapat dikelompokkan
globular dan protein serabut. ke dalam protein sederhana, protein
x Protein globular adalah protein gabungan dan protein asal.
yang rantai-rantai polipeptidanya x Protein sederhana adalah
berlipat rapat-rapat menjadi protein yang pada saat
bentuk globular atau bulat yang dihidrolisis hanya menghasilkan
padat atau berbentuk bola . Jenis asam amino-asam amino atau
protein ini biasanya larut dalam derivat-derivatnya. Protein jenis
sistem larutan (air) dan segera ini antara lain adalah albumin (zat
berdifusi dan mempunyai fungsi putih telur), zat serum dari darah,
gerak atau dinamik. Beberapa lactoalbumin dari susu, leucosin
contoh dari protein globular dari gandum; albuminoids
antara lain adalah: enzim, protein (keratin dari rambut, kuku jari
transport pada darah,hormon tangan, bulu, wol, sutera fibroin,
protein, protein pecahan serum elastin dari jaringan/tisu
darah, antibodi dan protein menghubungkan collagen dari
penyimpan nutrien. tulang rawan dan tulang);
x Protein serabut adalah protein globulins (edestin dari biji-rami,
yang tidak larut dalam air dan serum globulin dari darah,
merupakan molekul serabut lactoglobulin dari susu, legumin
panjang dengan rantai dari kacang polong); histones
polipeptida yang memanjang (globin dari hemoglobin,
pada satu sumbu dan tidak scombrone dari spermatozoa
berlipat menjadi globular. Protein sejenis ikan air tawar); dan
globular ini terdiri dari suatu protamins (salmine dari ikan
rantai panjang polypeptide. salem, scombrine dari sejenis
Protein ini biasanya memberikan ikan air tawar). Kelompok ini
peranan struktural atau pelindung. dibedakan oleh daya larut dalam

173
berbagai bahan pelarut seperti adalah polipetida dengan berat
air, larutan garam, alkohol, dan molekul yang besar. Suatu peptida
oleh karakteristik lain. yang mengandung lebih dari 10
x Protein gabungan adalah asam amino dinamakan dengan
protein sederhana bergabung polipeptida. Peptida ini mempunyai
dengan radikal non protein. satu gugus Į-asam amino bebas dan
Protein jenis ini antara lain satu gugus Į-karboksi bebas.
adalah nukleoprotein, Berdasarkan strukturnya protein
glykoprotein, phosphoprotein, dikelompokkan menjadi struktur
hemoglobins, dan lecithoproteins. primer, struktur sekunder, struktur
Nukleoproteins adalah gabungan tersier, dan struktur kwarterner.
dari satu atau lebih molekul x Struktur Primer merupakan
protein dengan asam nukleat struktur rangkaian asam amino
yang disajikan dalam semua yang memanjang pada suatu
nucleus sel. Glykoprotein adalah rantai polypeptida. Sebagai
gabungan dari molekul protein contoh, peptide Leu-Gly-Thr-His-
dan unsur yang berisi suatu Arg-Asp-Val mempunyai suatu
karbohidrat selain dari asam struktur yang utama berbeda dari
nukleat atau lesitin misalnya peptide Val-Asp-His-Leu-Gly-Arg-
mucin. Phosphoprotein adalah Thr.
gabungan molekul protein x Struktur sekunder merupakan
dengan zat yang mengandung asam amino dalam rangkaian
phosphor selain dari asam polipeptida yang membentuk
nukleat atau lecithin misalnya suatu lilitan misalnya dalam
kasein. Hemoglobin adalah bentuk Į heliks atau lembaran
gabungan molekul protein berlipat ȕ. Struktur sekunder Į
dengan hematin atau zat-zat heliks kerangka peptida secara
yang sejenis. Lecithoprotein ketat mengelilingi sumbu panjang
adalah gabungan molekul protein molekul dan gugus R residu
dengan lecithin misalnya jaringan asam amino dibiarkan mengarah
fibrinogen. keluar dari heliks dan kaya akan
x Protein asal adalah protein yang residu sistein yang dapat
berasal dari protein bermolekul memberikan jembatan disulfida.
tinggi yang mengalami degradasi Konformasi yang stabil Į heliks
karena pengaruh panas, enzim, dari rantai polipeptida karena
atau zat-zat kimia. Protein yang adanya ikatan peptida yang
termasuk kedalam golongan ini berada pada bidang datar, tidak
terdiri dari protein primer berotasi dan pembentukan
misalnya protean dan protein banyak ikatan. Struktur sekunder
sekunder misalnya protease, lembaran berlipat ȕ membentuk
pepton, peptida. zigzag dan tidak ada ikatan
hidrogen dalam rantai polipeptida
Pengelompokkan protein yang ketiga yang berdekatan. Gugus R
adalah pengelompokkan protein mengarah keluar dari struktur
berdasarkan struktur protein. Seperti zigzag. Pada struktur ini tidak
diketahui bahwa semua protein dijumpai jembatan disulfida

174
diantara rantai bersisihan dan mempengaruhi struktur
rantai polipeptida yang primernya.
berdekatan biasanya mempunyai
arah yang berlawanan atau
bersifat anti pararel. Asam amino
x Struktur tersier merupakan
bentuk tiga dimensi dari semua Dalam menyusun komposisi pakan
atom di dalam molekul protein. ikan saat ini para peneliti sudah
Interaksi antara residu asam melakukan penyusunan komposisi
amino yang jauh pada suatu pakan berdasarkan kebutuhan asam
rantai polypeptide memimpin ke amino setiap jenis ikan. Hal ini
arah lipatan dan suatu dikarenakan komposisi kebutuhan
penyesuaian yang berbentuk asam amino setiap jenis ikan sangat
rantai polypeptide bulat yang berbeda dan sangat menentukan laju
mengumpamakan tiga satuan pertumbuhan dari ikan yang
bentuk dimensional, sebagai dibudidayakan. Asam amino
contoh, myoglobin. merupakan bahan dasar yang
x Struktur kwarterner merupakan dihasilkan dari proses pemecahan
bentuk protein yang terdiri dari atau hidrolisis dari protein. Asam
dua atau lebih rantai polypeptide amino ini membangun blok protein.
menjadi bagian dari molekul Istilah amino datang dari -NH2 atau
protein tunggal. Yang biasanya suatu kelompok amino yang
terjadi seperti dimers, trimers, merupakan bahan dasar alami dan
tetramers, terdiri dari dua, tiga, asam datang dari perbandingan -
dan empat rantai polypeptide. COOH atau suatu kelompok karboxyl,
Polypeptide menjaga kesatuan oleh karena itu disebutlah asam
oleh ikatan kimia lemah, sebagai amino. Dalam molekul protein asam
contoh, hemoglobin molekul amino membentuk ikatan peptida
terdiri dari dua rantai Į dan dua (ikatan antara amino dan kelompok
rantai ȕ. Masing-masing globin karboxyl) di dalam rantai yang
rantai di dalam hemoglobin panjang disebut rantai polipeptida.
terikat untuk suatu kelompoknya, Ada banyak asam amino di alam
yang berfungsi mengangkut tetapi hanya dua puluh yang terjadi
oksigen ke jaringan badan. secara alami. Asam amino sangat
Protein kwarterner mudah dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh
dirusak oleh berbagai manipulasi dan berkembang. Dalam
dengan akibat kehilangan pengelompokkannya dibagi menjadi
aktivitas biologi. Kehilangan dua yaitu asam amino essensial dan
aktivitas ini disebut denaturasi nonessensial. Asam amino secara
yang secara fisik denaturasi ini umum ditulis dengan satu atau tiga
dapat dipandang sebagai suatu huruf yang dapat dilihat pada Tabel
perubahan konfirmasi rantai 5.3.
polipeptida yang tidak

175
Tabel 5.3. Nama dan singkatan asam amino (Millamena, 2002)

Asam amino Singkatan tiga huruf Singkatan satu huruf

Asam amino essensial


Arginin Arg R
Histidin His H
Isoleucin Ile I
Leucin Leu L
Lysin Lys K
Methionin Met M
Phenylalanin Phe F
Threonin Thr T
Tryptophan Trp W
Valin Val V

Asam amino nonessensial


Alanin Ala A
Asparagin Asn N
Asam Aspartad Asp D
Cystein Cys C
Asam Glutamat Glu E
Glutamin Gln Q
Glycin Gly G
Prolin Pro P
Serin Ser S
Tyrosin Tyr Y

Asam amino di golongkan menjadi bukanlah penting bagi ikan. Asam


asam amino essensial dan asam amino non esensial yaitu asam
amino non essensial. Asam amino amino yang dapat dibentuk atau
essensial adalah asam amino yang disintesis dalam jaringan dan tidak
tidak bisa dibuat atau disintesis oleh perlu ditambahkan dalam komposisi
organisme mendukung pertumbuhan pakan.
maksimum dan dapat menjadi
penyuplai dari asam amino. Asam amino dapat juga digolongkan
Kapasitas dari pakan ikan memiliki berdasarkan komposisi kimia
kandungan asam amino yang menurut Millamena (2002) adalah
dibutuhkan ikan berbeda-beda. sebagai berikut:
Esensialitas dari suatu asam amino 1. Asam amino alifatik
akan tergantung pada ikan yang x Basic terdiri dari : arginine
diberi pakan. Sebagai contoh, dan lysin
glycine diperlukan oleh ayam tetapi

176
x Acidic terdiri dari : asam Asam amino non essensial
aspartic dan asam glutamic Asam amino non esensial yang
x Netral terdiri dari : leocin , dibutuhkan untuk ikan adalah:
isoleucine, valine, alanine, alanine, asparagirie, asam aspartad,
glycine,methionine, chysteine, cyestin, asam glutamat, glutamin,
threonine dan serine. glycin, prolin, serin dan tyrosin. Asam
2. Asam amino aromatic terdiri dari: amino non esensial asam amino
phenylalanine dan tyrosine yang dapat secara parsial
3. Asam amino heterocyclic terdiri menggantikan atau memberikan
dari histidine, tryptophan dan asam amino yang sangat dibutuhkan
proline atau harus ada dalam komposisi
pakan.

Asam amino esensial


Ada sepuluh asam amino esensial Metabolisme Asam Amino
(EAA) yang diperlukan oleh Metabolisme asam amino meliputi
pertumbuhan ikan yaitu: arginin, sintesis dan pemecahan protein,
histidin, isoleucin, leucin, methionin, protein dalam pakan pertama kali
phenylalanin, threonin, tryptophan dicerna didalam lambung dan asam
dan valin. Kesepuluh asam amino ini klorida yang terdapat dalam lambung
merupakan senyawa yang akan memberikan medium asam
membangun protein dan ada yang dapat mengaktivasi pepsin dan
beberapa asam amino merupakan renin untuk membantu mencerna
bahan dasar dari struktur atau unsur protein. Pepsin memecah protein
lain. Methionin adalah prekursor dari dalam gugus yang lebih sederhana
cyestein dan cystin. Methionin juga yaitu protease dan pepton dan
sebagai penyalur metil (CH3). akhirnya akan dipecah menjadi asam
Beberapa kelompoknya terdiri dari amino. Protein kemudian diserap
creatin, cholin, dan banyak unsur lain. kedalam usus dalam bentuk asam
Jika suatu basa hydrogen (OH) amino.
ditambahkan ke phenylalanin, maka
tyrosin dibentuk. Tyrosin diperlukan Metabolisme asam amino umumnya
untuk hormon thyroxin, epinephrin dapat terjadi dalam tiga lintasan,
dan norepinephrin dan melanin yaitu 2 lintasan proses katabolisme
pigmen. Arginin menghasilkan asam amino yang merupakan proes
ornithin ketika urea dibentuk dalam degradasi dan glukoneogenesis,
siklus urea. Perpindahan suatu serta satu lintasan proses
karboksil (COOH) digolongkan dalam anabolisme asam amino yang
bentuk histamin. Tryptophan adalah merupakan proses sintesa protein.
prekursor dari serotonin atau suatu Ada 20 asam amino dalam protein.
vitamin, asam nikotinik. Semua ikan Bila selama sintesis protein, satu dari
bersirip membutuhkan ke sepuluh asam amino hilang, maka sintesis
asam amino esensial. protein terhenti. Karena sintesis dan
degradasi terus menerus dari protein
adalah khas untuk semua bentuk
kehidupan. Sintesis protein dikode

177
oleh DNA (kode genetik) yang protein dan biomolekul lainnya tidak
terdapat di inti mitokondria. dapat disimpan dalam tubuh maupun
Tersedianya asam amino harus diekskresikan keluar tubuh.
mencerminkan distribusinya dalam Kelebihan asam amino cenderung
protein. Bila tidak, sintesis protein digunakan untuk bahan bakar.
dibatasi oleh nutrien. Sebelum memasuki siklus asam
trikarboksilat untuk menghasilkan
Asam-asam amino terutama energi asam amino harus
diperlukan dalam sintesis protein didegradasi terlebih dahulu.
tubuh dan senyawa-senyawa lain Degradasi asam amino terjadi dalam
yang secara fisiologis penting bagi dua tahap utama. Tahap pertama
metabolisme, misalnya hormon- adalah deaminasi oksidatif,
hormon dan neurotransmiter. Pada merupakan tahap pengubahan asam
umumnya kelebihan asam amino amino menjadi zat antara yang dapat
akan segera dikeluarkan oleh memasuki siklus asam trikarboksilat,
deaminasi oksidatif dan rangka dan gugus amino. Tahap ke dua
karbonnya diubah menjadi asetil atau adalah tahap oksidasi zat dalam
aseto-asetil Ko A, piruvat, atau salah siklus asam trikarboksilat menjadi
satu dari zat antara siklus asam CO2 dan H2O.
trikarboksilat yang kemudian
dioksidasi menjadi energi. Namun Tempatnya pemecahan asam amino
dalam beberapa kasus tertentu akan adalah hati. Gugus Į amino dari
diubah menjadi glukosa dan lemak. banyak asam amino mula-mula akan
Ikan mengekskresikan amonia bebas dipindahkan ke Į keto glutarat untuk
dan disebut sebagai amonetilik. membentuk asam glutamat yang
kemudian mengalami deaminasi
Amonia adalah toksik terhadap oksidatif membentuk ion NH4+. Enzim
sistem syaraf pusat oleh mekanisme aminotransferase mengkatalisis
yang belum seluruhnya dimengerti pemindahan suatu gugus Į amino
tetapi tampaknya melibatkan dari suatu asam amino Į kepada
pembalikan jalan glutamat keto. Enzim-enzim ini disebut juga
dehidrogenase dan akibatnya transaminase, umumnya menya-
kekurangan ketoglutarat, zat antara lurkan gugus Į amino dari berbagai
yang diperlukan dalam siklus asam asam amino kepada Į –ketoglutarat
trikarboksilat. Asam sitrat dan garam- untuk diubah menjadi NH4+ (ion
garamnya bersifat sangat tidak larut amonium). Ion amonium dibentuk
serta mengendap dalam jaringan dan dari glutamat dengan deaminasi
cairan bila konsentrasinya oksidatif. Reaksi dikatalisis oleh
melampaui beberapa miligram per enzim glutamat dehidrogenase yang
100 ml. Karena itu tidak ada produk tidak biasa karena dapat
akhir dari metabolisme nitrogen yang menggunakan NAD+ maupun
dapat ditolelir dengan baik oleh NADP+. Aktivitas glutamat
organisme tingkat tinggi. dehidrogenase diatur secara
alosterik. Guanosin trifosfat (GTP)
Asam amino yang berlebihan dari dan Adenosin Trifosfat (ATP) adalah
yang diperlukan untuk sintesis inhibitor alosterik, sedangkan

178
Guanosin Difosfat (GDP) dan dipergunakan untuk proses hidupnya
Adenosin Difosfat (ADP) adalah yaitu tumbuh, berkembang dan
aktivator alosterik. Jadi penurunan bereproduksi. Dalam tubuh ikan
muatan energi akan mempercepat berisi sekitar 65-75% protein pada
oksidasi asam amino. suatu basis berat kering. Protein
sangat menentukan dalam
Dalam proses katabolisme protein menyusun formulasi pakan ikan.
maka akan dihasilkan amonia Asam amino yang berasal dari
sebagai hasil deaminasi oksidatif, zat protein ini sangat diperlukan oleh
ini merupakan bahan yang bersifat berbagai sel untuk membangun dan
racun dan harus dikeluarkan dari memperbaiki jaringan rusak.
tubuh. Pada makhluk hidup sebagian Kelebihan Asam amino digunakan
besar dikeluarkan melalui dua jalan sebagai sumber energi atau
kecil dalam tubuhnya yaitu : dikonversi ke lemak. Informasi
x Amonia dengan asam glutamat tentang kebutuhan protein kotor ikan
dalam hati, untuk membentuk menjadi nilai yang menentukan dan
glutamin membutuhkan ATP, data tentang kebutuhan asam amino
ditranspot ke ginjal dan kemudian untuk setiap ikan penting karena
dipisahkan kembali menjadi mutu protein sangat bergantung
glutamat dan amonia. Akhirnya kepada komposisi asam amino nya
dieksresikan ke urin sebagai dan penyerapannya. Penentuan
garam amonium (NH4+.) tentang kebutuhan asam amino
x Amonia dengan karbondioksida sangat penting karena akan sangat
untuk membentuk carbamil, yang membantu dalam melakukan
kemudian difosforilasi menjadi perancangan diet uji amino yang
karbokmoil fosfat, sebuah reaksi digunakan untuk menentukan
yang membutuhkan dua ATP. kebutuhan asam amino yang
Karbamoil fosfat kemudian diperlukan bagi ikan.
masuk ke dalam siklus ornithin
urea. Ikan-ikan yang memiliki Protein dalam pakan ikan akan
paru-paru (lungfish), pada musim saling keterkaitan dengan zat nutrien
kering menjadi ikan darat dan lainnya, misalnya protein bersama
mengeksresikan urea untuk dengan mineral dan air merupakan
menghemat air. bahan baku utama dalam
pembentukan sel-sel dan jaringan
tubuh. Protein bersama dengan
Kebutuhan asam amino essensial vitamin dan mineral ini berfungsi juga
dalam pakan ikan dalam pengaturan suhu tubuh,
pengaturan keseimbangan asam
Pakan ikan sangat dibutuhkan bagi basa, pengaturan tekanan osmotik
ikan yang dibudidayakan dalam cairan tubuh serta pengaturan
suatu wadah budidaya. Fungsi metabolisme dalam tubuh. Oleh
utama pakan ini adalah sebagai karena itu ikan yang dibudidayakan
penyedia energi bagi aktifitas sel-sel harus memperoleh asam amino dari
tubuh. Dalam tubuh ikan energi protein makanannya secara terus
yang berasal dari pakan menerus yang sangat diperlukan

179
bagi pertumbuhan sel dan esensial dalam pakan diharapkan
pembentukan jaringan tubuhnya. dapat memacu pertumbuhan ikan.
Melalui sistem peredaran darah,
asam amino ini diserap oleh seluruh Cepat tidaknya pertumbuhan ikan
jaringan tubuh yang memerlukannya. ditentukan oleh banyaknya protein
Pertumbuhan somatik, pertumbuhan yang dapat diserap dan
kelanjar reproduksi, perkembangan dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat
dan pembangunan jaringan baru pembangun. Oleh karena itu agar
ataupun perbaikan jaringan yang ikan dapat tumbuh secara normal,
rusak selalu membutuhkan protein pakan harus memiliki kandungan
secara optimal yang terutama energi yang cukup untuk memenuhi
diperoleh dari asam-asam amino kebutuhan energi metabolisme
essensial yang bersumber dari sehari-hari dan memiliki kandungan
pakan ikan yang dikonsumsi. protein yang cukup tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan
Ikan tidak mempunyai kebutuhan sel-sel tubuh yang baru.
protein yang mutlak namun untuk
menunjang pertumbuhannya ikan Keseimbangan antara energi dan
membutuhkan suatu campuran yang kadar protein sangat penting dalam
seimbang antara asam-asam laju pertumbuhan, karena apabila
aminoesensial dan non esensial. kebutuhan energi kurang, maka
Protein yang dibutuhkan ikan protein akan dipecah dan digunakan
dipengaruhi faktor-faktor yang sebagai sumber energi. Pemakaian
bervariasi seperti ukuran ikan, sebagian protein sebagai sumber
temperatur air, kecepatan pemberian energi ini akan menghambat
pakan, ketersediaan dan kualitas pertumbuhan ikan, mengingat protein
pakan alami, kandungan energi sangat berperan dalam
keseluruhan yang dapat dihasilkan pembentukan sel baru.
dari pakan dan kualitas protein.
Pemberian pakan yang tepat dengan
Kualitas pakan dikatakan rendah kisaran nilai kalori/energi yang
apabila kadar asam-asam amino memenuhi persyaratan bagi
esensial dalam proteinnya juga pertumbuhan ikan dan dengan
rendah. Pemilihan bahan dan kandungan gizi yang lengkap akan
komposisi bahan-bahan yang dapat meningkatkan nilai retensi
digunakan dalam pembuatan pakan protein. Retensi protein merupakan
akan sangat menentukan gambaran dari banyaknya protein
kelengkapan dan keseimbangan yang diberikan, yang dapat diserap
antara asam-asam amino esensial dan dimanfaatkan untuk membangun
dan tak esensial. Ikan dapat tumbuh ataupun memperbaiki sel-sel tubuh
normal apabila komposisi asam yang rusak, serta dimanfaatkan bagi
amino esensial dalam pakan tak jauh metabolisme sehari-hari.
berbeda (mirip) dengan asam amino
dalam tubuhnya. Oleh karena itu Dalam proses pencernaan, protein
adanya variasi keseimbangan antara akan dipecah menjadi bentuk-bentuk
asam amino esensial dan non yang lebih sederhana yaitu asam

180
amino dan dipeptida. Ada dua jenis dipertimbangkan adanya keseim-
enzim yang terlibat dalam proses bangan antara asam-asam amino
pencernaan protein, yaitu enzim esensial dan non esensial yang
endopeptidase yang berfungsi terkandung pada protein bahan
memutuskan ikatan peptida pada dasar pembuat pakan ikan tersebut.
rantai polipeptida dan enzim Tidak semua bahan makanan yang
eksopeptidase yang berfungsi merupakan sumber protein hewani
memutuskan gugus fungsional maupun nabati mengalami defisiensi
karboksil (-COOH) dan amina (-NH2) asam amino yang sama. Oleh
yang dimiliki protein. Asam amino karena itu, defisiensi pada salah satu
dan dipeptida dapat masuk kedalam asam amino pada suatu bahan dapat
aliran darah dengan cara transpot disubstitusi dengan asam amino
aktif. yang sama dari bahan yang berbeda.

Kualitas protein berbeda-beda Arginin merupakan asam amino yang


tergantung pada jenis dan jumlah sangat diperlukan bagi pertumbuhan
asam amino penyusunannya. optimal ikan muda. Disamping
Penentuan kualitas protein dapat berperan dalam sintesia protein,
dilakukan dengan membandingkan arginin juga berperan dalam
komposisi asam amino esensial yang biosintesis urea.
dikandung bahan makanan dengan
standar kebutuhan asam amino Histidin merupakan asam amino
esensial pada hewan uji. esensial bagi pertumbuhan larva dan
anak-anak ikan. Histidin diperlukan
Persentase terendah dari kandungan untuk menjaga keseimbangan
asam amino esensial pada makanan nitrogen dalam tubuh.
terhadap pola standar tersebut
dinamakan sebagai skore asam Perubahan-perubahan konsentrasi
amino. Adapun yang dimaksud isoleisin, leusin dan valin dalam
dengan asam amino esensial serum dipengaruhi oleh peningkatan
pembatas adalah asam amino kadar protein pakan. Peningkatan
esensial yang mempunyai konsentrasi dari salah satu asam
presentase terendah yang amino berantai cabang ini, misalnya
terkandung dalam suatu protein leusin, akan memberikan pengaruh
bahan makanan. pada konsentrasi isoleisin dan valin
dalam serum. Pengamatan ini
Dalam penyusunan komposisi memberikan indikasi leisin mungkin
bahan-bahan pembuat pakan ikan, mampu mempermudah jaringan
harus diperhitungkan terlebih dahulu tubuh dalam menyerap asam-asam
kelengkapan asam amino esensial amino berantai cabang.
pada bahan dan kebutuhan tiap jenis
ikan terhadap asam amino esensial Lisin merupakan asam amino
dan non esensial. Kebutuhan setiap esensial pembatas dalam protein
jenis ikan terhadap asam amino nabati. Defisiensi lisin dalam pakan
esensial dan non esensial berbeda- ikan dapat menyebabkan kerusakan
beda,sehingga perlu pada sirip ekor (nekrosis), yang

181
apabila berkelanjutan dapat Triptofan merupakan asam amino
menyebabkan terganggunya pembatas dalam bahan makanan
pertumbuhan. Tingkat penggunaan sumber protein nabati. Defisiensi
lisin dipengaruhi oleh kadar arginin, triptofan pada ikan salmon
urea dan amonia. Ketika terjadi menyebabkan lordosis dan skoliosis
degradasi arginin, maka penggunaan sedangkan pada ikan rainbow trout
lisin akan meningkat. menyebabkan nekrosis pada sirip
ekor, kerusakan pada operculum
Metionin (essensial) dan sistein (non insang dan katarak pada mata.
essensial) merupakan asam amino Selain menyebabkan penyakit pada
yang mengandung sulfur. Sistein mata, defisiensi triptopan juga akan
mampu mereduksi sejumlah metionin meningkatkan kadar kalsium,
yang diperlukan bagi pertumbuhan magnesium, sodium dan potasium
optimal. Kebutuhan metionin pada dalam ginjal dan hati ikan.
ikan biasanya berkaitan dengan
kadar metionin dalam serum dan Kebutuhan asam amino essensial
kadar makanan yang dicerna. dan nonessensial pada ikan sangat
Metionin juga merupakan asam ditentukan oleh jenis bahan baku
amino pembatas dalam beberapa pembuatan pakan. Hal ini dapat
bahan makanan sumber protein mengakibatkan kekurangan asam
nabati. Defisiensi metionin dapat amino esensial yang disebabkan
mengakibatkan penyakit katarak oleh penggunaan komposisi pakan
pada rainbow trout. yang kandungan proteinnya sedikit
atau tidak mencukupi kebutuhan
Fenil alanin (essensial) dan tirosin asam amino esensial. Dapat juga
(non essensial) keduanya disebabkan adanya bahan kimia
mempunyai struktur kimia yang mirip yang dapat mempengaruhi
sehingga keduanya bisa saling komposisi pakan, pemanasan yang
menggantikan. Fenil alanin dan berlebih saat pembuatan pakan dan
tirosin diklasifikasikan sebagai asam penguapan dari pakan tersebut.
amnino aromatik. Keduanya Ketidakseimbangan asam amino
diperlukan dalam jumlah yang cukup kaitannya dengan asam amino yang
untuk mendorong sintesis protein saling bertentangan atau asam
dan fungsi-fungsi fisiologis lain pada amino yang berbahaya yang dapat
ikan. Ikan mampu dengan segera menyebabkan pertumbuhan pada
mengubah fenil alanin menjadi tirosin ikan tidak optimal. Pertentangan
atau menggunakan tirosin untuk asam amino terjadi ketika asam
melakukan metabolisme yang amino yang diberikan melebihi
diperlukan bagi asam amino fenil jumlah yang dibutuhkan. Hal ini
alanin tersebut. Oleh karena itu dapat meningkatkan kebutuhan
untuk menentukan kebutuhan asam asam amino lain yang serupa.
amino aromatik khususnya fenil Contohnya adalah pertentangan
alanin, dalam pengujian haruslah leucin dengan isoleucin dan arginin
digunakan bahan pangan tanpa dengan lisin yang diamati pada
tirosin atau berkadar tirosin rendah. beberapa jenis ikan. Asam amino
bersifat racun apabila diberikan

182
dengan jumlah yang berlebih. Efek asam amino esensial dari suatu
negatif yang ditimbulkan tidak dapat organisme adalah dengan
diperbaiki dengan penambahan penambahan pada komposisi pakan
asam amino ke dalam komposisi dengan asam amino L kristal.
pakan. Pelarutan nutrisinya dapat diperkecil
Di dalam perumusan komposisi dengan penggunaan pakan yang
pakan, komposisi pakan yang mengandung air stabil sehingga
direkomendasikan tentang asam dapat menghemat penggunaan
amino esensial harus dengan hati- pengikat atau memanfaatkannya
hati dalam memilih dan dalam praktek pemberian pakan.
mengkombinasikan dua atau lebih Sejauh ini kebutuhan asam amino
sumber protein. Keterbatasan essensial dalam makanan yang
kandungan asam amino dalam salah dibutuhkan oleh ikan dan jumlah
satu sumber asam amino dapat yang dibutuhkan pada ikan budidaya
dilengkapi dengan sumber lain yang telah ditetapkan pada beberapa jenis
melimpah dengan kandungan asam ikan berdasarkan hasil penelitian.
amino yang sama sehingga menjadi Kebutuhan asam amino essensial
suatu pakan ynag lebih baik. Cara pada beberapa jenis ikan dapat
lain untuk mengetahui kebutuhan dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa jenis ikan
dalam % protein pakan (Akiyama et al, 1997)

Met Phe
Jenis ikan Arg His Leu Lys + + Thr Trp Val Ile
Cys Tyr
Chum Salmon 6,5 1,6 3,8 5,0 3,0 6,3 3,0 0,7 3,0 2,4
Chinook Salmon 6,0 1,8 3,9 5,0 4,0 5,1 2,2 0,5 3,2 2,2
Coho Salmon 3,2 0,9 3,4 3,8 2,7 4,5 2,0 0,5 2,2 1,2
Channel Catfish 4,3 1,5 3,5 5,1 2,3 5,0 2,2 0,5 3,0 2,6
Common carp 4,3 2,1 3,3 5,7 3,1 6,5 3,9 0,8 3,6 2,5
Catle 4,8 2,5 3,7 6,2 3,4 6,2 5,0 1,0 3,6 2,4
Nile Tilapia 4,2 1,7 3,4 5,1 3,2 5,5 3,8 1,0 2,8 3,1
Milk Fish 5,3 2,0 5,1 4,0 3,3 5,2 4,5 0,6 3,6 4,0
Japanese eel 4,5 2,1 5,3 5,3 3,2 5,8 4,0 1,1 4,0 4,0
Rainbow trout 3,5 1,6 4,4 5,3 2,7 5,2 3,4 0,5 3,1 2,4
Yellow tail 3,9 2,6 4,7 5,3 2,4 4,5 2,9 0,7 3,0 2,6
White surgeon 4,8 2,3 4,3 5,4 2,2 5,3 3,3 0,3 3,3 3,0
Red drum 3,7 1,7 4,7 5,7 2,9 4,5 2,8 0,8 3,1 2,9

Kebutuhan asam amino pada ikan termasuk dalam kelompok asam


seperti tabel diatas diperoleh dengan amino essensial dan non essensial
cara melakukan penelitian. Menurut yaitu:
Millamena (2002) ada dua metoda x Metoda pertumbuhan
yang digunakan untuk menentukan x Metoda radio isotop.
apakah suatu asam amino tersebut

183
Metoda pertumbuhan digunakan oleh dan melakukan isolasi protein. Dari
Halver (1957) untuk mengetahui hasil isolasi tersebut kemudian
penggunaan satu rangkaian asam protein tersebut dilakukan hidrolisasi
amino diet uji yang berisi kristal L- dan asam amino yang diperoleh
amino sebagai sumber nitrogen. dipisahkan dengan menggunakan
Pakan dirumuskan berdasarkan peralatan chromatografi dan
pada pola asam amino seperti menghitung radio aktifitas.
protein telor ayam utuh, protein telor
ikan Chinook, atau kantung kuning
telur ikan Chinook. Untuk sepuluh Evaluasi kualitas protein
amino, percobaan dilakukan dengan
melakukan pemberian pakan dengan Protein yang terdapat dalam suatu
menggunakan pakan dasar yang bahan pakan dapat dikatakan
berisi semua asam amino dan pakan bermutu jika memberikan
uji yang tidak mengandung asam pertumbuhan positif pada ikan
amino. Ikan uji dilakukan budidaya atau protein dikatakan
penimbangan berat badan setiap dua mutunya tinggi apabila komposisi
kali untuk mengukur pertumbuhan asam amino yang terkandung di
dan mengetahui pengaruh pakan uji dalamnya menyerupai bentuk asam
tersebut. Selain itu sampel ikan uji amino yang dibutuhkan oleh ikan dan
juga diberi pakan yang kekurangan tingkat kecernaannya tinggi. Mutu
asam amino untuk melihat protein biasanya dievaluasi dengan
pertumbuhan yang terjadi dan metode biologi dan kimia. Metode
dibandingkan dengan ikan yang kimia menentukan kuantitas atau
diberi pakan dengan asam amino jumlah protein/asam amino pada
yang lengkap, setelah itu penyelidik bahan pakan sedangkan metode
menggunakan suatu diet test serupa biologi dengan cara menentukan
untuk menentukan asam amino reaksi ikan terhadap protein dalam
esensial yang lain pada ikan. kaitannya dengan pertumbuhan dan
pertahanan. Dalam metode biologi,
Pada Metoda rasio isotop yang berat tubuh dan nitrogen digunakan
digunakan oleh Cowey et al. (1970), sebagai ukuran untuk mutu protein
ikan uji disuntik secara dimana metode biologi lebih akurat
intraperitoneal dengan menggunakan dibanding metode kimia. Menurut
radio aktif yang diberi label 14C Millamena (2002) perhitungan
glukosa dan dibiarkan hidup dengan Protein Effisiensi ratio (PER), nilai
mengkonsumsi pakan alami selama biologi (BV) dan kebutuhan protein
7 hari. Ikan uji kemudian dimatikan bersih (NPU) adalah sebagai berikut:
dan dibuat larutan yang homogen

Perbandingan Efisiensi Protein (PER)

Penambahan bobot (gram)


PER =
Kandungan protein dalam pakan (gram)

184
Nilai Biologi (BV)

Nitrogen yang digunakan


BV =
Nitrogen yang diserap

Dimana : R = Nitrogen yang digunakan


A = Nitrogen yang diserap

Dan : A = I – (F - Fo)
R = A – (U – Uo)

Dimana : I = Nitrogen yang diambil


F = Nitrogen dalam feses
Fo = Metabolisme nitrogen dalam feses
U = Nitrogen yang keluar bersama urine
Uo = Endogeneus nitrogen

R I – (F–Fo) – (U – Uo)
BV = x 100 x 100
A I – (F – Fo)

Tidak cukup data dalam nilai biologi yang diperoleh untuk pengaturan pakan
ikan dan sulit dalam penentuan metabolisme feses dan endogeneus nitrogen
secara terpisah.

Penggunaan Protein Bersih

Nitrogen yang digunakan


NPU = x 100
Nitrogen yang diambil

dimana : NPU ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Penambahan nitrogen pada + pengurangan nitrogen pada


pakan ikan pakan ikan
NPU =
Nitrogen yang diambil dari pengujian protein

185
Kebutuhan protein pada ikan Jumlah kebutuhan protein
maksimum merupakan tingkat
Protein didalam tubuh sangat kualitas protein yang tinggi dalam
dibutuhkan untuk pemeliharaan, kandungan pakan yang diperlukan
pembentukan jaringan, penggantian untuk pertumbuhan maksimum.
jaringan-jaringan tubuh yang rusak Untuk menentukan kebutuhan
dan penambahan protein tubuh protein suatu jenis ikan dapat
dalam proses pertumbuhan. dilakukan dengan melakukan
Kebutuhan protein dalam pakan percobaan pemberian pakan yang
secara langsung dipengaruhi oleh akan membantu dalam penggunaan
jumlah dan jenis-jenis asam amino uji kandungan protein dari sumber
essensial, kandungan protein yang yang nilai biologinya tinggi. Respon
dibutuhkan, kandungan energi pakan yang akan memberikan keuntungan
dan faktor fisiologis ikan (Lovel, dan daya tahan paling tinggi
1989). Protein dapat juga digunakan biasanya diperoleh dari komposisi
sebagai sumber energi jika pakan ikan terbaik. Protein yang
kebutuhan energi dari lemak dan terdapat dalam jaringan tubuh ikan
karbohidrat tidak mencukupi dan dapat digunakan sebagai ukuran
juga sebagai penyusun utama enzim, untuk menentukan kebutuhan protein.
hormon dan antibodi. Oleh karena itu Cara ini dilakukan dengan
pemberian protein pada pakan ikan menganalisis kandungan nitrogen
harus pada batas tertentu agar dapat dalam jaringan dengan interval dua
memberikan pertumbuhan yang minggu sampai tidak ada penurunan
optimal bagi ikan dan efisiensi pakan nitrogen yang tertahan pada jaringan.
yang tinggi. Selain itu protein sangat
penting bagi kehidupan karena Jumlah kandungan protein yang
merupakan protoplasma aktif dalam minimal dari suatu pakan untuk
semua sel hidup dan berperan menghasilkan pertumbuhan
sebagai instrumen molekuler yang maksimum sangat bergantung pada
mengekspresikan informasi genetik, jenis ikan yang dibudidayakan.
unsur struktural didalam sel dan Berdasarkan penelitian beberapa
jaringan. Protein yang dibutuhkan spesies ikan kebutuhan kandungan
ikan bersumber dari berbagai macam protein pada ikan budidaya berkisar
bahan dimana kualitas protein bahan dari 27% sampai 60%. Untuk lebih
bergantung pada komposisi asam jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
amino.

186
Tabel 5.5. Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering pakan) pada
beberapa jenis ikan budidaya (Millamena, 2002)

Kadar protein
Jenis ikan Sumber protein
optimal

Asian sea bass Fish meal, soybean meal 43


Common carp Fish meal, casein 31 – 38
Grouper Tuna, muscle meal 40 – 50
Fish meal, meat meal, shrimp meal 43
Japanese eel Casein dan asam amino 44
Kuruma shrimp Squid meal 60
Casein + egg albumin ¾ 55
Milk Fish Fish meal, casein 40
Casein, gelatin 30 – 40
Fish meal, soybean dan cassava meal 24
Red sea bream Casein 55
Snake head Fish meal 52
Red snapper Fish meal, soybean, squid meal 44
Tiger shrimp Casein 40
Fish meal, soybean, shrimp meal 40
Nile Tilapia Fish meal, casein 30
Fish meal 28
White shrimp Fish meal, mussel meal, collagen 34 – 42
Squid meal 28 – 32
Yellow tail Fish meal, casein 55
Abalone Soybean meal, rice bran 27
Fish meal, squid meal

Sumber protein tinggi untuk ikan lebih tinggi dibanding ikan yang lebih
dapat diperoleh pada beberapa tua pada jenis ikan yang sama itu.
bahan baku antara lain adalah telor
utuh, kasein, kombinasi kasein dan
agar-agar. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan protein 5.3. KARBOHIDRAT
untuk pertumbuhan ikan yang
maksimum antara lain adalah : jenis, Karbohidrat merupakan salah
ukuran ikan atau umur, temperatur satumakro nutrien dan menjadi
air, protein yang berkualitas seperti sumber energi utama pada manusia
yang telah dikemukanan sebelumnya dan hewan darat. Pada ikan, tingkat
dengan mengetahui komposisi asam pemanfaatn karbohidrat dalam pakan
amino. Ikan yang berukuran lebih umumnya rendah pada khususnya
kecil mempunyai kebutuhan protein hewan karnivora, karena pada ikan

187
sumber energi utama adalah tanpa nitrogen. Karbohidrat biasanya
protein. Ikan karnivora lebih sedikit terdapat pada tumbuhan termasuk
mengkonsumsi karbohidrat pada gula sederhana, kanji, selulosa,
dibandingkan dengan omnivora dan karet dan jaringan yang
herbivora. Selain itu ikan yang hidup berhubungan dan mengandung
diperairan tropis dan air tawar unsur C,H,O dengan rasio antara
biasanya lebih mampu hidrogen dan oksigen 2:1 yang
memanfaatkan karbohidrat daripada hampir serupa dengan H2O dan
ikan yang hidup diperairan dingin kemudian dinamakan ”karbohidrat”.
dan air laut. Ikan laut biasanya lebih Formula umum karbohidrat adalah
menggunakan protein dan lemak Cn (H2O)2.
sebagai sumber energi daripada
karbohidrat, tetapi peranan Karbohidrat adalah sumber energi
karbohidrat dalam pakan ikan sangat yang murah dan dapat menggantikan
penting bagi kehidupan dan protein yang mahal sebagai sumber
pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil energi. Selain itu karbohidrat
penelitian memperlihatkan bahwa merupakan Protein sparing effect
ikan yang diberi pakan dengan yang artinya karbohidrat dapat
kandungan protein tinggi tanpa digunakan sebagai sumber energi
karbohidrat dapat menyebabkan pengganti bagi protein dimana
penurunan laju pertumbuhan dan dengan menggunakan karbohidrat
retensi protein tubuh. Selain itu dan lemak sebagai sumber bahan
pakan yang mengandung karbohidrat baku maka hal ini dapat mengurangi
terlalu sedikit akan menyebabkan harga pakan. Pemanfaatan
terjadinya tingkat katabolisme protein karbohidrat sebagai sumber energi
dan lemak yang tinggi untuk dalam tubuh dapat juga dipengaruhi
mensuplai kebutuhan energi ikan oleh aktivitas enzim dan hormon.
dan menyediakan metabolisme Enzim dan hormon ini penting untuk
lanjutan (intermedier) untuk sintesis proses metabolisme karbohidrat
senyawa biologi penting lainnya, dalam tubuh seperti glikolisis, siklus
sehingga pemanfaatan protein untuk asam trikarboksilat, jalur pentosa
pertumbuhan berkurang. Oleh fosfat, glukoneogenesis dan
karena itu pada komposisi pakan glikogenesis. Selain itu dalam
ikan harus ada keseimbangan antara aplikasi pembuatan pakan
karbohidrat, protein dan lemak, karbohidrat seperti kanji, zat tepung,
dimana ketiga nutrien tersebut agar-agar, alga, dan getah dapat
merupakan sumber energi bagi ikan juga digunakan sebagai pengikat
untuk tumbuh dan berkembang. makanan (binder) untuk
meningkatkan kestabilan pakan
Karbohidrat merupakan senyawa dalam air pada pakan ikan dan
organik yang tersusun dari atom udang.
karbon (C), hidrogen (H) dan
Oksigen (O) dalam suatu Klasifikasi Karbohidrat
perbandingan tertentu. Karbohidrat
berdasarkan analisa proksimat terdiri Karbohidrat diklasifikasikan kedalam
dari serat kasar dan bahan ekstrak tiga kelompok yaitu monosakarida,

188
disakarida, dan polisakarida. karbohidrat dapat juga
Pembagian karbo-hidrat ini diklasifikasikan berdasarkan pada
berdasarkan pada jumlah molekul tingkat kecernaan, yaitu karbohidrat
pembentuknya, satu, dua atau yang dapat dicerna, karbohidrat yang
beberapa unit gula sederhana. dapat dicerna sebagian dan
Disakarida dan polisakarida karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
merupakan turunan (derivat) dari Gula, kanji, dextrin, dan glikogen
monosakarida. Monosakarida tidak adalah karbohidrat yang dapat
dapat dihidrolisa lagi menjadi bentuk dicerna, selulosa, serat kasar dan
yang lebih sederhana. Disakarida hemisellulosa adalah karbohidrat
dapat dihidrolisa menjadi dua yang tidak dapat dicerna. Galaktogen,
molekul mono-sakarida, sedangkan mannosan, inulin dan pentosa
polisakarida (termasuk) oligosakarida adalah termasuk karbohidrat yang
akan membentuk lebih dari tiga dapat dicerna sebagian. Untuk lebih
molekul monosakarida. Selain itu jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Klasifikasi Karbohidrat (Millamena, 2002)

Kelompok Karbohidrat contoh

Monosakarida (satu unit glikosa) Pentosa, Arabinosa, Ribosa,


Xylosa, Xylulosa, Hexosa, Glucosa,
Fruktosa dan Mannosa

Disakarida (dua unit glikosa) Sukrosa, Maltosa, Laktosa

Oligosakarida (2-10 unit glikosa) Raffinosa, Stachyosa, Verbascosa

Polisakarida (Glycan, > 10 unit Starch/kanji, dextrin, glycogen,


glikosa) cellulosa, hemicellulosa, lignin,
chitin, pectin, gums and mucilages,
alginat, agar, karageenan

Monosakarida yang terdapat dalam bentuk bebas


dalam makanan adalah glukosa dan
Monosakarida adalah bentuk fruktosa. Glukosa, galaktosa,
karbohidrat yang tidak dapat fruktosa dan mannosa merupakan
dihidrolisis menjadi bentuk yang bentukheksosa yang mempunyai
sederhana lagi. Umumnya makna fisiologis paling penting.
monosakarida diperoleh dari hasil Glukosa merupakan zat gula dalam
hidrolisis senyawa tanaman yang tubuh yang dibawa oleh darah dan
lebih kompleks, larut dalam air dan merupakan bentuk paling utama
rasanya manis. Monosakrida utama dalam jaringan. Hal ini dikarenakan

189
glukosa merupakan sumber energi pantas pada xilosa dibentuk dalam
yang paling cepat diserap didalam pembuatan bubur pada makanan
sel dan masuk kedalam darah dan melalui hidrolisis pada hemiselulosa.
akan dikatabolisme dalam proses Arabino dihasilkan pada getah arabic
glikolisis. Rumus empiris glukosa dan dedak gandum. Hexosa
adalah C6H12O6. Glukosa banyak mempunyai rumus umum C6H12O6.
terdapat dalam buah-buahan, jagung Gula heksosa biasanya dalam
manis dan madu dalam bentuk D- bentuk : galactosa, dan
Glukosa. D-Glukosa ini telah glukosealdoses. Fruktosa adalah
dihasilkan secara komersial dengan ketohexose alami penting dan
hidrolisis pati jagung yang karbohidrat paling manis. Rotan atau
menghasilkan sirop jagung dan gula umbi manis (sukrosa)
kristal dekstrosa. D-Glukosa ini dihidrolisis, satu molekul dibentuk
mempunyai peran penting dalam pada fruktosa dan satu molekul pada
pakan dan metabolisme ikan serta glukosa yang dibentuk. Laktosa tidak
merupakan gula darah pada semua terjadi secara bebas di alam.
hewan. Glukosa dapat disimpan Hidrolisis lactose atau gula susu
didalam hati dan otot dalam bentuk menghasilkan galactose dan glukosa.
glikogen. Fruktosa dapat diubah Glukosa, Fructose, dan galactose
menjadi glukosa dalam hati, mempunyai rumusan molekular yang
sedangkan galaktosa selain dapat sama tetapi susunan rumus mereka
diubah menjadi glukosa dalam hati berbeda pengaturan di dalam suatu
juga dapat dimetabolisir. Mannosa molekul.
merupakan unsur pembentuk
senyawa glikoprotein.
Disakarida
Kebanyakan monosakarida diperoleh
dengan hidrolisis unsur yang lebih Disakarida merupakan bentuk
komplek. Hidrolisis adalah suatu karbohidrat yang kalau dihidrolisis
reaksi kimia yang mana suatu unsur akan menghasilkan dua molekul
yang komplek dipecah menjadi unsur monosakarida. Rumus molekul
yang lebih kecil dengan penambahan disakrida adalah C12H22O11, dari
suatu katalisator. Monosakarida rumus bangun ini memperlihatkan
sering dikatakan sebagai bentuk dari bahwa satu molekul air telah
suatu gula sederhana. Dua dipindahkan sebagai dua
rangkaian gula sederhana secara monosakarida yang telah
komersil penting pentosa atau lima dikombinasikan. Dengan hidrolisis
gula atom karbon dan hexoses atau mengakibatkan perpecahan molekul
enam gula atom karbon. Ribosa dan dan pembentukan hexoses. Ada tiga
Dioxyribosa merupakan struktur RNA bentuk disakarida penting yaitu
dan DNA. Pentosa mempunyai sukrosa, laktosa dan maltosa.
rumus yang umum C5 H10 O5. dan Sukrosa, bentuk gula yang biasanya
mempunyai komersial yang penting disebut juga dengan gula meja,
dalam bentuk aldopentosa silosa dan terdiri dari satu molekul glukosa dan
arabinosa. Silosa dibentuk dengan satu molekul fruktosa yang
hidrolisis pada pentosa. Jumlah yang dinamakan dengan gula invert.

190
Sumber utama sukrosa sebagian termurah dan merupakan sumber
besar dari tebu dan gula bit. Laktosa, energi bagi manusia dan hewan.
atau gula susu, banyak diperoleh Glikogen dihasilkan dari mamalia
pada semua susu mamalia. Hasil dan hewan lain dari glukosa di dalam
hidrolisis laktosa akan menghasilkan darah dan diperoleh didalam jaringan
sebuah molekul glukosa dan sebuah otot dan hati. Glikogen merupakan
molekul galaktosa. Maltosa terjadi bentuk penyimpanan pada
secara alami dalam benih zat tepung karbohidrat pada hewan dan
yang diproduksi tumbuhan. Maltosa merupakan zat tepung di dalam
dibentuk dari hidrolisis zat tepung tumbuhan. Sedangkan dekstrin
dengan enzim Į-amilase. Maltosa merupakan hasil dari proses
akan dihidrolisis lebih lanjut oleh pemecahan hidrolisis pati menjadi
enzim Į-gluc0sidase menjadi dua maltosa. Dekstrin terdiri dari
molekul glukosa. serangkaian senyawa dengan bobot
molekul yang lebih rendah. Pada
hewan dekstrin merupakan hasil
Polisakarida pemisahan glukosa dari amilopektin
yang meninggalkan residu
Polisakarida merupakan bentuk percabangan yang disebut Į-limit
karbohidrat yang kalau dihidrolisis dekstrin, tersusun dari 8 – 10
akan menghasilkan lebih dari glukosa. Didalam pakan, dekstrin
sepuluh molekul monosakarida. merupakan substrat kesukaan
Polisakarida biasanya dibentuk oleh organisme acidophilik dalam saluran
kombinasi hexosa atau pencernaan dan bila pakan
monosakarida lain dan biasanya mengandung dekstrin maka sintesis
merupakan senyawa dengan vitamin B dalam usus akan
molekular tinggi dan kebanyakan meningkat.
tidak dapat larut dalam air dan
dipertimbangkan yang paling utama Selulosa adalah komponen struktur
bahan gizi tumbuhan asli. Ketika utama dalam tumbuhan pada dinding
hidrolisis dengan asam atau enzim, sel tumbuhan dan unsur yang paling
mereka dipecah ke dalam berbagai berlimpah-limpah pada tumbuhan.
produk intermediate dan yang Selulosa adalah unsur penting yang
akhirnya ke dalam gula sederhana, tidak dapat larut dan dapat
polisakarida mempunyai formulasi didegradasi oleh enzim menjadi
umum (C6H10O5)n. Tiga bentuk beberapa unit glukosa dan bisa
polisakarida yang banyak terdapat dihidrolisis dengan asam kuat.
dalam bahan baku pakan antara lain Hemiselulosa merupakan
adalah pati, dextrin dan glikogen. polisakarida yang terdiri atas suatu
campuran unit hexosa dan pentosa.
Pati/starch merupakan bentuk Jika dihidrolisis hemiselulosa
polisakarida yang banyak terdapat menghasilkan glukosa dan sebuah
pada tumbuhan dan diperoleh di pentosa, biasanya silosa yang
dalam akar umbi (kentang), rhizomes, merupakan komponen utama pada
dan biji-bijian. Bentuk ini merupakan dinding sel tumbuhan. Tidak seperti
sumber bahan makanan yang selulosa, hemiselulosa lebih sedikit

191
bersifat resisten terhadap degradasi sellulosa dan fruktosa) dan dari
kimia dan dapat dihidrolisis dengan hewan (mangsa) berbentuk glikogen.
cairan asam . Ikan tidak memiliki kelenjar air liur
Lignin ditemukan dalam tongkol (salivary gland) sehingga proses
jagung dan porsi akar yang berserat. pencernaan karbohidrat pada ikan
Lignin merupakan struktur kompleks dimulai dibagian lambung.
yang terdiri dari karbon-karbon yang Pencernaan karbohidrat secara
saling berikatan dengan eter yang intensif terjadi disegmen usus yaitu
mana bersifat resisten terhadap dengan adanya enzim amilase
alkali dan asam. Chitin merupakan pankreatik. Pada segmen usus,
komponen struktur utama amilum (zat tepung) dan glikogen
menyangkut eksoskeleton kaku pada akan dihidrolisis oleh enzim amilase
hewan tak bertulang punggung menjadi maltosa dan dekstrin,
seperti serangga, binatang berkulit Kemudian maltosa dan dekstrin ini
keras dan juga terjadi dalam sel akan dihidrolisa oleh enzim laktase
ganggang, ragi dan jamur adalah atau sukrose menghasilkan
polysoccoharida dengan atom zat galaktosa, glukosa dan fruktosa.
hidrogen seperti halnya C,H dan O Pada dinding usus, galaktosa dan
yang terdiri atas N-acetil D- fruktosa akan diubah menjadi
glukosamin. Chitin mempunyai peran glukosa. Dalam bentuk glukosa itulah
struktural dan suatu jumlah dari karbohidrat dapat diserap oleh
kekuatan mekanis yang dapat dinding sel (enterosit) lalu masuk
menghentikan ikatan hidrogen. kedalam pembuluh darah.
Peptin ditemukan terutama antara Ikan tidak memiliki enzim pencerna
dinding sel tumbuhan dan mungkin karbohidrat yang memadai di dalam
juga sebagai penyusun dinding sel saluran pencernaannya, sehingga
itu sendiri. Peptinase tidak dapat nilai kecernaan karbohidrat pakan
dihidrolisis dengan enzim pectinase umumnya rendah. Aktivitas enzim
mamalian tetapi dicerna oleh aksi amilase dalam menghidrolisa pati
mikrobial. Tindakan itu disadap pada ikan omnivora seperti ikan
dengan air panas atau air dingin dan tilapia dan ikan mas lebih tinggi
membentuk suatu ”gel” (agar-agar). daripada ikan karnivora seperti ikan
Alginates, agar dan caragenan rainbowtrout dan yellowtail. Nilai
merupakan hasil ekstraksi dari kecernaan karbohidrat ini sangat
rumput laut seperti Glacillaria sp dan dipengaruhi oleh sumber dan kadar
Kappaphycus sp. karbohidrat dalam pakan serta jenis
dan ukuran ikan. Nilai kecernaan
beberapasumber karbohidrat oleh
Pemanfaatan Karbohidrat Pakan beberapa ikan budidaya dapat dilihat
oleh Ikan pada Tabel 5.7 Karbohidrat yang
berstruktur kompleks memiliki nilai
Karbohidrat pakan umumnya kecernaan yang rendah daripada
berbentuk senyawa polisakarida, karbohidrat yang berstruktur
disakarida dan monosakarida. sederhana. Perbedaan sumber pati
Karbohidrat tersebut berasal dari juga dapat menyebabkan perbedaan
tumbuhan (zat tepung, serat, nilai kecernaan karbohidrat dan

192
bergantung juga pada rasio pengukusan maka akan dapat
amilosa/amilopektin. Dimana meningkatkan nilai kecernaan dari
semakin tinggi rasio amilosa/ karbohidrat tersebut. Hal ini
amilopektin maka kecernaan dikarenakan pengukusan dapat
karbohidrat semakin tinggi. Beberapa menyebabkan sel-sel pati menjadi
perlakuan yang biasa dilakukan pada lunak dan pecah sehingga lebih
saat membuat pakan ikan adalah mudah dicerna.
dengan melakukan pengukusan pati
dimana dengan melakukan

Tabel 5.7. Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh
beberapa ikan budidaya (Wilson, 1994).

Kadar
Nilai kecernaan
Jenis ikan Sumber Karbohidrat
(%)
pakan (%)

Rainbow Trout Dekstrin 20 77,2


60 45,5
Tepung ubi kukus 20 69,2
60 26,1
Tepung dikukus 11,5 90,0
40,2 48,2
Glukosa 20 – 60 99 – 100
Sukrosa 20 – 60 99 – 100
Laktosa 20 – 60 94 – 97
Channel catfish Tepung jagung tidak 12,5 72,8
dikukus 25 60,9
50 55,1
Tepung jagung dikukus 12,5 83,1
25 78,3
50 66,5
Mas Tepung ubi tidak kukus ? 55,0
Tepung ubi dikukus ? 85,0

Karbohidrat berserat dalam wujud khas dan terbatas kurang dari 7%.
bahan kimia sangat sukar dicerna Ketersediaan berbagai formulasi
oleh beberapa jenis ikan dan tidak karbohidrat pada komposisi nilai
membuat suatu kontribusi yang baik yang gizi belum jelas, karbohidrat
kepada kebutuhan gizi ikan. yang dapat dicerna (karbohidrat
Tingkatan kebutuhan serat kasar dengan bobot molekul kecil dan
dalam tubuh ikan diperlukan secara panjang rantai lebih pendek seperti

193
glukosa). Pada ikan mas dan ikan air tinggi, sedangkan yang diberi pakan
tawar lainnya dapat memanfaatkan dengan kandungan protein rendah
karbohidrat lebih efektif dan karbohidrat tinggi didapatkan
dibandingkan dengan ikan air laut. laju glukoneogenesis yang rendah
Ikan air laut lebih efektif (Cowey et al, 1977). Kebutuhan
menggunakan glukosa dan dekstrin karbohidrat untuk setiap jenis dan
sebagai sumber zat tepungnya. ukuran ikan juga dipengaruhi oleh
Udang windu menggunakan zat kandungan lemak dan protein pakan.
tepung lebih baik dengan glukosa Pakan yang mengandung
dan dextrin. karbohidrat dan lemak yang tepat
dapat mengurangi penggunaan
protein sebagai sumber energi yang
Kebutuhan optimum Karbohidrat dikenal dengan Protein Sparring
Pakan Effect. Terjadinya Protein Sparring
Effect oleh karbohidrat dapat
Pertumbuhan ikan budidaya secara menurunkan biaya produksi pakan
maksimal dapat tercapai jika kondisi dan mengurangi pengeluaran limbah
lingkungan pemeliharaan dan nitrogen ke lingkungan.
makanan terjamin secara optimum.
Fungsi utama karbohidrat sebagi Kebutuhan karbohidrat pakan bagi
sumber energi di dalam pakan harus pertumbuhan ikan budidaya
berada dalam kondisi yang seimbang bervariasi menurut spesies, sumber
antara ketiga makro nutrien (protein, karbohidrat dan kondisi
lemak dan karbohidrat). Pakan yang lingkungannya (Tabel 5.8.). Pada
mengandung karbohidrat terlalu tabel tersebut jelas terlihat bahwa
tinggi dapt menyebabkan ikan karnivora umumnya mempunyai
menurunnya pertumbuhan ikan kemampuan yang lebih rendah
budidaya. Beberapa penelitian telah dalam memanfaatkan karbohidrat
menunjukkan pertumbuhan ikan dan pakan dibandingkan dengan ikan
tingkat efisiensi pakan yang rendah omnivora atau herbivora. Penyebab
bila kandungan karbohidrat dalam rendahnya kemampuan ikan dalam
pakannya tinggi. memanfaatkan karbohidrat pakan
tersebut antara lain disebabkan oleh
Ikan sebagai organisme air kurang nilai kecernaan sumber karbohidrat,
mampu memanfaatkan karbohidrat aktivitas enzim karboksilase ikan,
sebagai sumber energi utama dalam kemampuan penyerapan glukosa
pakannya dibandingkan dengan serta kemampuan sel memanfaatkan
hewan darat dan manusia, namun glukosa dalam darah. Secara umum
dari hasil beberapa penelitian hewan kandungan karbohidrat pakan yang
air seperti ikan masih sangat dapat dimanfaatkan secara optimal
membutuhkan karbohidrat dalam oleh ikan karnivora berkisar antara
komposisi pakannya. Pada ikan 10 – 20%, ikan omnivora dapat
rainbowtrout yang diberi pakan memanfaatkan karbohidrat pakan
dengan kandungan protein tinggi, secara optimal pada tingkat 30 –
terjadi laju glukoneogenesis yang 40% dalam pakannya.

194
Tabel 5.8 Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk pertumbuhan
beberapa ikan budidaya.

Karbo
hidrat Sumber
Jenis ikan References
pakan karbohidrat
(%)
Ekor kuning 10 Dekstrin Shimeno et al (1996)
Seabream merah 20 Dekstrin De Silva dan anderson (1995)
Rainbow trout 10 Dekstrin De Silva dan anderson (1995)
Kakap putih 20 Tepung terigu Catacuta dan Coloso (1997)
Kerapu 9 Tepung terigu Shiau dan Lan (1996)
Channel catfish 30 Dekstrin Wilson (1994)
Mas 40 Dekstrin Wilson(1994),Shimeno et al (1996)
Tilapia 40 Dekstrin Wilson (1994),Shimeno et al (1996)

5.4. LIPID dijadikan sebagai sumber energi bagi


ikan selain protein dan karbohidrat.
Lipid adalah senyawa organik yang Lipid berbeda dengan lemak.
tidak dapat larut dalam air tetapi Perbedaan antara lemak dan minyak
dapat diekstraksi dengan pelarut adalah pada titik cairnya, lemak
nonpolar seperti kloroform, eter dan cenderung lebih tinggi titik cairnya,
benzena. Senyawa organik ini molekulnya lebih berat dan rantai
terdapat didalam sel dan berfungsi molekulnya lebih panjang. Oleh
sebagai sumber energi metabolisme karena itu lipid merupakan salah satu
dan sebagai sumber asam lemak sumber asam lemak essensial yang
esensial yang mempunyai fungsi tidak bisa di sentesa oleh ikan.
specifik dalam tubuh seperti untuk Sebagai sumber energi, lipid telah
struktur sel dan pemeliharaan ditunjukan untuk memberikan
integritas membran-membran yang beberapa protein untuk pertumbuhan.
hidup. Fungsi lain dari lipid antara Lipid juga sumber penting sterol,
lain adalah sebagai komponen phospolipid, dan vitamin lemak yang
utama struktur sel, penyimpan bahan dapat larut. Asam lemak dari lipid
bakar metabolik, untuk mengangkut mungkin juga bertindak sebagai
bahan bakar, sebagai pelindung pendahuluan pada steroid hormon
dinding sel dan juga sebagai dan prostaglandin.
komponen pelindung kulit vertebrata.
Lipid terdiri dari lemak, minyak,
malam dan senyawa-senyawa lain Klasifikasi Lipid
yang ada hubungannya.
Berdasarkan struktur molekulnya
Lipid merupakan komponen penting lipid dapat diklasifikasikan kedalam
dalam pakan ikan karena lipid dapat tiga kelompok yaitu :

195
x Lipid sederhana, kelompok ini sterol, aldehid lemak, badan
disebut juga dengan nama keton dan berbagai hormon.
homolopida yaitu suatu bentuk Karena tidak bermuatan
ester yang mengandung karbon, asilgliserol (gliserida), kolesterol
hidrogen dan oksigen. Jika dan ester kolesterol dinamakan
dihidrolisis. Lipid yang termasuk lemak netral (Meyes, 1999).
kedalam kelompok ini hanya
menghasilkan asam lemak dan
alkohol. Lipid sederhana ini dapat Klasifikasi Lipid menurut Millamena
dibagi menjadi dua golongan et al (2002) dapat dikelompokkan
yaitu : menjadi :
- Lemak : senyawa ester lemak x Triglycerides atau lemak yang
dengan gliserol. Lemak dibentuk oleh reaksi glicerol
dalam keadaan cair disebut dengan molekul asam lemak
minyak. sehingga disebut glycerides.
- Lilin/malam/waks : senyawa Dengan begitu ketika suatu
ester asam lemak dengan triglyceride dihidrolisis, 3 molekul
alkohol monohidrat yang asam lemak dan 1 molekul
berbobot molekul tinggi glicerol dibentuk. Triglycerides
tidak menjadi komponen pada
x Lipid kompleks, kelompok ini bio membran tetapi mereka
berupa ester asam lemak dengan terakumulasi pada adipose atau
alkohol yang mengandung gugus jaringan lemak. Triglyceride
lain. Lipid kompleks dibagi merupakan bentuk utama pada
menjadi tiga golongan yaitu : binatang yang menyimpan energi.
- Fosfolipid : kelompok lipid x Phospholipids adalah ester
yang selain asam lemak dan pada asam lemak dan asam
alkohol, juga mengandung phosphor (H3PO4) dan basa
residu asam fosfat. Lemak ini nitrogen. Senyawa campuran
sering mempunyai basa yang tersebut biasa asam phosphatidic.
mengandung nitrogen dan Beberapa Phospholipids yang
substituen lain, seperti gugus penting adalah phosphatidyl
alkohol berupa gliserol dalam choline (lecithin), phosphatidyl
gliserofosfolipid dan gugus ethanolamine (cephalin),
alkohol yang berupa sfingosin phosphatidyl serine, dan
dalam sfingofosfolipid. phosphatidyl inositol. Mereka
- ikolipid (Glikosfingolipid) : adalah komponen utama
kelompok lipid yang membran biologi.
mengandung asam lemak, x Waxes adalah ester pada rantai
sfingosin dan karbohidrat. panjang asam lemak dengan
- Bentuk lipid komplek lainnya: berat molekul tinggi alkohol
Sulfolipid dan aminolipid dan monohydric. Seperti trigly-cerides,
lipoprotein waxes merupakan sumber nergi
x Prekursor dan derivat lipid : asam yang disimpan dalam tumbuhan
lemak, gliserol, steroid, senyawa dan bintang dan bertindak
alkohol disamping gliserol serta

196
melindungi mantel. Waxes padat x Sumber dari asam lemak
pada temperature lingkungan. esensial (EFA) yang penting
untuk pertumbuhan dan
Beberapa ester pada rantai kelangsungan hidup ikan. EFA
alcohol yang panjang, R1- tidak bisa disintesis oleh
CH2OH dan rantai panjang asam organisme air dan akan disintesis
lemak, R2-COOH jika jumlahnya tidak cukup untuk
O pertumbuhan dan harus
Contoh : R2 –CO -CH2 –R1 disediakan pada pakan ikan,
misalnya : asam arachidonik
Beberapa ester, (ARA), asam eicosapentaenoie
(EPA), dan asam
R2-CH2 –O -CH2 –R1 decosahexaenoic (DHA) adalah
asam lemak esensial yang
x Steroids adalah rantai panjang sangat penting di dalam pakan
alkohol yang biasa pada polycylic. ikan dan krustasea.
Merupakan tanda pada jenis x Komponen sellular yang penting
kelamin atau hormon lain pada dan selaput subsellular,
ikan dan udang dan secara misalnya: phospholipid dan
biologi sangat penting dalam asam lemak polyunsurated
proses reproduktif. Streroid (PUFA).
mempunyai beberapa struktur x Sumber steroid yang
umum yang terdiri dari sistem melaksanakan fungsi penting
fused-ring. Kolesterol secara seperti pemeliharaan sistem
fisiologi adalah sterol penting dan selaput, transportasi lipid dan
tersebar luas dalam membran prekursor dari hormon steroid.
biologi, terutama dalam binatang.
x Sphingomyelins tidak berisi
glycerol, tetapi zat asam yang Asam lemak
mengandung gemuk ester
membutuhkan rantai amino Salah satu unsur penting dari lipid
alcohol sphingosine. Lipid ini adalah asam lemak. Asam lemak ini
merupakan lipid komponen otak ada juga yang menyebutkan sebagai
dan jaringan syarat pertumbuhan lipid dengan makna fisiologis.
pada binatang. Berdasarkan kandungan unsurnya
asam lemak mempunyai rumusan
yang umum yaitu CH3 (CH2)n COOH ,
Fungsi umum dari lipid dimana: n variasi dari 0 sampai ke 24
dan pada umumnya suatu bilangan
Fungsi yang umum adalah: genap. Asam lemak diberi suatu
x Sumber energi berkenaan nama umum disamping formulasi
dengan metabolisme, adenosine bahan kimianya dan singkatan
triphosphate (ATP). Kandungan stenografi. Di dalam tatanama asam
energi lipid berisi kira-kira dua lemak, sebuah asam lemak di
kali lebih dari energi protein dan indentifikasi dengan formula: A:B n-3,
karbohidrat. A:B n-6, A:B n-9, kadang-kadang

197
ditulis dengan huruf Ȧ (omega) x Dua ikatan rangkap disebut asam
dimana, A adalah banyaknya atom dienoat, yaitu linoleat/ Ȧ6 (18 :
carbon dan banyaknya ikatan ganda, 2;9.12 )
n-3, n-6, n-9 adalah posisi ikatan x Tiga ikatan rangkap disebut
ganda dari metil berakhir pada asam dengan asam trienoat antara lain
lemak. Sebagai contoh tujuan adalah g.Linolenat/ Ȧ6 (18 : 3;
kuatitatif untuk palmitoleic atau asam 6.9.12) dan a.Linolenat/ Ȧ3 (18 :
hexadecenoic adalah 16:l n-7 yang 3;9.12.15)
ini berarti bahwa asam palmitoleic x Empat ikatan rangkap disebut
mempunyai 16 karbon dan berisi asam tetranoat, antara lain
pada ikatan rangkap terdapat pada adalah arakidonat/ Ȧ6 (20 :
posisi karbon ketujuh karbon. 4;5.8.11.14)
x Lima ikatan rangkap disebut
Berdasarkan jumlah ikatan rangkap asam pentanoat, antara lain
pada asam lemak maka asam lemak adalah Timnodonat/ Ȧ3 (20 : 5 ;
dapat dikelompokkan menjadi dua 5.8.11.14.17) dan Klupanodonat/
yaitu asam lemak jenuh dan asam Ȧ3 (22 : 5; 7.10.13.16.19)
lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh x Enam ikatan rangkap disebut
adalah asam lemak yang tidak dengan asam Heksanoat antara
mengandung ikatan rangkap. lain adalah Servoat/ Ȧ3 (22 : 6;
Sedangkan asam lemak tidak jenuh 4.7.10.13.16.19)
adalah asam lemak yang
mengandung satu atau lebih ikatan Dari pengklasifikasian asam lemak
rangkap. Asam lemak jenuh terdiri tersebut diatas dapat dilihat dari
dari unsur Carbon dari 1 – 24 yaitu penulisan angka-angka dibelakang
format (1), asetat (2), propionat (3), koma, urutan pertama menyatakan
butirat (4), valerat (5), kaproat (6), banyaknya jumlah atom Carbon,
kaprilat/oktanoat (8), kaprat/dekanoat urutan kedua adalah banyaknya
(10), laurat (12), miristat (14), ikatan rangkap pada unsur asam
palmitat (16), stearat (18), arakidat lemak, sedangkan pada urutan
(20), behenat (22), lignoserat (24). terakhir adalah letak/lokasi ikatan
Angka yang terdapat didalam kurung rangkap terdapat pada rantai Carbon
merupakan jumlah atom Carbon keberapa, misalnya asam lemak
yang terdapat pada unsur asal lemak. Arakidonat/ Ȧ6 (20 : 4; 5.8.11.14),
Pada asam lemak tidak jenuh dapat rumus bangun asam lemak tersebut
dikelompokkan kedalam enam terdiri dari Carbon sebanyak 20 buah,
kelompok berdasarkan jumlah ikatan jumlah ikatan rangkapnya adalah 4
rangkapnya yaitu : buah, letak ikatan rangkap tersebut
x Satu ikatan rangkap disebut terdapat pada Carbon ke 5, 8, 11
dengan monoeat, antara lain dan 14.
adalah palmitat/ Ȧ7 (16 : 1;9), Berdasarkan Millemena (2002)
oleat/ Ȧ9 (18 : 1;9), elaidat/ Ȧ9 pengelompokan asam lemak dapat
(18 : 1;9) , erusat/ Ȧ9 (22 : 1;9), dibagi menjadi empat berdasarkan
nervonat/ Ȧ9 (24 : 1;13) kejenuhannya yaitu Saturated,
Unsaturated, Polyunsaturated dan

198
Higly Unsaturated. Untuk lebih dan Tabel 5.10.
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9

Tabel 5.9 Nama umum asam lemak

Nama umum Nama kimia Notasi singkat

Saturated
Fomat 1:0
Asetat 2:0
Propionat 3:0
Butirat Asam butanoat 4:0
Valerat Asam pentanoat 5:0
Caproat Asam keksanoat 6:0
Caprilat Asam oktanoat 8:0
Caprat Asam dekanoat 10:0
Laurat Asam dodekanoat 12:0
Miristat Asam tetradekanoat 14:0
Palmitat Asam heksadekanoat 16:0
Stearat Asam oktadekanoat 18:0
Arachidat 20:0
Behenat 22:0
Lignoserat 24:0

Unsaturated
Asam Palmitoleat Asam heksadesenoat 16 :1 n-7
Asam oleat Asam oktadesenoat 18 : 1 n-9
Polyunsaturated
Asam Linoleat Asam oktadekadienoat 18 : 2 n-6
Asam Linolenat Asam oktadekatrinoat 18 : 3 n-3
Highly Unsaturated
Asam arakidonat Asam eikosatetraenoat 20 : 4 n-6
Asam eikosapentanoat 20 : 5 n-3
Asam dokosaheksanoat 22 : 6 n-3

199
Tabel 5.10. Kelompok Asam lemak Unsaturated/tidak jenuh (Millemena, 2002)

Notasi
Klas Keluarga Rumus bangun
singkat

n-9 Oleat 18 : 1 n-9 CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH


20 : 1 n-9

n-6 Linoleat 18 : 2 n-6 CH3-(CH2)4-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7-


18 : 3 n-6 COOH
20 : 3 n-6
20 : 4 n-6
22 : 4 n-6

n-3 Linolenat 18 : 3 n-3 CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-


20 : 5 n-3 CH=CH-(CH2)7-COOH
22 : 5 n-3

Kebutuhan asam lemak pada ikan ikan terdiri dari asam lemak linoleat,
asam lemak linolenat, asam lemak
Asam lemak yang dibutuhkan untuk Eicosapentanoat (EPA) dan asam
pertumbuhan dan perkembangan lemak Dokosaheksanoat (DHA).
ikan budidaya adalah asam lemak
essensial yaitu asam lemak yang Komposisi asam lemak di dalam ikan
sangat diperlukan untuk menunjang adalah cenderung dipengaruhi oleh
pertumbuhan namun tubuh (hati) faktor seperti kadar garam, suhu dan
kurang mampu mensisntesisinya makanan. Selain itu kebutuhan asam
oleh karena itu harus disuplai dari lemak essensial untuk setiap jenis
pakan. Sedangkan asam lemak ikan berbeda antar spesies terutama
essensial yaitu asam lemak yang antara ikan air tawar dan air laut.
dapat disintesa oleh tubuh. Asam Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
lemak essesial (Essensial Fatty pada Tabel 5.11.
Acid/EFA) yang sangat diperlukan

200
Tabel 5.11. Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan (Watanabe, 1988)

Jenis ikan Jenis asam lemak Kebutuhan (%)

Rainbow Trout 18 : 3 Ȧ3 1
18 : 3 Ȧ3 0,8
18 : 3 Ȧ3 20 % dari lipid
Ȧ3 HUFA 10% dari lipid
Carp 18 : 2 Ȧ6 dan 18 : 3 Ȧ3 1
Sidat 18 : 2 Ȧ6 dan 18 : 3 Ȧ3 0,5
Chum Salmon 18 : 2 Ȧ6 dan 18 : 3 Ȧ3 1
Ȧ3 HUFA 0,5
Coho Salmom Tri18 : 3 Ȧ3 1 – 2,5
Ikan ayu 18 : 3 Ȧ3 atau 20 : 5 Ȧ3 1
Tilapia zilli 18 : 2 Ȧ6 atau 20 : 4 Ȧ6 1
Tilapia nilotica 18 : 3 Ȧ6 0,5
Seabream merah Ȧ3 HUFA atau 20 : 5 Ȧ3 0,5
Turbot Ȧ3 HUFA 0,8
Yellow tail Ȧ3 HUFA 2
Yamame 18 : 3 Ȧ3 1
Coregonus 18 : 3 Ȧ3 0,5

Komposisi lemak tubuh sangat mengandung berbagai macam asam


dipengaruhi oleh pakan ikan yang lemak unsaturated pada rantai
mengandung lemak, walaupun karbon panjang (20 atau 22
penambahan lemak pada pakan panjangnya rantai karbon),
sebaiknya tidak lebih 18%. Tetapi kebanyakan dari sumber hewani
dalam lemak pakan harus memliki asam lemak dari kelompok
diperhatikan apakah terdapat n-3 . Rantai panjang n-3 asam lemak
komposisi asam lemak essensialnya. biasanya menyusun 1/4 - 1/3 semua
Sumber lemak bagi ikan dapat asam lemak di dalam minyak ikan,
berasal dari berbagai bahan pakan sedangkan, rantai panjang asam
yaitu minyak hewani atau minyak lemak di dalam kebanyakan minyak
nabati, keduanya telah ditemukan nabati jarang melebihi 5% dan sering
dan bisa digunakan dalam makanan kurang dari 1%. Kebutuhan lipid
ikan. Komposisi asam lemak dari berkenaan dengan aturan makan
berbagai bahan baku pakan ikan ikan dapat diperoleh dari profil asam
dapat dilihat pada Tabel.. Jika lemak.
dibandingkan dengan minyak nabati
lain atau lemak minyak ikan

201
Tabel 5.12. Komposisi asam lemak essensial pada berbagai sumber lipid
(g/100g asam lemak) (Millamena, 2002)

Sumber lipid 18 : 2 n6 18 : 3 n3 20 : 5 n3 22 : 6 n3

Sumber Tanaman
Minyak jagung 58 1 0 0
Minyak kelapa 2 0 0 0
Minyak bijikapas 53 1 0 0
Minyak bijilin 17 56 0 0
Minyak palm 10 1 0 0
Minyak palm kernel 2 0 0 0
Minyak Rapeseed 15 8 0 0
Minyai kacang 30 0 0 0
Minyak kedele 50 10 0 0
Minyak bungamatahari 70 1 0 0

Sumber hewan laut


Minyak capelin 5 0 7 5
Minyak hati cod 5 1 16 14
Minyak hati cuttlefish 1 2 12 18
Minyak herring 1 1 8 5
Minyak hati pollack 2 0 12 7
Minyak salmon 3 0 10 10
Minyak Sardin 3 1 13 10
Minyak shortnect 1 1 19 14
Minyak Skipjack 5 3 7 12
Minyak hati cumi 3 3 12 10

Ikan memerlukan asam lemak dari akan menyebabkan kematian ikan


kelompok n-3 dan n-6 dalam budidaya. Asam lemak essensial
komposisii pakannya. Jenis asam ( EFA) kebutuhan sangat berbeda
lemak yang sangat diperlukan bagi antara satu jenis ikan dengan jenis
ikan budidaya adalah asam linolenat ikan yang lainnya seperti telah
( 18:3n-3), asam linoleat ( 18:2n-6), dijelaskan pada Tabel diatas. Pada
asam eocosapentaenoat ( EPA, jenis ikan rainbow trout
20:5n-3) dan asam docosahexaenoat (Oncorhynchus mykiss) memerlukan
( DHA, 22: 6n-3). Kekurangan asam sekitar 1% 18:3n-3 dalam pakannya
lemak essensial pada komposisi Kombinasi 18:3n-3 dan 18:2n-6
pakan ikan dapat menyebabkan dalam berbagai proporsi tidak
penurunan pertumbuhan dan kondisi meningkatkan laju pertumbuhan atau
kekurangan asam lemak essensial konversi pakan ikan laut. Pada ikan
dalam waktu yang brekepanjangan karper (Cyprinus carpio), salah satu

202
jenis ikan budidaya air tawar yang antara linolenic (18:3n-3) atau n-3
paling lama dibudidayakan di dunia HUFA sebagai sumber lipid. Ikan laut
memerlukan jenis asam lemak dari kakap pada stadia juvenil
kelompok kedua-duanya yaitu: membutuhkan antara n-3 dan n-6
18:2n-6 dan 18: 3n-3. Selain itu PUFA dengan kadar 0,5% dalam
komposisi asam lemak dapat komposisi pakannya atau pada
memberikan pertambahan berat perbandingan n-3/n-6 dengan rasio
badan yang terbaik dan konversi 1,0. Ikan Grouper membutuhkan n-3
pakan yang baik dengan komposisi HUFA sekitar 1%. Pada juvenil
asam lemak campuran dari1% udang windu (Penaeus monodon),
18:2n-6 dan 1% 18:3n-3 pada ikan sekitar 2,6% dari komposisi pakan
belut (Anguilla japonica). Pada ikan PUFAnya dapat meningkatkan
budidaya air panas yang lain., pertumbuhan sedangkan komposisi
membutuhkan antara 18:2n-6 dan 18:2n-6 lebih besar daripada 5%
18:3n-3, tetapi pada level 0,5%. memiliki efek negatif pada
Pada ikan Herbivora didaerah tropis pertumbuhan. Kemudian, spesies
seperti Nila tilapia (Tilapia nilotica) yang berbeda membutuhkan EFA
membutuhkan asam lemak n-6 yang berbeda dan perbedaan lebih
ataupun lebih dari n-3. kebutuhan jelas pada ikan air panas dari pada
asam lemak dalam komposisi pakan ikan air dingin.
berkisar antara 18:2n-6 atau 20:4n-6
sebanyak 0,5% . Asam lemak n-3 (n- Lemak pakan yang kekurangan
3 HUFA) adalah asam lemak asam lemak essensial akan
esensial dari beberapa ikan air laut memberikan dampak negatif bagi
seperti red sea bream (Chrysophyrs ikan budidaya. Hal ini dikarenakan
majo), dan ikan buntut kuning lemak pakan yang tidak
(Seriola quinquerodiata). Kebutuhan mengandung EFA akan
asam lemak polyunsaturated rantai mengakibatkan penurunan
yang panjang harus diberikan untuk kandungan lemak pada
menambah atom karbon atau hepatopankreas ikan carp.
melepas hidrogen dari pakan, Akumulasi lemak pada hati hewan
sebagian besar ikan air laut air yang kekurangan EFA dapat
diperairan dingin membutuhkan mengganggu biosintesis lipoprotein.
asam lemak n-3 (Millamena, 2002). Selain itu berdasarkan hasil
penelitian dari Watanabe (1988)
Penelitian tentang asam lemak kekurangan EFA akan sangat
esensial dibutuhkan untuk ikan air berpengaruh terhadap
panas dan spesies ikan di filiphina spawning/pemijahan rainbowtrout
menunjukkan bahwa beberapa dan seabream merah, hal ini
spesies membutuhkan asam lemak dikarenakan EFA berperan penting
antara n-3 dan n-6 sementara pada fisiologi reproduksi sebagai
lainnya hanya n-3. Pada ikan tokoferol pada ikan. Selain itu pada
bandeng yang di budidayakan pada rainbowtrout dewasa yang memakan
air laut dibutuhkan n-3 HUFA dan lemak kekurangan EFA pada usia
pertumbuhan yang terbaik tiga bulan sebelum telur matang,
didapatkan dengan menggunakan maka telur yang dihasilkan memiliki

203
daya tetas yang rendah. Dengan triglyserida. Triglyserida dan sedikit
memberikan EFA sebanyak 1% yaitu fosfolipid dan kolesterol bebas akan
asam lemak linoleat ternyata kondisi berkombinasi membentuk
penetasan telur dapat ditingkatkan. Chylomicron, yaitu komplek koloid
Dampak negatif lainnya jika yang besarnya 0,5 – 1,5 ȝm,
kekurangan EFA pada telur ikan Chylomicron ini diserap kedalam
yang telah dibuahi maka akan terjadi sistem lipatik dan selanjutnya lewat
perubahan bentuk/deformasi tubuh melalui kantong torakic menjadi
dan larva menjadi abnormal. Dengan sistem yang sistemik dan dengan
adanya perubahan bentuk tubuh, cepat diangkut oleh hati dan jaringan
kecacatan larva maka pertumbuhan untuk katabolisme dan cadangan
ikan tersebut akan terlambat. energi. Rantai panjang asam lemak,
gabungan triglyserida dilakukan
penyimpanan pada suhu yang lama
Biosintesis Asam lemak dalam bentuk energi dalam lemak
atau jaringan adipose hewan. Ketika
Lemak yang dikonsumsi oleh ikan energi diperlukan dalam jumlah
akan dicerna didalam lambung akan besar, asam lemak dipecahkan untuk
dihidrolisis menjadi monogliserida menghasilkan energi.
dan asam lemak bebas dengan
bantuan enzim lipase dan ditambah
dengan proses saponifikasi dan
emulsi oleh asam empedu dan 5.5. VITAMIN
lecithin dalam empedu. Akhir
hidrolisis menjadi gliserol dan asam Vitamin berasal dari kata vitamine
lemak. Berdasarkan studi secara in yang berarti zat hidup (vital) yang
vitro pada ikan layang, ikan cod dan mengandung N (amine) atau disebut
rainbow trout enzim lipase akan juga biokatalis. Vitamin merupakan
menghidrolisis triaslglyserol menjadi senyawa organik dengan berat
2-monoasilglyserol dan asam lemak molekul rendah (berat molekulnya
bebas. Hidrolisis 2-monoasilglyserol biasanya kurang dari 1000) dengan
selanjutnya akan membentuk komposisi dan fungsi yang beragam
glyserol dan asam lemak bebas. yang sangat penting bagi kehidupan
Setelah dicerna selanjutnya akan tetapi tidak dapat disintesis oleh
dilakukan penyerapan, seperti tubuh. Vitamin termasuk kedalam
diketahui bahwa asam lemak komponen pelengkap yang mana
merupakan produk yang tidak larut kehadirannya dalam makanan
dalam air maka asam lemak yang sangat diperlukan untuk
lebih rendah dan kolin akan diserap menormalkan pertumbuhan dan
langsung didalam mukosa usus perawatan kesehatan dan
halus. Monogliserida dan asam ketidakcukupan dalam bahan
lemak yang tidak larut diemulsi dan makanan dapat mengakibatkan
dilarutkan membentuk komplek pengembangan kondisi specifik
koloid yaitu misel yang masuk pathologic. Istilah vitamin dengan
kedalam sel epitel. Monogliserida kata lain adalah dietary essensial
disintesis disel berepitel membentuk

204
yaitu harus diberikan dari luar tubuh disimpan dalam hati atau jaringan-
karena tubuh tidak dapat mensintesis jaringan lemak seperti halnya lemak,
sendiri. Jumlah vitamin yang vitamin memerlukan protein
dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit pengangkut untuk memindahkan-nya
dibandingkan dengan zat nutrisi dari satu tempat ke tampat yang lain.
lainnya tetapi kekurangan vitamin Karena sifatnya yang tidak larut
dalam komposisi pakan dapat dalam air maka vitamin dalam
menyebabkan gejala tidak normal kelompok ini tidak dapat dikeluarkan
pada ikan sehingga akan atau diekskresikan, akibatnya vitamin
mengganggu proses ini dapat ditimbun dalam tubuh bila
pertumbuhannya. Kebutuhan ikan dikonsumsi berlebihan/dalam jumlah
akan vitamin sangat ditentukan oleh banyak. Vitamin yang larut dalam
faktor dalam maupun faktor luar lemak ini dapat diserap dengan
antara lain adalah jenis dan ukuran efisien kalau terdapat penyerapan
ikan, laju pertumbuhan, komposisi lemak yang normal. Begitu diserap,
pakan, kondisi fisiologis ikan serta molekul vitamin tersebut diangkut di
lingkungan perairan dimana ikan itu dalam darah dalam bentuk
hidup. lipoprotein atau terikat dengan
protein pengikat yang spesifik.

Klasifikasi Vitamin Vitamin-vitamin yang larut dalam air


bergerak bebas dalam badan, darah
Vitamin dapat dikelompokkan dan limpa. Karena sifatnya yang larut
menjadi dua golongan menurut dalam air, vitamin ini mudah rusak
Tacon (1991) yaitu pertama vitamin dalam pengolahan dan mudah hilang
yang larut dalam lemak terdiri dari karena tercuci atau terlarut oleh air,
vitamin A (retinol) , vitamin D keluar dari bahan. Selain itu sifat
(kolekalsiferol/ergokalsiferol), vitamin vitamin ini tidak stabil selama
E (alfa tokoferol) dan vitamin K penyimpanan. Oleh karena itu harus
(menadion), kedua adalah vitamin tersedia dalam pakan secara terus
yang larut dalam air terdiri dari menerus. Berbeda halnya dengan
vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 vitamin B12 yang dapat disimpan
(Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), dalam hati selama beberapa tahun.
vitamin B5 (asam pantotenat), Semua vitamin yang larut dalam air,
vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12 kecuali vitamin C berfungsi sebagi
(kobalamin), biotin, asam folat, koenzim atau kofaktor dalam reaksi
inocitol, kolin dan vitamin C (asam enzimatik.
askorbat).

Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin A


banyak terdapat dalam daging ikan,
minyak ikan dan biji-bijian sebagai Vitamin A atau retinol merupakan
sumber minyak seperti kacang senyawa poliisoprenoid yang
tanah,kacang kedelai dan mengandung cincin sikloheksanil.
sebagainya. Sekali diserap dalam Didalam tubuh, fungsi utama vitamin
tubuh, vitamin-vitamin tersebut A dilaksanakan oleh retinol dan

205
kedua derivatnya yaitu retinal dan membran sel batang. Pada saat
asam tetinoat. Senyawa tersebut rodopsin memperoleh rangsangan
terutama disimpan dalam bentuk sinar, retinal akan beraksi melalui
ester retinol didalam hati (Steffens, berbagai reaksi enzimatis dan
1989). Menurut Winarno (1997), memberikan rangsangan ke saraf
vitamin A merupakan jenis vitamin optik dan seterusnya akan diteruskan
yang aktif dan terdapat dalam ke otak.
beberapa bentuk yaitu vitamin A
alkohol (retinol), vitamin A aldehida Dalam bahan makanan vitamin A
(retinal), vitamin A asam (asam terdapat dalam bentuk karoen
retinoat) dan vitamin A ester (ester sebagai ester dari vitamin A dan
retinil). sebagai vitaminA bebas. Keaktifan
biologis karoten jauh lebih rendah
Vitamin A mempunyai fungsi dibandingkan dengan vitamin a,
menjadikan penglihatan normal, karena karoten merupakan sumber
dalam retina pada mata vitamin A utama vitamin A. Sayuran dan buah-
dikombinasikan dengan protein khas buahan yang berwarna hijau atau
membentuk pigmen penglihatan. kuning biasanya banyak
Pigmen penglihatan ini berfungsi mengandung karoten. Ada hubungan
sebagai penerima dan transmisii langsung antara derajat kehijauan
cahaya dari mata ke otak. Vitamin A sayuran dengan karoten. Semakin
dibutuhkan untuk memelihara hijau daun tersebut semakin tinggi
jaringan epitel lendir/cairan spesial kadar karotennya, sedangkan
dlam saluran reproduksi, kulit, tulang, sayuran yang daun-daunannya
saluran gastrointestin. Secara normal berwrna pucat seperti selada dan kol
mata akan mengeluarkan cairan sangat miskin dengan karoten.
lemak kental yang disebut mukus Sumber bahan yang kaya akan
(lendir). Cairan tersebut diproduksi retinol terdapat pada minyak hati
oleh sel epitel mukosa, yang ikan (minyak hati ikan halibut 9000
berfungsi untuk mencegah terjadinya ug/g, minyak hati ikan cod 180 ug/g)
infeksi pada mata. Mekanisme dan tepung hati hewan 25 – 100 ug/g.
penglihatan terjadi karena fungsi Bahan pakan yang berasal dari
vitamin A dan protein yang terjadi di tumbuhan yang kaya akan vitamin A
dalam sel batang retina mata. Sel (retinol setara 1 ug/g berat basah)
tersebut akan berfungsi dengan termasuk wortel tua = 20, bayam =
adanya rangsangan sinar yang 10, watercess = 5. Provitamin A yaitu
berintensitas rendah dan bukan oleh ȕ-karoten banyak terdapat dalam
adanya rangsangan warna. sayuran hijau dan secara praktisnya
Komponen aktif yang berperan terdapat dalam wortel, ubi jalar dan
dalam proses penglihatan adalah waluh.
senyawa retinol teroksidasi yaitu
retinal atau vitamin A aldehid yang Jumlah vitamin A/retinol dalam
akan mengikat protein yang dikenal sumber bahan dinyatakan dalam
dengan nama opsin. Kompleks Internasional Unit (IU) atau Satuan
retinal opsin tersebut disebut Internasional (SI). 1 IU vitamin A
Rodopsin, yang akan menyusun

206
setara 0,344 ug retinol atau 0,6 ug Sumber vitamin A dibagi dalam tiga
beta karoten, jadi : kelompok yaitu kandungan tinggi,
sedang dan rendah. Untuk lebih
1RE = 1 ug retinol (3,33 IU) = 6 ug ȕ- jelasnya dapat dilihat pada Tabel
karoten (10 IU) = 12 ug karatenoid 5.13.
(10 IU).

Tabel 5.13. Penggolongan beberapa sumber Vitamin A (Flint (1981) dalam


Winarno (1997)

Tinggi Sedang Rendah


(RE > 20000 ug/100g) (RE 1000-20000 ug/100g) (RE < 1000 ug/100g)

Minyak ikan Hati kambing/domba Roti


Minyak kelapa sawit Hati ayam Daging (sapi)
Ubi jalar Kentang
Wortel Ikan
Bayam

Vitamin A sangat dibutuhkan oleh tidak mampu memproduksi mukus,


ikan dan jumlah kebutuhan vitamin A tetapi akan mengeluarkan protein
pada beberapa spesies ikan berbeda. yang tidak larut dalam air yang
Kebutuhan vitamin A pada beberapa disebut keratin. Apabila keadaan
jenis ikan budidaya dapat dilihat tersebut terjadi secara terus menerus,
pada Tabel 5.14. maka sel-sel membran akan menjadi
kering dan mengeras, yang disebut
Vitamin dalam tubuh ikan berperan dengan keratinisasi. Xeropthalmia
dalam penglihatan, mata, permukaan adalah keadaan kekurangan vitamin
epitel serta membantu proses A, mula-mula konyugasi mata
pertumbuhan. Peranan retinol untuk mengalami keratinasi, kemudian
penglihatan normal sangat penting kornea mata juga terpengaruh dan
karena penglihatan mata sangat bila dibiarkan berlanjut akan menjadi
tergantung oleh adanya rodopsin, buta. Beberapa gejala kekurangan
suatu pigmen yang mengandung vitamin A pada ikan dapat dilihat
retinol. Pada kondisi kekurangan pada Tabel 5.15.
vitamin A, sel epitel mukosa mata

207
Tabel 5.14 Kebutuhan vitamin A beberapa spesies ikan budidaya (Tacon,
1987 dan 1991)
Status
Jenis ikan pemeliharaan/ Kebutuhan Referensi
wadah/vitamin

Ikan Mas (Cyprinus Dalam ruangan/ 4000–20000IU/kg Aoe dkk, 1968


carpio) tangki/bahan murni

Channel catfish (Ictalurus Dalam ruangan/ 1000–2000 IU/kg Dupre, 1970


punctatus) tangki/bahan murni

Channel catfish (Ictalurus Dalam ruangan/ 2000–2500 IU/kg Halver,1972


punctatus) tangki/bahan murni

Rainbow trout - 2500–5000 IU/kg Halver, 1972

Rainbow trout - 2000–2500 IU/kg Kitamura,1967

Salmon Dalam ruangan/ R Halver, 1972


tangki/bahan murni
Ikan Guppy - 2000–4000 IU/kg Shim & Tan,
1989

Tabel 5.15. Kekurangan vitamin A pada beberapa jenis ikan (Tacon


1987&1991)

Jenis ikan Gejala defisiensi

Salmon Pertumbuhan lambat, xeropthalmia, epitel kornea


menjadi keruh dan mengental, degenerasi retina

Ikan mas Anoexia, warna tubuh menjadi kusam, pendarahan


(Cyprinus carpio) pada sirip dan kulit, xeropthalmia,
abnormal/melengkung pada bagian operculum

Channel catfish Depigmentasi, mata menonjol dan buram


(Ictalurus punctatus) (xeropthalmia), oedema, atropia, pendarahan pada
ginjal, mortalitas meningkat

Guppy Pertumbuhan menurun, efisiensi pakan buruk


(Poecilia reticulata)

208
Vitamin A dalam pemberiannya pada kristal putih yang dibentuk dari
ikan sebaiknya tidak berlebihan, proses irradiasi senyawa sterol yang
karena berdasarkan hasil penelitian kemudian diikuti dengan proses
dalam Tacon (1991), pemberian pemurnian. Vitamin D disebut juga
vitamin A dengan dosis 2,2 – 2,7 juta vitamin anti-rachitis (Andarwulan dan
IU/kg pada ikan salmon memberikan Koswara, 1989). Sumber utama
dampak keracunan. Dampak vitamin D di alam adalah
keracunan vitamin A ini dapat dilihat kolekalsiferol (vitamin D3). Seperti
dari gejala-gejalanya antara lain vitamin A, kolekalsiferol hanya
adalah pertumbuhan menurun dan terdapat pada jaringan hewan. Pada
terjadi pendarahan, pecah/erosi yang kebanyakan hewan darat
hebat pada sirip ekor, dubur, dada, kolekalsiferol diproduksi dalam kulit
perut dan punggung. Oleh karena itu melalui sinar UV dengan provitamin
pemberian vitamin A ini harus sesuai 7 dehidrokolestrol.
dengan kebutuhan ikan, karena
vitamin A ini merupakan vitamin yang Vitamin D didalam tubuh aktifitasnya
larut dalam lemak jika kelebihan dapat dibagi kedalam tiga tempat
dalam tubuh ikan tidak dapat yaitu usus, tulang dan ginjal. Di
dieksresikan keluar tubuh tetapi dalam usus vitamin D berperan
disimpan dalam bentuk berikatan dalam absorbsi Ca, karena pada
dengan lemak. keadaan defisiensi/kekurangan
vitamin D maka penyerapan Ca
menurun. Di dalam usus terdapat Ca
Vitamin D binding protein yang memerlukan
vitamin D. Di dalam tulang vitamin D
Menurut Murray (1999), vitamin D berperan dalam proses reaksi
merupakan prohormon steroid. collagen dan meningkatkan resorbsi
Vitamin ini diwaklili oleh senyawa tulang. Sedangkan dalam ginjal,
steroid yang terutama terdapat pada vitamin D berfungsi dalam
hewan, tanaman dan ragi. Melalui mengurangi clearance Ca dan P.
berbagai perubahan metabolik dalam Vitamin D dapat disintesis dalam
tubuh, vitamin D menghasilkan suatu tubuh manusia dan hewan dalam
hormon yang dikenal dengan nama bentuk vitamin D2. laju sintesis
kalsitriol, kalsitriol ini mempunyai vitamin D tergantung pada jumlah
peranan sentral dalam metabolisme sinar matahari yang diterima serta
kalsium dan fosfor. Dari beberapa konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin
jenis vitamin D dua diantaranya tersebut kemudian diaktifkan oleh
dianggap yang paling penting yaitu sinar matahari dan diangkut ke
vitamin D2 (ergo kalsiferol) dan berbagai alat tubuh untuk
vitamin D3 (7-dehidrokolesterol dimanfaatkan atau disimpan di dalam
kolikolaferol). Struktur kedua vitamin hati.
tersebut sangat mirip. Vitamin ini
merupakan vitamin yang larut dalam Menurut Tacon (1987), sumber
lemak dan sangat sensitif terhadap bahan yang kaya akan kolekalsiferol
adanya oksigen dan sinarmatahari. termasuk hati ikan (minyak hati ikan
Kedua vitamin tersebut merupakan cod 2 – 10 ug/g), minyak dan tepung

209
hati hewan serta tepung ikan. percobaan yang dibiarkan
Sumber pakan yang mengandung kekurangan vitamin D dengan
cholecalciferol/vitamin D sering memberi diet rachitogeni dan
dinyatakan dalam Internasional Unit kelompok lain diberi minyak ikan.
(IU). 1 IU berpotensi 0,025 ug Setelah 7 – 10 hari tulang-tulang
cholecalciferol dan setara 1 unit BSI panjang dianalisis terhadap adanya
(British Standart Unit) atau 1,3 unit calcium line, makin tebal calcium
AOAC (Association of Analytical linenya maka makin tinggi kekuatan
Chemist USA). Pengukuran keaktifan vitamin D tersebut. Kebutuhan
atau kekurangan vitamin D dapat vitamin D pada ikan budidaya juga
dilakukan dengan cara line test yaitu bervariasi menurut jenis ikannya
membandingkan 2 kelompok hewan Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Kebutuhan vitamin D pada beberapa jenis ikan budidaya (Tacon,
1987 & 1991)
Status
Jenis ikan pemeliharaan/ Kebutuhan Referensi
wadah/vitamin

Ikan Mas Dalam ruangan/ NR NRC, 1983


(Cyprinus carpio) tangki/bahan murni

Channel catfish Dalam ruangan / 1000 IU/kg Murray, 1980


(Ictalurus punctatus) tangki / bahan murni

Channel catfish Dalam ruangan / 500 IU/kg Lowel&Li,


(Ictalurus punctatus) tangki / bahan murni 1978

Rainbow trout - 1600 – 2400IU/kg Barnet, 1979


(S. gairdneri)

Penaeid Dalam ruangan / R Kanazawa,


(Penaeus japonicus) tangki / bahan murni 1983

Kekurangan vitamin D pada ikan sintasan/kelangsungan hidup


budidaya dapat menyebabkan menurun. Kekurangan vitamin D
beberapa gejala, misalnya pada ikan dapat mengakibatkan :
salmon mengakibatkan terjadinya x Riketsia, ditandai oleh bengkok
penurunan pertumbuhan dan tulang belakang kaki sehingga
efisiensi pakan, anorexia, tetani, isi berbentuk O pada anak-anak.
hati/lemak otot meningkat tinggi dan x Tetani, suatu gejala ditandai
tingkat plasma T3 meningkat. Pada bengkoknya pergelangan tangan
ikan channel catfish mengakibatkan dan sendi akibat rendahnya
terjadinya penurunan petumbuhan kalsium dalam serum karena
sedangkan pada udang

210
kekurangan vitamin D atau sebagai perangkap radikal bebas.
rusaknya kelenjar paratiroid Vitamin E juga berperan penting
x Osteomalacia, penderitaan dalam respirasi sel dan biosintesisa
diakibatkan kekurangan vitamin DNA dan sebagai koenzim Q.
D dan kalsium pada orang Vitamin E dan vitamin C dapat
dewasa. berfungsi sebagai antioksidan,
melindungi asam lemak secara in
Vitamin D dalam tubuh jika vitro dan in vivo (Machlin, 1990).
berlebihan dapat menyebabkan
keracunan, gejala keracunan pada Sumber bahan pakan yang banyak
ikan salmon dapat diperlihatkan mengandung tocopherol antara lain
dengan terjadinya penurunan adalah : tepung alfalfa, tepung kulit
pertumbuhan, kelesuan, warna tubuh ari gandum (100 mg/kg), seluruh
semakin gelap. Pada ikan channel telur ayam, kulit ari beras (75 – 100
catfish gejala keracunan mg/kg), kulit padi, gandum biasa (10
mengakibatkan penurunan -75 mg/kg), bahan pembuat bir
pertumbuhan dan efisiensi pakan kering, bijian barley, semua tepung
buruk (Tacon, 1991). lemak kedelai, biji jagung, sisa
penggilingan gandum ( 25- 50
mg/kg), tepung getah biji/buah pohon
Vitamin E ek, dedak gandum, bijian gandum
hitam, sorgum, tepung ikan, oat,
Vitamin E (tokoferol) berperan tepung biji bunga matahari, tepung
sebagai antioksidan dari larutan biji kapas (10-25 mg/kg) dan sumber
lemak ekstraseluler dan intraseluler lainnya.
dalam tubuh hewan. Dengan
menerima oksigen, vitamin E dapat Cara pengukuran vitamin E
membantu mencegah okidasi dinyatakan dalam Satuan
terhadap vitamin A dalam saluran Internasional (SI) atau dalam
pencernaan. Dalam jaringan vitamin miligram alfa tokoferol. 1 SI vitamin E
E menekan terjadinya oksidasi asam sama dengan 1 mg DL-alfa-tokoferol
lemk tak jenuh. Vitamin E juga asetat sintetik, D-alfa-tokoferol alami
terlibat dalam proses sintesis, sama dengan 1,49 SI/g. Biasanya
khususnya dalam proses keaktifan tokoferol yang bukan alfa
pemasangan pirimidin ke dalam tokoferol diabaikan karena potensi
asam nukleat, serta dalam proses keaktifannya rendah.
pembentukan sel darah merah dalam Pencernaan vitamin E biasanya
sumsum tulang. Vitamin E bersamaan dengan pencernaan
dibutuhkan dalam sintesis koenzim A lemak yang dimulai dari bagian
yang penting dalam pernafasan. lambung dab secara intensif ada di
Selain itu dapat melindungi HUFA usus. Lemak dan vitamin E
(Highly Unsaturated Fatty acid) dihidrolisis dengan katalisator lemak
dalam sel dan submembran sel dan menjadi monogliserida dan asam
senyawa reaktif lainnya (seperti lemak. Dengan adanya garam
vitamin A dan vitamin C) dari empedu yang berfungsi sebagai
pengaruh oksidasi dengan bertindak pengelmusi lemak maka

211
terbentuklah ’miseles” yang siap Kebutuhan vitamin E dalam
diserap dalam dinding usus. komposisi pakan ikan mutlak
Penyerapan vitamin E di dalam usus diberikan karena vitamin E sangat
dalam bentuk Į-tokoferol yang membantu dalam proses reproduksi
merupakan bentuk aktif vitamin E. ikan dan sebagai antibodi.
Vitamin E akan dibebaskan dan Kebutuhan vitamin E untuk setiap
diserap selama proses pencernaan jenis ikan budidaya sangat bervariasi,
lemak dan diangkut dalam darah berdasarkan hasil penelitian oleh
oleh lipoprotein pertama lewat beberapa peneliti sangat beragam.
penyatuan ke dalam kilomikron yang Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
mendistribusikan vitamin kejaringan pada Tabel 5.17.
yang megandung lipoprotein lipase
kemudian ke hati.

Tabel 5.17. Kebutuhan vitamin E pada beberapa jenis ikan (Tacon, 1987,
1991)

Status Kebutuhan
Jenis ikan pemeliharaan / (mg/kg Referensi
wadah/vitamin pakan)
Ikan Mas Dalam ruangan/ 100 Watanabe,
(Cyprinus carpio) tangki / bahan murni 1970
Ikan Mas Dalam ruangan/ 300 Watanabe,
(Cyprinus carpio) tangki / bahan murni 1970
Channel catfish Dalam ruangan/ 30 - 75 Murray, 1980
(Ictalurus punctatus) tangki / bahan murni
Tilapia Dalam ruangan/ 50 - 100 Satoh etal,
(Oreochromis niloticus) tangki / bahan murni 1987
Rainbow trout Dalam ruangan/ 20 – 30 Cowey et al,
(S. gairdneri) tangki / bahan murni 1981
Rainbow trout Dalam ruangan/ 50 – 100 Watanabeet al,
(S. gairdneri) tangki / bahan murni 1981
Penaeid Dalam ruangan/ 200 Kanazawa,
(Penaeus japonicus) tangki / bahan murni 1983
Coho salmon Dalam ruangan/ R Halver, 1972
(O. kisuth) tangki / bahan murni
Chinook salmon Dalam ruangan/ 40 – 50 Halver, 1972
(O. tshawytscha) tangki / bahan murni
Brook trout Dalam ruangan/ R Halver, 1972
(S. fontinalis) tangki / bahan murni
R: memperlihatkan kebutuhan akan vitamin, tetapi keperluan secara kuantitas
belum diketahui

Selain itu kebutuhan akan vitamin E kisaran kebutuhan vitamin untuk


telah dilakukan penelitian oleh setiap jenis ikan. Untuk lebih
beberapa peneliti dengan mengamati jelasnya dapat dilihat pada Tabel
pertambahan berat badan dengan 5.18.

212
Tabel 5.18. Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E sesuai dengan
kebutuhan ikan budidaya (NRC, 1993)

Kebutuhan Kriteria
Jenis ikan Referensi
(berat/kg pakan) Respon

Atlantik salmon 35 mg WG, ADS Lall et al,1988


Pasifik salmon 30 IU WG, ADS Woodall et al,1964
Pasifik salmon 40 – 50 mg WG, MLS Halver, 1972
Rainbow trout 30 IU WG, ADS Woodall et al, 1964
Rainbow trout 25 mg WG, ADS Hung et al, 1980
Rainbow trout 100 mg MLS Watanabe et al, 1981
Rainbow trout 50 mg AASLP Cowey et al, 1983
Channel catfish 25 mg WG, ADS Murray&Andrew, 1974
Channel catfish 50 mg AASLP Wilson et al, 1984
Ikan mas 100 WG, ADS Watanabe et al, 1970
Ekor kuning 119 MLS Shimeno, 1991
Tilapia biru 25 mg WG Roem et al, 1990
Ikan nila 50 -100 mg WG, ADS Sotoh et al, 1976

Takeuchi (1992), menjelaskan vitamin E 60 mg/kg pakan dapat


bahwa ikan grass carp memberikan kelngsungan hidup
(Ctenopharyngodon idella) yang yang tinggi. Pada hasil penelitian
diberikan Į-tokoferol 2,0; 4,5; 9,4; Syahrizal (1988) pada ikan lele
18,7; 27,5; 44,5 mg/100 g pakan, pemberian Į-tokoferol dalam pakan
memberikan hasil pertumbuhan yang akan memberikan hasil yang terbaik
terbaik pada pemberian vitamin E pada kadar 211,60 – 308,16 mg/kg
sebanyak 4,5 dan 9,4 mg/100 g pakan pada kadar lemak 6,38 –
pakan. Ikan mengalami distropi yang 6,50%.
ditandai hilangnya daging ikan
bagian punggung tubuh jika Berdasarkan hasil penelitian
diberikan Į-tokoferol sebanyak 2,0 beberapa peneliti yang konsern
mg/100 g pakan. Sedangkan Hamre tentang pemberian vitamin E pada
et al (1994), meneliti ikan salmon ikan budidaya tersebut
atlantik dengan pemberian DL Į- memperlihatkan bahwa vitamin E ini
tokoferol asetat sebanyak 0 dan 15 benar-benar sangat dibutuhkan oleh
mg/kg pakan, ikan mengalami ikan budidaya untukmeningkatkan
defisiensi. Ikan yang mengalami laju pertumbuhan dan seperti juga
defisiensi vitamin E akan pada manusia vitamin e dapat
memperlihatkan haemoglobin seluler meningkatkan kesuburan dan
rendah, volume dan jumlah sel darah ternyata pada ikan budidaya juga
merah meningkat dan bagian sel memberikan dampak yang positif
darah merah tidak matang. Kadar terhadap proses percepatan organ

213
reproduksi yang dapat meningkatkan para peneliti diperoleh suatu gejala
masa reproduksi ikan budidaya. Oleh umum jika ikan yang dibudidayakan
karena itu pemberian vitamin e pada kekurangan vitamin E dalam pakan.
ikan harus sesuai dengan kebutuhan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
ikan tidak boleh berlebihan dan pada Tabel 5.19.
kekurangan. Dari hasil pengamatan

Tabel 5.19. Gejala kekurangan vitamin E pada beberapa ikan budidaya


(Tacon, 1991)

Jenis ikan Gejala

Ikan mas Penyakit otot, mortalitas meningkat, exopthalmia


(Cyprinus carpio)

Salmon Pertumbuhan menurun, exopthalmia, ascites,


anemia, insang menggumpal, epicarditis, endapan
ceroid dalam limpa, mortalitas meningkat, warna
insang memucat, kerusakan otot, daya tetas telur
menurun

Channel catfish Pertumbuhan dan efisiensi pakan menurun,


(Ictalurus punctatus) meneteskan diathesis, penyakit otot, depigmentasi,
hati berlemak, anemia, terhentinya perkembangan
jaringan pankreas, mortalitas meningkat,
pengendapan ceroid dalam hati dan pembuluh
darah

Penaeids Survival dan pertumbuhan menurun


(Penaeus japonicus)

Tilapia Anorexia, pertumbuhan menurun, effisiensi pakan


(Oreochromis niloticus) rendah, mortalitas meningkat, pendarahan pada
kulit dan sirip, degradasi urat/otot, kerusakan pada
sel produksi darah merah

Vitamin K dan vitamin K2 yang disebut


mevaquinon atau farnaquinon.
Menurut Tacon (1987), di alam Vitamin K1 banyak terdapat pada
vitamin K terdapat dalam dua bentuk sayuran sedangkan vitamin K2
yaitu vitamin K1 yang disebut mefiton banyak terdapat pada hasil

214
metabolisme bakteri usus dan pendarahan pada insang, mata dan
terdapat pada jaringan. Vitamin K jaringan pembuluh darah,
merupakan senyawa sintetis yang Sedangkan pada channel catfish
banyak digunakan secara klinis dan mengakibatkan pendarahan pada
disebut sebagai Menadion (Vitamin kulit dan pada udang mengakibatkan
K3). terjadinya penurunan kelangsungan
hidup (Tacon, 1991).
Vitamin K digunakan untuk
pemeliharaan koagulasi darah
normal dalam kemudahan produksi Vitamin Yang Larut Dalam Air
dan atau pelepas berbagai protein
plasma yang dipergunakan untuk Vitamin B1 (Tiamin)
koagulasi darah (pembekuan darah).
Tiamin berperan sebagai kofaktor
Sumber bahan baku pakan yang enzim untuk metabolisme
banyak mengandung vitamin K karbohidrat dalam menghasilkan
antara lain adalah tepung alfalfa (9 energi dan proses dekarboksilasi
mg/kg), tepung ikan (2 mg/kg), (pelepasan karbondioksida) dalam
tepung hati dan sayuran hijau reaksi enzim multiplek. Penyerapan
(bayam, kangkung, kubis, jelatang tiamin oleh usus berlangsung melalui
dan pine neddles). Vitamin K1 dua mekanisme yaitu pertama difusi
banyak terdapat pada daun lobak , secara pasif yang terjadi pada saat
teh hijau, brokoli, kol, selada, konsentrasinya tinggi dan kedua
sedangkan vitamin K2 banyak berlangsung melalui transport aktif
terdapat pada hasil metabolisme yaitu pada saat konsentrasinya
bakteri usus dan terdapat pada menurun. Didalam tubuh tiamin tidak
jaringan. dapat disimpan dalam jumlah banyak,
oleh karena itu kelebihian tiamin
Kebutuhan vitamin K pada ikan didalam tubuh akan dibuang melalui
budidaya belum banyak dilakukan urin. Sedangkan dalam jumlah
penelitian, menurut Tacon (1991) terbatas tiamin dapat disimpan di
kebutuhan vitamin K pada ikan dalam hati, ginjal, jantung, otot dan
channel catfish berkisar antara 0,5– otak.
1 mg/kg pakan, dimana pada dosis
tersebut dapat memberikan Kebutuhan tiamin untuk berbagai
pertambahan berat badan. Selain itu jenis ikan berbeda-beda seperti yang
kekurangan vitamin K pada ikan diperoleh dari hasil rangkuman oleh
budidaya juga memberikan dampak Tacon (1991) melalui berbagai
yang negatif pada ikan salmon penelitian oleh peneliti pada Tabel
dimana ikan salamon yang 5.20.
kekurangan vitamin K akan
memberikan gejal peningkatan
penggumpalan darah, anemia,

215
Tabel 5.20. Kebutuhan Tiamin dalam pakan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) 0,5 Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 1 Mclaren et al, 1978
Rainbow trout (S. gairdneri) 1 -10 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 10 – 12 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 10 – 12 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 10 – 15 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 10 – 15 Halver, 1972
Atlantik salmon (Salmo salar) 10 – 15 Halver, 1972
Turbot (Scopthalmus maximus) 0,6 – 2,6 Cowey et al, 1975
Tilapia (Oreochromis sp) 2,5 Lim et al, 1991
Shrimp larva (Penaeus japonicus) 40 Kanazawa, 1985
Shrimp juvenile (Penaeus japonicus) 60 - 120 Deshimaru&Kuroki,
1979

Setiap jenis ikan membutuhkan maka akan menyebabkan gejala-


jumlah tiamin yang berbeda dalam gejala penyakit seperti pada Tabel
komposisi pakan. Apabila kandungan 5.21.
tiamin dalam pakan tidak mencukupi

216
Tabel 5.21. Tanda-tanda kekurangan tiamin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi


Salmonids Berkurangnya nafsu makan, Mc Laren et al, 1974
pertumbuhan lambat, kepekaan Philips&Brockway,
yang meningkat karena getaran 1975, Halver
pada wadah atau akibat kilatan 1957,Kitamura et al,
cahaya. 1967

Common carp Pendarahan pada sirip, Aoe et al, 1969


(Cyprinus carpio) kegugupan memucatnya warna
tubuh, nafsu makan berkurang,
pertumbuhan lambat

Channel catfish Nafsu makan berkurang, Dupree, 1966, Murai&


(Ictalurus punctatus) pertumbuhan lambat, Andrew, 1978
pewarnaan kulit menjadi gelap,
kematian

Red sea bream Nafsu makan berkurang, Yone, 1975


(C. major) pertumbuhan lambat

Eel Nafsu makan berkurang, ataxia, Arai et al, 1972


(Anguila japonica) gejala perubahan memutarnya Hashimoto et al, 1972
badan, pendarahan pada sirip

Tilapia Nafsu makan berkurang, warna Lim et al, 1991


(Oreochromis sp) kulit menjadi muda, gangguan
syaraf, efisiensi pakan dan
pertumbuhan rendah,
hematocrit rendah

Asian seabass Nafsu makan berkurang, Booyaratpalin &


(Lates calcarifer) pewarnaan kulit menjadi gelap, Wanakowat, 1991
pertumbuhan lambat, kematian
yang diakibatkan setelah
penanganan

Shrimp Pertumbuhan dan Kanazawa, 1985


(Penaeus japonicus) kelangsungan hidup rendah

Sumber bahan pakan yang banyak buah-buahan. Tiamin juga sudah


mengandung tiamin antara lain diproduksi secara komersil dalam
adalah daging berwarna merah, hati bentuk tiamin klorida dan tiamin
mamalia laut dan beras merah, difosfat monoklorida. Keberadaan
krustasea, moluska, sayuran dan tiamin dalam tubuh ikan sangat

217
dipengaruhi oleh suhu, pH dan Adenin Dinucleotida (FAD)
bisulfat, basa organik, enzim (Prawirokusumo, 1991).
tiaminase dan radiasi (Steffens,
1992) Penyerapan riboflavin akan
meningkat dengan adanya garam-
garam empedu. Hasil metabolisme
Vitamin B2 (Riboflavin) riboflavin ini akan dieksresikan ke
dalam urin dan feses dan sejumlah
Riboflavin berperan dalam proses kecil melalui cairan empedu dan
oksidasi reduksi dalam jaringan dan keringat. Metabolisme riboflavin
terdapat dalam bentuk dipengaruhi oleh hormon tiroid
koenzim/enzim flavin yang disebut dimana hormon tiroid ini akan
flavoprotein. Flavoprotein ini sebagai meningkatkan aktivitas FAD dan
koenzim pada oksidasi asam amino, FMN. Pada keadaan hipotiroid akan
reaksi dihydropolite dehydrogenase terjadi peningkatan laju perubahan
dan transport elektron. riboflavin menjadi FMN dan FAD.

Riboflavin didalam usus diubah Kebutuhan ikan akan vitamin B2 ini


kedalam bentuk koenzimnya dan berbeda-beda seperti yang telah
setelah itu akan didistribusikan ke dirangkum oleh Tacon (1991) pada
dalam sel-sel agar dapat berfungsi Tabel 5.22. Apabila kandungan
dalam proses biokimia. Ada dua riboflavin dalam pakan berkurang
koenzim dari riboflavin yaitu Flavin maka akan menyebabkan gejala-
Mono Nucleotida (FMN) dan Flavin gejala penyakit seperti yang tertera
pada Tabel 5.23.

Tabel 5.22. Kebutuhan Vitamin B2 dalam pakan ikan

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) 7 Takeuchi et al, 1980


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 9 Murai&Andrew, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 2,7 Amezaga&Knox,1990
Brown trout (Salmo trutta) 20 – 30 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 20 – 30 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 20 – 25 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 20 – 25 Halver, 1972
Atlantik salmon (Salmo salar) 5 – 10 Halver, 1980
Tilapia (Oreochromis sp) 0,6 – 2,6 Halver, 1972
Shrimp larva (Penaeus japonicus) 5 Lim et al, 1991
Shrimp juvenile (Penaeus japonicus) 80 Kanazawa, 1985

218
Tabel 5.23. Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya (Tacon,
1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi


Salmonids Berkurangnya nafsu makan, McLaren et al, 1974
pertumbuhan lambat, ada paskularisasi Philips&Brockway,
pada kornea, lensa mata kabur, erosi 1975,
pada moncong mulut, erosi sirip ekor Halver 1957,
yang parah, bertambahnya laju Kitamura et al, 1967,
kematian, pendarahan pada sirip ekor, Poston et al,1977,
otot yang lemah, bagian dinding perut Takeuchi et al, 1980,
mengalami pencekungan, takut pada Hughes et al, 1981,
cahaya, tulang punggung tidak normal, Woodward,1982,
pembentukan zat warna yang terang Amegaza&Knox,
atau gelap, tidak ada koordinasi, malas 1990
bergerak, kurang darah

Common carp Nafsu makan berkurang, pertumbuhan Aoe et al, 1969


(Cyprinus carpio) lambat, laju kematian sangat tinggi,
pendarahan pada kulit dan sirip, sangat
gugup, takut sinar.

Channel catfish Kekerdilan dengan badan yang pendek, Dupree, 1966,


(Ictalurus hilangnya nafsu makan, pertumbuhan Murai& Andrew, 1978
punctatus) lambat, katarak

Red sea bream Pertumbuhan lambat Yone, 1975


(C. major)

Eel (Anguila Pendarahan pada sirip, takut sinar, Arai et al, 1972
japonica) pertumbuhan lambat, nafsu makan
berkurang, malas bergerak

Walking carfish Nafsu makan berkurang, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) lambat, pendarahan pada kulit dan sirip,
bertambahnya laju kematian

Asian seabass Pergerakan lambat, takut cahaya, Booyaratpalin &


(Lates calcarifer) katarak, tubuh pendek, pertumbuhan Wanakowat, 1991
dan efisiensi pakan serta kelangsungan
hidup menurun, pewarnaan tubuh
menjadi gelap

Tilapia Nafsu makan menurun, pertumbuhan Lim et al, 1991


(Oreochromis sp) menurun, kaget terhadap sinar,
kematian tinggi, katarak

Shrimp (Penaeus Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Kanazawa, 1985


japonicus) pada benih menurun

219
Sumber bahan pakan yang banyak kondensasi, reaksi aldolase serta
mengandung riboflavin antara lain reaksi-reaksi lainnya.
adalah daging dan produk susu,
bayam, asparagus dan brokoli. Piridoksin didalam usus diubah
Riboflavin tidak stabil jika terkena kedalam bentuk piridoksal fosfat dan
panas dan cahaya, dimana dengan piridoksamin fosfat. Metabolisme
adanya cahaya akan merusak piridoksin dimulai sejak vitamin ini
aktivitas riboflavin secara perlahan- masuk kedalam organ atau jaringan
lahan. Dalam bentuk larutan tubuh dan akan diubah menjadi
riboflavin sangat tidak stabil. piridoksal fosfat dan piridoksamin
Dekomposisinya sangat dipengaruhi fosfat sampai dikeluarkan lagi
olehsuhu dan pH larutan. kedalam berbagai bentuk untuk
digunakan oleh jaringan lain atau
dieksresikan. Transportasi vitamin ini
Vitamin B6 (Piridoksin) didalam tubuh diperantarai oleh
enzim piridoksal kinase yang banyak
Piridoksin berperan dalam terdapat pada semua jaringan
metabolisme asam amino, maka bila terutama otak , hati dan ginjal.
kekurangan vitamin ini akan
mengalami gangguan pada Kebutuhan ikan akan vitamin B6 ini
metabolisme protein. Dalam berbeda-beda seperti yang telah
metabolisme protein ada enam dirangkum oleh Tacon (1991) pada
reaksi yang memerlukan vitamin B6 Tabel 5.24. Apabila kandungan
yaitu reaksi transaminasi, reaksi piridoksin dalam pakan berkurang
decarboksilasi, reaksi dehydrasi, maka akan menyebabkan gejala-
reaksi desulphurasi, reaksi gejala penyakit seperti yang tertera
racemisasi, reaksi cleavage, reaksi pada Tabel 5.25.

Tabel 5. 24. Kebutuhan Vitamin B6 dalam pakan ikan

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)
Common carp (Cyprinus carpio) 5,4 Ogino, 1965
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 3 Murai&Andrew, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 10 - 15 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 10 – 15 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 10 – 15 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 10 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 15 – 20 Hardy et al, 1979
Atlantik salmon (Salmo salar) 10 – 15 Halver, 1980
Red sea bream (C.major) 5–6 Takeda&Yone, 1971
Glithead bream (Sparus auratus) 1,25 Kissil et al, 1981
Asean seabass ( Lates calcarifer) 5 - 10 Wanakowat et al, 1989
Penaeids (Penaeus japonicus) juvenil 60 Deshimaru&Kuroki, 1979
Penaeids (Penaeus japonicus)larva 120 Kanazawa, 1985
Penaeids (Penaeus vannamei) 80 - 100 He&Lawrence, 1991

220
Tabel 5.25. Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya (Tacon,
1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Salmonids Mudah terganggu, peka terhadap McLaren et al, 1974


rangsangan, berkurangnya nafsu Philips&Brockway,
makan, awal rigor mortis yang cepat, 1975,
ataxia, penimbunan cairan pada Halver 1957,
kantong perut, konstraksi overkulum Kitamura et al, 1967,
yang berlebihan, berenang cepat dan Poston et al,1977,
tidak teratur, pewarnaan permukaan Takeuchi et al, 1980,
punggung hijau kebiruan, pewarnaan Hughes et al, 1981,
pada kulit, kurang darah dan bernafas
dengan cepat

Common carp Nafsu makan menurun, pertumbuhan Ogino, 1965


(Cyprinus carpio) lambat, sangat mudah terganggu

Channel catfish Nafsu makan menurun, sangat Dupree, 1966,


(Ictalurus punctatus) mudah terganggu, berenang tidak Murai& Andrew, 1978
teratur, kejang, pewarnaan biru hijau
pada permukaan punggung

Red sea bream Pertumbuhan lambat Yone, 1975


(C. major)

Eel Nafsu makan menurun, pertumbuhan Arai et al, 1972


(Anguila japonica) lambat, sangat mudah terganggu

Turbot (S maximus) Pertumbuhan menurun Adron et al, 1978

Gilthead bream Nafsu makan menurun, kematian Kissil et al, 1969


(S auratus) tinggi, hyperirritability, berenang tidak
teratur, efisiensi pakan menurun

Yellowtail Pertumbuhan menurun Sakaguchi et al, 1983

Snakhead Pertumbuhan menurun, ataxia, Agrawal&Mahajan,


berenang tidak teratur, wedema, 1983
pewarnaan tidak normal, kebutaan,
lensa kabur

221
Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Ikan lele Pertumbuhan lambat, peningkatan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) kematian, erosi pada sungut, sangat
mudah terganggu, kehilangan
keseimbangan, awal rigor mortis lebih
cepat, berenang tidak teratur,
pengikisan pada sirip dan rahang
bawah, bernafas dengan cepat

Asian seabass Nafsu makan menurun, berenang di Wankowat et al, 1989


(Lates calcarifer) permukaan tidak mau berkelompok,
berenang seperti spiral tidak
beraturan, luka pada bibir bawah,
kematian tinggi, kekejangan pada otot
tak sadar, penurunan konversi pakan.

Penaeid Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan Deshimaru&Kuroki,1


(Penaeus japonicus) hidup menurun 979, Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak adenosin -31-51 diphosphat. Koenzim


mengandung piridoksin antara lain A ini berfungsi dalam metabolisme
adalah khamir, biji-bijian misalnya karbohidrat, protein dan lemak
jagung dan gandum. Piridoksin tidak (Prawirokusumo, 1991). Asam
stabil jika terkena sinar ultra violet pantotenat mudah diserap didalam
karena vitamin ini mempunyai usus yang akan mengalami
spektrum absornas ultra violet yang fosforilasi oleh ATP menjadi bentuk
khas dan sangat dipengaruhi oleh asam 4-fosfopantotenat.
perubahan pH.
Kebutuhan ikan akan vitamin B5 ini
berbeda-beda seperti yang telah
Vitamin B5 (Asam Pantotenat) dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.26. Apabila kandungan asam
Asam pantotenat berperan dalam pantotenat dalam pakan berkurang
formasi koenzim A. Koenzim A maka akan menyebabkan gejala-
adalah gabungan antara mercapto gejala penyakit seperti yang tertera
ethyl amine dengan pada Tabel 5.27.
phosphopanthothenic acid dan

222
Tabel 5.26. Kebutuhan Vitamin B5 dalam pakan

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) 30 - 50 Ogino, 1965


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 15 Wilson et al, 1983
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 40 - 50 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 40 – 50 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 41 – 50 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 40 - 50 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 40 – 50 Halver, 1972
Red sea bream (C.major) 10 Yano et al, 1975
Mexican cichlid (C. urophthalmtus) 80 Chaves et al, 1990
Tilapia ( Oreochromis mossambicus) NR Room et al, 1990
Shrimp (Penaeus japonicus) NR Kanazawa, 1985

Tabel 5.27. Tanda-tanda kekurangan asam pantotenat pada ikan budidaya


(Tacon, 1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Salmonids Berkurangnya nafsu makan, McLaren et al, 1974


partumbuhan menurun, kurang darah, Philips&Brockway,
tutup insang berlendir, pergerakan 1975, Halver 1957,
lambat, operculum menggembung Kitamura et al, 1967,
Poston et al, 1977,
Coat & Halver, 1958,
Common carp Nafsu makan menurun, partumbuhan Matsumoto et al,
(Cyprinus carpio) menurun, pergerakan sangat lambat, 1991, Ogino, 1967
kurang darah, pendarahan pada kulit,
exophthalmia

Channel catfish Nafsu makan menurun, pertumbuhan Dupree, 1966,


(Ictalurus menurun, pengikisan pada kulit, Murai& Andrew, 1978
punctatus) kurang darah

Red sea bream Pertumbuhan menurun, kematian Yone, 1975, Yano et


(C. major) tinggi al, 1988

Eel (Anguila Pertumbuhan lambat, berenang tidak Arai et al, 1972


japonica) normal, luka pada kulit

223
Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Ikan lele Nafsu makan menurun, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) menurun, kematian tinggi, sungut
terkikis, pendarahan di bawah kulit,
sirip rusak, oedema, bernafas cepat,
insang dan hati pucat

Mexican cichlid Nafsu makan menurun, pertumbuhan Chaves de Martinezl


(C urophthalmus) menurun, kematian tinggi, bernafas et al, 1990
cepat, pewarnaan gelap,
exophthalmia, pendarahan pada sirip
dan kepala

Asian seabass Nafsu makan menurun, pertum-buhan Boonyaratpalin &


(Lates calcarifer) menurun, penurunan efisiensi pakan, Wanakowat, 1991
pewarnaan gelap, berenang tidak
normal, pendarahan pada operculum,
pengikisan pada sirip pelvic

Prawn Pertumbuhan menurun Heinem, 1988


(M.rosenbergii)

Sumber bahan pakan yang banyak Biotin


mengandung asam pantotenat
antara lain adalah ragi bir kering, air Biotin berperan di dalam
susu, keju, keju dilaktose kering, metabolisme sebagai fiksasi
telur yam, beras sosoh, tepung karbondioksida yang selanjutnya
kacang tanah, tepung biji matahari, ditransfer ke substrat yang lain.
dedak gandum, tepung alfalfa dan Biotin yang berikatan dengan
gula tebu kering. Asam pantotenat karbondioksida disebut dengan
dapat mengalami kerusakan mutu karboksibiotin. Biotin juga berperan
karena proses oksidasi dan suhu dalam reaksi dalam pembentukan
tinggi. Oleh karena itu penyimpanan asam lemak, metabolisme beberapa
dalam suhu dingin sangat dianjurkan. asam amino dan metabolisme
Dan selama proses pengolahan karbohidrat.
pakan dengan suhu yang tinggi
vitamin ini akan mengalami Kebutuhan ikan akan biotin ini
kehilangan kandungannya karena berbeda-beda seperti yang telah
pemanasan. dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.28. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.29.

224
Tabel 5.28. Kebutuhan Biotin dalam pakan

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) 1 Ogino et al, 1970


Common carp (Cyprinus carpio) 1 - 25 Guther & Meyer, 1990
Channel catfish (Ictalurus punctatus) <1 Lovel & Buston, 1984
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 1 – 1,2 Halver, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) < 0,5 Walton et al, 1984
Brown trout (Salmo trutta) 1 – 1,2 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 1,5 - 2 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 1 – 1,5 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 1 – 1,5 Halver, 1972
Lake trout (S namaycush) 0,05 – 0,251 Poston, 1976
Red sea bream (C.major) NR Yone, 1975
Larva udang (Penaeus japonicus) >4 Kanazawa, 1985

Tabel 5.29. Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi


Salmonids Berkurangnya nafsu makan, Philips&Brockway,
pertumbuhan menurun, kematian 1975, Halver 1957,
bertambah, efisiensi pakan menurun, Kitamura et al, 1967,
luka pada colon, jaringan tidak Coat & Halver, 1958,
tumbuh, kejang, insang pucat Poston & Page 1985
Common carp Pertumbuhan menurun, pergerakan Ogino et al, 1970,
(Cyprinus carpio) menurun. Guther & M Burgdoff,
1990
Channel catfish Tidak terjadi pewarnaan, kurang Robinson & Lovel,
(Ictalurus darah, nafsu makan menurun, 1978,
punctatus) pertumbuhan menurun, Lovel & Buston, 1984
hypersinsiitifity
Eel (Anguila Pertumbuhan lambat, pewarnaan Arai et al, 1972
japonica) gelap, tingkah laku berenang tidak
normal
Shrimp (Penaeus Pertumbuhan dan kelangsungan Kanazawa, 1985
japonicus) hidup menurun

Sumber bahan pakan yang banyak kering, tepung biji bunga, telur ayam,
mengandung biotin antara lain beras sosoh, tepung hati dan paru,
adalah ragi bir kering, ragi torula dedak padi, tepung biji kapas, tepung

225
kacang tanah, tepung alfalfa, baku pakan biasanya dalam bentuk
gandum, tepung darah kering, poliglumat sedangkan asam folat
tepung ikan. Biotin juga bisa dalam yang dapat diserap oleh usus harus
bentuk alkohol yang disebut dengan dalam bentuk monoglutamat. Oleh
biotimal dan dapat disintesis secara karena itu sebelum dapat diserap
kimia dan mempunyai aktivitas biotin oleh usus, asam folat harus
100% (Tacon, 1991). Kandungan dihidrolisis terlebih dahulu. Hidrolisis
biotin dari bahan baku akan mudah berlangsung oleh adanya aktivitas
hilang karena proses leaching. enzim konjugase. Penyerapan asam
folat dipengaruhi oleh efisiensi
mekanisme dekonjungase yaitu
Asam Folat yeast. Kelebihan asam folat didalam
tubuh akan dibuang melalui urin.
Asam folat merupakan koenzim
untuk beberapa sistem enzim. Di Kebutuhan ikan akan asam folat ini
dalam tubuh asam folat berfungsi berbeda-beda seperti yang telah
untuk mentransfer satu satuan dirangkum oleh Tacon (1991) pada
karbon seperti gugus metil dimana Tabel 5.30. Apabila kandungan biotin
unit-unit karbon ini akan dihasilkan dalam pakan berkurang maka akan
selama metabolisme asam amino. menyebabkan gejala-gejala penyakit
Oleh karena itu asam folat berperan seperti yang tertera pada Tabel 5.31.
di dalam sintesis asam amino. Asam
folat yang terdapat dalam bahan

Tabel 5.30. Kebutuhan Asam folat dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) NR Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 0,5 - 1 Duchan& Lovel, 1991
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 1–5 McLaren et al, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 6 – 10 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 6 - 10 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 6 – 10 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 6 – 10 Halver, 1972
Atlantic salmon (Salmo salar) 5 – 10 Halver, 1980
Red sea bream (C.major) NR Yone, 1975

226
Tabel 5.31. Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan budidaya (Tacon,
1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi


Salmonids Kurang darah, pertumbuhan lambat, McLaren et al, 1947,
nafsu makan menurun, pewarnaan Philips&Brockway,1957
gelap, insang pucat, exophthalmia Kitamura et al, 1967,
Coat & Halver, 1958
Eel (Anguila Nafsu makan menurun, pertumbuhan Arai et al, 1972
japonica) lambat, pewarnaan gelap.

Rohu Penurunan hematocrit, penurunan John & Mahajan, 1979


(Labeo rohita) pertumbuhan

Channel catfish Nafsu makan menurun, peningkatan Dupree, 1966,


(Ictalurus kematian, lethargy, pertumbuhan Duncan & Lovel,1991
punctatus) menurun, hematocrit rendah

Ikan lele Nafsu makan menurun, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias menurun, warna kulit memudar, insang
batracus) dan hati pucat

Shrimp Penurunan kelangsungan hidup larva Kanazawa, 1985


( P japonicus)

Sumber bahan pakan yang banyak tetra ring dari porphyrin. Gugus
mengandung asam folat antara lain cyanide terdapat pada asam cobalt,
adalah tepung ikan laut, susu, karena itu disebut cyanokobalamin.
sayuran berdaun hijau tua, bunga Vitamin ini berperan dalam
kobis, kacang-kacangan, gandum. penggunaan asam propionat.
Asam folat dapat berbentuk kristal Kekurangan vitamin ini akan
folasin sebagai bentuk komersil yang menyebabkan timbunan methyl-
banyak digunakan sebagai food malonyl CoA dan akan dikeluarkan
additive untuk fortifikasi bahan lewat urin dan disebut methyl-
makanan (Andarwulan dan Sutrisno, malonic aciduria.
1992).
Kebutuhan ikan akan vitamin B12 ini
berbeda-beda seperti yang telah
Vitamin B12 (Cyanokobalamin) dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.32. Apabila kandungan biotin
Vitamin B12 disebut juga dengan dalam pakan berkurang maka akan
cyanokobalamin karena berdasarkan menyebabkan gejala-gejala penyakit
struktur kimianya vitamin ini terdiri seperti yang tertera pada Tabel 5.33.
atas asam cobalt ditengah dengan

227
Tabel 5.32. Kebutuhan Vitamin B12 dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) NR Hashimoto, 1953


Common carp (Cyprinus carpio) NR Kashiwada&Teshima,1966
Channel catfish (Ictalurus punctatus) NR Limsuwan& Lovel, 1981
Tilapia (O.niloticusi) NR Lovel&Limsuwan, 1982
Chinok salmon (O.tshawytscha) 0,015-0,02 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 0,015-0,02 Halver, 1972

Tabel 5.33. Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan budidaya (Tacon,
1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Salmonids Nafsu makan menurun, pertumbuhan Halver, 1957,


menurun, microcyctic hypochromic Philips et al, 1963
anemia, eritrocit pecah, efisiensi
pakan rendah

Channel catfish Penurunan pertumbuhan, hematocrit Dupree,1966;


(I.punctatus) rendah Limsuwan & Lovell, 1981

Eel (Anguila Pertumbuhan lambat Arai et al, 1972


japonica)

Red sea bream Pertumbuhan lambat Yone, 1975

Rohu Penurunan pertumbuhan, hematocrit John & Mahajan, 1979


(Labeo rohita) rendah, megaloblastic

Shrimp Penurunan kelangsungan hidup larva Kanazawa, 1985


( P japonicus)

Sumber bahan pakan yang banyak Niasin (Asam nikotinat)


mengandung vitamin B12 antara lain
adalah tepung ikan laut, udang, Niasin dapat juga disebut dengan
kepiting, oyster, scallop, tepung vitamin B3 atau asam nikotinat yang
daging dan tulang. berperan dalam reaksi enzimatik
dalam tubuh. Asam nikotinat
merupakan unsur dari dua buah

228
koenzim, yaitu Nikotinamid Adenin peranan penting dalam sintesis
Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamid lemak dan steroid (Muchtadi dkk,
Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP). 1993).
NAD adalah koenzim bagi sejumlah
enzim dehidrogenase yang Kebutuhan ikan akan niasin ini
berperanan dalam metabolisme berbeda-beda seperti yang telah
lemak, karbohidrat dan asam amino. dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Sedangkan NADP berperan dalam Tabel 5.34. Apabila kandungan
reaksi hidrogenasi pada jalur niasin dalam pakan berkurang maka
heksosa monofosfat (HMP) dalam akan menyebabkan gejala-gejala
metabolisme glukosa. Bentuk penyakit seperti yang tertera pada
tereduksi dari NADP mempunyai Tabel 5.35.

Tabel 5.34. Kebutuhan Niasin dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) 28 Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 14 Murai& Andrews, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 120 – 150 Halver, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 10 Poston&Wolfe, 1985
Brown trout (Salmo trutta) 120 - 150 Halver, 1972
Brown trout (Salmo fontinalis) 120 – 150 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 150 – 200 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 150 – 200 Halver, 1972
Shrimp (P.japonicus) larva 400 Kanazawa, 1985

229
Tabel 5.35. Tanda-tanda kekurangan niasin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi


Salmonids Nafsu makan menurun, pertumbuhan McLaren et al, 1947,
lambat, penurunan efisiensi pakan, Philips&Brockway,1957
pewarnaan gelap, berenang tidak Kitamura et al, 1967,
teratur, penimbunan cairan pada Coat & Halver, 1958,
lambung Poston & Wolfe,1985

Common carp Pendarahan pada kulit, kematian Aoe, et al, 1966


(Cyprinus carpio) tinggi

Channel catfish Pendarahan dan luka pada kulit dan Dupree, 1966, Murai &
(Ictalurus sirip, kurang darah, exophthalmia, Andrew,1979
punctatus) kematian tinggi

Red sea bream Pertumbuhan lambat Yone, 1975

Eel (Anguila Pendarahan dan luka pada kulit, Arai et al, 1972
japonica) penurunan pertumbuhan, ataxia,
pewarnaan gelap

Ikan lele Nafsu makan menurun, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) menurun, muscle spasms, kehilangan
keseimbangan, pendarahan dibawah
kulit dan sirip, exopthalmia, kematian
tinggi, berenang tidak teratur.

Shrimp Pertumbuhan dan penurunan Kanazawa, 1985


( P japonicus) kelangsungan hidup

Sumber bahan pakan yang banyak menghilangkan lemak dalam hati.


mengandung niasin antara lain Inositol berperan terutama sebagai
adalah beras sosoh, ragi kering, komponen inositida pada hampir
dedak, dedak gandum, tepung biji semua membran sel. Myoinositol
bunga matahari, tepung kacang merupakan komponen penting
tanah, tepung hati dan paru, tepung inositol yang mengandung
jagung, tepung gandum (Tacon, phospholipid. Katabolisme inositol
1991). mungkin terjadi melalui reaksi
glikolisis dan siklus krebs (Kuksis
dan Mookerjea, 1991).
Inositol
Kebutuhan ikan akan inositol ini
Inositol disebut pula zat lipotropik berbeda-beda seperti yang telah
yang berarti dibutuhkan untuk dirangkum oleh Tacon (1991) pada

230
Tabel 5.36. Apabila kandungan biotin menyebabkan gejala-gejala penyakit
dalam pakan berkurang maka akan seperti yang tertera pada Tabel 5.37.

Tabel 5.36. Kebutuhan inositol dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) 440 Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) NR Burtle,1981
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 250 – 300 McLaren et al, 1947
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 200 – 300 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 300 – 400 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 300 – 400 Halver, 1972
Red sea bream (C.major) 550 – 900 Yone et al, 1971
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 2000-4000 Kanazawa, 1985
Shrimp (Penaeus japonicus)larva 2000 Kanazawa et al, 1985

Tabel 5.37. Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya (Tacon,


1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referens

Salmonids Pertumbuhan menurun, distended Mc Laren et al, 1947,


abdomen, warna gelap, Halver, 1957,
peningkatan waktu pengosongan Philips & Brockway 1957
lambung Coates & Halver, 1958

Common carp Penurunan pertumbuhan, kulit dan Aoe&Masuda, 1967


(Cyprinus sirip luka/pendarahan, kehilangan
carpio) mucosa kulit

Red sea bream Pertumbuhan menurun Yone, 1975

Eel (Anguila Nafsu makan dan pertumbuhan Arai et al, 1972


japonica) menurun

Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan Kanazawa et al, 1976,


( P japonicus) hidup menurun Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak adalah tepung ikan, ragi bir kering,
mengandung inositol antara lain benih gandum.

231
Kolin grup metil untuk sintesis metionin
dan substrat untuk pembentukan
Kolin adalah basa ammonium neurotransmitter, asetil kolin.
bervalensi empat dan tersebar luas
dia alam, produk degradasinya Kebutuhan ikan akan kolin ini
seperti betain (garam berbeda-beda seperti yang telah
karboksimetiltrimetilammonium dirangkum oleh Tacon (1991) pada
hidroksida. Menurut Halver (1988) Tabel 5.38. Apabila kandungan biotin
peran dan fungsi dari kolin antara dalam pakan berkurang maka akan
lain adalah komponen utama dalam menyebabkan gejala-gejala penyakit
fosfolipid dalam membran sel dan seperti yang tertera pada Tabel 5.39.
lipoprotein serum (pengemulsi),
donor asam lemak untuk kolesterol
dalam pengelolaan LDL, sumber

Tabel 5.38. Kebutuhan kolin dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)
Common carp (Cyprinus carpio) 4000 Ogino et al, 1970
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 400 Wilson & Poe,1988
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 774 - 813 Rumsey, 1991
Lake trout (Salmo nemaycush) 1000 Ketola, 1976
Chinok salmon (O.tshawytscha) 600 – 800 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 600 – 800 Halver, 1972
Red sea bream (C.major) 500 Yone et al, 1988
Stureon (A. transmontanus) 1700 – 3100 Hung, 1989
Tilapia (T.aurea) NR Roem et al, 1990
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 600 Kanazawa, 1985
Shrimp (Penaeus japonicus)larva 6000 Kanazawa et al, 1985

232
Tabel 5.39. Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Salmonids Pertumbuhan menurun, hati banyak Mc Laren et al, 1947,


mengandung lemak, efisiensi pakan Halver, 1957, Philips &
menurun, pendarahan pada ginjal Brockway, 1957,Coates
dan usus & Halver, 1958,
Ketola,1976, Poston,
1990, Rumsey, 1991

Common carp Pertumbuhan menurun dan hati Ogino et al, 1970


(Cyprinus carpio) banyak mengandung lemak

Channel catfish Penurunan pertumbuhan, Dupree, 1976,


(I. punctatus) pendarahan pada ginjal dan usus Wilson&Poe, 1988

Red sea bream Pertumbuhan menurun, kematian Yone, 1975,


(C. major) Yano et al, 1988

Eel (Anguila Nafsu makan dan pertumbuhan Arai et al, 1972


japonica) menurun

Sturgeon Pertumbuhan menurun, Rumsey, 1991


(A.transmontanus) penyerapan lemak pada hati

Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan Kanazawa et al, 1976,


( P japonicus) hidup menurun Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak L ascorbic acid. Vitamin C sangat


mengandung kolin antara lain adalah penting bagi pertumbuhan semua
tepung udang, tepung hati, tepung hewan karena berperan pada banyak
biji matahari, tepung paru, tepung sistem metabolisme enzim. Hasil
ikan , tepung benih gandum, tepung penelitian dari Boonyaratpalin et al
ikan putih , tepung biji kapas, tepung (1993), vitamin C sangat berperan
kedelai, tepung tulang, tepung dalam pembentukan hydroksiprolin
kacang tanah (Tacon, 1991). (penyusun kolagen). Dimana kolagen
ini terdiri dari hydroksi prolin dan
hydroksiprolin. Bersama-sama
Vitamin C (asam askorbat) dengan ATP dan Mg Cl2 merupakan
kofaktor dalam menghambat adipose
Vitamin C atau asam korbat tissue lipase dan memacu hydrolitik
mempunyai dua bentuk yaitu bentuk deaminasi dari peptidaatau protein
oksidasi disebut L dehydro ascorbic sehingga berperan dalam proses
acid dan bentuk reduksi yang disebut aging yaitu membuat jaringan lebih

233
tahan lama dari proses pelapukan. dieksresikan melalui urin. Dengan
Selain itu vitamin C dapat demikian didalam urin terdapat
meningkatkan respon netrofil sejumlah metabolit-metabolit asam
terhadap kemotoksis dan askorbat dan yang telah
meningkatkan proliferosi limfosit teridentifikasi antara lain adalah
sebagai respon terhadap nitrogen asam dehidro askorbat, asam
serta peningkatan aktivitas netrofil diketogulonat askorbat-2-sulfat, metil
terhadap endotoksin. Gejala askorbat serta 2-keto-askorbitol
defisiensi vitamin C pada ikan (Muchtadi dkk, 1993).
disebabkan oleh rusaknya kolagen
dan jaringan penunjang. Kolagen Kebutuhan ikan akan vitamin C ini
merupakan protein pada ikan dan berbeda-beda seperti yang telah
konsentrasinya tinggi ditemukan dirangkum oleh Tacon (1991) pada
pada kulit dan tulang (Sandness, Tabel 5.40. Apabila kandungan
1991). viatamin C dalam pakan berkurang
maka akan menyebabkan gejala-
Kelebihan vitamin C dalam tubuh gejala penyakit seperti yang tertera
akan dimetabolisme selanjutnya pada Tabel 5.41.

Tabel 5.40. Kebutuhan vitamin C dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)

Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) NR Sato et al, 1978


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 60 Wilson & Poe, 1973
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 60 Lovel & Lim, 1978
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 880 Lovell, 1973
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 25 – 50 Andrew & Murray, 1974
Channel catfish (Ictalurus punctatus) NR Launer et al, 1978
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 11 Lovell & Naggar, 1989
Nile tilapia (Oreochromis niloticus) 1250 Soliman et al, 1986
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 100 – 150 Halver, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 40 Hilton et al, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 50 – 100 Sato et al, 1982
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 20 – 264 Dabowski et al, 1990
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 210 Sato et al, 1991
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 10 Cho & Cowey, 1991
Chinok salmon (O.tshawytscha) 100 – 150 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 50 – 80 Halver, 1972
Atlantic salmon (Salmo salar) 50 Lall et al, 1989
Atlantic salmon (Salmo salar) 10 – 20 Sandness et al, 1991
Yellow tail (S quinqueradiata) 30 Kanazawa et al, in press
Asean sea bass (Lates calcarifer) 700 – 1100 Boonyaratpalin et al, 1989

234
Kandungan
Jenis ikan Referensi
(mg/kg)

Mexican cichlid (C urophthalmus) 40 – 110 Chaves de Martinez, 1990


Flounder (Paralichthys olivaceus) 60 – 100 Tesima et al, 1991
Plaice (Pleuronectes platessa) 200 Rosenlund et al, 1990
Prawn (Macrobrachium rosenbergii) 50 – 100 Moncreiff et al, 1991
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenile 10.000 Guary et al, 1976
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 3000 Deshimaru & kuroki, 1976
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 1000 Lightner et al, 1979
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 215- 430 Shigueno&itoh, 1988
Shrimp (Penaeus vannamei) juvenil 100 Kanazawa, 1985
Shrimp (Penaeus japonicus)larva 10.000 Lawrence& He, 1991

Tabel 5.41. Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya (Tacon,


1991)

Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Salmonids Pertumbuhan menurun, scoliosis Mc Laren et al, 1947,


lordosis, pendarahan pada sirip Halver, 1989, Philips
bagian dalam, warna gelap, &Brockway, 1957,
kematian meningkat, penurunan Coates & Halver, 1958,
daya tetas telur Kitamura et al, 1967,
Hilton et al, 1978, Sato
et al, 1991

Channel catfish Penurunan pertumbuhan, scoliosis Lovell,1973,


(I punctatus) lordosis, pendarahan bagian dalam Andrew&Murai, 1974,
dan luar, erosi pada sirip, kulit Lovel&Lim, 1973,
berwarna gelap, nafsu makan Wilson&Poe, 1973,
menurun, berenang tidak teratur Lim&lovell, 1978,
Wilson et al, 1989

Red sea bream Pertumbuhan menurun Yone, 1975

Eel (Anguila Pertumbuhan menurun, erosi pada Arai et al, 1972


japonica) sirip, erosi pada rahang bawah

Snakehead Scoliosis lordosis, kurang darah, Mahajan & Agrawal,


(C.punctata) filamen insang berubah. 1979.

235
Jenis ikan Tanda-tanda Referensi

Tilapia Scoliosis lordosis, pertumbuhan Soliman et al, 1986


menurun, pendarahan pada
bagian dalam dan luar, erosi
pada sirip ekor, exophthalmia,
kurang darah, daya tetas telur
menurun

Ikan lele Scoliosis, pendarahan pada Butthep et al, 1985


(C batracus) bagian luar, erosi pada sirip,
warna kulit gelap

Indian major carp Pertumbuhan menurun, kematian Agrawal & Mahajan, 1980
meningkat, scoliosis lordosis,
hypochromic macrocytic anemia

Turbot Pertumbuhan menurun, renal Baudin-Laurence et al,


(S maximus) granuloma, kematian 1989, Coustans et al,
1990, Gouillou et al, 1991

Plaice Pertumbuhan dan kelangsungan Rosenlund et al, 1990


hidup menurun

Asian seabass Pertumbuhan menurun, Boonyaratpalin et al,


(Lates calcarifer) pewarnaan gelap, kehilangan 1989
keseimbangan, erosi pada sirip
ekor, pendarahan pada insang,
exophthalmia, badan pendek,
filamen insang rusak

Mexican Cichlid Pertumbuhan menurun, kematian Chevas de Martinez,


tinggi, pewarnaan gelap, 1990
pendarahan pada mata, erosi
pada kepala dan sirip,
exophthalmia, scoliosis lordosis,
iritasi, perubahan tulang kepala

Udang galah Pertumbuhan dan kelangsungan Heinen, 1988, Moncreiff


hidup menurun et al, 1991

Gejala kematian dengan tanda- Kanazawa, 1985,


Shrimp tanda hitam, efisiensi pakan dan Guary,1976,
( P japonicus) pertumbuhan serta kelangsungan Lightener et al, 1970,
hidup menurun Shigueno&Itoh, 1988,
Lawrence & He, 1991

236
Sumber bahan pakan yang banyak utama dalam tubuh ikan antara lain
mengandung vitamin C antara lain adalah :
adalah lobster, kepiting dan sebagian x Merupakan bagian terbesar dari
besar terutama terdapat pada pembentukan struktur kerangka,
sayuran dan buah-buahan. Vitamin C tulang, gigi dan sisik.
merupakan vitamin yang paling x Mineral tertentu dalam bentuk ion
mudah rusak dan sangat larut dalam di dalam cairan tubuh dapat
air. Disamping itu vitamin C mudah berperan untuk mempertahankan
teroksidsi bila dalam keadaan alkalis, keseimbangan asam basa serta
suhu tinggi, terkena sinar matahari regulasi pH dari darah dan cairan
dan logam beraty seperti seng, besi tubuh lainnya.
dan terutama tembaga. Oleh karena x Adanya keterlibatan mineral
itu agar vitamin C yang terdapat dalam kerja sistem syaraf dan
dalam bahan pakan harus dihindari konstraksi otot
dari hal-hal tersebut diatas. x Merupakan komponen penting
dalam hormon, vitamin, enzim
dan pigmen pernafasan atau
5.6. MINERAL sebagai kofaktor dalam
metabolisme, katalis dan enzim
Ikan dalam komposisi zat gizinya aktivator.
juga membutuhkan mineral dalam x Berperan dalam pemeliharaan
campuran pakannya agar ikan dapat tekanan osmotik dan juga
tumbuh dengan baik. Mineral mengatur pertukaran air dan
merupakan unsur anorganik yang larutan dalam tubuh ikan.
dibutuhkan oleh organisme perairan
(ikan) untuk proses hidupnya secara Berdasarkan banyaknya fungsi
normal. Ikan sebagai organisme air mineral dalam kehidupan ikan, maka
mempunyai kemampuan untuk mineral merupakan salah satu bahan
menyerap beberapa unsur anorganik yang harus ada dalam komposisi
ini, tidak hanya dari makanannya pakan ikan. Dan unsur mineral ini
saja tetapi juga dari lingkungan. sangat essensial bagi kehidupan
hewan, ikan dan udang. Unsur
Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh mineral essensial ini biasanya
ikan adalah sangat sedikit tetapi diklasifikasikan menjadi dua grup
mempunyai fungsi yang sangat berdasarkan konsentrasinya di
penting. Dalam penyusunan pakan dalam tubuh ikan, yaitu: mineral
buatan mineral mix biasanya makro dan mineral mikro. Mineral
ditambahkan berkisar antara 2 – 5% makro adalah mineral yang
dari total jumlah baha baku dan konsentrasinya dalam tubuh
bervariasa bergantung pada jenis organisme dibutuhkan dalam jumlah
ikan yang akan mengkonsumsinya. besar (lebih dari 100 mg/kg pakan
Walaupun sangat sedikit yang kering), yaitu Calsium (Ca),
dibutuhkan oleh ikan, mineral ini Magnesium (Mg), Sodium (Na),
mempunyai fungsi yang sangat Potassium (K), Phosphorus (P),
Chlorine (Cl) dan Sulphur (S).

237
Mineral mikro adalah mineral yang dan akan terbuang dalam bentuk
konsentrasinya dalam tubuh setiap feses.
organisme dalam jumlah sedikit
(kurang dari 100 mg/kg pakan Kandungan Ca dalam perairan
kering),yaitu : Besi (Fe), Tembaga sangat diperlukan untuk kehidupan
(Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), ikan. Perairan dengan kandungan Ca
Cobalt (Co), Molybdenum (Mo), rendah akan berdampak buruk
Cromium (Cr), Selenium (Se), terhadap pertumbuhan dan
Fluorine (F), Iodine/Iodium (I), Nickel mengganggu adaptasi pada saat
(Ni) dan lain-lain. kondisi lingkungan berubah. Perairan
yang kaya akan Ca akan
meningkatkan toleransi terhadap
Calsium (Ca) temperatur dan akan mengurangi
keracunan akibat menurunnya pH.
Kalsium merupakan unsur mineral Untuk perairan yang kandungan Ca
makro yang didalam tubuh disimpan rendah, pH rendah dan kandungan
pada tulang, gigi dan sebagian besar alumunium tinggi tidak akan dihuni
pada kulit dan kerangka tubuh. oleh ikan. Kandungan Ca yang harus
Peranan dan fungsi kalsium didalam ada dalam pakan ikan sangat sulit
tubuh antara lain adalah sebagai untuk diterapkan secara pasti.
komponen utama pembentuk tulang, Sebagai contoh, pada ikan
gigi, kulit serta sisik dan memelihara rainbowtrout dengan bobot awal 1,2
ketegaran kerangka tubuh, g, antara ikan yang diberi Ca 0,3
mengentalkan darah, g/kg dengan 3,4 g/kg ternyata tidak
sebagai ”intracellular regulator” atau menunjukkan adanya perbedaan
messenger yaitu membantu regulasi dalam pertumbuhannya yang
aktivitas otot kerangka, jantung dan dipelihara pada perairan dengan
jaringan lainnya, konstraksi dan kandungan Ca 20 – 30 mg/l (Ogino
relaksasi otot, membantu dan Takeda, 1978).
penyerapan vitamin B12, menjaga
keseimbangan osmotik. Menurut Rumsey (1977) kebutuhan
Ca untuk ikan rainbowtrout pada
Pengambilan kalsium dari perairan perairan dengan kalsium rendah (3
oleh ikan digunakan atas dasar untuk mg Ca/l) sama saja dengan yang
kegiatan struktural. Transpor Ca dari dipelihara pada kandungan kalsium
air oleh aliran darah ke jaringan tinggi (45 mg Ca/l) yaitu sebesar 2
tulang dan kulit berlangsung secara g/kg dalam pakannya. Sedangkan
cepat. Jumlah lemak dalam pakan menurut Arai et al (1975) pemberian
sangat berpengaruh dalam Ca sebanyak 2,4 g/kg merupakan
penyerapan Ca oleh usus. Pada kebutuhan minimal yang harus
kondisi abnormal, yaitu penyerapan dipertimbangkan, pemberian Ca
lemak terganggu maka Ca pun akan sebanyak 11,5 – 14 g/kg akan
sedikit yang diserap. Hal ini berakibat buruk terhadap laju
dikarenakan asam lemak yang tidak pertumbuhan.
diserap akan berikatan dengan Ca

238
Phosphor (P) terhadap ikan channel catfish yang
memperlihatkan bahwa peningkatan
Phosphor adalah komponen P yang tersedia dalam makanan dari
pembentuk kerangka tubuh dimana 0,07% menjadi 0,54% akan
tulang itu disusun oleh mineral P meningkatkan pertambahan bobot
sebesar 16% dan Ca 37%. Selain itu relatif dari 135% menjadi 706% dan
phosphor berfungsi efisiensi pakan dari 36% menjadi
dalampengaktifan proses 99%. Tetapi bila kandungan P terus
metabolisme, komponen DNA, RNA, dinaikkan sampai 1,02% maka
ATP dan berbagai koenzim, pertumbuhan relatif akan turun dari
pergerakan otot dan memelihara 706% menjadi 620% dan efisiensi
keseimbangan asam basa. pakan akan turun dari 99% mejadi
90%.
Phosphor yang diserap oleh tubuh
berasal dari makanan dalam bentuk
ion fosfat. Penyerapan P oleh tubuh Magnesium (Mg)
sangat bergantung kepada
kandungan P dan Ca dalam pakan. Magnesium merupakan kofaktor bagi
Tingginya kandungan P dalam pakan semua enzim yang terlibat di dalam
akan berkorelasi terhadap reaksi pemindahan fosfat
peningkatan penyerapan P. Akan (fosfokinase) yang menggunakan
tetapi, penyerapan P akan semakin ATP dan fosfat nukleotida yang lain
menurun dengan meningkatnya sebagai substrat. Pada hewan
kandungan Ca dalam pakan. vertebrata kurang lebih 60% total
Sebagian besar kebutuhan P untuk magnesium tubuh berada dalam
membentuk jaringan struktur tubuh tulang, sebagian lagi terdapat dalam
diperoleh dari pakan. Ketersediaan P bentuk mineral yang mengkristal dan
dalam air akan mengganggu berada dalam sel jaringan lunak.
penyerapan P dalam pakan oleh Fungsi magnesium bagi ikan dan
tubuh. Pakan dengan kandungan Ca udang adalah sebagai komponen
rendah dan P tinggi akan mendorong esensial dalam menjaga
ikan untuk mengambil Ca dari homeostasis intra dan ekstra seluler.
lingkungan perairan.
Magnesium dalam tubuh diserap
Kekurangan mineral P pada pakan oleh usus halus dan hanya sedikit
ikan dapat mengakibatkan yang dieksresikan dan hampir
pertumbuhan terhambat, proses seluruhnya diserap secara sempurna.
pembentukan tulang terganggu dan Penyerapan magnesium dalam
konversi pakan menjadi meningkat. tubuh dipengaruhi oleh masuknya
Kekurangan phosphor pada ikan magnesium dalam usus, waktu
mas mengakibatkan pertumbuhan singgah diusus, kecepatan
terganggu, nafsu makan menurun, penyerapan air, kadar kalsium fosfat
tulang belakang bengkok dan rapuh dan laktosa dalam pakan, sumber
serta kandungan lemak dalam magnesium dan umur serta jenis
daging meningkat. Wilson et al ikan. Kandungan magnesium di
(1982), melakukan penelitian dalam ikan jumlahnya relatif rendah

239
dibandingkan dengan hewan darat. maka dapat mengakibatkan
Sebagian besar magnesium, kurang pertumbuhan lambat dan pakan
lebih 65%, berada dalam kerangka menjadi tidak efisien. Sedangkan
tubuh ikan. Pada ikan mirror carp pada ikan yang berukuran 21 gram
terdapat 340 – 3300 gram dimana yang dipelihara selama delapan
kandungan terbesar terdapat pada minggu, kekurangan Mg dapat
vertebrae sebesar 1,0 – 1,6 g/kg, mengakibatkan penurunan
pada otot 200 – 267 mg/kg dan pada kandungan Mg pada plasma, otot
hati terdapat 62 – 203 mg/kg. dan tulang.

Konsentrasi magnesium dalam Berdasarkan hasil penelitian Satoh et


perairan tawar sering tidak al (1983) , pada ikan trout yang tidak
mencukupi untuk kebutuhan ditambahkan mineral Mg pada pakan
metabolisme ikan, oleh karena itu buatannya menunjukkan adanya
pemberian mineral magnesium pada gejala katarak sebesar 29%. Pada
pakan untuk pemeliharaan ikan air ikan Mas pemberian Mg sebesar 52
tawar sangat penting. Rendahnya mg/kg dapat meningkatkan kematian
suplai magnesium dalam pakan sebesar 16%. Selain itu pada ikan
dapat mengakibatkan nafsu makan mas yang dipelihara selama 83 hari
berkurang, pertumbuhan dan dengan pakan kurang Mg
aktivitas ikan berkurang, kandungan menunjukkan peningkatan terjadinya
Ca dan Mg dalam tubuh dan katarak sebesar 40%. Oleh karena
vertebrae akan berkurang. Selain itu itu pada ikan mas diestimasi
ikan akan memperlihatkan kebutuhan Mg dalam pakan berkisar
keabnormalan dalam pertumbuhan antara 400 – 500 mg/kg.
tulang. Pada ikan trout telah diteliti
oleh Cowey et al (1977) bahwa
pertambahan bobot dan penggunaan Potassium (K)
pakan pada ikan yang diberi pakan
dengan kandungan Mg sebesar 1000 Ion potassium (K) adalah elektrolit
mg/kg jauh lebih baik dibandingkan yang banyak dijumpai dalam tubuh
dengan ikan trout yang hanya diberi dalam bentuk ion terdisosiasi penuh
Mg sebesar 26 - 63 mg/kg. dan merupakan partikel utama yang
Perbaikan kandungan Mg dalam bertanggungjawab dalam
pakan akan berdampak terhadap osmolaritas. Ion K ini akan
peningkatan Mg dalam serum. mempengaruhi kelarutan protein dan
Kekurangan Mg pada kandungan Ca komponen lainnya. Ion K ini
26 dan 40 g/kg akan menyebabkan bersama-sama dengan natrium dan
penyakit nephacalcinosis dan di klorida berperan secara fisiologis
dalam jaringan otot akan meningkat dalam memelihara keseimbangan air
kandungan Na yang dapat dan distribusinya, memelihara
meningkatkan cairan ekstraseluler. keseimbangan osmotik normal,
Pada ikan rainbow trout berukuran memelihara keseimbangan asam
16 gram atau 35 gram memerlukan basa dan memelihara iritabilitas otot.
Mg dalam pakan sebesar 500 mg/kg.
Jika kurang dari 500 mg/kg pakan

240
Berdasarkan hasil penelitian dari Clorin (Cl)
beberapa peneliti diketahui bahwa
ikan air tawar dalam pemenuhan ion Clorin berperan besar dalam aktivitas
K tidak banyak diambil dari osmoregulasi. Pertukaran klorin
lingkungan perairan, namun lebih sebagian besar terjadi pada insang.
banyak diperoleh dari pakan. Apabila Pada ikan air tawar pengambilan
ion K dalam pakan kurang dari 1 klorin terjadi pada kondisi medium
mg/kg akan menyebabkan yang hipotonik, dengan cara
penggunaan pakan tidak efisien, memompa NaCl melalui insangnya
pertumbuhan lambat dan kematian dan pengeluaran klorin dilakukan
meningkat. Pertumbuhan ikan dapat dalam bentuk urin. Pada ikan air laut
dicapai jika pada pakan ikan pengambilan klorin dilakukan dengan
mengandung ion K maksimum 800 cara melakukan banyak minum air
mg/kg. Konsentrasi K dalam tubuh laut sehingga klorin secara difusi ikut
berkisar antara 600 – 800 mg/kg masuk kedalam tubuh ikan. Selain itu
pakan. ikan air laut bisa melakukan dengan
cara memompa melalui insang
epithelium pada kondisi medium
Sodium (Na) hipertonik. Dalam kondisi normal
klorin dikeluarkan dalam bentuk urin
Sodium seperti halnya potasium pada jumlah yang sedikit, namun
sangat penting perannya dalam pada kondisi stres ikan
osmoregulasi dan keseimbangan banyakmengeluarkan urin sehingga
asam basa ikan. Pada hewan darat kehilangan NaCl cukup besar. Klorin
sodium yang berasal dari makanan keluar dari tubuh melalui urin dan
akan diserap oleh tubuh secara sedikit melalui feses.
cepat dan efisien dan hanya sedikit
sekali yang dikeluarkan melalui feses. Ketersediaan Cl di dalam air sangat
menguntungkan untuk kehidupan
Kekurangan sodium dapat ikan agar mempunyai toleransi
mengakibatkan dehidrasi, keletihan, terhadap perubahan suhu. Pada
anoeexia dan kram otot. Pemberian ikan salmon yang dipelihara dengan
sodium sebesar 2200 mg/kg pakan kandungan garam 1 – 1,5%
pada ikan rainbowtrout sudah memberikan pengaruh terhadap
mencukupi kebutuhan ikan tersebut peningkatan food intake dan
terhadap sodium. Tetapi dalam transportasi. Pemberian garam pada
percobaan Salman dan Eddy (1988) bahan pakan dari segi manfaatnya
pemberian sodium sebesar 1000 – masih diperdebatkan. Hal ini
3000 mg/kg pakantidak memberikan dikarenakan dari hasil penelitian
perbedaan pertambahan bobot . memberikan hasil yang menunjukkan
bahwa pemberian NaCl pada pakan
berakibat buruk pada penambahan
bobot. Pemberian NaCl sebanyak
3% pada pakan mengakibatkan
pertambahan bobot hanya 85%
dibandingkan dengan kontrol. Pada

241
penambahan NaCl sebanyak 6% osmoregulasi dalam urin hipoosmotik
memberikan pertambahan bobot normal, sedangkan pada ikan laut
sebesar 77% sedangkan pengambilan NaCl dalam jumlah
penambahan sebanyak 12% besar relatif sering terjadi pada
mengakibatkan pertambahan bobot berbagai kasus.
sebesar 70%. Hal ini dikarenakan
NaCl pada tingkatan yang tinggi Kebutuhan mineral makro dan mikro
diserap dalam 24 jam yang pada beberapa jenis ikan menurut
kelebihannya akan dikeluarkan hasil penelitian Steffens dapat dilihat
kedalam perairan tawar pada sistem pada Tabel 5.42 dan 5.43.

Tabel 5.42. Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada berbagai jenis ikan
air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering)

Jenis ikan Ca P Mg K

Rainbow trout 300 mg – 3g Sekitar 6 g 400 – 700 mg Max 1,6 g


Mas 300 mg – 3g Sekitar 6 g 400 – 700 mg -
Sidat Jepang 300 mg – 3g Sekitar 6 g 400 – 700 mg -
Channel catfish 4,5 g 4,2 – 4,5 g 400 – 700 mg -
Tilapia 7g 4,5 – 6 g 400 – 700 mg -

Tabel 5.43. Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai jenis ikan
air tawar (mg/kg pakan)

Jenis ikan Fe Cu Mn Zn Co Se

Rainbow trout R 3 13 15 – 30 - 0,15 - 0,38


Channel catfish 30 5 2,4 20 - 0,25
Tilapia - - 1,7 20 - -
Common carp - 3 13 15 – 30 - R
Ikan kerapu 30 3 5 30 0,5 0,1

Besi (Fe) macam zat besi, yaitu dalam


bentuk heme dan non heme. Zat
Zat besi merupakan unsur mineral besi heme ditemukan dalam bentuk
mikro yang paling banyak terdapat hemoglobin dan zat besi non heme
dalam tubuh ikan dan manusia. dalam otot yang disebut myoglobin.
Dalam makanan terdapat dua

242
Fungsi dan peranan zat besi dalam dan kulit. Zat besi dalam bentuk
tubuh ikan antara lain adalah : tereduksi, ion Fero (Fe ++) lebih
x Unsur yang sangat penting mudah diserap karena lebih mudah
dalam pigmen darah larut dalam cairan-cairan
(hemoglobin dan myoglobin) pencernaan. Penyerapan zat besi
x Terlibat dalam pengangkutan dalam saluran pencernaan sangat
oksigen dalam darah dan urat dipengaruhi oleh kadar keasaman,
daging (otot) serta pH atau keasaman lambung dan
pemindahan/transfer elektron bagian atas usus halus.
dalam tubuh
x Unsur yang sangat penting dari Ikan sangat membutuhkan zat besi
variasi sistem enzim, yang dalam suplai makanannya.
meliputi enzim katalase, enzim Kebutuhan zat besi untuk setiap
peroxidase, enzim xantin jenis ikan berbeda. Menurut hasil
oksidase, enzim aldehyde penelitian Lall (1989) dan NRC
oxidase dan enzim succinic (1993) kebutuhan zat besi pada
dehydrogenase. setiap jenis ikan dapat dilihat pada
Tabel 5.44.
Ikan dapat menyerap zat besi
terlarut dari air melalui insang, sirip

Tabel 5.44. Kebutuhan zat besi pada beberapa jenis ikan

No. Jenis ikan Zat besi (mg/kg pakan)

1. Atlantik Salmon (Salmo solar) 60


2. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 30
3. Eel (Anguila japonica) 170
4. Common carp (Cyprinus carpio) 150
5. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 60
6. Kerapu (Epinephelus sp) 30

Kekurangan zat besi pada ikan ikan salmon, japanese eel,


dapat membawa dampak yang common carp dan red sea bream
merugikan bagi ikan. Pada dapat mengakibatkan hypochromic
beberapa jenis ikan memberikan microcytic anemia yaitu sel-sel
dampak yang berbeda, misalnya darah merah berwarna lebih pucat
pada ikan channel catfish dapat dengan ukuran sel yang lebih besar.
mengakibatkan pertumbuhan
terhambat, konversi pakan rendah,
nafsu makan menurun dan
abnormalitas. Sedangkan pada

243
Seng (Zn) akan mineral seng dapat terpenuhi.
Mineral seng diserap dengan
Ikan mengakumulasi seng dari dua bantuan proses difusidalam
sumber, yaitu pakan dan air, duodenum dan jejenum bagian atas.
namun seng yang berasal dari Zat-zat yang membantu
pakan penyerapannya lebih efisien penyerapan mineral seng antara
daripada dari air. Seng di dalam lain adalah asam amino terutama
tubuh organisme sangat berperan histidin dan sistein, asam sitrat,
penting sebagai kofaktor dari monosakarida dan komponen-
beberapa sistem enzim yng penting komponen EDTA.
dalam proses metabolisme.
Kebutuhan ikan akan mineral seng
Ikan dapat menyerap seng dari ini bervariasi bergantung pada usi,
insang, kulit dan sirip. Seperti unsur kematangan seksual, komposisi
lainnya selain diperoleh dari pakan, suhu air dan kualitas air.
lingkungan perairan mineral seng Kebutuhan mineral seng dari hasil
perlu ditambahkan kedalam sumber penelitian dapat dilihat pada Tabel
makanannya agar kebutuhan ikan 5.45.

Tabel 5.45. Kebutuhan mineral seng pada beberapa jenis ikan

No. Jenis ikan Zat besi (mg/kg pakan)

1. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 20


2. Tilapia (Oreochromis aurea) 20
3. Common carp (Cyprinus carpio) 15 - 30
4. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 15 - 30
5. Kerapu (Epinephelus sp) 50

Dampak dari kekurangan mineral Selain itu menurut Watanabe


Zn untuk setiap jenis ikan berbeda. (1988) memperlihatkan bahwa
Pada ikan channel catfish dapat kekurangan seng pada Rainbow
menyebabkan pertumbuhan trout dapat menyebabkan
menurun, nafsu makan rendah dan pertumbuhan menurun, mortalitas
menurunkan tingkat serum alkaline tinggi, pengikisan pada sirip dan
phosphatase. Pada ikan mas kulit serta katarak pada mata dan
menyebabkan pertumbuhan lambat, bentuk tubuh menjadi kerdil dan
nafsu makan menurun, kematian pendek. Pada Japanese eel akan
tinggi, pengikisan pada kulit dan menyebabkan bentuk tubuh yang
sirip serta menaikkan kadar besi kerdil sedangkan pada channel
dan tembaga diusus dan catfish juga menyebabkan
hepatopankreas. pertumbuhan lambat serta anorexia.

244
Mangan (Mn) pembentukan tulang, regenerasi sel
darah merah, metabolisme
Mangan pada ikan sangat berperan karbohidrat dan siklus reproduksi.
sebagai enzim aktivator untuk
enzim-enzim yang menjembatani Kebutuhan mangan pada beberapa
transfer dari grup phosphatase, jenis ikan berbeda (Tabel 5.46).
sebagai komponen essensial dari untuk induk ikan salmon kebutuhan
enzim piruvate carboxylase, mineral mangannya > 50 mg/kg.
sebagai kofaktor atau komponen
kunci dari beberapa sistem enzim,
mangan essensial untuk

Tabel 5.46. Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan

No. Jenis ikan Zat besi (mg/kg pakan)

1. Atlantik Salmon (Salmo solar) 20


2. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 20
3. Common carp (Cyprinus carpio) 13
4. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 13

Dampak yang diakibatkan dari


kekurangan mineral mangan pada
komposisi pakan ikan untuk setiap Tembaga (Cu)
jenis ikan biasanya berbeda, antara
lain adalah ; berkurangnya Tembaga merupakan unsur
pertumbuhan, struktur tulang yang essensial dari sistem oksidasi-
tidak normal pada ikan rainbow reduksi-enzim dan terlibat dalam
trout, carp dan tilapia, rendahnya metabolisme besi. Oleh karena itu
daya tetas dan jumla telur pada tembaga terlibat dalam sintesis
induk ikan, ataxia yaitu hemoglobin dan produksi sel darah
ketidakmampuan tubuh untuk dan perawatannya. Tembaga
mengkoordinasikan gerakan- dibutuhkan untuk pembentukan
gerakan otot secara sempurna pigmen melanin dan pigmen pada
serta menurunnya penampakan kulit, untuk pembentukan tulang
reproduksi. Kekurangan mangan dan penghubung jaringan serta
pada pakan dapat dilakukan merawat keseimbangan serabut
dengan menambahkan kandungan myelin dari jaringan syaraf.
mineral mangan dalam pakan
dalam bentuk mangan sulphat Mineral tembaga yang diserap oleh
MnSO4) dan mangan klorida hewan dan ikan sangat dipengaruhi
(MnCl2). oleh jumlah dan bentuk kimia

245
mineral tembaga yang diterima, Kebutuhan mineral tembaga
kandungan beberapa ion metal lain berdasarkan hasil penelitian pada
dan zat-zat organik serta umur. beberapa jenis ikan dapat dilihat
pada Tabel 5.47.

Tabel 5.47. Kebutuhan mineral tembaga pada beberapa jenis ikan

No. Jenis ikan Zat besi (mg/kg pakan)


1. Atlantik Salmon (Salmo solar) 5
2. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 5
3. Common carp (Cyprinus carpio) 3
4. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 3

Dampak kekurangan tembaga pada ikan sebagai organisme air jarang sekali
terjadi karena mineral ini sudah cukup banyak tersedia dalam air. Pada ikan
dampak mineral tembaga yang sudah diamati adalah kalau terjadi keracunan
tembaga akibat terjadinya pencemaran lingkungan perairan yang dapat
mengakibatkan rusaknya insang, mengurangi pigmentasi dan pertumbuhan
lambat.

Cobalt (Co)

Mineral cobalt pada ikan diserap dari air disekitarnya dan masuk melalui
insang. Konsentrasi cobalt yang masuk kedalam tubuh ikan sanagt dipengaruhi
oleh suhu lingkungan dan konsentrasi kalsium, dimana dengan meningkatnya
suhu dan kalsium dilingkungan akan meningkatkan konsentrasi cobalt.
Cobalt mempunyai fungsi dan peranan pada ikan antara lain adalah
merupakan komponen integral dari Cyanocobalamin (vitamin B12), sangat
dibutuhkan untuk sintesa microflom pada saluran usus serta sangat penting
untuk pembentukan sel darah merah dan perawatan jaringan syaraf, cobalt
juga berfungsi sebagai agen kegiatan untuk sistem variasi enzim.

Penyerapan mineral cobalt oleh ikan akan meningkat jika tubuh


kekurangandan diserap dalam usus halus. Cobalt yang diserap secara normal
tidak selalu dalam bentuk vitamin B12, hanya 1/10 – 1/12 cobalt pada tubuh
dalam bentuk vitamin. Kebutuhan mineral cobalt oleh ikan berkisar antara 1 – 6
mg/kg pakan. Meningkatnya kandungan cobalt pada tubuh ikan rainbow trout
dapat menyebabkan racun dan meningkatkan haemorrhages pada saluran
pencernaan dan pola putih pada sel darah. Selama masa perkembangan
embrio telur ikan rainbow trout kebutuhan cobalt meningkat.

246
Yodium (I)

Yodium adalah komponen integral dari hormon thyroid dan sangat penting
untuk sintesis hormon thyroid, yaitu Triiodothyronine (T3) dan thyroxine (Tetra
iodothyronine/ T4). Yodium berfungsi untuk mengatur laju metabolisme seluruh
proses ke dalam tubuh. Ikan memperoleh yodium dari air melalui pompa
brachial dan makanan. Jumlah total yodium yang terkandung dalam kelnjar
thyroid adalah 70 – 80%. Yodium terdapat dalam saluran pencernaan dalam
bentuk ion I- dan diserap secara sempurna dalam lambung dan usus,
kemudian ditransport ke kelenjar thyroid dan diubah dalam bentuk yodium
inorganik yaitu Monoiodotirosin, Diodotirosin, Triiodothyronine (T3) dan
thyroxine (Tetra iodothyronine/ T4) serta komponen-komponen organik yang
mengandung yodium. Yodium yang tertangkap oleh kelenjar thyroid akan
disimpan dalam bentuk Tiraglobulin merupakan protein yang mengandung
yodium.

Kebutuhan ikan akan yodium berkisar antara 1 – 5 mg/kg pakan. Dampak


kekurangan yodium pada ikan brook trout mengakibatkan thyroid hyperflasia
(pembengkakan pada kelenjar thyroid), bentuk tubuh kerdil dan pertumbuhan
terhambat.
Selenium (Se)

Selenium adalah bagian yang melengkapi dari enzim Glutation Peroksidase


yaitu suatu enzim yang merubah hydrogen peroxide dan lemak hydroperoxides
ke dalam air dan lemak alkohol secara berurutan. Enzim ini berfungsi dalam
melindungi sel dari pengaruh peroxides. Enzim ini bersama-sama dengan
vitamin E berfungsi sebagai antioksidan biologis yang melindungi
polyunsaturated phospholipid di dalam sel dan sub sel membran dari
kerusakan peroksidatif.

Selenium diserap oleh ikan dari makanan dan lingkungan perairan melalui jalur
gastrointestinal. Duodenum merupakan daerah penyerapan utama mineral ini
dan akan berikatan pada protein dalam bentuk asam amino yang mengandung
ikatan sulfur. Selenium yang berikatan dengan protein ini akan ditransport
kedalam plasma darah dan jaringan lainnya.

Pada ikan selenium sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit otot


menyusut (muscular dystrophy). Kebutuhan selenium untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan memaksimalkan aktivitas glutathione peroxidase adalah 0,15
– 0,28 mg/kg untuk ikan rainbowtrout dan 0,25 mg/kg untuk ikan channel
catfish. Pada ikan rainbow trout dan channel catfish kekurangan selenium
dapat mengakibatkan depresi pertumbuhan.

247
248
BAB VI. Teknologi Pakan Buatan

Pakan buatan adalah pakan yang


Sebelum melakukan pembuatan
pakan ikan harus dipahami terlebih
dahulu tentang jenis-jenis pakan
dibuat oleh manusia untuk ikan
yang dapat diberikan kepada ikan
peliharaan yang berasal dari
budidaya. Pengelompokkan jenis-
berbagai macam bahan baku yang
jenis pakan ikan dapat dibuat
mempunyai kandungan gizi yang
berdasarkan bentuk, berdasarkan
baik sesuai dengan kebutuhan ikan
kandungan airnya, berdasarkan
dan dalam pembuatannya sangat
sumber dan berdasarkan
memperhatikan sifat dan ukuran ikan.
konstribusinya pada pertumbuhan
Pakan buatan dibuat oleh manusia
ikan. Jenis-jenis pakan buatan
untuk mengantisipasi kekurangan
berdasarkan bentuk antara lain
pakan yang berasal dari alam yang
adalah:
kontinuitas produksinya tidak dapat
1. Bentuk larutan
dipastikan. Dengan membuat pakan
Digunakan sebagai pakan
buatan diharapkan jumlah pakan
burayak ikan (berumur 2 - 20
yang dibutuhkan oleh ikan akan
hari). Larutan ada 2 macam,
terpenuhi setiap saat. Pakan buatan
yaitu: 1) Emulsi, bahan yang
yang berkualitas baik harus
terlarut menyatu dengan air
memenuhi kriteria-kriteria seperti:
pelarutnya; 2) Suspensi, bahan
x Kandungan gizi pakan terutama
yang terlarut tidak menyatu
protein harus sesuai dengan
dengan air pelarutnya. Bentuk
kebutuhan ikan
larutan ini biasanya diberikan
x Diameter pakan harus lebih kecil pada saat larva dengan
dari ukuran bukaan mulut ikan komposisi bahan baku yang
x Pakan mudah dicerna utama adalah kuning telur bebek
x Kandungan nutrisi pakan mudah atau ayam dengan tambahan
diserap tubuh vitamin dan mineral.
x Memiliki rasa yang disukai ikan 2. Bentuk tepung/meals
x Kandungan abunya rendah Digunakan sebagai pakan larva
x Tingkat efektivitasnya tinggi sampai benih (berumur 2-40 hari).
Tepung halus diperoleh dari

249
remah yang dihancurkan atau yang mengkonsumsi pakan
dibuat komposisi dari berbagai bentuk pellet bervariasi dari
sumber bahan baku seperti ukuran bukaan mulut lebih dari 2
menyusun formulasi pakan , dan mm maka ukuran pelet yang
biasanya diberikan pada larva dibuat biasanya 50%nya yaitu 1
sampai benih ikan. mm. Bentuk pellet ini juga dapat
3. Bentuk butiran/granules digunakan sebagai pakan ikan
Digunakan sebagai pakan benih dewasa yang sudah mempunyai
gelondongan (berumur 40-80 berat > 60-75 gram dan berumur
hari). Tepung kasar juga > 120 hari.
diperoleh dari remah yang 7. Bentuk pellet terapung/floating
dihancurkan atau dibuat sama Biasa digunakan untuk kegiatan
seperti membuat formulasi pakan pembesaran ikan air tawar
lengkap dan bentuknya dibuat maupun ikan air laut yang
menjadi butiran. mempunyai kebiasaan tingkah
4. Bentuk remahan/crumble laku ikan tersebut berenang di
Digunakan sebagai pakan permukaan perairan. Ukuran ikan
gelondongan besar/ikan yang mengkonsumsi pakan
tanggung (berumur 80-120 hari). bentuk pellet bervariasi dari
Remah berasal dari pellet yang ukuran bukaan mulut lebih dari 2
dihancurkan menjadi butiran mm maka ukuran pelet yang
kasar. dibuat biasanya 50%nya yaitu 1
5. Bentuk lembaran/flake mm. Bentuk pellet ini juga dapat
Biasa diberikan pada ikan hias digunakan sebagai pakan ikan
atau ikan laut dan dibuat dari dewasa yang sudah mempunyai
berbagai bahan baku berat > 60-75 gram dan berumur
disesuaikan dengan kebutuhan > 120 hari.
dan pada saat akan dibentuk
dapat menggunakan peralatan Jenis pakan ikan berdasarkan
pencetak untuk bentuk lembaran kandungan airnya dapat
atau secara sederhana dengan dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
cara membuat komposisi pakan 1. Pakan basah yaitu pakan yang
kemudian komposisi berbagai mengandung air biasanya lebih
bahan baku tersebut dibuat dari 50%. Pakan basah biasanya
emulsi yang kemudian terdiri dari pakan segar atau
dihamparkan di atas alas pakan beku, berupa cincangan
aluminium atau seng dan atau gilingan daging ikan yang
dkeringkan, kemudian diremas- tidak bernilai ekonomis. Jenis
remas. pakan ini biasa diberikan kepada
6. Bentuk pellet tenggelam/sinking induk-induk ikan laut/udang,
Biasa digunakan untuk kegiatan contoh pakan basah antara lain
pembesaran ikan air tawar adalah cincangan daging cumi-
maupun ikan air laut yang cumi atau ikan laut.
mempunyai kebiasaan tingkah 2. Pakan lembab yaitu pakan yang
laku ikan tersebut berenang di mengandung air berkisar antara
dalam perairan. Ukuran ikan 20-40%. Pakan lembab dibuat

250
sebagai alternatif dari pakan pakan dan teknologi produksi pakan
basah yang banyak alami.
kekurangannya antara lain dapat
mencemari perairan dan Jenis pakan ikan berdasarkan
kekurangan asam amino tertentu. konstribusinya dalam menghasilkan
Pakan lembab ini dibuat dengan penambahan berat badan dapat
komposisi pakan sesuai dikelompokkan menjadi dua yaitu :
kebutuhan ikan tetapi dalam 1. Suplementary Feed/pakan
prosesnya tidak dilakukan suplemen yaitu pakan yang
pengeringan, dibiarkan lembab dalam konstribusinya hanya
dan disimpan dalam bentuk pasta menghasilkan penambahan berat
kemudian dibekukan. Tetapi ada badan kurang dari 50%. Jenis
juga pakan basah ini dibuat pakan ini biasanya dibuat oleh
dengan komposisi ikan yang para pembudidaya ikan dengan
dipasteurisasi ditambah mencampurkan beberapa bahan
beberapa tambahan seperti baku tanpa memperhitungkan
perekat, vitamin dan mineral atau kandungan proteinnya sehingga
silase ikan yang diberi beberapa kandungan nutrisi dari pakan ini
komposisi zat tambahan. Pakan tidak lengkap.
lembab ini dapat diberikan pada 2. Complete Feed/pakan lengkap
ukuran ikan dari benih sampai ke yaitu pakan yang dalam
pembesaran. konstribusinya menghasilkan
3. Pakan kering yaitu pakan yang penambahan berat badan lebih
mengandung air kurang dari dari 50%. Jenis pakan ini
10%. Jenis pakan ini yang biasa biasanya adalah pakan kering
digunakan pada budidaya ikan dengan berbagai bentuk dimana
secara intensif karena sangat komposisi bahan bakunya
mudah dalam proses distribusi, lengkap sehingga kandungan
penyimpanan dan protein pakan mencukupi
penanganannya. Jenis pakan kebutuhan ikan yang akan
kering ini dapat dibuat dengan mengkonsumsinya.
berbagai macam bentuk
disesuaikan dengan kebutuhan Dengan mengetahui jenis-jenis
ikan dan pada setiap tahapan pakan maka para pembudidaya ikan
budidaya dapat menggunakan dapat menentukan jenis pakan yang
pakan kering ini disesuaikan akan dibuat disesuaikan dengan ikan
dengan ukuran dan jenis ikan yang akan dipeliharanya. Jenis
yang akan mengkonsumsinya. pakan buatan yang akan dibahas
dalam buku ini adalah pakan buatan
Jenis pakan ikan berdasarkan yang akan dikonsumsi oleh ikan
sumbernya dapat dikelompokkan yang berukuran induk, larva atau
menjadi dua yaitu pakan alami dan benih sesuai dengan kebutuhan
pakan buatan. Dalam buku teks ini nutrisi ikan dalam bentuk pakan
akan dibahas secara detail setiap kering atau lembab. Pakan buatan
kelompok pakan ini pada bab yang dibuat sesuai dengan
tersendiri yaitu teknologi pembuatan kebutuhan nutrisi ikan akan

251
memberikan pertumbuhan yang aroma dan lain sebagainya yang
optimal bagi ikan yang dapat merangsang ikan untuk
mengkonsumsinya. Selain itu pakan memakan pakan buatan ini. Kajian
yang dibuat sendiri mempunyai tentang materi ini telah dibahas
kandungan protein dan energi yang dalam bab sebelumnya yaitu tentang
sesuai dengan kebutuhan ikan serta nutrisi ikan.
mempunyai harga yang lebih murah
dibandingkan dengan membeli
pakan buatan. Pakan merupakan 6.1. JENIS-JENIS BAHAN
komponen biaya operasional yang
cukup besar dalam suatu usaha
BAKU
budidaya ikan sekitar 60%
merupakan biaya pakan. Oleh
Bahan baku yang dapat digunakan
karena itu dengan mempunyai
dalam membuat pakan buatan ada
kompetensi pembuatan pakan ikan
beberapa macam. Dalam memilih
diharapkan akan mengurangi biaya
beraneka macam bahan baku
produksi yang cukup besar.
tersebut harus dipertimbangkan
beberapa persyaratan. Persyaratan
Dalam membuat pakan buatan pemilihan bahan baku ini dapat
langkah pertama yang harus dikelompokkan menjadi dua yaitu
dilakukan adalah melakukan persyaratan teknis dan persyaratan
perencanaan pembuatan pakan sosial ekonomis.
buatan. Perencanaan terhadap
Persyaratan teknis yang harus
pembuatan pakan harus dibuat
diperhatikan dalam memilih bahan
dengan seksama agar pakan yang
baku untuk pembuatan pakan buatan
dibuat sesuai dengan kebutuhan ikan
adalah :
yang mengkonsumsinya.
Pengetahuan pertama yang harus x Mempunyai nilai gizi tinggi,
dipahami adalah mengenai dengan bahan baku yang bergizi
kandungan nutrisi dari pakan buatan. tinggi akan diperoleh pakan yang
dapat dicerna oleh ikan dan
dapat menjadi daging ikan lebih
Kandungan nutrisi yang terdapat besar dari 50%.
didalam pakan buatan harus terdiri x Tidak mengandung racun, bahan
dari protein, lemak, karbohidrat , baku yang mengandung racun
vitamin dan mineral. Komposisi akan menghambat pertumbuhan
nutrisi pakan yang terdapat pada ikan dan dapat membuat ikan
pakan buatan sangat spesifik untuk mati.
setiap ukuran ikan. Kualitas pakan x Sesuai dengan kebiasaan makan
buatan ditentukan antara lain oleh ikan, bahan baku yang
kualitas bahan baku yang ada. Hal digunakan sebaiknya
ini disebabkan selain nilai gizi yang disesuaikan dengan kebiasaan
dikandung bahan baku harus sesuai makan ikan dialam, hal ini dapat
dengan kebutuhan ikan, juga pakan meningkatkan selera makan dan
buatan ini disukai ikan baik rasa, daya cerna ikan. Seperti

252
diketahui bahwa berdasarkan ikan herbivor komposisi bahan
kebiasaan makannya jenis pakan baku lebih banyak yang berasal
dapat dikelompokkan menjadi dari nabati dan untuk ikan
tiga yaitu herbivor, omnivor dan karnivor maka komposisi bahan
karnivor. Maka dalam memilih bakunya lebih banyak berasal
bahan baku yang akan dari hewani. Beberapa jenis ikan
digunakan untuk ikan herbivor berdasarkan kebiasaan
akan sangat berbeda untuk ikan makannya dapat dilihat pada
karnivora atau omnivor. Pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Beberapa jenis ikan berdasarkan kebiasaan makannya


(Hertrampf,J.W and Pascual,F.P, 2000)

Kelompok Jenis ikan


Herbivora Big head carp (Aristichtus nobilis)
Grass carp/ikan koan (Ctenopharyngodon idellus)
Javanese carp (Puntius gonionotus)
Silver carp (Hypothalmichtys molitrix)
Gurami (Osphyronemus gourami)
Bandeng (Chanos chanos)
Perch (Perca sp)
Rabbit fish/beronang (Siganus guttatus)
Tilapia (Oreochromis spp)
Siamemese gurami (Trichogaster pectoralis)
Omnivora Channel catfish/lele amerika (Ictalurus punctatus)
Common carp/ikan mas (Cyprinus carpio)
Grey mullet/ikan belanak (Mugil cephalus)
Karnivora Black carp (Mylopharyngodon piceus)
Catfish/ikan lele (Clarias batrachus)
Grouper/ikan kerapu (Epinephelus spp)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Pacific salmon (Oncorhynchus spp)
Seabass/ikan kakap (Lates calcarifer)
Brown trout (Salmo trutta)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)

253
Persyaratan sosial ekonomis yang
perlu diperhatikan dalam memilih
Bahan baku nabati adalah bahan
bahan baku untuk pembuatan pakan
baku yang berasal dari tumbuhan
buatan adalah :
atau bagian dari tumbuh-tumbuhan.
x Mudah diperoleh Bahan nabati pada umumnya
x Mudah diolah merupakan sumber karbohidrat,
x Harganya relatif murah namun banyak juga yang kaya akan
x Bukan merupakan makanan protein dan vitamin. Beberapa
pokok manusia, sehingga tidak macam bahan baku nabati yang
merupakan saingan. biasa digunakan dalam pembuatan
x Sedapat mungkin memanfaat- pakan ikan antara lain terdiri dari ;
kan limbah industri pertanian x Tepung kedelai
x Tepung jagung
Jenis-jenis bahan baku yang x Tepung terigu
digunakan dalam membuat pakan x Tepung tapioka
buatan dapat dikelompokkan menjadi x Tepung sagu
tiga kelompok yaitu bahan baku x Tepung daun lamtoro
hewani, bahan baku nabati dan x Tepung daun singkong
bahan baku limbah industri pertanian. x Tepung kacang tanah
x Tepung beras
Bahan baku hewani adalah bahan
baku yang berasal dari hewan atau Bahan baku limbah industri pertanian
bagian-bagian tubuh hewan. Bahan adalah bahan baku yang berasal dari
baku hewan ini merupakan sumber limbah pertanian baik hewani
protein yang relatif lebih mudah maupun nabati. Beberapa macam
dicerna dan kandungan asam bahan limbah yang sering digunakan
aminonya lebih lengkap sebagai bahan baku pembuatan
dibandingkan dengan bahan baku pakan ikan antara lain terdiri dari;
nabati. Beberapa macam bahan x Tepung kepala udang
baku hewani yang biasa digunakan x Tepung anak ayam
dalam pembuatan pakan ikan antara x Tepung darah
lain adalah :
x Tepung tulang
x Tepung ikan x Ampas tahu
x Silase ikan x Bungkil kelapa
x Tepung udang x Dedak halus
x Tepung cumi-cumi x Isi perut hewan mamalia
x Tepung cacing tanah
x Tepung benawa/kepiting Selain ketiga jenis bahan baku
x Tepung darah tersebut untuk melengkapi ramuan
x Tepung tulang dalam pembuatan pakan buatan
x Tepung hati biasanya diberikan beberapa bahan
x Tepung artemia tambahan. Jumlah bahan tambahan

254
(feed additive) yaitu bahan makanan jenis antioksidan yang akan
atau suatu zat yang ditambahkan digunakan harus diperhatikan
dalam komposisi pakan untuk beberapa syarat berikut yaitu ;
meningkatkan kualitas dari pakan ƒ Antioksidan harus efektif
tersebut. Jumlah bahan tambahan dalam mencegah proses
yang digunakan biasanya relatif oksidasi dari makanan ikan
sedikit tetapi harus ada dalam yang mengandung lemak dan
meramu pakan buatan. Jenis-jenis unit yang larut dalam lemak.
bahan tambahan antara lain terdiri ƒ Tidak bersifat racun bagi ikan
dari : ƒ Harus efektif dalam
konsentrasi rendah
x Vitamin dan mineral, vitamin dan
ƒ Mempunyai nilai ekonomis
mineral dibutuhkan dalam jumlah
Jenis antioksidan yang biasa
sedikit karena tidak dapat dibuat
digunakan dalam pembuatan
sendiri oleh tubuh ikan maka
pakan buatan adalah BHA (Butil
dalam pembuatan pakan harus
Hidroksi Anisol) dan BHT (Butil
ditambahkan. Jumlah pemberian
Hidroksi Toluene). Jumlah yang
vitamin dan mineral dalam pakan
aman digunakan sebaiknya
buatan berkisar antara 2 – 5%.
adalah 200 ppm atau 0,02% dari
Vitamin dan mineral untuk
kandungan lemak dalam pakan,
membuat pakan ikan dapat
sedangkan jenis antioksidan
dibuat sendiri yang disebut
lainnya yaitu Etoksikuin dapat
vitamin premix atau membelinya
digunakan sebesar 150 mg/kg
di toko. Vitamin dan mineral dijual
pakan. Selain itu vitamin C saat
di toko penggunaannya
ini merupakan salah satu jenis
sebenarnya untuk ternak tetapi
vitamin yang dapat berfungsi
dapat juga digunakan untuk ikan.
sebagai antioksidan.
Merek dagang vitamin dan
mineral tersebut antara lain x Bahan pengikat (Binder),
adalah Aquamix, Rajamix, P fizer penambahan bahan pengikat di
Premix A, P frizer Premix B, Top dalam ramuan pakan buatan
Mix, Rhodiamix 273. berfungsi untuk menarik air,
x Antioksidan, antioksidan adalah memberikan warna yang khas
zat antigenik yang dapat dan memperbaiki tekstur produk.
mencegah terjadinya oksidasi Jenis bahan pengikat yang dapat
pada makanan dan bahan-bahan digunakan antara lain adalah :
makanan. Penggunaan agar-agar, gelatin, tepung kanji,
antioksidan dalam pembuatan tepung terigu, tepung maizena,
pakan ikan bertujuan untuk Carboxymethy Cellulose (CMC),
mencegah penurunan nilai nutrisi karageenan, asam alginat.
makanan dan bahan-bahan Jumlah penggunaan bahan
makanan ikan serta mencegah pengikat ini berkisar antara 5 –
terjadinya ketengikan lemak atau 10%.
minyak, serta untuk mencegah x Asam amino essensial sintetik,
kerusakan vitamin yang larut adalah asam-asam amino yang
dalam lemak. Dalam memilih sangat dibutuhkan sekali oleh

255
ikan untuk pertumbuhannya dan yang sakit. Dosis antibiotik yang
tidak dapat diproduksi oleh ikan. digunakan sangat bergantung
Asam amino ini dapat diperoleh pada jenis penyakit dan ukuran
dari hasil perombakan protein, ikan yang terserang penyakit.
protein tersebut diperoleh dari x Attractants adalah suatu zat
sumber bahan baku hewani dan perangsang yang biasa
nabati. Tetapi ada sumber bahan ditambahkan dalam komposisi
baku yang kandungan asam pakan udang/ikan laut. Seperti
aminonya tidak mencukupi. Oleh diketahui udang merupakan
karena itu bisa ditambahkan organisme yang hidupnya di
asam amino buatan/sintetik dasar dan untuk menarik
kedalam makanan ikan. Jenis perhatiannya terhadap pakan
asam amino essensial tersebut buatan biasanya ditambahkan
adalah : arginine, Histidine, zat perangsang agar pakan
Isoleucine, Lysine, Methionine, buatan tersebut mempunyai bau
Phenylalanine, Threonine, yang sangat menyengat
Tryptophan, Valine dan Leucine. sehingga merangsang
x Pigmen, adalah zat pewarna udang/ikan laut untuk makan
yang dapat diberikan dalam pakan ikan tersebut. Beberapa
komposisi pakan buatan yang jenis attractant yang biasa
peruntukkannya untuk pakan digunakan dari bahan alami atau
ikan hias, dimana pada ikan hias sintetis antara lain adalah terasi
yang dinikmati adalah keindahan udang, kerang darah, glysine 2%,
warna tubuhnya sehingga asam glutamate, cacing tanah
dengan menambahkan pigmen atau sukrosa.
tertentu kedalam pakan buatan x Hormon, adalah suatu bahan
akan memunculkan warna tubuh yang dikeluarkan oleh kelenjar
ikan hias yang indah sesuai endokrin dan ditransportasikan
dengan keinginan pembudidaya. melalui pembuluh darah ke
Jenis pigmen yang ada dapat jaringan lain dimana beraksi
diperoleh dari bahan-bahan alami mengatur fungsi dari jaringan
atau sintetik seperti pigmen target. Ada banyak jenis hormon
karoten , astaxantin dan yang terdapat pada makhluk
sebagainya. Dosis pemberian hidup. Penggunaan hormon
pigmen dalam komposisi pakan dalam pakan buatan yang telah
biasanya berkisar antara 5 – 10%. dicoba pada beberapa ikan
x Antibiotik, adalah zat atau suatu antara lain ikan bandeng, ikan
jenis obat yang biasa kerapu adalah pembuatan pakan
ditambahkan dalam komposisi dalam bentuk pelet kolesterol,
pakan untuk menyembuhkan ikan dimana pada pakan buatan
yang terserang penyakit oleh tersebut ditambahkan hormon
bakteri. Dengan pemberian obat yang bertujuan untuk
dalam pakan yang berarti mempercepat tingkat
pengobatan dilakukan secara kematangan gonad, hormon
oral mempermudah pembudi- yang digunakan adalah
daya untuk menyembuhkan ikan

256
kombinasi antara 17 Į- proximat terhadap bahan baku
metiltestoteron dan a-LHRH. tersebut. Dari hasil analisa proximat
akan diketahui kandungan zat gizi
bahan baku yang meliputi : kadar air,
Selain mengetahui jenis-jenis bahan
kadar abu, kadar protein, kadar
baku yang akan digunakan untuk
lemak, kadar serat kasar dan kadar
membuat pakan buatan harus
bahan ekstra tanpa nitrogen (BETN).
mengetahui kandungan nutrisi dari
Adapun komposisi kandungan nutrisi
bahan baku yang akan digunakan
bahan baku dapat dilihat pada tabel
untuk membuat pakan buatan.
6.2 , 6.3 dan 6.4.
Kandungan nutrisi bahan baku dapat
diketahui dengan melakukan analisa

Tabel 6.2. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Nabati

PROTEIN KARBOHIDRAT LEMAK


NO JENIS BAHAN BAKU
% % %
1. Dedak padi 11,35 28,62 12,15
2. Dedak gandum 11,99 64,78 1,48
3. Cantel 13,00 47,85 2,05
4. Tepung terigu 8,90 77,30 1,30
5. Tepung kedelai 39,6 29,50 14,30
6. Tahu 7,80 1,60 4,60
7. Tepung sagu 7,25 77,45 0,55
8. Bungkil kelapa 17,09 23,77 9,44
9. Biji kapok randu 27,40 18,60 5,60
10. Biji kapas 19,40 - 19,50
11. Tepung daun turi 27,54 21,30 4,73
12. Tepung daun lamtoro 36,82 16,08 5,40
13. Tepung daun singkong 34,21 14,69 4,60
14. Tepung jagung 7,63 74,23 4,43
15. Kanji 0,41 86,40 0,54

257
Tabel 6.3. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Hewani

PROTEIN KARBOHIDRAT LEMAK


NO JENIS BAHAN BAKU
% % %
1. Tepung ikan import 62,65 5,81 15,38
2. Tepung rebon 59,40 3,20 3,60
3. Benawa/kepiting 23,38 0,06 25,33
4. Tepung ikan mujair 55,6 7,36 11,2
5. Ikan teri kering 63,76 4,1 3,7
6. Ikan petek kering 60,0 2,08 15,12
7. Tepung kepiting 53,62 13,15 3,66
8. Tepung cumi 62,21 - -
9. Tepung ikan kembung 40,63 1,26 5,25
10. Rebon basah 13,37 1,67 1,52
11. Tepung bekicot 54,29 30,45 4,18
12. Tepung cacing tanah 72,00 - -
13. Tepung artemia 42,00 - -
14. Telur ayam/itik 12,80 0,70 11,50
15. Susu 35,60 52,00 1,00

Tabel 6.4. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Limbah Pertanian

PROTEIN KARBOHIDRAT LEMAK


NO JENIS BAHAN BAKU
% % %
1. Isi perut hewan mamalia 8,39 5,54 53,51
2. Tepung anak ayam 61,65 - 27,3
3. Bungkil kelapa sawit 18,7 64 4,5
4. Tepung kepala udang 53,74 0 6,65
5. Tepung anak ayam 61,56 - 27,30

258
6. Tepung kepompong ulat 46,74 - 29,75
sutera
7. Bungkil kacang tanah 49,5 28,3 11,4
8. Tepung darah 71,45 13,32 0,42
9. Silase ikan 18,20 - 1,20
10. Ampas tahu 23,55 43,45 5,54
11. Bekatul 10,86 45,46 11,19
12. Tepung menir 8,64 88,03 1,92

Bagaimanakah anda melakukan sumber hewani. Hal ini dikarenakan


penyiapan bahan baku yang akan ikan-ikan laut merupakan organisme
digunakan untuk membuat pakan air yang bersifat karnivora yaitu
buatan? Apakah bahan baku itu? organisme air yang makanan
Untuk menjawab pertanyaan utamanya adalah berasal dari
tersebut diskusikan dan pelajari hewani dalam hal ini adalah ikan-
materi dalam buku ini atau mencari ikan yang mempunyai ukuran
referensi lain dari buku, internet, tubuhnya lebih kecil dari yang
majalah dan sebagainya. mengkonsumsinya.

Bahan baku adalah bahan yang akan Berdasarkan kebiasaan makan pada
digunakan untuk membuat pakan setiap jenis ikan maka jenis-jenis
buatan. Bahan baku yang akan bahan baku yang akan digunakan
digunakan dapat disesuaikan dengan untuk ikan karnivora atau
jenis ikan yang akan mengkonsumsi herbivora/omnivora akan sangat
pakan buatan tersebut. Jenis-jenis berbeda dalam pemilihannya.
bahan baku yang dapat digunakan Berdasarkan hasil penelitian yang
untuk membuat pakan buatan untuk telah dilakukan oleh Tacon (1988)
induk, larva dan benih ikan dapat dalam Millamena et al (2000) telah
dikelompokkan menjadi bahan baku direkomendasikan penggunaan
hewani, nabati dan bahan tambahan. beberapa bahan baku yang dapat
Jenis bahan baku yang akan digunakan berdasarkan kebiasaan
digunakan untuk pembuatan pakan makan ikan (Tabel 6.5)
ikan laut biasanya berasal dari

259
Tabel 6.5. Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan ikan dan udang
dalam % (Tacon, 1988)

Ikan Ikan Udang Udang


Jenis bahan baku karnivora herbivora/ karnivora herbivora/
omnivora omnivora

Tepung Alfalfal 5 10 5 10
Tepung darah 10 10 10 10
Cassava/tepung tapioka 15 35 15 25
Tepung kelapa 15 25 15 25
Tepung biji jagung 20 35 15 -
Tepung maizena 15 20 15 20
Tepung biji kapas 15 20 10 15
Penyulingan jagung 10 15 10 15
Dicalsium phosphate 3 3 3 3
Tepung bulu ayam 10 10 10 10
Tepung ikan Bebas Bebas 20 35
Konsentrat protein ikan 15 10 15 15
Tepung giling 15 25 15 25
Tepung hati 50 50 25 20
Tepung daging dan tulang 20 25 15 20
Tepung limbah peternakan 15 20 15 20
Tepung minyak lobak 20 25 15 20
Tepung kulit padi 15 35 15 35
Tepung udang 25 25 Bebas Bebas
Tepung cumi Bebas Bebas Bebas Bebas
Tepung gandum 20 35 15 35
Tepung kedelai 25 35 20 30
Tepung kedele penuh lemak 35 40 20 30
Tepung terigu 20 35 20 35
Biji gandum 15 30 15 30
Tepung kanji 15 15 20 20
Air dadih 10 10 10 10
Yeast kering 15 15 15 15

Ikan karnivora di alam akan mampu menggantikan kebutuhan


memakan ikan yang lebih kecil ikan laut akan pakan. Pakan buatan
ukurannya, didalam suatu usaha untuk ikan laut bahan baku yang
budidaya biasanya diberikan ikan- biasa digunakan antara lain dapat
ikan rucah. Kontinuitas ikan rucah di dilihat pada Tabel 6.6. Kandungan
alam sangat bergantung kepada nutrisi bahan baku yang biasa
ketersediaan alam. Oleh karena itu digunakan untuk membuat pakan
pembuatan pakan buatan diharapkan buatan dapat dilihat pada Tabel 6.6 .

260
Tabel 6.6. Jenis dan Kandungan nutrisi bahan baku ikan karnivora

Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar


Jenis bahan protein lemak karbohidrat serat air abu
kasar
Tepung mujair 55,60 11,20 7,36 - 6,34 19,50
Tepung petek 66,00 15,12 2,08 - 9,60 13,20
Tepung teri 63,76 3,70 4,10 - 10,28 18,28
Tepung tongkol 55,72 4,11 6,62 - 4,95 28,60
Tepung kembung 40,36 5,25 1,26 - 20,90 31,96
Tepung cumi 74,80 8,80 - 0 - 3,40
Tepung kepala udang 43,95 5,11 0,26 17,45 6,53 26,70
Tepung kerang 66,56 - - - - -
Tepung darah 93,00 1,40 - 1,10 - 7,10
Tepung kedelai 37,42 6,26 47,51 - 8,48 4,98
Tepung kanji 0,41 0,54 73,24 13,16 12,80 1,55
Tepung beras 14,10 15,10 - 12,80 - 12,80
Tepung sagu 7,25 0,55 66,21 11,24 8,49 1,53
Tepung ketan 8,21 2,13 83,12 2,26 1,32 2,96
Tepung dedak 10,86 11,19 34,73 13,16 12,60 1,55
Tepung jagung 7,63 4,43 72,71 1,52 11,02 2,70

Selain itu untuk menambah


pengetahuan tentang jenis-jenis
bahan baku yang dapat digunakan
untuk membuat pakan ikan,
berdasarkan hasil analisa
proksimat kandungan bahan baku
pakan yang telah dilakukan pada
laboratorium Southeast Asian
Fisheries Development Center,
Aquaculture Departement. Philipina
dapat dilihat pada Tabel 6.7.

261
Tabel 6.7. Hasil analisa proksimat bahan baku (Mllamena et al, 2000).

Bahan
Kadar
Kadar Kadar Kadar Ekstra
Jenis bahan baku serat Abu
air protein lemak Tanpa
kasar
Nitrogen

Sumber Hewani
Tepung ikan lokal 10,3 64,1 6,5 0,8 8,5 20,1
Tepung ikan chili 8,4 70,1 8,5 0,5 4,1 16,8
Tepung ikan danish 9,5 73,9 9,4 0,3 2,4 14,0
Tepung ikan Peru 1 8,3 68,3 5,9 0,8 7,7 17,3
Tepung ikan Peru 2 7,1 67,9 10,0 1,3 4,1 16,7
Tepung ikan tuna 9,4 65,4 8,0 0,8 8,8 17,0
Tepung ikan putih 7,2 69,0 7,6 0,6 4,8 18,0
Tepung kepala udang 6,5 51,2 5,2 13,3 5,3 25,0
Tepung udang 8,2 68,6 3,9 3,6 7,6 16,3
Tepung cumi 6,9 78,5 5,5 1,3 6,7 8,0
Tepung kepiting 5,5 74,1 7,1 0,9 8,1 9,8
Tepung kodok 7,6 62,5 1,7 1,2 4,7 29,9
Tepung darah 6,3 87,7 3,0 0,4 3,3 5,6
Tepung daging & tulang 5,6 46,8 9,6 2,0 7,5 34,1

Nabati
Tepung daun akasia 4,4 25,7 5,6 21,2 41,7 5,8
Tepung daun alfalfal 7,2 17,2 3,0 27,7 42,9 9,2
Tepung daun camote 4,5 29,7 4,9 10,0 43,2 12,2
Tepung daun cassava 5,9 22,1 9,3 12,4 49,2 7,0
Tepung daun ipil 7,8 25,1 6,8 10,6 44,0 13,5
Tepung daun kangkung 5,7 28,5 5,4 10,5 43,6 12,0
Tepung malunggay 3,5 30,4 8,4 8,3 43,7 9,2
Tepung daun pepaya 5,4 20,7 11,6 11,2 42,6 13,9
Tepung copra 7,9 22,0 6,7 17,3 44,3 9,7
Cowpea 8,0 23,0 1,3 4,1 67,5 4,1
Mugbean hijau 7,1 23,2 1,2 3,1 68,7 3,8
Mugbean kuning 7,7 24,1 1,1 3,8 67,1 3,9
Butiran beras 5,0 26,5 0,8 4,0 64,6 4,1
Tepung jagung 8,4 7,8 4,7 2,6 83,1 1,8
Tepung tapioka 11,9 0,4 0,2 1,1 98,2 0,1
Tepung roti 12,1 12,9 1,2 0,3 84,9 0,7
Tepung terigu 11,3 15,3 1,7 0,8 81,1 1,1
Tepung pollard 9,5 15,4 4,5 10,3 64,0 5,8
Tepung biji gandum 6,0 27,8 4,3 3,4 59,6 4,9
Tepung maizena 7,3 62,6 7,7 2,2 25,9 1,6
Tepung beras 9,2 13,3 14,1 8,5 53,4 10,7
Dedak 7,0 3,3 2,0 32,4 41,6 20,7
Tepung jagung 5,6 35,8 19,8 4,9 33,9 5,6

262
Bahan
Kadar
Kadar Kadar Kadar Ekstra
Jenis bahan baku serat Abu
air protein lemak Tanpa
kasar
Nitrogen

Sumber lainnya

Casein 7,2 89,7 0,1 0,3 8,9 1,0


Tepung kepiting 4,2 37,9 4,1 10,7 8,9 38,4
Gelatin 7,9 94,4 0,0 0,1 5,1 0,4
Tepung kerang hijau 5,9 64,6 8,6 3,0 12,5 11,8
Tepung Oyster 4,4 54,6 9,4 4,0 20,1 11,9
Tepung scallops 7,3 65,2 10,9 1,4 8,8 13,7
Tepung snail 4,0 52,1 1,8 2,1 15,7 28,3
Ragi Breewer 7,2 49,4 1,6 2,4 34,5 12,1
Ragi Candida 8,3 55,2 0,8 1,7 35,1 7,4

Pakan alami

Acartia sp 7,8 71,2 8,3 5,4 9,9 5,2


Artemia 8,0 55,5 6,8 11,3 15,0 11,4
Azolla 8,0 27,2 3,4 12,9 36,5 20,0
Brachionus sp 8,1 51,9 10,4 3,5 15,3 18,9
Chaetoceros calcitran 7,6 24,4 7,1 2,5 26,7 39,3
Chlorella air laut 10,1 35,1 4,2 5,6 27,7 27,4
Isochrysis galbana 10,4 33,6 18,1 4,4 23,0 20,9
Moina macrocopa 8,5 57,8 7,6 8,4 17,2 9,0
Sargassum 10,4 9,0 0,8 9,6 46,4 34,2
Skeletonema 10,4 24,7 2,6 0,7 20,2 51,8
Spirulina 8,0 56,7 2,8 0,6 28,1 11,8
Tetraselmis sp 5,5 49,1 10,7 2,1 19,0 19,1
Digman 9,8 20,6 3,3 16,4 35,9 23,8
Enteromorpha 15,2 13,8 1,9 9,3 36,9 38,1
Gracilaria sp 7,0 10,2 0,4 5,8 44,8 38,8
Kappaphycus sp 6,1 5,4 0,8 6,1 57,3 30,4

Hasil analisa proksimat dari setiap Seperti diketahui bahwa dari hasil
bahan baku yang akan digunakan analisa proksimat karbohidrat dibagi
untuk membuat pakan ikan dapat menjadi serat kasar dan bahan
digunakan sebagai acuan dalam ekstrak tanpa nitrogen. Sedangkan
melakukan perhitungan formulasi untuk menghitung energi yang
pakan. Pada tabel sebelumnya telah digunakan adalah kadar karbohidrat,
diuraikan tentang kadar karbohidrat tetapi untuk mengetahui daya cerna
dari setiap bahan baku pakan untuk setiap bahan baku yang dapat
memudahkan dalam menghitung digunakan untuk membuat pakan
jumlah energi dalam setiap formulasi. ikan adalah kadar serat kasar. Oleh

263
karena itu pemahaman tentang untuk ikan laut lebih menyukai
bahan baku tersebut sangat penting. sumber protein diambil dari
hewani.
2. Lemak, kebutuhannya berkisar
antara 4-18%. Sumber
6.2. PENYUSUNAN lemak/lipid biasanya adalah :
x Hewani : lemak sapi, ayam,
FORMULASI PAKAN
kelinci, minyak ikan
Jenis bahan baku yang harus x Nabati : jagung, biji kapas,
disiapkan sangat bergantung kepada kelapa, kelapa sawit, kacang
jenis ikan yang akan mengkonsumsi tanah, kacang kedelai
pakan tersebut dan stadia pemberian 3. Karbohidrat, terdiri dari serat
pakannya. Selain itu untuk kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa
mengetahui jenis-jenis bahan baku Nitrogen (BETN), kebutuhannya
yang akan dipilih harus dilakukan berkisar antara 20 – 30%.
perhitungan. Perhitungan jumlah Sumber karbohidrat biasanya
bahan baku yang akan digunakan dari nabati seperti jagung, beras,
untuk membuat pakan ikan tersebut dedak, tepung terigu, tapioka,
dinamakan menyusun formulasi sagu dan lain-lain. Kandungan
pakan. Setelah mengetahui tentang serat kasar kurang dari 8% akan
jenis-jenis bahan baku yang akan menambah struktur pellet, jika
digunakan untuk membuat pakan, lebih dari 8% akan mengurangi
kandungan zat gizi dari bahan-bahan kualitas pellet ikan.
baku tersebut dan cara menyusun 4. Vitamin dan mineral, kebu-
formulasi/ramuan pakan buatan tuhannya berkisar antara 2–5%
barulah kita dapat membuat pakan 5. Jumlah keseluruhan bahan baku
buatan. Pada bagian sebelumnya dalam menyusun formulasi pakan
telah dibahas tentang jenis bahan ikan ini harus 100%.
baku dan kandungan gizinya
selanjutnya adalah menyusun Ada beberapa metode yang
formulasi. digunakan dalam menyusun
formulasi pakan antara lain adalah :
Pengetahuan yang harus dipahami 1. Metode Pearsons Square
dalam menyusun formulasi pakan (Metode segi empat Pearsons)
ikan adalah kebutuhan ikan akan 2. Metode Aljabar
beberapa kandungan zat gizi antara 3. Metode Linier (Program linier)
lain adalah : 4. Metode coba-coba (Trial and
1. Protein, kebutuhannya berkisar Error)
antara 20 – 60%. Untuk ikan-ikan 5. Metode Work Sheet
laut biasanya kebutuhan protein
cukup tinggi karena merupakan
kelompok ikan karnivora yaitu 6.2.1. Metode segi empat
berkisar antara 30 – 60%. Pearsons
Sumber protein dapat diperoleh
dari hewani atau nabati tetapi Metoda segiempat kuadrat adalah
suatu metode yang pertama kali

264
dibuat oleh ahli pakan ternak dalam kadar protein dari setiap bahan
menyusun pakan ternak yang baku tersebut yaitu ;
bernama Pearsons.. Metode ini - Bahan baku kelompok protein
ternyata dapat diadaptasi oleh para Basal : Dedak halus 15,58%,
ahli pakan ikan dan digunakan untuk Tepung Jagung 9,50%,
menyusun formulasi pakan ikan. Tepung terigu 12,27%
Dalam menyusun formulasi pakan - Bahan baku kelompok protein
ikan dengan metode ini didasari Suplemen: Tepung ikan
pada pembagian kadar protein 62,99%, Tepung kedelai
bahan-bahan pakan ikan. 43,36%
Berdasarkan tingkat kandungan x Melakukan perhitungan rata-rata
protein, bahan-bahan pakan ikan ini kandungan bahan baku dari
terbagi atas dua bagian yaitu : protein basal dan protein
x Protein Basal, yaitu bahan baku suplemen dengan cara
pakan ikan, baik yang berasal melakukan penjumlahan semua
dari nabati, hewani dan limbah bahan baku yang berasal dari
yang mempunyai kandungan protein basal dan membagi
protein kurang dari 20%. dengan berapa macam jumlah
x Protein Suplement, yaitu bahan bahan baku protein basal. Begitu
baku pakan ikan, baik yang juga dengan bahan baku
berasal dari nabati, hewani dan suplemen dilakukan penjumlahan
limbah yang mempunyai kadar protein suplemen
kandungan protein lebih dari 20%. kemudian dibagi dengan berapa
macam jumlah bahan baku
Dalam metode segi empat ini protein suplemen. Dari contoh
langkah pertama adalah melakukan kasus diatas maka jumlah kadar
pemilihan bahan baku yang akan protein basal dari ketiga bahan
digunakan untuk membuat pakan baku tersebut adalah 15,58% +
ikan. Disarankan untuk memilih 9,50% + 12,27% = 37,35%,
bahan baku pembuatan pakan ikan kemudian nilai rata-rata bahan
ini tidak hanya dari satu sumber baku protein basal adalah
bahan saja tetapi menggunakan 37,35% : 3 = 12,45%. Sedangkan
beberapa bahan baku dari sumber jumlah kadar protein suplemen
nabati, hewani atau limbah hasil dari dua bahan baku tersebut
pertanian. Misalnya kita akan adalah 62,99% + 43,36% =
membuat pakan ikan dengan kadar 109,35%, kemudian rata-rata
protein 35% dengan menggunakan bahan baku protein suplemen
bahan baku terdiri dari tepung ikan, adalah 109,35% : 2 = 54,68%.
dedak halus, tepung jagung, tepung x Setelah bahan baku
terigu dan tepung kedelai. Maka dikelompokkan menjadi dua
dengan menggunakan metode bagian yaitu protein basal dan
segiempat ini, tahapan yang harus protein suplemen maka langkah
dilakukan antara lain adalah : selanjutnya adalah membuat
x Mengelompokkan bahan baku kotak segi empat. Pada bagian
yang telah dipilih berdasarkan tengah kotak segi empat
diletakkan nilai kandungan

265
protein pakan yang akan dibuat. pada bagian bawah kiri
Pada bagian atas kiri segiempat segiempat diletakkan nilai rata-
diletakkan nilai rat-rata rata kandungan protein suplemen,
kandungan protein basal dan lihat pada gambar dibawah ini ;

Protein basal12,45% ..........%

Protein suplemen 54,68% . ...........%

x Lakukan perhitungan untuk protein suplemen dengan kadar


mengisi kekosongan nilai pada protein pakan yaitu 54,68% -
sisi sebelah kanan segiempat 35% = 19,68%. Sedangkan untuk
dengan cara diagonal untuk mengisi nilai pada segiempat sisi
setiap kandungan protein basal kanan pada bagian bawah
dan kandungan protein suplemen adalah nilai protein bahan baku
tersebut. Pada bagian tengah yang berasal dari protein basal
segiempat tersebut diletakkan bahan baku dilakukan
kadar protein pakan ikan yang pengurangan antara kadar
akan dibuat yaitu 35%. Untuk protein pakan dengan kadar
mengisi nilai disebelah kanan protein bahan baku basal yaitu
segiempat bagian atas adalah 35% - 12,45% = 22,55%, maka
nilai protein bahan baku yang dapat dilihat pada gambar
berasal dari protein suplemen segiempat dibawah ini adalah
maka nilai tersebut adalah sebagai berikut ;
melakukan pengurangan nilai

Protein basal 12,45% 19,68%

Protein suplemen 54,68% 22,55%

x Setelah diperoleh nilai pada nilai pada bagian sisi sebelah


keempat sudut segiempat kanan, maka dapat dilihat pada
tersebut, langkah selanjutnya gambar segiempat di bawah ini :
adalah melakukan penjumlahan

266
Protein basal 12,45% 19,68%

Protein suplemen 54,68% 22,55%


__________ +
42,23%

x Langkah selanjutnya adalah membuat pakan ikan adalah


melakukan perhitungan sebagai berikut :
komposisi setiap bahan baku
yang telah disusun dengan cara - Komposisi bahan baku yang
sebagai berikut : berasal protein suplemen
adalah :
19,68% Tepung ikan = 53,40% : 2
Protein Basal = ---------- X 100% = 26,7%
42,23% Tepung
= 46,60% kedelai = 53,40% : 2
= 26,7%
22,55% - Komposisi bahan baku yang
Protein = ---------- X 100% berasal dari protein basal
Suplemen 42,23% adalah :
= 53,40% Dedak halus = 46,60% : 3
= 15,53%
- Dari hasil perhitungan pada Tepung
langkah sebelumnya maka dapat Jagung = 46,60% : 3
dihitung komposisi bahan baku = 15,53%
yang akan digunakan untuk Tepung terigu = 46,60% : 3
= 15,53%

Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan untuk


membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% yang berarti dalam satu
kilogram pakan mengandung 350 gram protein dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut :

Tepung ikan 26,7% X 62,99% = 16,82%


Tepung kedelai 26,7% X 46,36% = 12,38%
Dedak halus 15,53% X 15,58% = 2,42%
Tepung jagung 15,53% X 9,50% = 1,48%
Tepung terigu 15,53% X 12,27% = 1,91%
-------------- +

267
35,01%
Jika akan membuat pakan ikan sebanyak 100 kg maka komposisi bahan baku
yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :

Tepung ikan 26,70% X 100 kg = 26,70 kg


Tepung kedelai 26, 70% X 100 kg = 26,70 kg
Dedak halus 15,53% X 100 kg = 15,53 kg
Tepung jagung 15,53% X 100 kg = 15,53 kg
Tepung terigu 15,53% X 100 kg = 15,53 kg
--------------- +
99,99 kg

Jika dalam komposisi bahan baku Pada bagian tengah segiempat


pembuatan pakan ikan akan tersebut diletakkan kadar protein
ditambahkan bahan tambahan maka pakan ikan yang telah ditambahkan
jumlah bahan baku utama harus menjadi 36,46%. Untuk mengisi nilai
dikurangi dengan jumlah bahan di sebelah kanan segiempat bagian
tambahan yang akan digunakan. atas adalah nilai protein bahan baku
Misalnya dalam komposisi bahan yang berasal dari protein suplemen
pakan tersebut akan ditambahkan maka nilai tersebut adalah
vitamin sebanyak 2% dan mineral melakukan pengurangan nilai protein
2% maka jumlah bahan utama akan suplemen dengan kadar protein
berkurang menjadi 100% - 4% (2% + pakan yaitu 54,68% - 36,46% =
2%) = 96%. Maka jumlah kadar 18,22%. Sedangkan untuk mengisi
protein dari bahan utama tersebut nilai pada segiempat sisi kanan pada
ditambahkan agar komposisi bahan bagian bawah adalah nilai protein
baku dari pakan ikan tersebut bahan baku yang berasal dari protein
memenuhi kebutuhan kadar protein basal bahan baku dilakukan
pakan yang akan dibuat menjadi pengurangan antara kadar protein
(35%) X 100% /96% = 36,46%. Hal pakan dengan kadar protein bahan
ini dilakukan karena vitamin dan baku basal yaitu 36,46% - 12,45% =
mineral tidak mempunyai kandungan 24,01%, maka dapat dilihat pada
protein. Maka komposisi bahan baku gambar segiempat di bawah ini
menjadi sebagai berikut ; adalah sebagai berikut

Protein basal 12,45% 18,22%

Protein suplemen 54,68% 24,01%

268
Setelah diperoleh nilai pada keempat sebelah kanan, maka dapat dilihat
sudut segiempat tersebut, langkah pada gambar segiempat di bawah
selanjutnya adalah melakukan ini:
penjumlahan nilai pada bagian sisi

Protein basal 12,45% 18,22%

Protein suplemen 54,68% 24,01%


__________ +

42,23%

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap bahan


baku yang telah disusun dengan cara sebagai berikut :

18,22%
Protein Basal = --------------- X 96% = 41,42%
42,23%

24,01%
Protein Suplemen = --------------- X 96% = 54,58%
42,23%

Dari hasil perhitungan pada langkah - Komposisi bahan baku yang


sebelumnya maka dapat dihitung berasal dari protein basal adalah:
komposisi bahan baku yang akan Dedak halus = 41,42% : 3
digunakan untuk membuat pakan = 13,81%
ikan adalah sebagai berikut : Tepung jagung = 41,42% : 3
- Komposisi bahan baku yang = 13,81%
berasal protein suplemen adalah: Tepung terigu = 41,42% : 3
= 13,81%
Tepung ikan = 54,58% : 2
= 7,29%
Tepung kedelai = 54,58% : 2
= 27,29%

269
Untuk membuktikan bahwa yang berarti dalam satu kilogram
komposisi bahan baku yang pakan mengandung 350 gram
dipergunakan untuk membuat pakan protein dapat dilakukan perhitungan
ikan mengandung kadar protein 35% sebagai berikut :

Tepung ikan 27,29% X 62,99% = 17,19%


Tepung kedelai 27,29% X 46,36% = 12,6516%
Dedak halus 13,81% X 15,58% = 2,1516%
Tepung jagung 13,81% X 9,50% = 1,1320%
Tepung terigu 13,81% X 12,27% = 1,6945%
-------------- +
34,82% mendekati 35%

Maka komposisi bahan baku pakan ikan menjadi :


Tepung ikan 27,29%
Tepung kedelai 27,29%
Dedak halus 13,81%
Tepung jagung 13,81%
Tepung terigu 13,81%
Vitamin 2 %
Mineral 2 %
-------------+
100%

6.2.2. Metode aljabar digunakan dalam mencari nilai pada


komponen X dan Y yaitu metode
Metode aljabar merupakan suatu substitusi dan metode eliminasi.
metode penyusunan formulasi yang Metode substitusi adalah suatu
didasari pada perhitungan metode mencari nilai x dan y dengan
matematika yang bahan bakunya cara mengganti dengan beberapa
dikelompokkan menjadi X dan Y. X persamaan sedangkan metode
merupakan jumlah berat bahan baku eliminasi adalah suatu metode
dari kelompok sumber protein utama mencari nilai x dan y dengan cara
(protein suplement) dan Y menghilangkan salah satu komponen
merupakan jumlah berat kelompok dalam persamaan tersebut.
sumber protein basal.
Perhitungannya menggunakan Contoh kasus menghitung formulasi
rumus aljabar sehingga didapat pakan dengan menggunakan metode
formulasi pakan ikan sesuai dengan aljabar, jika akan dibuat pakan ikan
kebutuhan. dengan kadar protein 35% dari
berbagai bahan baku antara lain
Pada persamaan aljabar dalam adalah tepung ikan (kadar protein
matematika ada dua metode yang 62,65%), tepung kedelai (kadar

270
protein 39,6%), ampas tahu (kadar metode aljabar rekomendasi
protein 25,55%), tepung bekicot penggunaan bahan baku dapat
(kadar protein 54,29%), dedak halus diterapkan sesuai dengan jenis
(kadar protein 15,58%) dan tepung ikan yang akan disusun
jagung (kadar protein 9,50%). Maka formulasinya. Misalnya dalam
tahapan yang harus dilakukan formulasi pakan ini ingin dibuat
adalah sebagai berikut : kandungan bahan baku yang
x Melakukan pengelompokkan berasal dari tepung ikan dan
bahan baku berdasarkan kadar tepung bekicot sebagai sumber
proteinnya yang dibagi menjadi 2 bahan baku hewani adalah 2 kali
kelompok, yaitu bahan baku lebih banyak dari komposisi
protein suplemen dan bahan bahan baku lainnya. Maka
baku protein basal. Dalam komposisi kelompok sumber
metode aljabar dapat dibuat bahan protein suplemen adalah
suatu formulasi pakan ikan yang sebagai berikut:
sangat sesuai dengan kebutuhan - Tepung ikan kadar protein
ikan yang akan mengkonsumsi 62,65% adalah 2 bagian
pakan ikan tersebut. Pada - Tepung kedelai kadar protein
metode segiempat semua bahan 39,6% adalah 1 bagian
baku dari kelompok protein basal - Ampas tahu kadar protein
dan kelompok protein suplemen 25,55% adalah1 bagian
dibuat sama, padahal seperti kita - Tepung bekicot kadar protein
ketahui ada kebutuhan bahan 54,29% adalah 2 bagian
baku yang berbeda untuk setiap
jenis ikan. Seperti dalam Maka dari komposisi kelompok
rekombinasi penggunaan bahan bahan baku protein suplemen
baku bahwa penggunaan bahan tersebut menjadi 6 bagian
mempunyai batas optimum yang (2+1+1+2 bagian) maka rata-rata
dapat digunakan untuk kadar protein dari kelompok ini
menyusun formulasi pakan. Oleh menjadi :
karena itu dalam menggunakan

Tepung ikan kadar protein 62,65% X2 = 125,30%


Tepung kedelai kadar protein 39,60% X1 = 39,60%
Ampas tahu kadar protein 25,55% X1 = 25,55%
Tepung bekicot kadar protein 54,29% X2 = 108,58%
------------- +
299,03%

Rata-rata kadar protein dari adalah dedak halus dapat


kelompok sumber protein digunakan 2 kali lebih banyak
suplement adalah 299,03% dibandingkan dengan tepung
dibagi 6 = 49,84% = 0,4984 jagung karen aselain harganya
murah juga penggunaannya
Sedangkan untuk bahan baku masih dapat lebih besar dari
sebagai kelompok protein basal tepung jagung maka komposisi

271
kelompok sumber bahan protein 0,1355 adalah rata-rata kadar
basal adalah sebagai berikut : protein kelompok protein basal,
Dedak halus kadar protein sedangkan nilai 35 adalah kadar
15,58% adalah 2 bagian protein pakan yang akan dibuat.
Tepung jagung kadar protein x Setelah mendapatkan dua buah
9,50% adalah 1 bagian persamaan maka langkah
selanjutnya adalah melakukan
Maka dari komposisi kelompok perhitungan secara matematika
bahan baku protein basal dengan menggunakan metode
tersebut menjadi 3 bagian (2+1 aljabar untuk mencari nilai x dan
bagian) maka rata-rata kadar y. Nilai x dan y ini dapat diperoleh
protein dari kelompok ini dengan cara substitusi atau
menjadi : eliminasi.
Secara eliminasi :
Dedak 15,58%X2 = 31,16%
T. Jagung 9,50% X 1 = 9,50% X + Y = 100 (persamaan 1)
--------- + 0,4948X + 0,1355 Y = 100
40,66% (persamaan 2)

Rata-rata kadar protein dari Persamaan 1 dikalikan dengan


kelompok sumber basal adalah nilai 0,4984 maka diperoleh
40,66% dibagi 3 = 13,55% = persamaan 3 yaitu : 0,4984 X +
0,1355 0,4984Y = 49,84

x Langkah selanjutnya menetap- Persamaan 3 dikurangi dengan


kan komponen X dan Y persamaan 2 maka hasilnya :

X adalah kelompok sumber 0,4984 X + 0,4984 Y = 49,84


protein suplemen 0,4984 X + 0,1355 Y = 35,00
Y adalah kelompok sumber -
protein basal 0,3629 Y = 14,84

Berdasarkan persamaan aljabar Y = 14,84


akan diperoleh dua persamaan 0,3629
yaitu :
= 40,89
Persamaan 1 adalah X + Y = 100,
seperti diketahui bahwa jumlah Setelah diperoleh nilai Y maka
bahan baku yang akan untuk mencari nilai X dengan
digunakan untuk menyusun cara memasukkan persamaan 1
formulasi pakan adalah 100 %. sehingga diperoleh nilai X yaitu:
X + Y = 100
Persamaan 2 adalah 0,4948X + X = 100 – Y
0,1355Y = 35, nilai 0,4948 adalah X = 100 – 40,89
rata-rata kadar protein dari X = 59,11
kelompok protein suplemen, nilai

272
Secara substitusi : Setelah diperoleh nilai Y maka
X + Y = 100 (persamaan 1) untuk mencari niali X dengan
0,4948 X + 0,1355 Y = 35 cara memasukkan persamaan 1
(persamaan 2) sehingga diperoleh nilai X yaitu:
X + Y = 100
Dari persamaan 1 dapat X = 100 – Y
diperoleh persamaan X=100–Y, X = 100 – 40,3
maka jika nilai X dari persamaan X = 59,7
1 dimasukkan dalam persamaan
2 maka nilai Y akan diperoleh Dari kedua metode dalam
yaitu : persamaan aljabar ini diperoleh
nilai yang tidak terlalu berbeda
0,4948 (100–Y)+0,1355 Y = 35 sehingga dapat diperoleh nilai X
dan nilai Y, dimana nilai X
49,48–0,4948Y+0,1355 Y = 35 merupakan komposisi bahan dari
protein suplemen dan nilai Y
- 0,4948Y+0,1355Y=35 – 49,48 merupakan komposisi bahan dari
protein basal.
- 0,3593 Y = - 14,48 x Langkah selanjutnya adalah
Y = 14,48 menghitung setiap komposisi
0,3593 bahan baku dari nilai X dan Y
yang telah diperoleh pada tahap
= 40,3 sebelumnya.

Komposisi bahan baku dari protein suplemen adalah sebagai berikut :

Tepung ikan 2/6 X 59,11% = 19,70%


Tepung kedelai 1/6 X 59,11% = 9,85%
Ampas tahu 1/6 X 59,11% = 9,85%
Tepung bekicot 2/6 X 59,11% = 19,70%
+
59,10%

Komposisi bahan baku dari protein basal adalah sebagai berikut :

Dedak halus 2/3 X 40,89% = 27,26%


Tepung jagung 1/3 X 40,89% = 13,64%
+
40,90%

273
Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
mempunyai kadar protein 35% dapat dilakukan pengecekan dengan cara
menghitung sebagai berikut :

Tepung ikan 19,70% X 62,65% = 12,34%


Tepung kedelai 9,85% X 39,60% = 3,90%
Ampas tahu 9,95% X 25,55% = 2,54%
Tepung bekicot 19,70% X 54,29% = 10,69%
Dedak halus 27,26% X 15,58% = 4,25%
Tepung jagung 13,63% X 9,50% = 1,29%
+
35,26%

Berdasarkan perhitungan tersebut baik. Pada metode linier dengan


terbukti bahwa formulasi pakan melakukan perhitungan secara
dengan menggunakan metode manual dengan menggunakan rumus
aljabar dapat dengan mudah dibuat matematika dapat dilakukan dengan
dengan kelebihan dapat cara :
menggunakan bahan baku sesuai x Memilih jenis bahan baku yang
dengan kebutuhan ikan atau akan digunakan dan dibuat suatu
kebiasaan makan ikan dan tabel dengan beberapa
kebutuhan optimal pemakaian bahan persamaan yang akan digunakan,
baku. misalnya akan dibuat pakan ikan
dengan kadar protein 35%
dengan menggunakan jenis
6.2.3. Metode linier bahan baku antara lain adalah
tepung ikan (kadar protein
Metode Linier merupakan metode 62,65%), tepung kedele (kadar
penyusunan formulasi pakan dengan protein 39,6%), ampas tahu
menggunakan rumus matematika (25,55%), tepung bekicot (kadar
dan bisa dibuat programnya melalui protein 54,59%), dedak halus
komputer. Metode ini dapat (kadar protein 15, 58%) dan
diterapkan jika pengetahuan tepung jagung (kadar protein
komputer dan matematikanya cukup 9,5%).

274
Jumlah Nilai X Kadar
Kadar bahan kuadrat protein yang
No. Jenis bahan baku
Protein (%) baku (%) (Dalam diinginkan
persen) (%)
n X Y X2 XY

1. Tepung ikan 62,65 ? ? ?


2. Tepung kedele 39,60 ? ? ?
3. Ampas tahu 25,55 ? ? ?
4. Tepung bekicot 54,29 ? ? ?
5. Dedak halus 15,58 ? ? ?
6. Tepung jagung 9,50 ? ? ?

Ȉ 207,17 100% ? 35%

x Nilai Y dapat diperoleh dengan Nilai X kuadrat dalam persen


menggunakan persamaan linier, dapat dihitung dengan cara
yaitu : mengalikan nilai X pada kolom
tersebut kemudian dibagi 100
Y=a+bX maka nilai X dalam kuadrat untuk
tepung ikan adalah (62,65 X
Ȉ Y = n. a + b. Ȉ X 62,65) dibagi 100 = 39,25.
Begitu seterusnya untuk setiap
Ȉ X Y = n. Ȉ X a + b. Ȉ X2 bahan baku yang digunakan
sehingga diperoleh nilai seperti
ȈY–bȈX pada tabel di bawah ini :
a =
n

nȈXY–ȈXȈY
b=
n Ȉ X 2 – ( Ȉ X )2

275
Jumlah Nilai X Kadar
Kadar bahan kuadrat protein yang
No. Jenis bahan baku
Protein (%) baku (%) (Dalam diinginkan
persen) (%)
n X Y X2 XY

1. Tepung ikan 62,65 ? 39,25 ?


2. Tepung kedele 39,60 ? 15,68 ?
3. Ampas tahu 25,55 ? 6,53 ?
4. Tepung bekicot 54,29 ? 29,47 ?
5. Dedak halus 15,58 ? 2,43 ?
6. Tepung jagung 9,50 ? 0,90 ?

Ȉ 207,17 100% 94,24 35%

x Dari persamaan linier tersebut ȈY–bȈX


kita dapat menghitung nilai a dan a =
b sebagai koefisien yang akan n
dipergunakan untuk menghitung
nilai Y dengan cara sebagai 100% - 0,02. 207,17%
berikut : a =
6
nȈXY–ȈXȈY
b = 100% - 4,14%
n Ȉ X 2 – ( Ȉ X )2 a =
6
6. 35% - 207,17 . 100%
b = 95,86
2
6. 94,24 – (207,17) a =
6
210% - 207,17%
b = a = 15,98
565,44% - 429,19%
Setelah diperoleh nilai koefisien a
2,83 dan b maka dapat dimasukkan
b = dalam persamaan linier untuk
136,25 mencari nilai Y yaitu Y = 15,98 +
0,02 X.
b = 0,02
Dari persamaan tersebut
kemudian digunakan untuk
menghitung nilai Y pada tabel

276
diatas untuk setiap bahan baku lakukan perhitungan nilai Y untuk
yang digunakan, misalnya untuk setiap bahan baku yang
bahan baku tepung ikan nilai Y digunakan sehingga semua nilai
nya adalah = 15,98 + (0,02 X Y pada setiap bahan baku dapat
62,65) = 15,58 + 1,253 = 17,23, dilihat pada tabel dibawah ini :

Jumlah Nilai X Kadar


Kadar bahan kuadrat protein yang
No. Jenis bahan baku
Protein (%) baku (%) (Dalam diinginkan
persen) (%)
n X Y X2 XY
1. Tepung ikan 62,65 17,23 39,25 ?
2. Tepung kedele 39,60 16,77 15,68 ?
3. Ampas tahu 25,55 16,49 6,53 ?
4. Tepung bekicot 54,29 17,07 29,47 ?
5. Dedak halus 15,58 16,29 2,43 ?
6. Tepung jagung 9,50 16,17 0,90 ?
Ȉ 207,17 100% 94,24 35%

x Setelah diperoleh nilai Y pada dibagi 100 maka hasilnya adalah


setiap bahan baku maka dapat 10,79%. Lakukan perhitungan
dihitung nilai XY dengan cara untuk setiap bahan baku yang
mengalikan nilai X dengan nilai Y digunakan sehingga diperoleh
sehingga dapat diperoleh nilai XY nilai seperti pada Tabel dibawah
untuk bahan baku tepung ikan ini :
adalah 62,65 dikali dengan 17,23

Jumlah Nilai X Kadar


Kadar bahan kuadrat protein yang
No. Jenis bahan baku
Protein (%) baku (%) (Dalam diinginkan
persen) (%)
n X Y X2 XY
1. Tepung ikan 62,65 17,23 39,25 10,79%
2. Tepung kedele 39,60 16,77 15,68 6,64%
3. Ampas tahu 25,55 16,49 6,53 4,21%
4. Tepung bekicot 54,29 17,07 29,47 9,27%
5. Dedak halus 15,58 16,29 2,43 2,54%
6. Tepung jagung 9,50 16,17 0,90 1,54%
Ȉ 207,17 100% 94,24 35%

277
x Langkah selanjutnya adalah memahami kebutuhan bahan baku
menyusun formulasi bahan baku yang akan digunakan tersebut sesuai
yang akan digunakan untuk dengan kebutuhan ikan dan
membuat pakan ikan dengan kebiasaan makan setiap jenis ikan
kadar protein 35% dengan serta kandungan optimal setiap
metode linier adalah sebagai bahan baku yang akan digunakan
berikut : dalam formulasi tersebut. Para
peneliti yang menggunakan metode
Tepung ikan 17,23% ini biasanya menggunakan rumus
Tepung kedelai 16,77% matematika biasa yang digunakan
Ampas tahu 16,49% dalam persamaam kuadrat atau
Tepung bekicot 17,07% dengan menggunakan perkalian
Dedak halus 16,29% biasa atau menggunakan metode
Tepung jagung 16,17% berat yaitu menghitung dengan cara
+ mencoba dan mencoba lagi
100,02% berdasarkan satuan berat. Adapun
langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menyusun pakan
ikan dengan metode coba-coba (Trial
6.2.4. Metode Trial and Error and error) adalah sebagai berikut :
(coba-coba)
x Pilihlah bahan baku yang akan
Metode coba-coba (Trial and Error) digunakan untuk menyusun
merupakan metode yang banyak pakan ikan dan susunlah
digunakan oleh pembuat pakan skala berdasarkan kandungan protein
kecil dimana metode ini relatif sangat pada setiap bahan baku tersebut.
mudah dalam membuat formulasi Misalnya dalam membuat pakan
pakan ikan. Metode ini prinsipnya ikan untuk ikan Mas dengan
adalah semua bahan baku yang kandungan protein 35% dengan
akan digunakan harus berjumlah bahan baku yang digunakan
100%. Jika bahan baku yang dipilih adalah tepung ikan (kadar protein
untuk penyusunan formulasi sudah 62,65%), tepung kedele (kadar
ditetapkan maka langkah selanjutnya protein 39,6%), ampas tahu
adalah mengalikan antara jumlah (25,55%), tepung bekicot (kadar
bahan baku dengan kandungan protein 54,59%), dedak halus
protein bahan baku. Langkah (kadar protein 15, 58%) dan
tersebut dilakukan sampai diperoleh tepung jagung (kadar protein
kandungan protein pakan sesuai 9,5%). Untuk memudahkan maka
dengan yang diinginkan. Dalam dibuat tabel seperti dibawah ini :
metode ini maka si pembuat formula
harus sudah mengetahui dan

278
Kadar protein Jumlah bahan Kadar protein
No. bahan baku bahan baku baku (%) bahan baku
(%) (%)

1. Tepung ikan 62,65 ? ?


2. Tepung kedele 39,60 ? ?
3. Ampas tahu 25,55 ? ?
4. Tepung bekicot 54,29 ? ?
5. Dedak halus 15,58 ? ?
6. Tepung jagung 9,50 ? ?

100% 35%

x Masukkan jumlah bahan baku mengkonsumsi bahan baku,


yang akan digunakan dalam macam-macam bahan baku,
formulasi pakan sampai semua harga dan kebutuhan optimal
bahan baku yang digunakan bahan baku untuk setiap jenis
berjumlah 100%. Dalam mengisi ikan berdasarkan kebiasaan
kolom jumlah bahan baku harus makannya.
mempertimbangkan kadar protein
bahan baku, jenis ikan yang akan

Kadar protein Jumlah bahan Kadar protein


No. Jenis bahan baku bahan baku baku (%) bahan baku
(%) (%)

1. Tepung ikan 62,65 20 ?


2. Tepung kedele 39,60 15 ?
3. Ampas tahu 25,55 16 ?
4. Tepung bekicot 54,29 15 ?
5. Dedak halus 15,58 20 ?
6. Tepung jagung 9,50 10 ?
7. Vitamin - 2
8. Mineral - 2

100% 35%

x Setelah jumlah bahan baku yang jumlah bahan baku yang akan
akan digunakan diletakkan pada digunakan dkalikan dengan
kolom jumlah bahan baku maka kadar protein bahan baku.
langkah selanjutnya adalah Misalnya untuk tepung ikan
menghitung kadar protein pada mempunyai kadar protein 62,55%,
setiap bahan baku dengan cara jika akan digunakan sebanyak

279
20% dari total bahan baku maka Lakukan perhitungan untuk
kontribusi kadar protein dari semua bahan baku sehingga
tepung ikan adalah 20% dikali diperoleh nilai seperti dalam tabel
dengan 62,55% = 12,51%. dibawah ini.

Kadar protein Jumlah bahan Kadar protein


No. Jenis bahan baku bahan baku baku (%) bahan baku
(%) (%)

1. Tepung ikan 62,65 20 12,51


2. Tepung kedele 39,60 15 5,94
3. Ampas tahu 25,55 16 4,09
4. Tepung bekicot 54,29 15 8,14
5. Dedak halus 15,58 20 3,12
6. Tepung jagung 9,50 10 0,95
7. Vitamin - 2
8. Mineral - 2

100% 35%

x Setelah dimasukkan kedalam adalah 35% maka masih


tabel tersebut lakukan kekurangan kadar protein
penjumlahan dan dicek apakah sebanyak 0,25%, maka dari
jumlah kadar protein semua bahan baku yang digunakan
bahan baku tersebut sudah 35% . harus ditambahkan bahan baku
Jumlah kadar protein semua yang kadar proteinnya tinggi dan
bahan baku itu adalah 12,51 + mengurangi jumlah bahan baku
5,94 + 4,09 + 8,14 + 3,12 + 0,95 yang kadar proteinnya rendah
= 34,75. dari hasil coba-coba sampai benar-benar diperoleh
tersebut baru diperoleh kadar nilai kadar protein sebesar 35%.
protein semua bahan baku Maka komposisi pakan ikan
adalah 34,75%, padahal kadar kadar 35% yang telah diperbaiki
protein pakan yang diinginkan menjadi seperti tabel dibawah ini:

280
Kadar protein Jumlah bahan Kadar protein
No. Jenis bahan baku bahan baku baku (%) bahan baku
(%) (%)

1. Tepung ikan 62,65 22 13,78


2. Tepung kedele 39,60 16 6,34
3. Ampas tahu 25,55 15 3,83
4. Tepung bekicot 54,29 13 7,06
5. Dedak halus 15,58 20 3,12
6. Tepung jagung 9,50 10 0,95
7. Vitamin - 2 -
8. Mineral - 2 -

100% 35,08%

Untuk melengkapi komposisi pakan perbandingan antara protein dan


dari keempat metode diatas energi (digestible energi) dapat
sebaiknya dilakukan perhitungan dilakukan perhitungan. Adapun cara
nilai energi dari formulasi pakan melakukan perhitungan adalah
tersebut. Formulasi pakan yang telah sebagai berikut :
dibuat tersebut dapat memberikan x Misalnya komposisi pakan yang
pertumbuhan yang optimal pada ikan telah diperoleh adalah dari hasil
budidaya jika pakan yang dibuat perhitungan seperti yang telah
tersebut mempunyai dilakukan dengan metode trial
perbandingan/rasio protein energi and error sebagai berikut :
berkisar antara 8 – 10. Nilai

Kadar protein Jumlah bahan Kadar protein


No. Jenis bahan baku bahan baku baku (%) bahan baku
(%) (%)

1. Tepung ikan 62,65 22 13,78


2. Tepung kedele 39,60 16 6,34
3. Ampas tahu 25,55 15 3,83
4. Tepung bekicot 54,29 13 7,06
5. Dedak halus 15,58 20 3,12
6. Tepung jagung 9,50 10 0,95
7. Vitamin - 2 -
8. Mineral - 2 -

100% 35,08%

281
x Langkah selanjutnya adalah setiap bahan baku yang akan
melakukan perhitungan untuk digunakan untuk membuat pakan
kadar lemak dan karbohidrat dari ikan sebagai berikut :

Kadar lemak Jumlah bahan Kadar lemak


No. Jenis bahan baku bahan baku baku (%) bahan baku
(%) (%)

1. Tepung ikan 15,38 22 3,38


2. Tepung kedele 14,30 16 2,29
3. Ampas tahu 5,54 15 0,83
4. Tepung bekicot 4,18 13 0,54
5. Dedak halus 12,15 20 2,43
6. Tepung jagung 4,43 10 0,43
7. Vitamin - 2 -
8. Mineral - 2 -

100% 9,90%

Setelah itu lakukan perhitungan penjumlahan dari serat kasar dan


kadar karbohidrat bahan baku, bahan ekstrak tanpa nitrogen.
karbohidrat dalam analisa
proksimat merupakan

Kadar Kadar
Jenis bahan Jumlah bahan
No. karbohidrat karbohidrat
baku baku (%)
bahan baku (%) bahan baku (%)

1. Tepung ikan 5,81 22 1,28


2. Tepung kedele 29,5 16 4,72
3. Ampas tahu 26,92 15 4,04
4. Tepung bekicot 30,45 13 3,96
5. Dedak halus 28,62 20 5,72
6. Tepung jagung 74,23 10 7,42
7. Vitamin - 2 -
8. Mineral - 2 -

100% 27,14%

Dari hasil perhitungan diperoleh Kadar Lemak : 9,9%


kandungan nutrisi dari formulasi Kadar Karbohidrat : 27,14%
pakan yang telah dibuat yaitu :
Kadar protein : 35 %

282
Pada penjelasan tentang energi dengan 4,48 kkal/g, sedangkan
pada bab sebelumnya telah untuk satu gram lemak adalah 7,52
dijelaskan tentang nilai energi dari kkal/g dan untuk satu gram
setiap bahan makanan dimana karbohidrat adalah 3,28 kkal/g.
berdasarkan nilai Gross Energi (GE) Maka dalam komposisi pakan
diketahui 1 gram protein setara dengan kandungan protein 35%
dengan 5,6 kkal/g, sedangkan berarti dalam satu kilogram pakan
untuk satu gram lemak adalah 9,4 terdapat 350 gram protein, 99 gram
kkal/g dan untuk satu gram lemak dan 271,4 gram karbohidrat.
karbohidrat adalah 4,1 kkal/g. Untuk memperoleh nilai jumlah
Dengan berdasarkan nilai GE dapat energi dari formulasi pakan tersebut
dihitung nilai energi yang dapat dilakukan penjumlahan nilai energi
dicerna oleh ikan yaitu 80% dari nilai yang berasal dari protein, lemak dan
GE maka 1 gram protein setara karbohidrat yaitu :

Protein : 350 gram X 4,48 kkal/gram = 1568,00 kkal


Lemak : 99 gram X 7,52 kkal/gram = 744,48 kkal
Karbohidrat : 271,4 gram X 3,28 kkal/gram = 890,19 kkal
+
3202,67 kkal
Maka protein energi ratio adalah 3202,67 dibagi 350 = 9,15.

Hal ini berarti dalam satu gram kandungan nutrisi bahan baku dan
protein yang dihasilkan dari formulasi jenis bahan baku yang akan
pakan tersebut diimbangi dengan digunakan dimasukkan dalam data
energi sebesar 9,15 kkal, yang tersebut dan berapa jumlah
berarti energi yang diperoleh dari kebutuhan untuk setiap jenis bahan
hasil perhitungan formulasi pakan baku harus mengalikan antara
tersebut sudah memenuhi kriteria persentase bahan baku yang
kebutruhan ikan akan energi yaitu digunakan dengan kandungan
berkisar antara 8 – 10. protein, lemak dan karbohidrat bahan
baku, dengan program ini hanya
membantu dalam perkalian antara
6.2.5. Metode worksheet kolom yang satu dengan kolam yang
lainnya dengan program komputer.
Metode yang terakhir dan saat ini Prinsipnya adalah hampir sama
banyak digunakan oleh pembuat dengan trial and error atau mau
pakan adalah metode worksheet. menggunakan metode apa saja
Metode ini dapat menggunakan alat untuk mengisi kolom jumlah bahan
bantu komputer untuk menghitung baku yang akan digunakan dimana
jumlah bahan baku yang digunakan pada metode ini perhitungan dapat
dengan membuat lembar kerja pada dibantu dengan komputer. Metode ini
program microsoft excell. Data dapat mempermudah para pembuat

283
formulasi untuk memperoleh yang akan digunakan untuk
formulasi pakan yang lengkap membuat pakan ikan dapat
dengan kandungan energi dari bersumber dari hewani, nabati
formulasi pakan yang dibuat. Adapun atau limbah hasil pertanian.
langkah-langkah yang harus Selain itu dengan menggunakan
dilakukan dalam menyusun formulasi berbagai sumber bahan baku
pakan dengan metode worksheet akan saling melengkapi
adalah sebagai berikut : kekurangan dan kelebihan zat
nutrisi yang terkandung di dalam
x Lakukan pemilihan terhadap jenis setiap bahan baku. Misalnya
bahan baku yang akan bahan baku yang akan
digunakan dalam membuat digunakan adalah tepung ikan,
pakan ikan. Misalnya akan dibuat tepung kedelai, tepung bekicot,
pakan ikan Mas, ikan Mas ini tepung terigu, dedak, tepung
merupakan salah satu jenis ikan jagung, vitamin dan mineral
berdasarkan kebiasaan dengan komposisi zat nutrisi
makannya adalah ikan dari pada setiap bahan baku tersebut
kelompok omnivora yaitu adalah seperti pada tabel
kelompok ikan pemakan segala. dibawah ini.
Oleh karena itu jenis bahan baku

Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar


Jenis bahan baku protein lemak abu serat BETN
(%) (%) (%) kasar (%) (%)

Tepung ikan 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5


Tepung kedelai 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
Tepung keong mas 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
Tepung terigu 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
Tepung jagung 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
Dedak 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
Vitamin - - - - -
Mineral - - - - -

x Dari tabel pada tahap 10% dan kadar karbohidrat


sebelumnya tentukan terlebih kurang dari 40% dengan nilai
dahulu jumlah setiap bahan baku energi (kalori) pakan buatan
yang akan digunakan untuk adalah 3500 sehingga
membuat pakan ikan mas dan ratio/perbandingan protein dan
kadar protein, lemak dan energi adalah 10.
karbohidrat serta energi (kalori) x Buatlah perkiraan jumlah setiap
pakan buatan yang akan dibuat. bahan baku yang akan
Misalnya kadar protein pakan digunakan dengan cara
adalah 35%, kadar lemak adalah menggunakan menggunakan

284
metode yang anda inginkan dan dan karbohidratnya. Adapun
masukkan dalam kolom yang worksheet yang dibuat seperti
berisi jumlah bahan baku dan tabel dibawah ini :
hitunglah kadar protein, lemak

Jumlah Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar


Jenis bahan
bahan protein lemak abu serat BETN
baku
baku (%) (%) (%) kasar (%)
(%) (%)

Tepung ikan 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5


Tepung kedelai 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
Tepung keong 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
Tepung terigu 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
Tepung jagung 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
Dedak 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
Vitamin - - - - -
Mineral - - - - -

Jumlah 100 35 10 - - <40

x Langkah selanjutnya adalah dimasukkan dalam worksheet


menentukan jumlah bahan baku kedua seperti dibawah ini.
yang akan digunakan dan

Jumlah Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar


Jenis bahan bahan protein lemak abu serat BETN
baku baku (%) (%) (%) kasar (%)
(%) (%)
Tepung ikan 20 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5
Tepung kedelai 15 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
Tepung keong 10 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
Tepung terigu 10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
Tepung jagung 15 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
Dedak 25 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
Vitamin 2 - - - - -
Mineral 3 - - - - -
Jumlah 100 35 10 - - <40

x Hitunglah kandungan protein, sampai dioeroleh nilai seperti


lemak, serat kasar dan bahan yang diinginkan dengan
ekstrak tanpa nitrogen dari menggunakan metode coba-coba
perkiraan formulasi di atas atau sesuai keinginan pembuat
formulasi. Dan letakkan hasil
285
perhitungannya pada bagian nutrisi bahan baku seperti
sudut kanan setiap kandungan worksheet dibawah ini :

Jumlah Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar


Jenis bahan bahan protein lemak abu serat BETN
baku baku (%) (%) (%) kasar (%)
(%) (%)
Tepung ikan 20 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5
13,16 1,3 0,17
Tepung kedelai 15 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
5,37 2,97 5,09
Tepung keong 10 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
5,28 0,14 1,95
Tepung terigu 10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
1,53 0,17 8,11
Tepung jagung 15 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
1,17 0,71 12,47
Dedak 25 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
3,33 3,53 13,35
Vitamin 2 - - - - -
Mineral 3 - - - - -
Jumlah 100 30 10 - <40
29,84 8,11 41,14

Dari hasil perhitungan dengan ulang sampai diperoleh nilai yang


menggunakan bantuan komputer pas dengan rencana.
dengan program excell (misalnya
kolom 2 dikalikan dengan kolom 3 Pada perhitungan tersebut diperoleh
dibagi 100) atau dengan kadar protein yang kurang dari 35%,
menggunakan perhitungan begitu juga dengan kadar lemak
matematika biasa dalam metode sedangkan karbohidratnya berlebih,
coba-coba dimana jumlah bahan maka dalam menghitung kebutuhan
baku dikalikan dengan kadar protein jumlah bahan baku selanjutnya harus
dibagi 100, begitu juga dengan kadar ditambahkan bahan baku yang
lemak dan karbohidrat (Bahan mempunyai kadar protein tinggi dan
ekstrak tanpa nitrogen). Dari hasil mengurangi bahan baku yang
perhitungan itu ternyata hasil yang kandungan karbohidratnya tinggi.
diperoleh belum sesuai dengan Oleh karena itu harus dibuat kembali
keinginan penyusun pada awalnya worksheets selanjutnya seperti
maka harus dilakukan perhitungan dibawah ini :

286
Jumlah Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar
Jenis bahan bahan protein lemak abu serat BETN
baku baku (%) (%) (%) kasar (%)
(%) (%)
Tepung ikan 26 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5
17,11 1,69 2,21
Tepung kedelai 12 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
4,29 2,38 4,07
Tepung keong 17 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
8,97 2,48 3,32
Tepung terigu 10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
1,53 0,17 8,11
Tepung jagung 10 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
0,78 0,47 8,31
Dedak 20 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
2,66 2,82 10,64
Vitamin 2 - - - - -
Mineral 3 - - - - -
Jumlah 100 35 10 - <40
35, 34 10,01 36,66

Setelah diperoleh kadar nutrisi bahan komposisi bahan baku sebagai


baku pakan sesuai dengan rencana berikut :
langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai energi dari

Protein : 353,4 gram X 4,48 kkal/gram = 1583,23 kkal


Lemak : 100,1 gram X 7,52 kkal/gram = 752,75 kkal
Karbohidrat : 366,6 gram X 3,28 kkal/gram = 1202,45 kkal
+
3538,48 kkal

Maka protein energi ratio adalah 3538,48 dibagi 350 = 10,1

Hal ini berarti dalam satu gram kriteria kebutuhan ikan akan energi
protein yang dihasilkan dari yaitu berkisar antara 8 – 10.
formulasi pakan tersebut diimbangi
dengan energi sebesar 10,1 kkal,
yang berarti energi yang diperoleh
dari hasil perhitungan formulasi
pakan tersebut sudah memenuhi

281
6.3 PROSEDUR sebelumnya, sebelum membuat
pakan diharuskan untuk memilih
PEMBUATAN jenis-jenis bahan baku yang akan
PAKAN digunakan untuk membuat pakan.
Jenis-jenis bahan baku yang telah
Setelah ditentukan komposisi dipilih dan ditentukan jumlahnya
bahan baku yang akan dibuat berdasarkan hasil perhitungan
pakan buatan dengan formulasi pakan pada materi
menggunakan salah satu metode, sebelumnya, selanjutnya dilakukan
langkah selanjutnya adalah proses penepungan terhadap
melakukan pembuatan pakan ikan. bahan-bahan baku tersebut. Bahan
Prosedur dalam pembutan pakan baku yang akan dibuat menjadi
ikan dapat dikelompokkan pakan buatan semuanya harus
berdasarkan skala usahanya yaitu: dalam bentuk tepung karena jika
1. Skala besar yaitu pembuatan ada bahan baku yang tidak dalam
pakan ikan secara bentuk tepung akan terjadi
besar/pabrikasi campuran bahan baku yang tidak
2. Skala sedang yaitu pembuatan homogen dan akan menyebabkan
pakan untuk memenuhi pakan yang akan dibuat tidak dapat
kegiatan produksi dengan menggumpal dengan baik.
peralatan sedang Penghalusan bahan baku sampai
3. Skala kecil yaitu pembuatan menjadi tepung ini menggunakan
pakan secara sederhana alat bantu penepungan .
dengan menggunakan
peralatan rumahtangga. Penepungan bahan baku harus
dilakukan agar proses pembuatan
Dalam proses pembuatan pakan pakan sesuai prosedur. Bahan
ikan diperlukan beberapa peralatan baku untuk pembuatan pakan
baik untuk skala pabrikasi, sedang buatan pada umumnya adalah
dan skala rumah tangga. Adapun bahan baku kering. Ukuran tepung
peralatan yang digunakan dapat untuk bahan baku pakan buatan
dikelompokkan menjadi : dalam bentuk pellet sebaiknya
1. Alat penepung (grinding) berukuran kurang dari 0,6 mm,
2. Alat pencampur (mixing) agar daya ikat antar partikel bahan
3. Alat pengukus / pemanas baku lebih kuat sehingga tidak
(steaming) mudah larut dalam air. Untuk
4. Alat pencetak (pelleting) mendapatkan ukuran tepung yang
5. Alat pengering (drying) diinginkan tersebut kita dapat
6. Alat pengepak/pengemasan mengatur saringan yang terdapat
(packing) pada alat penepung dengan cara
mengganti/menukar saringannya
Alat penepung (Grinding) sesuai dengan yang diinginkan.
Alat penepung digunakan untuk Namun perlu diingat dalam
membuat semua bahan baku yang menggunakan saringan pada alat
akan digunakan berubah menjadi penepung sebaiknya bertahap,
tepung. Seperti penjelasan yaitu saringan yang digunakan

282
pertama kali harus saringan yang
paling kasar sampai yang terakhir
saringan yang paling halus atau
ukuran saringan yang diinginkan.
Hal ini perlu diperhatikan agar
dalam proses penepungan tidak
terjadi kemacetan pada mesin yang
dapat mengakibatkan kerusakan
mesin.

Ada dua jenis alat yang dapat


digunakan untuk melakukan
penepungan bahan baku. Peralatan
yang digunakan pada proses
penepungan menggunakan
saringan adalah menggunakan alat
penepung disk mill (Gambar 6.1) Gambar 6.2. Hammer Mill
dan hammer mill (Gambar 6.2).
Disc mill adalah alat penepung
yang bekerja dengan cara
berputarnya suatu pasangan
piringan logam baja yang satu
berputar sedangkan yang lainnya
sebagai landasan. Bahan baku
yang akan ditepung berada pada
dua kepingan logam tersebut,
kemudian bahan baku yang telah
dihancurkan akan dilakukan proses
penyaringan dalam peralatan ini
secara langsung. Sedangkan
hammer mill adalah alat penepung
yang bekerja dengan cara prinsip
palu yaitu memukul suatu bahan
baku yang akan ditepung pada
sistem saringan yang berfungsi
sebagai lempengan plat yang akan
terpukul semua bahan baku dan
tersaring pada saringan tersebut.

Disc mill dan hammer mill ini dibuat


dengan berbagai macam kapasitas
produksi bergantung pada
keinginan pemakai alat ini bisa
Gambar 6.1. Disk mill
digunakan untuk skala pabrikasi ,
skala menengah atau skala rumah
tangga. Kapasitas produksi

283
peralatan ini mulai dari 1kg perjam
sampai satu ton perjam.

Alat pencampur

Setelah penepungan bahan baku


dilakukan terhadap semua jenis
bahan baku yang akan digunakan
untuk pembuatan pakan buatan
adalah melakukan penimbangan
ulang bahan baku sesuai dengan
formulasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya bahan
baku yang telah ditimbang tersebut
selesai, dilakukan proses
pencampuran. Proses Gambar 6.3. Vertical mixer
pencampuran bahan baku harus
dilakukan dengan cara mencampur
bahan baku yang jumlahnya paling
sedikit kemudian secara bertahap
ditambahkan jenis bahan baku
lainnya yang jumlahnya semakin
banyak. Hal ini bertujuan agar
semua bahan baku tersebut dapat
tercampur secara homogen.
Pencampuran bahan baku kering
yang sempurna akan sangat
berpengaruh terhadap kekompakan
bahan baku tersebut jika sudah Gambar 6.4. Horizontal mixer
dicampur dengan air menjadi
adonan dan siap dibentuk sesuai
keinginan. Alat pemanas/pengukus

Proses pencampuran bahan baku Alat pemanas ini biasanya


menjadi suatu campuran yang dilakukan jika dalam membuat
homogen dapat dilakukan dengan pakan ikan menggunakan
menggunakan alat pencampur baik beberapa bahan baku yang
alat pencampur vertikal (Vertical mengandung zat antinutrisi.
mixer) (Gambar 6.3) maupun Dimana dengan perlakuan
horizontal (horizontal mixer) pemanasan zat antinutrisi ini akan
(Gambar 6.4). Pemakaian jenis alat menjadi tidak aktif dan dapat
pencampur ini sangat bergantung meningkatkan pemakaian nutrien
kepada kapasitas produksi . tersebut. Beberapa zat antinutrisi
yang terdapat pada beberapa
bahan baku pakan menurut

284
Millamena et al (2000) dapat dilihat dapat mempengaruhi laju
pada Tabel 6.8. Zat antinutrisi ini pencernaan bahan tersebut di
misalnya pada bahan baku kedele dalam sistem pencernaan ikan.
mentah atau jenis-jenis legumes

Tabel 6.8. Bahan baku pakan yang mengandung zat antinutrisi, dan cara
menghilangkan zat antinutrisi (Millamena et al, 2000)
Zat
Aksi merugikan Bahan pakan Perbaikan
antinutrisi
Trypsin Mengikat trypsin untuk Kedele dan Pemanasan pada suhu
inhibitor membentuk senyawa berbagai legumes 175-195oC atau dimasak
inaktif selama 10 menit

Lectins Menghancurkan sel darah Kedele dan Merebus di dalam air/


merah berbagai legumes dimasukkan dalam auto-
clave selama 30 menit

Goitrogens Menghambat penyerapan Kedele dan Diuapkan dan atau di-


iodine kedalam kelanjar berbagai legumes masukkan dalam auto-
thyroid clave selama 10-30 menit

Antivitamin D Mengikat vitamin D Kedele dan Diautoclave atau direbus


membuatnya tidak berbagai legumes selama 30 menit
bermanfaat

Antivitamin E Mengurangi kontribusi Kedele dan Diautoclave


vitamin E berbagai legumes

Thiaminase Merangsang peng- Ikan mentah Diautoclave, dipanaskan


hancuran thiamin (Vit B1) kerang dan kedele dan dimasak

Estrogens Mengganggu reproduksi Tanaman glycoside Dibuat larutan ekstrak


(isoflavon)

Gossipol Mengikat phosphor dan Tepung biji kapuk Menambahkan garam


beberapa protein besi atau phytase

Tannin Mengikat protein dan Kacang-kacangan Dehulling


menghambat pencernaan dan legumes
trypsin

Cyanogens Melepaskan racun asam Daun singkong Direndam dalam air


hydrocyanic selama 12 jam

Mimosine Mengganggu sintesis Daun ipil-ipil Daun direndam selama 24


enzim pada hati, merusak jam
sel hepatopankreas
udang

Peroksida Mengikat protein dan Penyimpanan Penyimpanan diperbaiki


vitamin yang jelek

Phytates Mengikat protein dan Tepung biji kapas, Dehulling


mineral dan mengurangi kedele dan
daya gunanya legumes

285
Alat pencetak Alat pengering

Alat pencetak adalah alat yang Pada skala usaha rumahtangga alat
digunakan untuk mencetak pakan yang digunakan untuk mengeringkan
buatan. Bentuk alat pencetak ini pakan buatan adalah sinar matahari
sangat bergantung pada bentuk atau oven biasa. Pada industri skala
pakan buatan yang akan dicetak. menengah biasanya menggunakan
Bentuk pakan buatan yang biasa di oven listrik sedangkan pada industri
buat adalah pakan kering dalam skala besar pakan buatan yang
bentuk pellet dan ukuran pakannya dibuatnya menggunakan alat
disesuaikan dengan peruntukkan pencetak yang lengkap dengan alat
ikan. Alat pencetak (pelleting) untuk pemanas (steam) sehingga pellet
skala rumah tangga dapat digunakan yang dihasilkan sudah dalam bentuk
alat pengiling daging (Gambar 6.5), pellet kering.
sedangkan skala menengah dapat
menggunakan alat pelleting (Gambar
6.6) dan skala besar/pabrikasi Prosedur pembuatan pakan skala
dengan menggunakan alat pelleting besar/pabrikasi
otomatis (gambar 6.7). Panjang dan
diameter pellet ini dapat diatur sesuai Pada skala besar dimana biasanya
dengan kebutuhan (Gambar 6.8). menggunakan peralatan yang cukup
canggih dan lengkap dengan skala
produksi dapat mencapai 1-20 ton
perhari. Adapun langkah pengerjaan
pakan ikan ini dilakukan dengan alur
proses seperti Gambar dibawah ini
(Gambar 6.6 )

Gambar 6.5. Alat pengiling daging

286
Gambar 6.6. Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi

Tahap awal dalam pabrik pakan bahan baku tersebut menjadi tepung.
skala pabrikasi dilakukan persiapan Bahan baku yang dibuat menjadi
bahan baku dimana semua bahan tepung adalah bahan baku dalam
baku di pabrik disimpan pada alat bentuk kering. Proses tahap awal ini
yang disebut silo (Gambar 6.7). biasa disebut milling. Setelah semua
bahan baku menjadi tepung langkah
kedua adalah melakukan
pencampuran bahan baku (mixing),
sebelum bahan baku kering tersebut
dilakukan pencampuran harus
dilakukan penimbangan terlebih
dahulu terhadap bahan baku
tersebut sesuai dengan formulasi
yang telah disusun sebelumnya.
Bahan-bahan tambahan seperti
vitamin, mineral dan minyak sebagai
sumber lipid biasanya ditambahkan
setelah semua bahan tercampur
Gambar 6.7. Silo sempurna (homogen) kemudian
dibiarkan selama 15 menit.
Setiap bahan baku yang disimpan
dalam silo ada yang sudah ditepung Langkah selanjutnya adalah mecetak
terlebih dahulu atau masih dalam pellet menjadi bentuk pellet dengan
bentuk bahan mentah. Jika bahan ukuran yang telah ditentukan
baku masih dalam bentuk mentah (pellleting), ukuran pellet ini berkisar
maka dilakukan proses penepungan antara 1 – 22 mm. Pada skala pabrik
terlebih dahulu sampai semua jenis

287
pellet yang telah tercetak akan
langsung masuk kedalam mesin uap Bahan yang umum digunakan untuk
(steam) yang sudah terangkai secara mengemas pakan buatan antara lain
pararel dengan peralatan pellleting. adalah karung plastik anyaman untuk
Langkah terakhir dalam proses bagian luar sedangkan untuk bagian
pembuatan pakan adalah dilapisi kantong plastik tipis,
pengemasan dan penyimpanan transparan. Bagian kantong plastik
pakan. Dalam skala pabrikasi pellet itulah yang membuat pellet/pakan
yang telah tercetak biasanya buatan terisolasi dari udara bebas,
langsung dikemas dalam prosesnya sedangkan karung plastik anyaman
dibuat secara berangkai dengan merupakan pelindung agar kantong
proses pencetakan pellet. Mesin yag plastik tidak mudah bocor serta
digunakan untuk mengemas pakan memudahkan dalam pengangkutan.
ini dilakukan secara otomatis. Jenis bahan kemasan yang lainnya
adalah dari kertas semen yang
dibuat seperti kantong dan biasanya
Pengemasan pakan digunakan untuk mengemas pakan
yang mempunyai berat antara 5–10
Pengemasan/pengepakan pakan kg. Kantong kertas semen ini
buatan merupakan tahap akhir dari merupakan bagian luar dari kantong
proses pembuatan pakan sebelum kemasan, sedangkan pada bagian
didistribusikan kepada konsumen. dalamnya merupakan kantong plastik
Pengemasan pakan buatan dapat tipis dan transparan.
dilakukan secara langsung dari
proses pembuatan pakan. Dengan Dalam melakukan pengemasan
pengemasan yang benar akan pakan buatan dibutuhkan alat untuk
sangat menentukan daya simpan memasukkan pakan langsung ke
pakan buatan . pengemasan yang dalam kantong kemasan dan
baik akan dapat meningkatkan daya dilakukan penjahitan pada kantong
simpan pakan buat semakin lama bagian dalam dan bagian luar. Pada
sebelum dijual dan tetap pengemasan skala pabrik semua alat
mempertahankan kualitas pakan pengemasan sudah terangkai
buatan. menjadi satu pada saat pakan
buatan masuk kedalam kantong
Oleh karena itu, agar pakan buatan kemasan langsung dilakukan
yang sudah kering sampai kadar penjahitan otomatis pada kemasan
airnya berkisar antara 10 – 12% tersebut. Tetapi pada beberapa
sebelum dijual atau digunakan oleh perusahaan kecil proses
konsumen dan tetap terjaga kadar pengemasan dilakukan secara
airnya didalam kemasan sehingga manual dengan memasukkan pakan
pakan buatan dapat disimpan dalam buatan kedalam kantong dan
jangka waktu yang lama dengan ditimbang beratnya secara manual,
kualitas tetap terjaga, maka pakan kemudian dilakukan penjahitan
buatan harus dikemas dengan rapi kantong kemasan dengan
dan terisolasi dengan udara bebas, menggunakan mesin jahit portable
sehingga tidak mudah terkontaminasi. untuk plastik kemasan.

288
dari 10% agar tidak diserang
Pakan buatan yang dikemas dalam jamur dan serangga.
kemasan yang benar akan 2. Kelembaban relatif ruangan
mempunyai daya simpan yang relatif penyimpanan pakan sebaiknya
lebih panjang daripada pakan yang kurang dari 65%, jika lebih dari
tidak dikemas dengan benar. 65% akan cepat merangsang
Dengan tidak adanya udara bebas pertumbuhan jamur dan
dalam kantong kemasan maka serangga.
mikroorganisme perusak pakan 3. Suhu ruangan penyimpanan
buatan tidak dapat tumbuh sehingga pakan yang tinggi akan merusak
pakan buatan yang dikemas dengan dan mengurangi ketersediaan
prosedur yang benar akan mampu nutrient pakan. Suhu ruangan
disimpan dalam jangka waktu 90-100 yang ideal untuk menyimpan
hari. pakan adalah 20oC.
4. Supply oksigen di dalam ruangan
Jumlah pakan buatan dalam setiap penyimpanan harus mencukupi.
kantong kemasan berbeda mulai dari Hal ini dapat dilakukan dengan
ukuran 5 kg perkemasan sampai 50 membuat ruangan penyimpanan
kg perkemasan. Ukuran kemasan 5 yang banyak terdapat ventilasi.
kg – 10 kg biasanya digunakan untuk Dengan adanya ventilasi yang
mengemas pakan buatan untuk ikan cukup akan terdapat pergantian
dalam kelompok larva/benih, udara yang cukup didalam
sedangkan kemasan 25 kg – 50 kg ruangan penyimpanan yang akan
biasanya digunakan untuk mengakibatkan rendahnya suhu
mengemas pakan buatan untuk ikan didalam ruangan.
kelompok grower/pembesaran dan 5. Kadar lemak dalam pakan, pakan
induk ikan. buatan padaumumnya
mengandung lemak, selama
proses penyimpanan lemak yang
Penyimpanan pakan terdapat didalam pakan jika
ruangan tidak memenuhi syarat
Proses terakhir dari suatu usaha maka lemak yang terkandung
pembuatan pakan adalah didalam pakan akan
penyimpanan. Penyimpanan pakan mengakibatkan proses
buatan yang telah dibuat harus peroksidasi lemak terjadi dan
dilakukan dengan benar agar pakan pakan akan tengik dan bau
yang telah dibuat tidak mengalami busuk.
kemunduran mutu pakan. Dalam
menyimpan pakan buatan ada Berdasarkan beberapa hal tersebut
beberapa faktor yang akan diatas maka dalam melakukan
mempengaruhi stabilitas nutrient proses penyimpanan pakan buatan
pakan yang disimpan antara lain ada beberapa prosedur yang harus
adalah : dilakukan dalam menyimpan pakan
1. Kadar air pakan yang akan buatan dalam bentuk kering yaitu :
disimpan sebaiknya tidak lebih 1. Ruang penyimpanan pakan
harus bersih, kering, aman dan

289
memiliki ventilasi yang baik. 1. Pemilihan bahan baku
Sebaiknya ruang penyimpanan 2. Penepungan bahan baku
pakan berhubungan langsung (grinding)
dengan sinar matahari. 3. Pengayakan bahan baku
2. Kemasan pada pakan harus (screening)
terdapat label pakan dan 4. Penimbangan bahan baku
kandungan nutrisi yang terdapat (weighing)
pada pakan serta masa 5. Pencampuran bahan baku
kadaluarsa pakan tertera pada (mixing)
kemasan (tanggal kadaluarsa 6. Pencampuran adonan kering dan
pakan) basah
3. Tumpukan kemasan pakan 7. Pencetakan (pelleting)
dalam tempat penyimpanan 8. Pengeringan pellet
pakan sebaiknya tidak lebih dari 9. Pengemasan pellet
enam tumpukan, dan jarak palet 10. Penyimpanan pakan buatan.
yaitu kayu tempat meletakkan
pakan dalam ruang penyimpanan Kesepuluh tahapan prosedur
berjarak 12 – 15 cm dari dasar pembuatan pakan ini harus dilakukan
lantai agar tidak terjadi kerusakan untuk memperoleh pakan buatan
pakan yang ada didasar oleh yang sesuai dengan keinginan.
serangga, kutu dan abu serta Langkah pertama dilakukan pada
sirkulasi udara dari bawah cukup saat sebelum menyusun formulasi
baik. pakan dan pemilihan bahan baku
4. Lama penyimpanan pakan pada saat akan dilakukan proses
buatan didalam ruang pembuatan pakan adalah dengan
penyimpanan sebaiknya tidak memilih bahan baku yang bermutu
lebih dari tiga bulan. Gunakan agar pakan yang akan dibuat juga
pakan yang diproduksi terlebih menghasilkan bentuk pakan yang
dahulu baru pakan yang sesuai. Bentuk pakan buatan yang
diproduksi selanjutnya (First in- akan dibuat mempunyai ukuran
first out) sesuai dengan kebutuhan ikan. Para
5. Jangan berjalan diatas tumpukan pembudidaya ikan yang akan
pakan, hal ini dapat membuat pakan ikan biasanya
mengakibatkan rusak dan menggunakan acuan seperti Tabel
hancurnya pakan buatan. 6.2.

Prosedur pembuatan pakan skala


menengah atau rumah tangga

Proses pembuatan pakan skala


rumah tangga dengan skala
menengah tidak jauh berbeda,
dimana tahapannya dimulai dari :

290
Tabel 6.2. Acuan bentuk dan tipe pakan buatan untuk ikan budidaya
(Millamena et al, 2000)

Ukuran ikan Tipe pakan Diameter pakan Panjang pakan


(gram) (mm) (mm)

< 0,35 Starter 1,0 -


2–5 Grower 2,0 -
5 – 12 Grower 3,0 2–3
12 – 20 Finisher 5,0 3–5
20 – 30 Finisher 7,0 5 -7

Setelah penyusunan bahan baku ini dilakukan agar semua bahan baku
selesai dibuat langkah selanjutnya tersebut tercampur secara homogen.
adalah melakukan penepungan Jika menggunakan alat pencampur
setiap jenis bahan baku. Bahan baku mixer maka bahan baku yang
yang akan digunakan untuk dicampur kedalam alat tersebut
membuat pakan ikan semua harus adalah bahan baku kering, minimal
dalam bentuk tepung dan semuanya pencampuran dilakukan selama lima
harus berukuran sama. Pada skala menit. Pada proses skala rumah
rumah tangga biasanya para tangga dapat dilakukan
pembudidaya membeli bahan baku pencampuran bahan baku kering dan
dalam bentuk tepung tetapi ukuran pencampuran bahan baku basah.
tepungnya berbeda. Oleh karena itu Hal ini dilakukan jika bahan baku
harus dilakukan penyaringan semua yang digunakan sebagai perekat
jenis bahan baku tersebut dengan misalnya kanji dan untuk
menggunakan saringan atau ayakan meningkatkan tingkat kecernaan
khusus tepung. Hal ini harus kanji tersebut dalam pakan ikan
dilakukan pada semua bahan baku maka kanji tersebut dibuat adaonan
yang akan digunakan sampai ukuran basah yang terpisah dari bahan baku
partikel bahan baku tersebut lainnya. Dengan cara melakukan
semuanya sama. Saringan yang pemanasan kanji dengan air seperti
digunakan adalah saringan yang membuat lem (sebagai acuan dapat
mempunyai ukuran khusus tepung. digunakan 50 gram kanji dimasak
dalam 200 ml air untuk membuat
Bahan baku yang telah menjadi adonan pakan sebanyak 1000 gram)
tepung selanjutnya dilakukan sampai kanji tersebut lengket seperti
penimbangan sesuai dengan jelli.Jika menggunakan adonan
formulasi pakan yang telah dibuat basah dalam membuat pakan ikan
sebelumnya dan diletakkan dalam maka harus dilakukan pencampuran
wadah yang terpisah. Kemudian antara bahan kering dan bahan
dilakukan pencampuran bahan baku basah tersebut sampai benar-benar
dari mulai bahan baku yang paling diperoleh campuran yang homogen.
sedikit sampai yang terbanyak. Hal Untuk melihat apakah campuran

291
tersebut benar-benar tercampur masyarakat dan dilakukan sebagai
buatlah bentuk adonan tersebut bola- suatu usaha produksi pakan ikan
bola dan adonana tersebut sudah maka pakan ikan yang telah dibuat
tidak lengket ditangan. Setelah harus dilakukan uji coba terhadap
dilakukan pencampuran bahan baku pakan yang telah dibuat tersebut. Uji
secara homogen langkah selanjutnya coba pakan yang telah dibuat
adalah membuat pakan buatan sebelum digunakan oleh ikan yang
sesuai dengan bentuk pakan buatan akan mengkonsumsi pakan tersebut
yang ditentukan. Pakan buatan yang adalah uji secara kimia, uji secara
akan diberikan kepada ikan air ada fisik dan uji secara biologis.
berbagai macam bentuk antara lain Pengujian tersebut sebaiknya
adalah tepung, remahan dan pellet. dilakukan untuk mendapatkan
Bentuk pellet ada berbagai macam validitas data uji coba terhadap
ukuran mulai dari 1 mm sampai 5 pakan buatan yang akan digunakan.
mm sesuai dengan peruntukkannya. Oleh karena itu kita akan membahas
dalam subbab selanjutnya tentang uji
Proses selanjutnya setelah pakan coba pakan ikan.
buatan dicetak adalah melakukan
pengeringan terhadap pakan yang
telah dicetak. Pakan tersebut
kemudian dikeringkan dengan 6.4. UJI COBA PAKAN
menggunakan alat pengering atau
dengan menggunakan sumber panas
IKAN
alami yaitu sinar matahari. Proses
Pakan ikan yang akan digunakan
pengeringan dengan menggunakan
oleh ikan budidaya harus dilakukan
sinar matahari bisa memakan waktu
ujicoba terhadap pakan tersebut. Hal
2-3 hari jika sinar matahari bersinar
ini dilakukan agar pakan yang akan
sepanjang hari. Jika menggunakan
digunakan tersebut memberikan
alat pengering hanya beberapa jam
hasil yang optimal sesuai dengan
saja tergantung suhu pemanasan
standar produk pakan ikan. Uji coba
didalam oven sampai kadar air
terhadap pakan ikan dapat
dalam pakan tersebut adalah kurang
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
dari 10%. Hal ini bertujuan agar
1. Uji pakan secara kimia
pakan yang dibuat mempunyai daya
2. Uji pakan secara fisik
simpan lama dan proses
3. Uji pakan secara biologi
pembusukan dihambat karena kadar
air dalam bahan pakan sangat
rendah.
6.4.1 Uji Pakan secara Kimia
Setelah pakan buatan dicetak dan
Uji pakan ikan secara kimia dapat
dikeringkan langkah selanjutnya
dilakukan jika memiliki peralatan
adalah melakukan pengemasan dan
analisa proximat yang lengkap. Pada
penyimpanan pakan ikan seperti
uji secara kimia bertujuan untuk
yang dilakukan pada skala pabrikasi.
mengetahui kandungan gizi pada
Jika anda bertujuan untuk menjual
pakan buatan yang telah dibuat
produk pakan ikan kepada

292
pakan sesuai dengan formulasi pengujian kadar air
pakan yang disusun. Uji coba ini dilaboratorium adalah bahan
sangat berguna bagi konsumen dan makanan (pellet) dipanaskan
juga sebagai pengawasan mutu pada suhu 105 – 110oC, dengan
pakan yang diproduksi. Uji pakan pemanasan tersebut maka air
secara kimia meliputi : akan menguap. Peralatan yang
1. Uji kadar air, kadar air yang baik digunakan untuk melakukan uji
untuk pellet/pakan buatan adalah kadar air adalah oven dan
kurang dari 12%. Hal ini sangat peralatan gelas. Untuk lebih
penting karena pakan buatan jelasnya dapat dilihat pada
tidak langsung dikonsumsi oleh Gambar 6.8.
ikan setelah diproduksi tetapi
disimpan beberapa saat. Prinsip

Gambar 6.8. Alat pengukur kadar air

2. Uji kadar protein, kadar protein Cara ini adalah dengan


pellet yang dibuat harus benar- menentukan kadarN-nya
benar disesuaikan dengan kemudian mengalikan dengan
ukuran ikan dan jenis ikan yang protein 6,25. Peralatan yang
akan mengkonsumsi pakan digunakan untuk mengukur kadar
tersebut. Prinsip pengujian kadar protein pakan ikan dengan
protein di laboratorium adalah peralatan semi mikrokjeldahl .
dengan menggunakan cara Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Kyeldahl yaitu menentukan kadar pada Gambar 6.9.
protein secara tidak langsung.

293
Gambar 6.9. Peralatan pengukuran kadar protein

3. Uji kadar lemak, kadar lemk pengujian kadar lemak adalah


dalam pakan buatan menurut bahan makanan akan larut di
hasil penelitian sebaiknya kurang dalam petrelium eter disebut
dari 8%. Hal ini dikarenakan jika lemak kasar. Uji inimenggunakan
kadar lemak dalam pakan tinggi alat yang disebut Soxhlet. Untuk
akan mempercepat proses lebih jelasnya dapat dilihat pada
ketengikan pakan buatan. Prinsip Gambar 6.10.

Gambar 6.10. Peralatan pengukuran kadar lemak

294
4. Kadar Serat kasar, kadar serat pengujian kadar serat kasar
kasardalam pakan buatan adalah menentukan zat organik
menurut hasil penelitian yang tidak larut dalam asam kuat
sebaiknya adalah kurang dari 7%. dan basa kuat dan disertai
Serat kasar ini diperlukan untuk pemanasan. Peralatan yang
menambah baik srtuktur pellet. digunakan untuk melakukan
Kandungan serat kasar yang pengukuran kadar serat kasar
terlalu tinggi pada pakan buatan adalah peralatan soxlet ditambah
akan mempengaruhi data cerna dengan peralatan lainnya. Untuk
dan penyerapan didalam alat lebih jelasnya dapat dilihat pada
pencernaan ikan. Prinsip Gambar 6.11.

Gambar 6.11. Peralatan pengukuran kadar serat kasar

5. Kadar abu, kadar abu dalam dilakukan pemanasan didalam


pakan buatan sebaiknya kurang tanur listrik yang bersuhu 600oC.
dari 12%. Kadar abu ini Pada suhu tersebut semua
merupakan bahan anorganik, jika bahan organik akan menguap
kadar abu tinggi dalam pakan dan yang tertinggal hanya bahan
buatan berarti pakan buatan anorganik yaitu abu. Peralatan
tersebut tidak akan memberikan untuk melakuakn pengukuaran
pertumbuhan yang baik untuk kadar abu dilakukan dengan
ikan. Prinsip pengujian kadar abu menggunakan tanur listrik. Untuk
ini adalah bahan makanan

295
lebih jelasnya dapat dilihat pada Prinsip : Air akan menguap
Gambar 6.12. seluruhnya jika bahan
makanan dipanaskan
pada suhu 105–110 oC.
Peralatan :
y Botol timbang bertutup/cawan
y Dessiccator/Eksikator
y Oven
y Neraca analitik

Langkah Kerja 1 :
1. Cawan dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 – 110o C selama
1jam, dinginkan dalam eksikator
selama 10 menit dan ditimbang
(x1).
2. Timbang bahan/contoh yang
telah dihaluskan sebanyak 2 – 3
Gambar 6.12. gram (a) lalu dimasukkan
Peralatan pengukuran kedalam cawan X1 .
kadar abu. 3. Cawan dan bahan dipanaskan
dalam oven selama 4 – 6 jam
Adapun prosedur yang dapat pada suhu 105 – 110o C,
dilakukan dalam melakukan uji coba dinginkan dalam eksikator
secara kimia yang disebut dengan kemudian timbang, lakukan
melakukan uji analisa proksimat pemanasan kembali dalam oven
dapat menggunakan beberapa selama 30 menit, dinginkan
metode. Dibawah ini akan diuraikan dalam eksikator dan timbang,
beberapa metode yang dapat lakukan hal tersebut sampai
dilakukan dalam melakukan tercapai berat yang konstan
pengukuran beberapa parameter uji (selisih penimbangan berturut-
kimia pakan ikan. Adapun prosedur turut kurang dari 0,02 gram).
yang harus dilakukan adalah sebagai 4. Hitunglah persentase kadar air
berikut : bahan yang dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :

Pengukuran Kadar Air (X1 + a) - X2


Kadar air (%) = X100%
Pengukuran kadar air pakan ikan a
atau bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan Prosedur pengukuran kadar air dapat
ikan dapat dilakukan dengan cara dilakukan berdasarkan prrosedur
pemanasan yang biasa disebut Standar Nasional Indonesia (SNI),
dengan Metode Gravimetri. dengan menggunakan pengukuran
dengan SNI yang merupakan suatu
standar dalam melakukan

296
pengukuran yang telah diakreditasi Peralatan :
secara internasional yang disebut
y Cawan porselen
dengan ISO 17025 mengenai
y Tanur listrik
Internasional Standar Operational
y Neraca analitik
untuk kegiatan laboratorium. Oleh
y Dessicator/eksikator
karena itu bagi para penguji yang
laboratoriumnya telah mendapatkan
sertifikat ini akan menggunakan Langkah Kerja 1 :
prosedur pengujian dengan prosedur 1. Cawan dipanaskan dalam oven
SNI. pada suhu 105 – 110 o C selama
1jam, dinginkan dalam eksikator
Langkah Kerja SNI : selama 10 menit dan ditimbang
1. Timbang dengan seksama 1-2 g (X1).
cuplikan pada sebuah botol 2. Timbang bahan/contoh yang
timbang bertutup yang sudah kering sebanyak 2 – 3 gram (a)
diketahui bobotnya (W1). lalu masukkan ke dalam cawan
2. Keringkan pada oven suhu 105oC X1.
selama 3 jam 3. Masukkan cawan dan bahan
3. Dinginkan dalam eksikator kedalam oven pengabuan/tanur
4. Timbang (W), ulangi pekerjaan ini dengan cara dipanaskan dengan
hingga diperoleh bobot tetap suhu 550 – 600 o C sampai
menjadi abu dan berwarna putih
Perhitungan : (selama 3 – 6 jam).
W 4. Dinginkan dalam eksikator
Kadar air = X 100% selama 15 menit dan timbang
W1 cawan dan abu tersebut (X2).
5. Hitunglah persentase kadar abu
bahan yang dapat diperoleh
Pengukuran Kadar Abu dengan rumus sebagai berikut :
Pengukuran kadar abu pakan ikan X2 – X1
atau bahan baku yang akan Kadar Abu (%) = X 100%
digunakan untuk membuat pakan a
ikan dapat dilakukan dengan cara
pemanasan yang biasa disebut Langkah kerja SNI :
dengan Metode Gravimetri. 1. Timbang dengan seksama 2-3 g
contoh kedalam cawan porselen
Prinsip : Bahan makanan jika yang telah diketahui bobotnya
dilakukan pemanasan 2. Arangkan di atas nyala pembakar,
didalam tanur listrik yang lalu abukan dalam tanur listrik
bersuhu 600o C, maka zat- pada suhu maksimum 550o C
zat organik akan diuraikan sampai pengabuan sempurna
menjadi air dan CO2 yang (sekali-kali pintu tanur dibuka
tertinggal hanya bahan sedikit, agar oksigen bisa masuk)
anorganik yaitu abu.

297
3. Dinginkan dalam eksikator, lalu y Neraca analitik
timbang sampai bobot tetap y Kapas bebas lemak
Perhitungan : y Pereaksi : hexane atau pelarut
lemak lainnya
W1 – W2
Kadar abu = X 100%
Langkah kerja 1 :
W
1. Panaskan cawan labu dalam
W : Bobot contoh sebelum oven pada suhu 105–110o C
diabukan dalam gram selama satu jam, dinginkan
W1 : Bobot contoh + cawan dalam eksikator selama 10 menit
sesudah diabukan dalam dan timbang (X1).
gram 2. Timbang bahan/contoh sebanyak
W2 : Bobot cawan kosong dalam 2 – 5 gram (bahan sebaiknya
gram dalam bentuk halus dan kering),
dan dibungkus dengan kertas
saring/kertas filter dalam bentuk
Pengukuran Kadar Lemak silinder (a).
3. Masukkan selongsong kertas
Pengukuran kadar lemak pakan ikan filter kedalam tabung ekstraksi
atau bahan baku yang akan dan diberi pemberat serta
digunakan untuk membuat pakan dihubungkan dengan
ikan dapat dilakukan dengan kondensor/pendingin .
menggunakan metode Soxhlet dan 4. Pasanglah tabung ekstraksi pada
metode Weibull. Metode soxlet alat destilasi Soxhlet dengan
digunakan jika bahan baku pakan pelarut petroleum ether/
atau pakan ikan mengandung kadar petroleum benzena/hexana
lemak yang relatif tidak terlalu sebanyak 150 ml yang
banyak, dan jika kadar lemak dalam dimasukkan kedalam soxhlet
bahan pakan atau pakan ikan cukup sampai kertas saring tersebut
banyak maka bahan pakan dan terendam dan sisa larutan
pakan itu harus dilakukan hidrolisis dimasukkan kedalam labu.
terlebih dahulu dan metode yang 5. Panaskan cawan labu yang
digunakan adalah metode weibull. dihubungkan dengan soxhlet di
atas water bath sampai cairan
Prinsip : Bahan makanan yang larut dalam soxhlet terlihat bening.
di dalam petrelium eter, Pemanasan ini berlangsung
atau ekstraksi lemak bebas selama 2 – 4 jam, apabila
dengan pelarut non polar setelah 4 jam ekstraksi belum
sempurna pemanasan dapat
Peralatan : dilanjutkan selama 2 jam lagi.
y Kertas saring 6. Lepaskan labu dari soxhlet dan
y Labu lemak tetap dipanaskan di atas water
y Alat soxhlet bath untuk menguapkan semua
y Pemanas listrik petroleum ether dari cawan labu.
y Oven

298
7. Cawan labu dipanaskan dalam
oven pada suhu 105 – 110 oC W : bobot contoh dalam gram
selama 15 –60 menit, kemudian W1 : bobot lemak sebelum
didinginkan dalam eksikator ekstraksi dalam gram
selama 10 menit dan ditimbang. W2 : bobot labu lemak sesudah
Ulangi prosedur ini sampai ekstraksi
diperoleh berat yang stabil (X2).
8. Hitunglah persentase kadar
lemak bahan/contoh dengan Pengukuran Kadar Lemak dengan
persamaan sebagai berikut ; Metode Weibull

Prinsip : ekstraksi lemak dengan


X2 – X1 pelarut non polar setelah
Kadar Lemak (%)= X 100% contoh dihidrolisis dalam
a suasana asam untuk
membebaskan lemak
yang terikat.
Langkah kerja SNI :
1. Timbang seksama 1-2 g contoh, Peralatan :
masukkan kedalam selongsong y Kertas saring
kertas yang dialasi dengan kapas y Kertas saring pembungkus
2. Sumbat selongsong kertas berisi (Thimle)
contoh tersebut dengan kapas, y Labu lemak
keringkan dalam oven pada suhu y Alat Soxhlet
tidak lebih dari 80 oC selama y Neraca Analitik
lebih kurang satu jam, kemudian y Pereaksi : larutan HCl 25%,
masukkan ke dalam alat soxhlet kertas lakmus, n-Heksana atau
yang telah dihubungkan dengan pelarut lemak lainnya
labu lemak berisi batu didih yang
telah dikeringkan dan telah Langkah kerja SNI ;
diketahui bobotnya 1. Timbang seksama 1-2 g cuplikan
3. ekstrak dengan heksana atau ke dalam gelas piala
pelarut lemak lainnya selama 2. Tambah 30 ml HCl 25% dan 20
lebih kurang 6 jam ml air serta beberapa butir batu
4. Sulingkan heksana dan didih
keringkan ekstrak lemak dalam 3. Tutup gelas dengan kaca arloji
oven pengering pada suhu 105oC dan didihkan selama 15 menit
5. Dinginkan dan timbang 4. Saring dengan keadaan panas
6. Ulangi pengeringan ini hingga dan cuci dengan air panas
tercapai bobot tetap hingga tidak bereaksi asam lagi
5. Keringkan kertas saring berikut
Perhitungan : isinya pada suhu 100 – 105 oC.
6. Masukkan ke dalam kertas saring
W – W1 pembungkus (paper thimble) dan
% Lemak = X 100% ekstrak dengan heksana atau
W2

299
pelarut lemak lainnya 2 – 3 jam y Alat penyulingan dan
pada suhu lebih kurang 80 oC. kelengkapannya
7. Sulingkan larutan heksana atau y Pemanas listrik/pembakar
pelarut lemak lainnya dan y Neraca analitik
keringkan ekstrak lemak pada
suhu 100 – 105 oC. Tahap Oksidasi, langkah kerjanya ;
8. Dinginkan dan timbang 1. Masukkan 0,5 – 1 gram
9. Ulangi proses pengeringan ini bahan/contoh (a), 3 gram katalis
hingga tercapai bobot tetap ( K2SO4 + CuSO4) dan 10 ml
H2SO4 kedalam tabung Kjeldahl.
Perhitungan : 2. Tabung dipanaskan hingga
W1 – W2 larutan di dalam tabung berubah
Kadar lemak = X 100% warna menjadi hijau bening,
W kemudian di dinginkan.
3. Encerkan dengan akuades
W : bobot cuplikan dalam gram sampai larutan menjadi 100 ml.
W1 : bobot labu lemak sesudah
ekstraksi dalam gram Tahap Destruksi, langkah kerjanya:
W2 : bobot labu lemak sebelum 1. Masukkan 5 ml larutan hasil
ekstraksi dalam gram oksidasike dalam cawan labu
kjeldahl.
2. Tambahkan NaOH 0,05 N
Pengukuran Kadar Protein dengan sebanyak 10 ml.
Metode Kjeldahl 3. Siapkan Erlenmeyer, masukkan
H2SO4 0,05 N sebanyak 10 ml
Prinsip : dan tambahkan 2 – 3 tetes
larutan indikator (metyl
Menentukan kadar protein secara red/methylen blue), kemudian
tidak langsung, dengan cara didestruksi selam 10 menit.
menentukan kadar N nya kemudian
dikalikan dengan faktor protein 6,25. Tahap Titrasi
Senyawa nitrogen diubah menjadi 1. Hasil destruksi dititrasi dengan
amonium sulfat oleh H2SO4 pekat. NaOH 0,05 N
Amonium Sulfat yang terbentuk 2. Volume titran yang digunakan
diuraikan dengan NaOH, amoniak dicatat.
yang dibebaskan diikat dengan asam 3. Lakukan prosedur yang sama
borat dan kemudian dititar dengan pada blanko.
larutan baku asam.
Perhitungan kadar protein diperoleh
Peralatan : dari persamaan sebagai berikut :
y Labu kjeldhal

0,0007 X 6,25 X 20 X (titran blanko-titran sampel)


Kadar Protein (%) = X 100%
a

300
Pengukuran Kadar Protein 4. Setelah labu kjeldahl beserta
Metode Gunning cairannya menjadi dingin,
tambahkan 200 ml aquades dan
Langkah kerja : 75 ml larutan NaOH 40-45%
sampai larutan menjadi basa,
1. Timbang bahan sebanyak 2 – 5 pasanglah labu kjeldahl dengan
gram yang telah ditumbuk halus segera pada alat destilasi.
dan masukkan kedalam labu 5. Panaskan labu kjeldahl sampai
kjeldahl, tambahkan 10 gram amonia menguap semua,
K2S atau Na2SO4 anhidrat dan destilat ditampung dalam
15 – 25 ml H2SO4 pekat, kalau erlenmeyer yang berisi 100 ml
destruksi sukar dilakukan perlu HCl 0,1 N yang sudah diberi
ditambah katalis CuSO4 indikator phenolphtalein 1% 2 –
sebanyak 6 gram dan digoyang. 5 tetes. Destilasi diakhiri setelah
2. Kemudian dipanaskan pada volume destilat 150 ml atau
pemanas listrik atau api bunsen setelah destilat yang keluar
dalam almari asanm, mula-mula tidak bersifat basa.
dengan api kecil dan setelah 6. Kelebihan HCl 0,1 N dalam
asap hilang api dibesarkan, destilat dititrasi dengan larutan
pemanasan diakhiri setelah basa standar (larutan NaOH 0,1
cairan menjadi jernih tidak N) samapi larutan berwarna
berwarna. pink, catat volume titran.
3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk 7. Hitunglah kadar protein bahan
perlakuan blanko. dengan persamaan sebagai
berikut :

(ml NaOH blanko – ml NaOH contoh)


Kadar Nitrogen (%)= X N NaOH X 14,008
Gram contoh X 10

Kadar Protein (%) = Kadar Nitrogen X faktor konversi

Pengukuran Kadar Protein Metode terpisah. Campur 10 ml


SNI bromcresol green dengan 2 ml
merah metil.
Pereaksi : 3. Larutan asam borat H3BO3 2 %,
1. Campuran selen, campuran 2,5 larutkan 10 gr H3BO3 dalam 500
gr serbuk SeO2, 100 gr K2SO4 ml air suling. Setelah dingin
dan 20 gr CuSO4 5 H2O. pindahkan kedalam botol
2. Indikator campuran, siapkan bertutup gelas. Campur 500 ml
latutan bromcresol green 0,1 % asam borat dengan 5 ml indikator.
dan larutan merah metil 0,1 % 4. Larutan asam klorida, HCL 0,01
dalam alkohol 95 % secara N

301
5. Larutan Natrium Hidroksida 4. Biarkan dingin, kemudian
NaOH 30%, larutkan 150 gram encerkan dan masukkan kedalam
Natrium Hidroksida kedalam 350 labu ukur 100 ml, tepatkan
ml air, simpan dalam botol sampai tanda garis
bertutup karet. 5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan
kedalam alat penyuling,
Langkah kerja : tambahkan 5 ml NaOH 30% dan
1. Timbang seksama 0,51 g beberapa tetes indikator PP,
cuplikan, masukkan ke dalam 6. Sulingkan selama lebih kurang
labu Kjeldahl 100 ml 10 menit, sebagai penampung
2. tambahkan 2 g campuran selen gunakan 10 ml larutan asam
dan 25 ml H2SO4 pekat. borat 2% yang telah dicampur
3. Panaskan diatas pemanas listrik indikator
atau api pembakar sampai 7. Titar dengan larutan HCL 0,01
mendidih dan larutan menjadi N
jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 8. Kerjakan penetapan blanko
jam)

Perhitungan :
(V1-V2) X N X 0,014 X f.k X fp
Kadar Protein =
W

W : bobot cuplikan
V1 : volume HCL 0,01 N yang
Peralatan :
dipergunakan penitaran
contoh y Neraca analitik
V2 : volume HCl yang y Pendingin
dipergunkan penitaran blanko y Corong Buchner
N : normalitas HCl y Pompa vakum
Fk : faktor konversi untuk protein
6,25 Pereaksi :
fp : faktor pengenceran
y Asam sulfat H2SO4 1,25%
y Natrium Hidroksida, NaOH 3,25%
Pengukuran Kadar Serat Kasar y Etanol 96%
dengan Metode Pencucian asam y Kertas saring Whatman 54, 541
dan basa kuat atau 41

Prinsip : Menentukan zat organik Langkah kerja SNI :


yang tidak larut dalam
asam kuat dan basa kuat 1. Timbang seksama 2 – 4 g
dan disertai dengan cuplikan
pemanasan. Bebaskan lemaknya dengan
cara ekstraksi dengan cara

302
SOXlet atau dengan cara w2
mengaduk, mengenap tuangkan
contoh dalam pelarut organik
sebanyak 3 kali. Keringkan w : bobot cuplikan dalam gram
contoh dan masuk-kan ke dalam w1 : bobot abu dalam gram
erlemeyer 500 ml.
w2 : bobot endapan pada kertas
2. Tambahkan 50 ml larutan H2SO4 saring dalam gram
1,25%, kemudian didihkan
selama 30 menit dengan
menggunakan pendingin tegak
3. Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% Langkah kerja 2 :
dan didihkan lagi selama 30 1. Timbang bahan sebanyak 0,5–2
menit gram (a) lalu masukkan kedalam
4. Dalam keadaan panas, saring erlenmeyer, kemudian tambah-
dengan corong Buchner yang kan 50 ml H2SO4 0,3 N dan di
berisi kertas saring tak berabu panaskan diatas hot plate selama
Whatman 54, 41 atau 541 yang 30 menit.
telah dikeringkan dan diketahui 2. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N
bobotnya. kemudian panaskan kembali
5. Cuci endapan yang terdapat selama 30 menit.
pada kertas saring berturut-turut 3. Panaskan kertas saring di dalam
dengan H2SO4 1,25% panas, air oven selama 1 jam pada suhu
panas dan etanol 96%. 110 oC
6. Angkat kertas saring beserta Dan dinginkan dalam eksikator
isinya, masukkan kedalam kotak lalu ditimbang (X1). Pasang
timbang yang telah diketahui kertas saring pada corong
bobotnya, keringkan pada suhu buchner yang dihubungkan
105o C dinginkan dan timbang dengan vacuum pump.
sampai bobot tetap. Panaskan juga cawan porselen
7. bila ternyata kadar serat kasar pada suhu 110 oC selama satu
lebih besar 1% abukan kertas jam dan dinginkan didalam
saring beserta isinya, timbang eksikator.
sampai bobot tetap 4. Larutan yang telah dipanaskan
dituang ke dalam corong buchner.
Perhitungan : Lakukan pembilasan berturut-
turut menggunakan 50 ml air
a. Serat kasar < 1%, panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50
w ml air panas dan 25 ml aceton.
% Serat kasar = X 100% 5. Masukkan kertas saring dari
corong buchner kedalam cawan,
w1
panaskan pada suhu 105–110 oC
b. serat kasar > 1% selama 0,5–1 jam, dinginkan
w – w1 dalam eksikator dan timbang (X2).
6. Panaskan cawan dalam tanur
% Serat kasar = X 100%
listrik bersuhu 600 oC selama 2

303
jam hingga bahan di dalam sampai berwarna biru tidak
cawan berwarna putih, berubah).
didinginkan dan timbang (X3). 4. Pindahkan secara kuantitatif
7. Hitunglah kadar serat kasar residu dari kertas saring kedalam
bahan dengan menggunakan erlemeyer kembali dengan
persamaan sebagai berikut : spatula, dan sisanya dicuci
X2 – X3 – X1 dengan larutan NaOH 0,313 N
Serat Kasar (%)= X100% sebanyak 200 ml sampai semua
a residu masuk kedalam erlemeyer.
Langkah Kerja 3 : Didihkan dengan pendingin balik
sambil kadang kala digoyang-
goyangkan selama 30 menit.
1. Timbang bahan sebanyak 2 – 5
5. Saring menggunakan kertas
gram
saring yang telah diketahui
2. Masukkan kedalam erlemeyer
beratnya, sambil dicuci dengan
600 ml, tambahkan larutan
larutan K2SO4 10%, cuci lagi
H2SO4 0,255 N sebanyak 200 ml
residu dengan aquades mendidih
dan batu didih, panaskan selama
dan kemudian dengan lebih
30 menit dengan dilakukan
kurang 15 ml alkohol 95%.
penggoyangan sesekali.
6. Keringkan kertas saring dan
3. Saring suspensi dengan kertas
isinya pada oven dengan suhu
saring dan residu yang tertinggal
110OC sampai berat konstan
dalam erlemeyer dicuci dengan
selama 1 – 2 jam, dinginkan
aquades mendidih, cucilah residu
dalam eksikator dan timbang
dalam kertas saring sampai air
7. Hitunglah kadar serat kasar
cucian tidak bersifat asam lagi
dengan persamaan sebagai
(uji dengan kertas lakmus,
berikut :

(Berat kertas saring +serat) – Berat kertas saring)


Kadar Serat Kasar(%)= X100%
Berat Sampel

6.4.2. Uji Pakan secara Fisik kekompakan pakan didalam air. Hal
ini dapat dideteksi dengan daya
Uji coba yang kedua adalah uji coba
tahan pakan buatan didalam air.
pakan secara fisik. Uji coba pakan
Dengan mengetahui daya tahan
secara fisik bertujuan untuk
pakan buatan didalam air akan
mengetahui stabilitas pellet didalam
sangat membantu para praktisi
air (Water Stability Feed) yaitu daya
perikanan dalam memberikan pakan,
tahan pakan buatan didalam air.
berapa lama waktu yang dibutuhkan
Selain itu uji fisik dapat dilakukan
oleh ikan untuk mengejar pakan
dengan melihat kehalusan dan
dikaitkan dengan lama waktu pakan
kekerasan bahan baku pakan yang
itu bertahan didalam air sebelum
akan sangat berpengaruh terhadap
dimakan oleh ikan.

304
pengukuran dengan prosedur
Oleh karena itu dalam membuat sebagai berikut :
pakan buatan, bahan baku yang 1. Masukkan keranjang kawat ke
digunakan harus dalam bentuk dalam oven untuk dikeringkan
tepung, dengan semakin halusnya pada suhu 100 oC selama 1 – 3
bahan baku yang digunakan maka jam. Kemudian simpan di dalam
bentuk fisik akan semakin baik, dan desikator dan timbanglah
seluruh bahan baku akan tercampur keranjang tersebut sampai
secara sempurna. Hal ini akan diperoleh berat yang konstant.
menghasilkan dampak terhadap 2. Masukkan sebanyak 5 gram
pakan buatan yang dibentuk menjadi pakan yang telah diketahui kadar
lebih kompak dan stabil. Dengan airnya kedalam keranjang kawat
pakan buatan yang kompak dan tersebut.
stabil maka pakan buatan akan 3. Masukkan keranjang kawat yang
mudah dicerna oleh ikan. Pakan telah berisi pakan kedalam air
buatan yang mudah dicerna oleh pada kondisi perairan yang
ikan akan mengakibatkan efisiensi dibuat sama dengan kondisi
pakan yang sangat baik dan sangat pakan ikan tersebut akan
menguntungkan pemakai/petani ikan. diberikan dan dibuat eksperiment
Adapun pengukuran pakan secara penelitian dengan desain waktu
fisik dapat dilakukan sebagai selama 2, 4, 6 dan 8 jam.
berikut : 4. Lakukan pengeringan keranjang
basket yang telah direndam
dalam air kedalam oven,
Pengukuran Water Stability kemudian simpan dalam
desikator dan timbang beratnya
Daya tahan pakan ikan didalam air sampai diperoleh berat yang
harus diperhatikan karena hal ini konstan.
sangat diperlukan bagi pakan yang 5. Persentase berat kering yang
akan dikonsumsi oleh ikan. Ikan hilang dihitung setelah dikurangi
yang hidup didasar perairan dengan berat keranjang.
membutuhkan pakan yang lebih 6. Nilai water stability dalam persen
tahan lama didalam air dibandingkan dapat dihitung menggunakan
pakan ikan yang akan dibuat untuk rumus sebagai berikut :
ikan yang hidup dipermukaan atau
ditengah perairan. Semakin lama Fo
pakan terendam dalam air dan tidak % Water stability = X 100
cepat hancur maka ikan dapat Io
dengan mudah memakan pakan
buatan tersebut. Oleh karena itu Dimana :
water stability dari pakan ikan ini Io : adalah berat awal pakan
sangat bergantung pada kering
peruntukkan pakan tersebut. Water Fo: adalah berat akhir pakan
stability pakan menurut Millamenena kering
et al (2000) dapat dilakukan

305
Sebagai contoh dalam pengukuran Misalnya, berat pakan adalah 5,26
water stability adalah sebagai gram, berat kering pakan adalah
berikut: 95% maka berat kering pakan adalah
berat pakan X % berat kering dibagi
100.

% berat kering
Berat kering pakan = berat pakan X
100

95
Maka Io = 5,26 gram X
100
Io = 5,0 gram

Dari hasil perlakuan pencelupan tadi budidaya. Biasanya pakan untuk


diperoleh data sebagai berikut : udang sebagai organisme air yang
hidup di dasar perairan maka pakan
Berat pakan dan keranjang = 12,5 yang direndam di dalam air minimal
gram membutuhkan waktu selama 30
menit, sedangkan untuk ikan yang
Berat keranjang kosong= 8,0 gram hidup dipermukaan air lebih cepat
menangkap pakan sehingga waktu
Maka berat akhir pakan kering yang dibutuhkan sampai pakan
adalah berat keranjang dan pakan hancur lebih cepat. Daya tahan
dikurangi dengan berat keranjang pakan di dalam air ini sangat
yaitu : bergantung pada jumlah bahan baku
yang digunakan sebagi perekat
Fo = 12,5 gram – 8,0 gram (binder) dan prosesing pembuatan
Fo = 4,5 gram pakan.
Fo
% Water Stability = X 100 Langkah kerja dalam uji water
Io stability yang praktis adalah sebagai
berikut :
4,5 1. Menyiapkan alat dan bahan yang
= X 100 akan digunakan sebelum
5,0 melakukan uji fisik pakan (wadah
budidaya, pakan ikan yang dibuat,
= 90% aerator, stop watch, air).
2. Mengisi wadah uji dengan air
Pengukuran water stability yang dengan ketinggian minimal 50 cm.
paling mudah dilakukan dengan 3. Memasukkan selang aerasi
menghitung lama waktu yang kedalam wadah uji.
dibutuhkan oleh pakan tersebut 4. Memasang aerator dengan kuat
sampai hancur di dalam wadah sehingga air didalam wadah uji

306
bergerak dan menimbulkan 1. Menyiapkan alat dan bahan yang
gelombang. akan digunakan sebelum
5. Memasukkan pakan buatan melakukan uji fisik pakan.
kedalam wadah uji dan catat 2. Mengisi wadah uji dengan air
waktu pertama pakan buatan dengan ketinggian minimal 50 cm.
dimasukkan kedalam wadah uji. 3. Memasukkan selang aerasi
6. Memperhatikan kekompakan kedalam wadah uji.
pakan buatan didalam wadah uji 4. Memasang aerator dengan kuat
dan catat waktu pakan tersebut sehingga air didalam wadah uji
mulai mengembang serta catat bergerak dan menimbulkan
pula waktu pakan tersebut mulai gelombang dan masukkan ikan
hancur. kedalam wadah tersebut.
7. Pakan yang baik akan stabil 5. Memasukkan pakan buatan
didalam air selama 30 menit kedalam wadah uji dan
untuk pakan udang sedangkan perhatikan tingkah laku ikan
untuk pakan ikan biasanya dalam menangkap pakan dan
kurang dari tiga puluh menit. perhatikan juga berapa lama
waktu yang dibutuhkan oleh ikan
untuk mengkonsumsi pakan
Pengujian bau pakan (attractant) tersebut.
6. Melakukan uji fisik yang kedua
Pakan ikan yang sudah dibuat harus yaitu bau pakan buatan dengan
mempunyai bau yng khas sesuai cara mencium pakan buatan
dengan keinginan ikan sehingga ikan yang telah dibuat dibandingkan
yang mencium bau pakan ikan dengan pakan buatan pabrik
tersebut tertarik untuk yang sudah biasa digunakan
mengkonsumsi pakan atau biasa untuk pakan ikan.
disebut dengan daya terima ikan 7. Membandingkan hasilnya secara
terhadap pakan ikan yang dibuat organoleptik dan juga amati daya
(pallatabilitas). Pakan ikan yang terima ikan terhadap pakan
mempunyai bau yang enak akan buatan yang dibuat dengan cara
menarik minat ikan untuk segera mengamati respon ikan terhadap
memakan pakan ikan tersebut. Oleh pakan buatan dan bandingkan
karena itu jika anda membuat pakan pula respon ikan terhadap pakan
ikan ini harus dilakukan uji fisik pabrik.
tentang bau pakan tersebut apakah 8. Mencatat hasil perbandingan
sudah dapat diterima oleh ikan. tersebut .
Adapun langkah kerja yang dapat
dilakukan untuk mengetahui bau
pakan dan daya terima ikan terhadap Pengujian tingkat kehalusan
pakan dapat dilakukan dengan pakan
prosedur sebagai berikut :
Pakan ikan yang dibuat biasanya
Langkah kerja : tidak akan langsung dijual kepada
konsumen, tetapi akan disimpan
terlebih dahulu dalam ruang

307
penyimpanan pakan. Dalam ruang pada bagian bawah terjadi
penyimpanan pakan, pakan ikan ini kehancuran atau tidak.
biasanya disimpan dalam tumpukan 5. Pakan yang baik tidak akan
pakan yang berjumlah 6 karung hancur jika dilakukan
dengan berat setiap karung adalah penumpukan pakan dalam ruang
50 kilogram maka jumlah beban penyimpanan. Hal ini harus
pakan selama penyimpanan adalah dilakukan karena pakan ikan
300 kilogram. Bagaimana anda yang dibuat akan disimpan
membuat pakan yang tidak mudah maksimal tiga bulan setelah
hancur dengan beban berat selama proses pembuatan pakan.
penyimpanan. Hal ini sangat
ditentukan pada saat pemilihan 6.4.3. Uji Pakan secara Biologis
bahan baku dimana bahan baku
yang digunakan untuk membuat Uji coba pakan yang ketiga adalah uji
pakan ikan harus dari bahan yang pakan secara biologis. Dalam uji
benar halus dalam bentuk tepung. coba pakan secara biologis
Semakin halus ukuran tepung maka dilakukan untuk mengetahui bebrapa
kekompokan pakan dalam komposisi parameter biologis yang sangat
pakan semakin bagus. Oleh karena diperlukan untuk menilai apakah
itu untuk mengetahui tingkat pakan ikan yang dibuat dapat
kehalusan pakan dapat dilakukan uji memberikan dampak terhadap ikan
coba secara fisik ini dengan cara yang mengkonsumsinya. Oleh
sebagai berikut : karena itu dalam uji biologis harus
dilakukan pengujian terhadap pakan
Langkah kerja : yang dibuat dengan cara memelihara
1. Menyiapkan alat dan bahan yang ikan dengan diberikan pakan uji
akan digunakan sebelum tersebut. Beberapa parameter
melakukan uji fisik pakan. biologis tersebut antara lain adalah
2. Meletakkan pakan pada ruang nilai konversi pakan dan effisiensi
penyimpanan pakan diatas kayu pakan. Nilai konversi pakan dan
dengan jarak antara lantai efisiensi pakan ini dapat diketahui
dengan kayu sebaiknya 3 – 4 inci dengan melakukan pemberian pakan
(1 inci = 2,54 cm) sebanyak selama periode waktu tertentu
enam tumpukan jika berat pakan sehingga bisa dihitung nilainya
perkarung adalah 50 kg. dengan menggunakan rumus yang
3. Memasukkan tumpukan pakan sudah berlaku. Semakin kecil nilai
buatan kedalam ruang uji konversi pakan maka semakin baik
sebanyak 350 kg dan catat waktu kualitas pakan tersebut karena
pertama pakan buatan semakin ekonomis. Nilai konversi
dimasukkan kedalam ruang pakan yang baik adalah kurang dari
penyimpanan. dua yang berarti dalam memberikan
4. Perhatikan kekompakan pakan pakan sebanyak dua kilogram akan
buatan didalam ruang menghasilkan daging ikan sebanyak
penyimpanan dan perhatikan satu kilogram. Parameter bilogi
apakah pakan yang terdapat lainnya yang dapat dilakukan
pengukuran antara lain adalah

308
pertumbuhan, tingkat konsumsi yang diberikan persentasenya
pakan,kecernaan total, retensi semakin besar, sebaliknya semakin
protein,lemak dan energi. besar bobot individu ikan semakin
menurun tingkat konsumsi pakan
yang diberikan. Tingkat Konsumsi
Tingkat Konsumsi Pakan Pakan (TKP) yang diberikan dapat
dihitung dengan menggunakan
Pada umumnya tingkat konsumsi
berbagai macam rumus antara lain
pakan yang diberikan pada ikan erat
adalah menurut National Research
hubungannya dengan besarnya
Council (NRC), 1977 adalah :
individu ikan. Semakin kecil bobot
individu ikan tingkat konsumsi pakan
100
TKP = % pakan yang diberikan X bobot total populasi X
Berat kering pakan

Menurut Halver (1989), tingkat dengan pembuangan sisa pakan


konsumsi pakan perhari dapat (Zonneveld et al.,1991;NRC, 1983).
dihitung dengan rumus sebagai
berikut : Kecernaan adalah suatu parameter
yang menunjukkan berapa dari
Konversi makanan yang dikonsumsi dapat
Pakan diserap oleh tubuh (Lovel, et al.,
TKP = 3 X X ǻL X 100 1988), karena dalam suatu proses
L pencernaan selalu ada bagian
makanan yang tidak dapat dicerna
Dimana : dan dikeluarkan dalam bentuk feses
TKP : Tingkat konsumsi pakan (Affandi et al., 1992). Ikan
ǻL : kenaikan harian panjang mempunyai kemampuan mencerna
tubuh ikan yang berbeda dengan hewan darat
L : panjang tubuh ikan (Watanabe,1988).

Menurut Heper (1988), kecernaan


Kecernaan Total pakan dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu: keberadaan enzim dalam
Pencernaan adalah proses saluran pencernaan ikan, tingkat
penghancuran pakan menjadi aktivitas enzim-enzim pencernaan
molekul-molekul mikro melalui dan lamanya pakan yang dimakan
rangkaian proses fisik maupun bereaksi dengan enzim pencernaan.
kimiawi, sehingga bisa diserap Masing-masing faktor tersebut akan
melalui dinding usus kedalam kapiler dipengaruhi oleh faktor sekunder,
darah. Proses ini terjadi terus yang berhubungan dengan spesies
menerus,diawali dengan ikan, umur, dan ukuran ikan,kondisi
pengambilan pakan dan berakhir lingkungan dan komposisi, ukuran
serta pakan yang dikonsumsi.

309
Pengukuran kecernaan secara tidak
Menurut Affandi et al. (1992), nilai langsung lebih menguntungkan
kecernaan pakan dapat karena tidak memperhitungkan
menggambarkan kemampuan ikan jumlah pakan yang dikonsumsi serta
dalam mencerna suatu pakan. Selain feses yang diekskresikan, tetapi
itu nilai kecernaan dapat didasarkan kepada kandungan
menentukan kualitas pakan yang indikator dalam pakan dan feses
dikonsumsi ikan. Pakan yang berasal (Tytler and Calow, 1985). Kecernaan
dari bahan nabati umumnya lebih secara tidak langsung dihitung
sulit dicerna oleh ikan dibandingkan berdasarkan perbandingan indikator
bahan hewani (Hepher, 1988). yang terdapat pada pakan dengan
Sedangkan bahan-bahan semi murni indikator yang terdapat pada
seperti kasein dan gelatin dicerna feses.Indikator yang digunakan
hampir sempurna oleh ikan (NRC, adalah bahan yang tidak dapat
1983). Disamping itu kecernaan dicerna, diserap atau masuk
pakan juga dipengaruhi oleh proses kedalam lendir usus, tidak berubah
dan metoda pengolahan bahan- secara kimiawi, dapat dianalisa dan
bahan tersebut, sebab ada beberapa dapat melewati saluran pencernaan
bahan makanan yang perlu (Lovell, 1988). Indikator yang
penanganan khusus karena digunakan mengukur daya cerna
keberadaan zat inhibitor dalam yang digunakan secara tidak
bahan makanan, contohnya langsung adalah Cr2O3 dan lignin
pemanasan terhadap kacang kedelai (Hepher, 1988). Biasanya indikator
dapat meningkatkan tingkat yang sering digunakan adalah Cr2O3
kecernaannya. sebesar 0,5 dalam pakan uji
(NRC,1983).
Prinsip penentuan kecernaan pakan
adalah dengan membandingkan Metoda kecernaan makanan dapat
kadar nutrisi atau energi pakan dihitung menurut Affandi et al 1992
dengan kadar nutrisi atau energi dengan menggunakan rumus
feses (Affandi et al., 1992). sebagai berikut :
Penentuan daya cerna ini bisa
dilakukan secara langsung dilakukan 1. Metoda langsung
pengukuran jumlah pakan yang Kecernaan pakan dengan
dikonsumsi untuk dibandingkan metoda langsung biasa
dengan jumlah feses yang diterapkan pada level individu
diekskresikan (Lovel, 1988). dengan menggunakan
Penentuan daya cerna secara perhitungan sebagai berikut :
langsung dianggap sulit dan
memakan waktu lama karena I-F
pengumpulan feses dilakukan D= X 100 %
dengan stripping, menghisap feses I
lewat anus, atau dengan membedah
ikan. Keterangan :
D = kecernaan total

310
I = total nutrien yang Np = persentase nutrien dalam
dikonsumsi pakan
F = total nutrien dalam feses Nf = persentase nutrien dalan
feses
Pada metoda ini semua makanan
yang dikonsumsi dan semua Kecernaan total dari pakan yang
feses yang dikeluarkan oleh ikan dikonsumsi dapat pula dihitung
selama fase pengukuran (24 jam) berdasarkan rumus Windel (1978)
harus diukur. yaitu :

2. Metoda tidak langsung Kecernaan Total=100–(100–a/a*)


Kecernaan total pakan dari dimana :
pakan yang dikonsumsi dapat a = Cr2O3 dalam pakan (%)
dihitung dengan metode tidak a* = Cr2O3 dalam feses (%)
langsung yaitu :
Selain kecernaan total dari pakan
Ip Np yang dikonsumsi juga harus
D = 100 – (100 X --- X ) diperhitungkan kecernaan dari
If Nf nutrien yang terdapat pada pakan.
Keterangan : Kecernaan nutrien itu terdiri dari
D = kecernaan total kecernaan protein, kecernaan lemak,
Ip = persentase indikator kecernaan karbohidrat dan
dalam pakan kecernaan energi. Perhitungan
If = persentase indikator kecernaan nutrien ini menggunakan
dalam feses rumus yang dikemukakan oleh NRC
(1982) yaitu :

Kecernaan Protein

Kecernaan Protein = 100 – ( 100 X a/a* X b*/b )

dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = protein dalam pakan (%)
b* = protein dalam feses (%)

Kecernaan Lemak

Kecernaan Lemak = 100 – ( 100 X a/a* X b*/b )

dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = lemak dalam pakan (%)

311
b* = lemak dalam feses (%)

Kecernaan Karbohidrat

Kecernaan Karbohidrat = 100 – (100 X a/a* X b*/b)

dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = karbohidrat dalam pakan (%)
b* = karbohidrat dalam feses (%)

Kecernaan Energi

Kecernaan Energi = 100 – ( 100 X a/a* X b*/b )

dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = energi dalam pakan (%)
b* = energi dalam feses (%)

Retensi Protein, lemak dan energi

Untuk mengetahui efektivitas pakan disimpan dalam tubuh. Adapun


yang diberikan dapat diketahui rumus yang digunakan untuk
dengan jalan menentukan menghitung retensi protein, lemak
banyaknya zat makanan yang dan energi sebagai berikut :

Bobot protein yang disimpan tubuh (gram)


Retensi Protein (%) = X 100%
Bobot protein yang diberikan (gram)

Bobot lemak yang disimpan tubuh (gram)


Retensi Lemak (%) = X 100%
Bobot lemak yang diberikan (gram)

Jumlah energi (kkal) yang disimpan tubuh


Retensi Energi (%) = X 100%
Jumlah energi (kkal) yang diberikan

312
Cara menghitung Retensi Protein/ perubahan jumlah atau ukuran sel
Lemak penyusun jaringan tubuh pada
periode waktu tertentu. Sedangkan
Bobot protein/lemak yang disimpan secara energetik , pertumbuhan
tubuh: diekspresikan dengan adanya
perubahan kandungantotal energi
Bobot biomassa awal = WA tubuh pada periode waktu tertentu
Analisa proksimat awal ikan = a% (Rahardjo et al, 1989).
Jumlah protein awal = a% X WA=A
Bobot biomass akhir + bobot Pertumbuhan terjadi apabila ada
mortalitas = WT kelebihan energi bebas setelah
energi yang tersedia dipakan untuk
Analisa proksimat akhir ikan = b% metabolisme standar, energi untuk
Jumlah protein pada akhir = b% X proses pencernaan dan energi untuk
WT = B aktivitas.

Protein yang disimpan dalam tubuh= Ada dua model yang dipakai untuk
B–A=C menghitung pertumbuhan. Model
Bobot protein yang diberikan: pertama adalah model yang
Jumlah total pakan yang diberikan= berhubungan dengan berat dan
p (gram) berbentuk eksponensial. Model ini
baik untuk waktu yang pendek.
% Protein pakan = CP % (hasil Model pertumbuhannya menurut
analisa proksimat) Ricker (1979) adalah:

Jumlah protein pakan=CP% X p= K Wt = Wo. egt

Retensi Protein/ C dimana :


Lemak (%) = X 100 Wt : bobot ikan pada saat t
K Wo : bobot ikan awal
E : dasar logaritma natural
(2,7183)
Pertumbuhan g : aju pertumbuhan harian
spesifik
Pertumbuhan adalah perubahan t : waktu
ukuran baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu. Laju pertumbuhan harian spesifik
Pertumbuhan ini secara fisik dapat dihitung dari rumus awal yaitu :
diekspresikan dengan adanya

Wt
Wt = Wo. egt ĺ = egt
Wo
Wt Ln Wt – Ln Wo
Ln = gt ĺ g =

313
Wo t

Wt - Wo
g=
t

Menurut Huisman (1976) dan NRC Laju pertumbuhan mutlak


(1977) mengemukakan rumus laju
pertumbuhan harian sebagai berikut : Wf - Wi
Wt/hari =
Wt = Wo (1 + g/100) t atau Waktu kultur (hari)
t
g = ¥ (Wt/Wo) – 1 X 100%

Model pertumbuhan yang kedua Pertumbuhan relatif


adalah berhubungan dengan
panjang yang dinamakan rumus Von Wf - Wi
Bertalanfall dimana rumus yang % Wt = X 100
digunakan adalah sebagai berikut : Wi

Lt = L ~ 1 – e –k (t-to)
Laju pertumbuhan relatif
dimana :
Lt : panjang ikan pada waktu t Wf - Wi
L~ : panjang maksimum ikan % Wt/hari = X 100
k : koefisien pertumbuhan (Wi) (waktu kultur)
e : bilangan yang nilainya adalah
2,7183
Laju pertumbuhan harian spesifik
Selain itu dari beberapa literatur (SGR)
pertumbuhan ikan dapat juga
dilakukan pengukuran secara Ln W2 – ln W1
sederhana dengan menggunakan SGR =
rumus antara lain adalah : t2 – t1

Pertumbuhan mutlak dimana :


W1 : berat ikan pada periode
Wt = Wf – Wi waktu 1 (t1)
W2 : berat ikan pada periode
dimana : waktu 2 (t2)
Wt : pertumbuhan mutlak
Wf : berat akhir
Wi : berat awal
Konversi Pakan

314
F
Untuk dapat mengetahui
penggunaan pakan oleh ikan dapat dimana :
dihitung dengan menentukan Wt : bobot ikan pada waktu t
perbandingan faktor konversi pakan. Wo : bobot ikan pada waktu 0
Ikan hanya diberi pakan buatan D : bobot ikan yang mati
100% nilai konversi pakannya lebih selama pengamatan
dari 1. Hal ini disebabkan pakan F : jumlah pakan yang
tidak dapat dimanfaatkan semua dan dikonsumsi
ada yang menjadi feses. Dari segi
ekonomis nilai konversi pakan dapat Dari rumus efisiensi pakan juga
juga dipakai untuk menentukan dapat dihitung nilai konversi pakan
kualitas pakan. Nilai konversi pakan
yang mendekati nilai satu maka
semakin bagus kualitas pakan yang
diberikan. Konversi pakan dapat 6.5. MANAJEMEN
dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
PEMBERIAN PAKAN
Dalam budidaya ikan pakan
F
merupakan salah satu faktor yang
Konversi pakan =
sangat menentukan dalam
(Wt + D) - Wo
keberhasilan suatu budidaya ikan
selain kualitas air. Pakan dalam
dimana :
kegiatan budidaya ikan sangat
F : jumlah pakan yang
dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh
diberikan selama
dan berkembang. Pemberian pakan
pemeliharaan
dalam suatu usaha budidaya sangat
Wt : berat akhir ikan rata-rata
bergantung kepada beberapa faktor
Wo : berat awal ikan rata-rata
antara lain adalah jenis dan ukuran
D : jumlah ikan yang mati
ikan, lingkungan dimana ikan itu
selama pemeliharaan
hidup dan teknik budidaya yang akan
digunakan. Dalam subbab ini akan
dibahas tentang manajemen
Efisiensi Pakan
pemberian pakan dilihat dari jenis
dan ukuran ikan serta teknik
Sama halnya dengan konversi pakan,
budidaya. Sedangkan pakan dan
efisiensi pakan merupakan indikator
kualitas air akan dibahas pada
untuk mengetahui efektivitas pakan
subbab selanjutnya.
yang diberikan kepada ikan terhadap
pertumbuhan. Untuk menghitung
Pemberian pakan adalah kegiatan
efisiensi pakan dapat digunakan
yang rutin dilakukan dalam suatu
rumus menurut NRC (1977) adalah
usaha budidaya ikan oleh karena itu
sebagai berikut :
dalam manajemen pemberian pakan
harus dipahami tentang beberapa
(Wt + D) - Wo
pengertian dalam kegiatan budidaya
E (%) = X 100

315
ikan sehari-hari yang terkait dengan mempunyai kekhasan dalam
manajemen pemberian pakan antara frekuensi pemberian pakan.
lain adalah feeding frekuensi, feeding
time, feeding behaviour, feeding Feeding time atau waktu pemberian
habits, feeding periodicity dan pakan adalah waktu yang tepat untuk
feeding level. melakukan pemberian pakan pda
setiap jenis ikan. Waktu pemberian
Feeding frekuensi atau frekuensi pakan ini juga sangat khas untuk
pemberian pakan mempunyai makna setiap jenis ikan. Berdasarkan
jumlah waktu ikan untuk makan kapasitas daya tampung lambung
dalam sehari. Setiap jenis ikan setiap jenis ikan atau biasa disebut
mempunyai kebiasaan makan yang juga dengan feeding periodicity jenis
berbeda. Oleh karena itu dalam ikan dapat dibedakan yaitu ikan
melakukan pemberian pakan kepada pemakan malam hari atau aktivitas
ikan setiap hari biasanya bergantung makannya meningkat pada malam
kepada jenis dan ukuran ikan, hari yang biasa disebut dengan
ketersediaan tenaga kerja, pakan nocturnal misalnya ikan kelompok
dan ukuran kolam budidaya. catfish, dan ikan pemakan siang hari
Biasanya semakin kecil ikan atau aktivitas makannya lebih
frekuensi pemberian pakannya meningkat pada siang hari (diurnal).
semakin banyak sedangkan semakin Oleh karena itu pada kelompok ikan
besar ikan frekuensi pemberian yang mempunyai aktivitas makan
pakannya setiap hari semakin pada malam hari maka dalam
berkurang. Frekuensi pemberian melakukan pemberian makan, waktu
pakan dihitung dalam waktu sehari pemberian pakannya sebaiknya lebih
(24 jam). Pada ikan air tawar banyak pada malam hari. Agar
misalnya ikan patin merupakan salah pakan yang diberikan lebih efisien
satu jenis ikan air tawar yang dan efektif.
mempunyai fase kritis pada saat
berusia larva yaitu 0 – 14 hari. Untuk Selain itu dalam melakukan
meningkatkan kelangsungan hidup pemberian pakan juga harus
larvanya salah satu solusinya adalah diperhatikan tentang tingkah laku
memberikan pakan alami selama ikan dalam kehidupannya di dalam
fase tersebut sebanyak 12 kali sehari perairan dimana ikan berdasarkan
dimana pakan alami tersebut tingkah lakunya dalam media
diberikan setiap dua jam sekali hidupnya dapat dikelompokkan
selama sehari. Pada ikan laut menjadi tiga yaitu ikan yang
frekuensi pemberian pakan pada hidupnya diatas permukaan air, ikan
masa larva lebih banyak yang hidupnya lebih senang berada
dibandingkan pada fase pembesaran. ditengah-tengah air dan ikan yang
Oleh karena itu frekuensi pemberian hidupnya lebih senang di dasar
pakan pada masa larva bagi ikan perairan. Oleh karena dalam
budidaya mempunyai jumlah yang melakukan pemberian pakan
lebih banyak dibandingkan dengan terhadap jenis-jenis ikan tersebut
fase lainnya dan setiap jenis ikan harus disesuaikan dengan tingkah
laku ikan tersebut.

316
teknik budidaya yang diterapkan.
Berdasarkan kebiasaan makannya Pada suatu usaha budidaya ikan
ikan yang dibudidayakan dapat dapat dikelompokkan menjadi tiga
dikelompokkan menjadi ikan yaitu :
herbivora, ikan omnivora dan ikan 1. Budidaya ikan secara ekstensif
karnivora. Oleh karena itu melakukan Pada budidaya ikan ini yang
pemberian pakan untuk ikan menjadi ciri khasnya adalah
herbivora, omnivora dan karnivora dalam pemberian pakannya
harus berbeda. mengandalkan pakan alami.
Oleh karena itu dalam sistem
Jumlah pakan ikan yang diberikan budidaya ini pemupukan pada
setiap hari pada ikan yang kolam budidaya harus kontinu
dibudidayakan dan biasanya dilakukan agar pakan alami
diekspresikan dalam persen biomas tumbuh dengan subur pada
ikan biasa disebut dengan feeding kolam budidaya. Pengelolaan
rate. Feeding rate pada pemberian pemberian pakan pada sistem
pakan ikan berkisar antara 2 – 5% budidaya ekstensif lebih
perhari atau bahkan lebih. mengutamakan tumbuhnya
Sedangkan biomas adalah jumlah plankkton baik phytoplankton
total ikan perunit area pada waktu maupun zooplankton di dalam
tertentu dan diekspresikan dalam wadah budidaya sebagai pakan
kg/ha atau kg/meter persegi. alami ikan yang dibudidayakan
Biasanya dalam pemberian pakan dan jenis ikan yang
pada ikan yang berukuran besar dibudidayakan adalah ikan
jumlah pakan yang diberikan setiap herbivora yaitu ikan yang senang
hari semakin berkurang dan semakin mengkonsumsi tumbuhan atau
kecil ukuran ikan jumlah pakan yang nabati.
diberikan semakin banyak. Hal ini
dikarenakan ikan yang berukuran 2. Budidaya ikan semi intensif
kecil mempunyai masa pertumbuhan Pada budidaya ikan sistem
yang lebih besar dibandingkan semiintensif yang menjadi cirinya
dengan ikan berukuran besar. adalah dalam budidayanya
Seperti yang diketahui bahwa sangat mengandalkan pakan
pertumbuhan ikan mempunyai kurva alami dan pakan tambahan.
pertumbuhan yang sigmoid yaitu ada Pakan alami masih digunakan
masa dalam kurva tersebut adalah dalam sisitem budidaya ini
masa pertumbuhan emas dan itu sehingga sistem pemupukan
biasa terjadi pada ikan yang pada kolam budidaya masih
berukuran larva dan benih. Oleh dilakukan dan pemberian pakan
karena itu dibutuhkan jumlah pakan tambahan yaitu pakan yang
yang lebih banyak dibandingkan dalam kontribusinya hanya
dengan ikan yang berukuran dewasa. menghasilkan penambahan berat
pada ikan kurang dari 50% atau
Dalam melakukan pengelolaan kurang dari pakan utama. Pakan
pemberian pakan pada suatu usaha tambahan ini biasanya dibuat
budidaya sangat bergantung pada sendiri oleh pembudidaya dari

317
beberpa bahan baku dan diberikan dalam pemeliharaan ikan
kandungan nutrisinya tidak (feeding rate), frekuensi pemberian
selengkap pakan buatan pabrik pakan dalam satu hari (feeding
sehingga pertumbuhan ikan dari frekuensi), waktu pemberian pakan
pakan tambahan ini kurang dari yang tepat (feeding time) dan
50%. Biasanya kelompok ikan konversi pakan yang ditargetkan
yang dipelihara secara semi dalam suatu usaha budidaya ikan.
intensif adalah kelompok ikan Jumlah pakan yang akan diberikan
omnivora misalnya kelompok setiap hari pada budidaya ikan
carper seperti ikan mas. secara intensif sangat bergantung
pada faktor biotik dan faktor
3. Budidaya ikan secara intensif lingkungan dimana ikan itu hidup.
Pada budidaya ikan secara Jumlah pakan yang akan diberikan
intensif yang menjadi ciri khasnya setiap hari ini juga ditentukan pada
adalah dalam melakukan perbandingan jumlah pakan yang
kegiatan budidaya akan diberikan. Pada suatu usaha
mengandalkan pakan buatan budidaya ikan dimana terdapat
sebagai sumber makanan utama beberapa fase kegiatan budidaya
ikan yang dibudidayakan. Pakan sehingga pakan yang akan diberikan
yang digunakan adalah pakan pada setiap fase akan berbeda.
buatan yang mempunyai Berdasarkan jumlah pakan yang
kandungan gizi yang lengkap. harus diberikan dalam suatu usaha
Karena pakan buatan ini sebagai budidaya dapat dibedakan menjadi
sumber energi utama dan materi tiga kelompok yaitu :
bagi kehidupan dan pertumbuhan 1. Pemberian pakan secara
ikan. Pakan buatan dalam usaha berlebihan (excess)
budidaya ikan intensif merupakan Pemberian pakan secara
komponen terbesar dalam suatu berlebihan atau biasa disebut ad
usaha budidaya biasanya libitum merupakan salah satu
berkisar antara 40 – 70% dari cara pemberian pakan yang
total biaya produksi . Oleh karena biasa diberikan pada fase
itu dalam mengelola pemberian pemberian pakan untuk larva
pakan secara intensif harus ikan sampai ukuran benih ikan
benar-benar dilakukan secara pada suatu hatchery. Pada stadia
benar agar efisiensi pakan dan tersebut tingkat konsumsi pakan
efektifitas kegiatan budidaya masih tinggi hal ini berkaitan
dapat menguntungkan. dengan kapasitas tampung
lambung larva atau benih ikan
Manajemen pemberian pakan pada masih sangat terbatas, struktur
suatu usaha budidaya ikan yang alat pencernaan yang masih
intensif harus dilakukan . Hal ini belum sempurna dan ukuran
dikarenakan pada pengelolaan bukaan mulut larva yang masih
pemberian pakan dalam suatu usaha sangat kecil, sehingga dengan
budidaya ada beberapa elemen kritis memberikan pakan dengan
yang harus diperhatikan antara lain sekenyangnya atau ad libitum
adalah jumlah pakan perhari yang dimana pakan selalu tersedia

318
dalam jumlah yang tidak 2. Pemberian pakan sekenyangnya
dibatasai maka larva atau benih (satiation)
ikan ini dapat makan kapanpun Pada sistem pemberian pakan
juga sesuai dengan keinginan seknyangnya adalah suatu usaha
ikan. Tetapi pemberian pakan para pembudidaya ikan untuk
secara berlebihan pada fase melakukan pemberian pakan
setelah larva atau nebih akan pada ikan yang dibudidayakan
membawa dampak yang dalam jumlah yang maksimal. Hal
merugikan bagi sistem perairan ini dapat dilakukan pada ikan
dalam suatu usaha budidaya. budidaya yang benar-benar
Dimana pakan ikan yang sudah diketahui daya tampung
berlebihan akan berpengaruh lambungnya secara maksimal
langsung terhadap organisme dalam setiap pemberian pakan,
akuatik (ikan) yang hidup dalam sehingga pakan ikan yang
wadah budidaya dan kondisi diberikan semuanya dikonsumsi
lingkungan budidaya tersebut. oleh ikan. Tetapi dalam
Pakan ikan yang berlebihan tidak kenyataannya sangat sulit bagi
akan dimakan oleh ikan dan akan para pembudidaya untuk
terjadi penumpukan pakan pada menerapkan sistem pemberian
wadah budidaya di dasar pakan ini karena untuk
perairan. Penumpukan pakan menghindari pakan yang
ikan didasar budidaya akan terbuang itu sangat sulit. Oleh
tercampur dengan hasil buangan karena itu dalam pemberian
ikan seperti feses, urine yang pakan secara maksimal akan
nantinya akan menghasilkan mudah diterapkan jika ikan yang
bahan-bahan toksik seperti dibudidayakan sudah terbiasa
amoniak, H2S dan sebagainya dengan jumlah pemberian pakan
yang dihasilkan dari perombakan tersebut setiap hari berdasarkan
bahan-bahan organiktersebut. pengalaman di lapangan.
Kandungan toksik yang tinggi
dalam wadah budidaya akan 3. Pemberian pakan yang dibatasi
menyebabkan aktivitas ikan dan (restricted)
terganggu. Oleh karena itu Pemberian pakan tipe ini adalah
manajemen pemberian pakan pemberian pakan buatan yang
pada ikan harus dilakukan biasa dilakukan dalam suatu
dengan benar disesuaikan usaha budidaya ikan dimana
dengan melihat jenis dan umur para pembudidaya melakukan
ikan, lingkungan perairan serta pembatasan jumlah pakan yang
teknik budidaya yang digunakan. diberikan setiap hari. Jumlah
Pemberian pakan secara ad pakan yang aka diberikan setiap
libitum dengan menggunakan hari ini dibatasi berdasarkan hasil
pakan buatan akan memberikan suatu penelitian dengan jumlah
dampak negatif karena pakan tertentu akan diperoleh
mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan ikan yang optimal.
biaya produksi. Pemberian pakan dalam
budidaya ikan secara intensif

319
biasanya jumlah pakan yang ikan mas di Jawa Barat dalam
diberikan dibatasi jumlahnya melakukan manajemen
berdasarkan hasil penelitian dan pemberian pakan dapat dilihat
pengalaman dilapangan. pada Tabel 6.3.
Berdasarkan pengalaman petani

Tabel 6.3. Skedul pemberian pakan dalam usaha budidaya ikan mas
Stadia Umur Ukuran Jenis Dosis Feeding
Bobot ikan
ikan ikan ikan pakan pakan frekuensi
Larva 1-4 hr 0,5-0,6 mm 0,18-20 mg Kuning Adlibitum -
telur
Kebul 5 hr 1 cm 15-20 mg Pakan Adlibitum -
alami &
Emulsi 1 g/1000 6 - 8 kali
Burayak 5-10 hr 1-3 cm 0,1-0,5 g Emulsi 2 g/1000 6 – 8 kali

Putihan 10-15 hr 3-5cm 0,5-2,5 g Emulsi 3 g/1000 6 -8 kali

Benih 3 bl 8-12 cm 100 g Remah 4% biomas 5 kali


Pellet 3% biomas 4 kali
Induk 6 bl > 12 cm 0,5 kg Pellet 3% biomas 3 kali

Dalam membuat skedul pemberian mengkonsumsi pakan alami yang


pakan ikan mas ini dibuat suatu tumbuh di kolam, baik dari jenis
asumsi berdasarkan stadia dan phytoplankton maupun zooplankton
ukuran ikan. Frekuensi pemberian dengan ukuran pakan alami yang
pakan pada suatu usaha budidaya dikonsumsi disesuaikan dengan
ikan mas harus disesuaikan dengan bukaan mulut larva dan setelah
kebutuhan pakan berdasarkan stadia beberapa hari kemudian larva siap
ikan mas itu sendiri. Skedul dipindah ke kolam pendederan. Jenis
pemberian pakan ikan mas ini pakan yang diberikan pada stadia
tidaklah mutlak seperti tabel di atas kebul adalah pakan alami yang
harus disesuaikan dengan kondisi tumbuh di kolam ditambah dengan
lahan dimana ikan mas tersebut emulsi kuning telur dengan jumlah
dibudidayakan. Hal ini dikembalikan pakannya 1 gram kuning telur untuk
kepada sifat alamiah ikan yang mulai 1000 ekor kebul dan diberikan
dari larva yang baru menetas dengan sebanyak 6 – 8 kali dalam sehari.
sumber pakannya masih disediakna Pada stadia burayak ukuran sudah
oleh kantung kuning telur, sehingga mulai bertambah sehingga jumlah
pada stadia ini larva tidak perlu diberi emulsi pakannya ditingkatkan
pakan tambahan, kecuali untuk paka menjadi 2 gram untuk 1000 ekor
alami dimana proses penyiapannya kebul dengan frekuensi pemberian
sudah dilakukan pada saat persiapan pakan 6 – 8 kali sehari. Pada stadia
kolam mulai dari pengeringan dasar putihan menjadi 3 gram untuk 1000
kolam, pengapuran dan pemupukan. ekor , sedangkan pada tahap benih
Setelah kantung kuning telur habis mencapai ukuran gelondongan atau
maka larva akan mulai ukuran 3 bulan pakan nya berubah

320
menggunakan pakan buatan di muali yang dipelihara mempunyai
dari bentuk remahan kemudian pellet pertumbuhan yang sudah lebih
berukuran 2 mm dengan jumlah lambat sehingga jumlah pakan yang
pakan remahan sebanyak 4% dari diberikan berkurang menjadi 3% dari
total biomas sedangkan untuk pakan biomas dengan frekuensi pemberian
pellet 2 mm jumlah pakan yang pakan sebanyak 3 kali sehari. Pada
diberikan 3% dari biomas. Frekuensi stadia ini ikan sudah akan
pemberian pakan untuk pakan mengalami pertumbuhan gonadik
remahan adalah 5 kali sehari pada sehingga pakan yang diberikan
minggu pertama sedangkan pada harus memiliki kandungan gizi yang
minggu selanjutnya diberikan pakan lengkap untuk mempercepat tingkat
buatan bentuk pellet 2 mm sebanyak kematangan gonad. Dengan
4 kali sehari. Hal ini dilakukan karena demikian jumlah pakan yang
pada stadia ini ikan mas sangat diberikan selama pemeliharaan
rakus memakan makanannya dan dibatasi sehingga pertumbuhan
sifat alami ikan mas sebagai mencapai optimal.
pemakan segala/omnivora akan
muncul. Aktifitas makan ikan mas Selain itu dalam melakukan
akan meningkat pada siang hari pengelolaan pemberian pakan pada
karena ikan mas termasuk jenis ikan udang yang telah dilakukukan oleh
diurnal. Oleh karena itu dalam Akiyama dalam Goddart (1996)
pemeliharaan dikolam juga diberikan merupakan salah satu komoditas
pakan tambahan untuk memenuhi organisma air yang mempunyai
kebutuhan ikan mas terhadap pakan kebiasaan makan pada malam hari
alami. Pada tahap calon induk dapat dilihat pada Tabel 6.4.
samapi akan menjadi induk ikan mas

Tabel 6.4. Skedul pemberian pakan pada udang

Feeding Time
Tipe pakan Berat udang
06.00 10.00 14.00 18.00 22.00

Starter <3g 30% - 35% - 35%


Grower 3-15 g 20% 15% 15% 30% 20%
Finisher > 15 g 20% 15% 15% 30% 20%

Pada tabel diatas memperlihatkan gelap sehingga menjelang sore


bahwa pakan udang yang diberikan jumlah pakan relatif lebih
bervariasi pada setiap stadia udang banyak.Untuk lebih jelasnya dapat
dan waktu pemberian pakannya diperhatikan Tabel 6.5, yang
disesuaikan dengan kebiasaan memperlihatkan jumlah pemberian
udang yang mempunyai aktivitas pakan dari larva samapi ukuran siap
makannya meningkat pada hari panen semakin berkurang.

321
Tabel 6.5. Jumlah pakan harian pada udang dengan kelangsungan hidup 80%
Berat udang (gram) Biomas Feed Rate Jumlah pakan
(kg) (%) harian (kg)
< 10 hari - - 4
10 – 20 hari - - 8
20 – 30 hari - - 12
3 240 5,7 14
4 320 5,4 17
5 400 5,1 20
6 480 4,8 23
7 560 4,6 26
8 640 4,4 28
9 720 4,21 30
10 800 4,0 32
11 880 3,9 34
12 960 3,7 36
13 1040 3,6 37
14 1120 3,5 39
15 1200 3,3 40
16 1280 3,2 41
17 1360 3,1 42
18 1440 2,9 42
19 1520 2,8 43
20 1600 2,7 43
21 1680 2,6 44
22 1760 2,6 45
23 1840 2,5 46
24 1920 2,4 46
25 2000 2,3 46
26 2080 2,3 48
27 2160 2,2 48
28 2240 2,2 49
29 2320 2,1 49
30 2400 2,1 50
31 2480 2,1 52
32 2560 2,1 54
33 2640 2,1 55
34 2720 2,1 56
35 2800 2,0 57

Pada beberapa negara yang sudah pakan. Berdasarkan peralatan yang


maju jika akan memberikan pakan digunakan dalam melakukan
pada suatu usaha budidaya ikan pemberian pakan pada usaha
menggunakan beberapa alat yang budidaya ikan, ada beberapa metode
dapat membantu proses pemberian

322
pemberian pakan yang dapat
dilakukan yaitu :

1. Pemberian pakan dengan tangan


Pemberian pakan dengan cara
metode pemberian pakannya
menggunakan tangan (disebar).
Metode pemberian pakan
dengan tangan ini biasanya
disesuaikan dengan stadia dan
umur ikan yang dibudidayakan

Gambar 6.18.
Metode pemberian pakan
dengan demand feeder

3. Pemberian pakan di Hatchery

Pada beberapa unit hatchery


ikan air laut atau ikan air tawar
biasanya dibutuhkan suatu alat
bantu untuk memudahkan proses
Gambar 6.17. pemberian pakan. Pada stadia
Metode pemberian pakan larva ikan merupakan fase kritis
dengan tangan dimana pada fase tersebut
dibutuhkan pakan yang tepat
jenis, ukuran dan jumlah dimana
2. Pemberian pakan secara yang dimasukkan kedalam pipa-
mekanik pipa adalah pakan alami yang
telah dibuat sedemikian rupa
Pemberian pakan dengan cara sehingga pipa yang berisi pakan
menggunakan alat bantu pakan alami ini masuk kedalam wadah
yang digerakkan oleh tenaga pemeliharaan secara otomatis.
mekanik, seperti demand feeder
dan automatically feeder yang Selain itu yang perlu diperhatikan
biasa digunakan pada budidaya dalam melakukan pengelolaan
ikan di kolam air deras. pemberian pakan adalah melakukan
pencatatan pemberian pakan yang
biasa disebut dengan Feeding record.
Dengan membuat suatu catatan
tentang pemberian pakan pada
setiap kolam budidaya akan
memudahkan untuk memantau
perkembangan setiap kolam
budidaya. Adapun data yang

323
sebaiknya dicatat pada setiap kolam kepada larva ikan sebanyak 4
dalam manjemen pemberian pakan kali pada waktu pukul 06.00,
adalah : 10.00, 14.00 dan 19.00. Maka
1. Berat rata-rata ikan yang ditebar jumlah pakan setiap kali
pada waktu tertentu (W) dalam pemberian adalah 18 kg : 4 = 4,5
gram kg.
2. Jumlah ikan yang ditebar dalam
satu kolam (N) Dengan melakukan pencatatan maka
3. Perkiraan kelangsungan akan jumlah pakan yang dihabiskan
hidup/sintasan selama periode selama kegiatan budidaya dan dapat
waktu pemeliharaan (SR) diprediksi hasil produksi dengan
dalam % memperkirakan nilai konversi pakan
4. Jumlah pakan yang diberikan dan efisiensi pakan dari kegiatan
setiap hari (FR) dalam % selama budidaya ikan.
5. Jumlah pakan harian yang
diberikan pada setiap kolam
(DFA)
Nilai DFA dapat dihitung dengan 6.6 PAKAN DAN
menggunakan rumus sebagai
berikut :
KUALITAS AIR
Pakan yang diberikan kepada ikan
DFA = W X N X SR X FR
sebagai organisme air akan selalu
berhubungan dengan air sebagai
Misalnya dalam suatu kolam
media budidaya ikan. Pada budidaya
budidaya jumlah ikan yang
ikan secara intensif penggunaan
ditebar adalah 50.000 ekor,
pakan buatan sangat mendominasi
dengan berat rata-rata ikan pada
biaya produksi. Seperti kita ketahui
waktu tebar adalah 5 g, dengan
pakan ikan yang diberikan selama
perkiraan kelangsungan hidup
kegiatan budidaya tidak seratus
adalah 90% dan jumlah pakan
persen dikonsumsi oleh ikan. Jika
harian adalah 8%, maka jumlah
konversi pakan pada ikan mas
pakan harian yang harus
mencapai 1,5 berarti dalam 1,5
diberikan pada setiap kolam
kilogram pakan akan memberikan
adalah : 5 X 50.000 X 0,9 X
konstribusi penambahan berat
0,08 = 18 kg perhari
daging ikan sebanyak 1 kilogram.
6. Jumlah pakan selama
Hal ini berarti pakan yang diolah
pemeliharaan
menjadi daging tidak seratus persen
Dari contoh diatas maka jumlah
ada bagian dari pakan yang
pakan yang dibutuhkan selama
digunakan sebagai energi untuk
pemeliharaan 15 hari adalah 18
feses dan lainnya. Menurut Calow
kg/hari X 15 hari = 270 kg
(1986) dalam Harris (2005) energi
7. Frekuensi pemberian pakan dan
pakan yang dimakan ikan (C) sama
waktu pemberian pakan
dengan produksi daging ikan (P) +
Dalam contoh diatas jumlah
energi metabolisme (R) + energi
pakan perhari adalah 18 kg,
urine (U) dan energi feses (F) atau
pakan tersebut akan diberikan

324
dengan rumus ditulis sebagai berikut: pakan dengan kualitas air di dalam
C = P + R + U + F. Berapa banyak budidaya ikan secara intensif sangat
pakan yang dikonsumsi (C) akan komplek. Ada beberapa parameter
menjadi daging tergantung dari kualitas air yang sangat
berapa banyak yang terbuang mempengaruhi aktivitas makan,
sebagai limbah feses dan sisa metabolisme dan pertumbuhan ikan
metabolisme berupa urin, amoniak, diantaranya adalah suhu air dan
karbondioksida, air dan hidrogen tingkat kelarutan oksigen. Pakan
sulfida. Seberapa banyak pakan yang diberikan dalam budidaya ikan
akan menjadi feses tergantung pada intensif akan dikonsumsi oleh ikan
seberapa sesuai komponen pakan dan ikan akan mengeluarkan
dengan kemampuan enzimatik di buangan berupa limbah organik dan
saluran pencernaan ikan (daya organik kedalam wadah budidaya.
cerna). Pakan yang dicerna Salah satu limbah nitrogen yang
selanjutnya diabsorbsi ke dalam sebagian besar berupa amoniak
darah dan seberapa banyak pakan terlarut dan feses merupakan bahan
yang diabsorbsi akan menjadi daging yang akan banyak dibuang kedalam
ikan bergantung pada pola asam peraiaran. Amoniak dikeluarkan oleh
amino, asamlemak, keseimbangan ikan melalui insang, urine dan feses.
energi antar nutrien, vitamin, mineral Amoniak dapat mempengaruhi
dan lain-lain. Kalau dilihat dari sisi secara langsung pada ikan budidaya
praktis, pakan yang diberikan (P) = sedangkan bahan limbah lainnya
pakan yang dikonsumsi (C) + pakan seperti phosphor dan nitrogen dalam
yang tidak termakan (PT). Untuk ikan bentuk lainnya secara tidak langsung
bagian yang tidak termakan ini bisa 0 akan mempengaruhi ikan juga.
– 10%, sementara untuk udang Karena amoniak dalam bentuk belum
dapat mencapai 15% (Goddard, terionisasi sangat berbahaya bagi
1996). Perbedaan itu terjadi karena ikan, sedngkan feses yang
ikan makannya jauh lebih cepat dikeluarkan oleh ikan lama kelamaan
daripada udang, ransum udang akan menjadi bahan tersuspensi
biasanya habis dimakan selama 0,5– ataupun terendap dalam sistem
2 jam dan selama proses tersebut perairan.
terjadi pencucian pakan (leaching).
Pada kolam air mengalir dengan
Dalam budidaya ikan secara intensif pergantian air yang memadai maka
dimana 40 – 70% komponen biaya kandungan amoniak dan feses yang
produksi adalah pakan ikan maka terndap dalam wadah budidaya bisa
efisiensi pakan atau konversi pakan terbuang keluar tetapi pada kolam
sangat penting diperhatikan. Dari pemeliharaan ikan dengan sistem air
sekian banyak pakan yang yang tidak mengalir maka semua
dikonsumsi oleh ikan maka akan amoniak dan feses yang dikeluarkan
banyak terjadi pelepasan bahan oleh ikan akan tetap mengendap di
organik dan anorganik yang berasal dalam wadah budidaya yang dapat
dari pakan yang akan mempengaruhi mengakibatkan racun bagi ikan yang
kualitas air dalam wadah budidaya. dibudidayakan. Jika kolam dalam
Oleh karena itu antara pemberian kondisi optimal maka amoniak dan

325
racun lainnya masih dapat dinetralisir mempunyai toleransi yang optimal
dan akan diubah menjadi terhadap suhu untuk dapat tumbuh
mikronutrien untuk pertumbuhan dan berkembang. Berdasarkan
pakan alami dikolam budidaya. perubahan suhu ikan yang hidup
Tetapi jika kesuburan perairan didaerah panas mempunyai aktivitas
menjadi meningkat maka hal ini juga makan yang lebih tinggi
akan membahayakan organisma air dibandingkan dengan ikan yang
lainnya karena dengan adanya hidup didaerah dingin. Oleh karena
blooming phytoplankton dapat itu pada suhu air yang tinggi nafsu
membahayakan bagi ikan. Oleh makan ikan akan meningkat dan
karena itu keterkaitan antara metabolisme didalam tubuh ikan
pemberian pakan dengan kualitas air akan meningkat dan pertumbuhan
sangat penting diperhatikan dalam ikan akan meningkat pula. Kaitan
budidaya ikan secara intensif. antara suhu perairan dan
Parameter yang akan dibahas dalam pertumbuhan ikan telah dilakukan
hal ini adalah suhu dan oksigen. penelitian oleh Elliot (1981) dalam
Goddard (1996) pada ikan mas
Suhu (Cyprinus carpio) dan brown trout
(Salmo trutta) pada gambar dibawah
Setiap ikan mempunyai kemampuan ini dan tabel 6.6.
untuk beradaptasi terhadap
perubahan suhu karena sifat ikan Gambar Kebutuhan suhu pada ikan
yang poikilothermal yaitu mampu mas dan ikan brown trout
beradaptasi dengan perubahan suhu
lingkungan dengan suhu tubuhnya.
Tetapi setiap jenis ikan ini

Tabel 6.6. Kisaran suhu optimum untuk beberapa ikan


budidaya (Goddard, 1996)
Suhu optimal untuk
Jenis ikan
pertumbuhan (oC)
Rainbow trout 12 – 18
Atlantic salmon 12 – 17
Common carp 23 – 25
Channel catfish 28 – 30
European eel 18 – 21,5
Japanese eel 23 – 30
African catfish 25 – 27,5
Tilapia 25 – 30
Giant tiger shrimp 28 – 33
Giant freshwater prawn 25 - 30

Dari tabel diatas diketahui bahwa setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan
terhadap suhu yang berbeda, dimana pada setiap jenis ikan mempunyai
kebutuhan suhu optimum yang berbeda. Pada suhu lingkungan yang optimal

326
dimungkinkan juga ikan akan mengalami pertumbuhan yang optimal. Oleh
karena itu dalam proses pemeliharaan ikan agar pakan yang diberikan
dikonsumsi oleh ikan secara optimal karena aktivitas makannya meningkat
perlu dibuat suatu lingkungan budidaya yang mempunyai suhu optimal.

Oksigen terlarut

Dalam bab 2 kita telah bahas secara detail tentang oksigen terlarut dalam
wadah budidaya ikan . Pada bab ini akan dibahas kaitan antara kandungan
oksigen terlarut dengan proses pemberian pakan. Kandungan oksigen terlarut
dalam suatu wadah budidaya sangat berpengaruh terhadap aktivitas
pemberian pakan, metabolisme, pertumbuhan , tipe dan jumlah pakan yang
akan diberikan. Kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan
minimal adalah 5 ppm. Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut dalam
wadah budidaya dapat meningkatkan nafsu makan ikan, akibatnya ikan akan
lebih cepat tumbuh dan efisiensi makanan akan meningkat.

Ikan sebagi organisme air membutuhkan energi untuk bergerak, mencari dan
mencerna makanan, untuk tumbuh dan merawat fungsi tubuhnya. Energi yang
disimpan didalam tubuh ikan diperoleh dari proses metabolisme. Dalam proses
metabolisme ini dibutuhkan oksigen, oleh karena itu ketersediaan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya ikan mutlak diperlukan, dengan adanya
kecukupan oksigen yang terlarut dalam wadah budidaya maka kebutuhan ikan
akan oksigen untuk proses metabolisme akan terpenuhi. Hal ini akan sangat
menguntungkan dalam proses pemberian pakan karena pakan yang dicerna
oleh ikan akan termetabolisme dengan baik sehingga akan diperoleh energi
yang akan dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang.

Rata-rata konsumsi oksigen pada organisme air sangat dipengaruhi oleh


beberapa faktor diantaranya adalah berat tubuh, suhu air dan tingkat aktivitas
ikan. Pada umumnya ikan yang berukuran besar mengkonsumsi oksigen lebih
banyak perjamnya daripada ikan yang berukuran kecil. Tetapi jika dihitung
perberat tubuh ikan yang lebih kecil mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak
daripada ikan yang berukuran besar. Pada suhu yang tinggi dan aktivitas ikan
yang tinggi, ikan akan membutuhkan oksigen lebih banyak daripada suhu yang
rendah dan pada saat ikan beristirahat. Ikan yang hidup didaerah tropis
biasanya dapat hidup pada kondisi perairan yang kandungan oksigennya
rendah seperti ikan nila yang masih dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut 3
ppm dibandingkan dengan ikan salmon yang hanya dapat hidup jika perairan
mengandung oksigen terlarut berkisar antara 5 – 6 ppm. Ikan melakukan
pertukaran oksigen melalui sistem pernafasannya yaitu di insang khususnya
lamella insang. Oksigen diserap maka karbondioksida dilepaskan.
Perpindahan gas ini dilakukan secara difusi melewati membran tipis lamella
yang memisahkan sistem perputaran darah dari air selama melewati insang.
Kandungan oksigen dalam darah bergantung pada beberapa faktor dinatranya
adalah tekanan partial oksigen dan karbondioksida di dalam air, pH, suhu dan

327
tingkat aktivitas makan ikan. Kandungan oksigen yang rendah dapat
menyebabkan mortalitas dan lambatnya pertumbuhan ikan atau udang di
dalam wadah budidaya.

Selama dalam pemeliharaan ikan yang dibudidayakan selalu melakukan


aktivitas makan. Selama proses pemberian pakan maka aktivitas makan ikan
akan meningkat dan kebutuhan ikan akan oksigen akan meningkat dan akan
menurun kembali jika ikan tidak melakukan aktivitas makan. Pada suhu air
yang meningkat tinggi biasanya kandungan oksigen terlarut akan didalam
wadah bididaya menurun tetapi kebutuhan ikan akan oksigen terlarut
meningkat karena nafsu makan ikan meningkat dan proses metabolisme
didalam tubuh akan meningkat, oleh karena itu ikan akan mempertahankan
kebutuhannya jika tidak ikan akan mati. Hal ini sangat perlu diperhatikan agar
dalam proses pemberian pakan pada suhu perairan yang sedang tinggi
sebaiknya dikurangi untuk meminimalkan oksigen yang dibutuhkan untuk
proses metabolisme.

Pemantauan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan sangat


diperlukan dalam melakukan manajemen pemberian pakan. Dengan
mengetahui kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat
dibuat pengaturan tentang jumlah pakan yang diberikan setiap hari dan waktu
yang tepat alam melakukan pemberian pakan serta berapa kali dalam sehari
diperlukan pemberian pakan tersebut.

328
BAB VII. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN
ALAMI

7.1. JENIS-JENIS PAKAN Dalam bab ini akan dibicarakan


tentang pakan alami yang
ALAMI merupakan makanan yang sangat
disukai oleh ikan hias dan ikan
Apakah pakan alami itu? Sebelum
konsumsi. Pakan alami dapat
membicarakan tentang pakan alami
diperoleh dengan melakukan usaha
perlu dipahami arti katanya. Pakan
budidaya. Usaha budidaya pakan
merupakan peristilahan yang
alami ini dapat dibagi atas dua
digunakan dalam dunia perikanan
kelompok besar yaitu : penyediaan
yang mempunyai arti makanan.
pakan alami yang selektif dan
Sedangkan alami menurut arti
penyediaan pakan alami secara
katanya adalah sesuatu yang berasal
nonselektif seperti pemupukan di
dari alam. Oleh karena itu pakan
lahan perairan. Penyediaan pakan
alami adalah pakan yang dikonsumsi
alami secara selektif adalah
oleh organisme yang berasal dari
melakukan budidaya pakan alami ini
alam.
secara terpisah dengan wadah
budidaya ikan, sedangkan budidaya
Pakan alami merupakan salah satu
pakan alami secara nonselekstif
jenis pakan ikan hias dan ikan
adalah melakukan budidaya pakan
konsumsi air tawar, payau dan laut.
alami bergabung dengan ikan yang
Pakan alami adalah pakan yang
akan dibudidayakan dimana kegiatan
disediakan secara alami dari alam
tersebut dilakukan pada saat
dan ketersediaannya dapat di
dilakukan persiapan kolam untuk
budidayakan oleh manusia,
budidaya.
sedangkan pakan buatan adalah
pakan yang hanya dibuat oleh
manusia dengan menggunakan Agar dapat membudidayakan pakan
beberapa bahan baku dan formulasi alami maka harus dikuasai teknik
pakannya disesuaikan dengan budidayanya yang didasarkan pada
kebutuhan ikan. pengetahuan aspek biologi dan
kimianya yang mencakup: morfologi,

329
tahapan stadia seperti berwarna hijau, biru atau
perkembangbiakkannya, daur hidup coklat. Hal ini dikarenakan didalam
dan habitat, kecepatan dan tingkat tubuh phytoplankton terdapat zat
pertumbuhan, kebiasaan dan cara warna atau pigmen. Zat warna atau
makan atau unsur hara yang pigmen ini dapat diklasifikasikan
dibutuhkan untuk hidup dan yaitu :
pertumbuhan serta nilai gizi pakan
1. Warna biru (Fikosianin)
alami.
2. Warna hijau (Klorofil)
3. Warna pirang (Fikosantin)
4. Warna merah (Fikoeritrin)
Pakan alami sangat cocok untuk
5. Warna kuning (Xantofil)
benih ikan/udang dan ikan hias
6. Warna keemasan (Karoten)
karena pakan alami sangat mudah
dicerna didalam tubuh benih
ikan/udang dan ikan hias. Selain itu Berdasarkan zat warna yang dimiliki
nilai gizi pakan alami sangat lengkap oleh alga ini, maka alga dapat
dan sesuai dengan tubuh ikan, tidak dikelompokkan menjadi :
menyebabkan penurunan kualitas air
1. Alga Hijau (Kelas
pada wadah budidaya ikan,
Chlorophyceae)
meningkatkan daya tahan tubuh
2. Alga Coklat (Kelas
benih ikan terhadap penyakit dan
Bacillariophyceae/kelas
perubahan kualitas air, mudah
Phaephyceae)
ditangkap karena pergerakan pakan
3. Alga Keemasan (Kelas
alami tidak begitu aktif dan
Chrysophyceae)
berukuran kecil sesuai dengan
4. Alga Merah (Kelas
bukaan mulut larva.
Rhodophyceae)
5. Alga Hijau Kebiruan (Kelas
Cyanophyceae)
Pakan alami yang dapat
dibudidayakan dan banyak terdapat
dialam dapat dikelompokkan menjadi Beberapa jenis phytoplankton yang
tiga yaitu phytoplankton, zooplankton sudah dapat dibudidayakan dan
dan benthos. Phytoplankton adalah dikonsumsi oleh ikan/udang/ikan hias
organisme air yang melayang-layang antara lain adalah :
mengikuti pergerakan air dan berupa
1. Kelas Chlorophyceae, mem-
jasad nabati. Dalam siklus hidupnya
punyai ciri-ciri :
phytoplankton melakukan proses
x Bersel tunggal tidak bergerak,
fotosintesa dan berukuran kecil yaitu
misalnya Chlorococcum,
terdiri dari satu sel atau beberapa sel.
Chlorella.
Bentuk phytoplankton antara lain:
oval, bulat dan seperti benang. x Bersel tunggal dapat
bergerak, misalnya
Chlamydomonas, Euglena,
Phytoplankton yang hidup di dalam Tetraselmis.
perairan ini akan memberikan warna
yang khas pada perairan tersebut

330
x Bentuk koloni dapat bergerak, Beberapa aspek biologi dari
misalnya Volvox, phytoplankton yang sudah dapat
Scenedesmus. dibudidayakan secara massal antara
x Bentuk koloni yang tidak lain adalah :
bergerak, misalnya 1. Aspek biologi Chlorella sp. :
Hydrodictyon reticulatum x Alga sel tunggal
x Bentuk benang, misalnya x Bentuknya bulat atau bulat
Spyrogyra, Oedogonium telur
x Bentuk lembaran, misalnya, x Mempunyai khloroplas seperti
Ulva, Chara cawan, dindingnya keras,
padat dan garis tengahnya 5
Selain itu ciri-ciri umum yang mikron.
dimiliki dari alga hijau ini adalah: x Perkembangbiakan terjadi
secara aseksual, yaitu
x Berwarna hijau rumput
dengan pembelahan sel atau
karena mengandung khlorofil
pemisahan autospora dari sel
x Mempunyai empat bulu induknya.
cambuk.
x Habitatnya adalah tempat-
x Reproduksi sel terjadi secara tempat yang basah dan
vegetatif aseksual dan medianya mengandung
seksual cukup unsur hara seperti N, P,
K dan unsur mikro lainnya
2. Kelas Bacillariophyceae mem- (karbon, nitrogen, fosfor,
punyai ciri-ciri : sulfur dan lain-lain)
x Berwarna coklat karena
mengandung silikat Untuk lebih jelasnya dapat
x Berbentuk seperti cawan petri dilihat pada Gambar 7.1.
x Reproduksi secara
pembelahan sel
x Bersel tunggal, misalnya
Chaetoceros calcitran dan
Skeletonema costatum

3. Kelas Cyanophyceae, mem-


punyai ciri-ciri :
ƒ Berwarna hijau kebiruan
karena mengandung klorofil
dan pigmen kebiru-biruan
yaitu phycocyanin
ƒ Berbentuk benang yang
melingkar seperti spiral,
misalnya Spirulina. Gambar 7.1. Chlorella sp

331
bersatunya khloroplas dari
2. Aspek biologi Tetraselmis sp. gamet jantan dan betina
x Alga sel tunggal yang x Hidup di perairan pantai atau
bergerak aktif laut dengan kisaran salinitas
x Mempunyai empat buah 27 – 37 permil.
flagella dan berukuran 7 – 12 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
mikron pada gambar 7.2.
x Mempunyai kloroplas
x Perkembangbiakan secara
aseksual yaitu pembelahan
sel dan seksual yaitu dengan

Gambar 7.2. Tetraselmis sp

3. Aspek biologi Scenedesmus sp. melalui suatu pecahan pada


x Jenis alga yang berkoloni dinding sel induk.
x Mempunyai kloroplas pada
selnya Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
x Perkembangbiakkannya pada Gambar 7.3.
dengan pembentukan koloni,
dari setiap sel induk dapat
membentuk sebuah koloni
awal yang membebaskan diri

332
Gambar 7.3. Scenedesmus sp

4. Aspek biologi Skeletonema 5. Aspek biologi Spirulina sp.


costatum x Alga hijau biru yang
x Bersel tunggal, berukuran 4– berbentuk spiral dan memiliki
6 mikron dinding sel tipis yang
x Mempunyai bentuk seperti mengandung murein
kotak dengan sitoplasma x Mempunyai dua macam
yang memenuhi sel dan tidak ukuran yaitu jenis kecil
memiliki alat gerak berukuran 1–3 mikron dan
x Perkembangbiakan melalui jenis besar berukuran 3–12
pembelahan sel mikron
x Perkembangbiakan terjadi
secara aseksual atau
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pembelahan sel yaitu dengan
pada Gambar 7.4.
memutus filamen menjadi
satuan-satuan sel yang
membentuk filamen baru.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat


pada Gambar 7.5.

Gambar 7.4. Skeletonema


costatum

333
Gambar 7.5. Spirulina, sp

Gambar 7.6. Brachionus sp


Jenis pakan alami yang kedua
adalah zooplankton yaitu organisma
air yang melayang-layang mengikuti
pergerakan air dan berupa jasad 2. Brachiopoda, yaitu Artemia salina
hewani. Jenis zooplankton yang
biasa digunakan sebagai makanan
Ciri-cirinya antara lain adalah :
larva atau benih ikan/udang/ikan hias
dan sudah dapat dibudidayakan y Telurnya berwarna coklat
secara massal adalah : dengan diameter 200 – 300
mikron, sedangkan pada saat
1. Rotifera, yaitu Brachionus sp.
dewasa berwarna kuning
cerah
Ciri-cirinya antara lain adalah : y Perkembangbiakan dengan
dua cara yaitu
x Berwarna putih
parthenogenesis dan
x Tubuhnya berbentuk seperti biseksual
piala dan mempunyai y Nauplius tubuhnya terdiri dari
panjang 60 – 80 mikron tiga pasang anggota badan
x Terlihat koronanya dan yaitu antenula, antenna I
terdapat bulu getar yang yang berfungsi sebagai alat
bergerak aktif sensor dan antenna II yang
x Perkembangbiakannya berfungsi sebagai alat gerak
dilakukan dengan dua cara atau penyaring makanan dan
yaitu secara parthe- rahang bawah belum
nogenesis dan seksual sempurna.
y Artemia dewasa berukuran 1-
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat 2 cm dengan sepasang mata
pada Gambar 7.6. majemuk dan 11 pasang
thoracopoda

334
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat 3. Cladocera, yaitu Moina sp. Dan
pada Gambar 7.7 Daphnia sp.

Ciri-cirinya antara lain adalah :


y Berwarna merah karena
mengandung haemoglobin
y Bergerak aktif
y Bentuk tubuh membulat untuk
moina dan lonjong untuk
daphnia
y Perkembangbiakannya
secara sexual dan
parthenogenesis

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat


pada Gambar 7.8 dan 7.9.

Gambar 7.7. Artemia salina

Gambar 7.8. Moina sp Gambar 7.9. Daphnia sp

4. Infusaria, yaitu Pharamecium sp. x Berwarna putih

Ciri-cirinya antara lain adalah : Untuk lebih jelasnya dapat dilihat


pada Gambar 7.10.
x Bersel tunggal
335
Gambar 7.11. Cacing rambut
(Tubifex sp)

Ciri-ciri benthos secara umum


antara lain adalah :
x Berwarna merah darah karena
banyak mengandung
haemoglobin.
x Berbentuk seperti benang yang
bersegmen-segmen.

Gambar 7.10. Paramecium


Berdasarkan media tumbuhnya
pakan alami dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu pakan
Jenis pakan alami yang ketiga yang alami air tawar dan pakan alami air
dapat diberikan kepada ikan hias, laut. Jenis pakan alami air tawar
larva dan benih ikan/udang/ikan hias yang sudah banyak dibudidayakan
adalah benthos. Benthos adalah antara lain adalah Moina, Daphnia,
organisma air yang hidupnya di Brachionus, Tubifex , sedangkan
dasar perairan. Benthos yang biasa jenis pakan alami air laut yang sudah
dimanfaatkan dan dapat dibudidayakan adalah jenis-jenis
dibudidayakan sebagai makanan phytoplankton, Brachionus, Artemia
ikan antara lain adalah cacing salina.
rambut atau tubifex dan larva
Chironomus sp. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 7.11. Dalam membudidayakan pakan
alami yang akan diberikan kepada
ikan hias dan ikan konsumsi dipilih
jenis pakan alami yang relatif mudah
dan mempunyai siklus hidup yang
singkat. Hal ini bermanfaat untuk
menyediakan pakan alami tersebut
secara kontinu.

Pada bab ini akan diuraikan secara


detail tentang budidaya pakan alami
dari kelompok phytoplankton,
zooplankton dan benthos.

336
7.2. BUDIDAYA
PHYTOPLANKTON

Agar dapat membudidayakan


phytoplankton harus dilakukan
beberapa kegiatan yaitu :
1. Persiapan wadah dan peralatan
budidaya
2. Penyiapan media budidaya
3. Pemilihan bibit dan
menginokulasi bibit
4. Pemeliharaan pakan alami
Gambar 7.12. Erlemeyer/toples
5. Pemanenan
7.2.1. Wadah dan peralatan Sedangkan peralatannya adalah.
budidaya phytoplankton jarum ose, pipet kaca, tabung reaksi,
mikroskop.
Apakah wadah itu? Wadah adalah
tempat yang digunakan untuk
memelihara organisme air , dalam
hal ini adalah tempat yang digunakan
untuk membudidayakan phytoplakton.
Ada beberapa jenis wadah yang
dapat digunakan untuk
membudidayakan pytoplankton.
Pemilihan jenis wadah ini sangat
bergantung kepada jenis
phytoplankton dan sistem kulturnya.
Gambar 7.13. Cawan petri
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan untuk budidaya
phytoplankton sangat bergantung
pada skala produksi. Tahap awal
dalam membudidayakan
phytoplankton adalah melakukan
isolasi dan kultur murni, wadah yang
digunakan adalah erlemeyer/toples.
Gambar 7.14. Jarum ose

337
Gambar 7.15. Pipet kaca
Gambar 7.17. Mikroskop

Pada tahap selanjutnya adalah tahap


semi massal dan massal, wadah
yang digunakan antara lain adalah
bak semen, tanki plastik, bak beton
dan bak fiber. Sedangkan peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan
budidaya phytoplankton secara semi
massal dan massal antara lain
adalah aerator/blower selang aerasi,
batu aerasi, selang air, timbangan,
saringan halus/seser, ember, gayung,
gelas ukur kaca.
Gambar 7.16. Tabung reaksi

Gambar 7.18. Bak fiber

338
juga untuk mengeluarkan kotoran
dan air pada saat dilakukan
pemeliharaan. Dengan
menggunakan selang air akan
memudahkan dalam melakukan
penyiapan wadah sebelum
digunakan untuk budidaya. Peralatan
lainnya yang diperlukan dalam
membudidayakan phytoplankton
adalah timbangan, timbangan yang
Gambar 7.19. Aerator digunakan boleh berbagai macam
bentuk dan skala digitalnya, karena
fungsi utama alat ini untuk
Untuk membedakan antara kultur menimbang bahan yang akan
semi massal dan massal hanya dari digunakan dalam membudidayakan
volume media yang dapat disimpan phytoplankton.
didalam wadah tersebut. Oleh
karena itu ukuran dari wadah yang Phytoplankton yang dipelihara
akan digunakan sangat menentukan didalam wadah pemeliharaan akan
kapasitas produksi dari pakan alami . tumbuh dan berkembang oleh
karena itu harus dipantau kepadatan
Peralatan yang digunakan untuk populasinya didalam wadah. Alat
budidaya phytoplankton mempunyai yang digunakan adalah gelas ukur
fungsi yang berbeda-beda, misalnya kaca yang berfungsi untuk melihat
aerator digunakan untuk mensuplai kepadatan populasi phytoplankton
oksigen pada saat membudidayakan yang dibudidayakan didalam wadah
pakan alami skala kecil dan pemeliharaan, mikroskop lengkap
menengah, tetapi apabila sudah dengan haemocytometer untuk
dilakukan budidaya secara menghitung kepadatan
massal/skala besar maka peralatan phytoplankton didalam wadah
yang digunakan untuk mensuplai budidaya. Selain itu diperlukan juga
oksigen kedalam wadah budidaya plakton net atau saringan halus pada
menggunakan blower. Peralatan saat akan melakukan pemanenan
selang aerasi berfungsi untuk phytoplankton.
menyalurkan oksigen dari tabung
oksigen kedalam wadah budidaya, Setelah berbagai macam peralatan
sedangkan batu aerasi digunakan dan wadah yang digunakan dalam
untuk menyebarkan oksigen yang membudidayakan pakan alami
terdapat dalam selang aerasi phytoplankton diidentifikasi dan
keseluruh permukaan air yang dijelaskan fungsi dan cara kerjanya ,
terdapat didalam wadah budidaya. langkah selanjutnya adalah
melakukan persiapan terhadap
Selang air digunakan untuk wadah tersebut. Langkah pertama
memasukkan air bersih dari tempat adalah peralatan dan wadah yang
penampungan air kedalam wadah akan digunakan ditentukan sesuai
budidaya. Peralatan ini digunakan dengan skala produksi dan

339
kebutuhan. Peralatan dan wadah Media adalah bahan atau zat
disiapkan untuk digunakan dalam sebagai tempat hidup pakan alami.
budidaya phytoplankton. Wadah Kultur adalah kata lain dari budidaya
yang akan digunakan dibersihkan yang merupakan suatu kegiatan
dengan menggunakan sikat dan pemeliharaan organisme. Jadi
diberikan desinfektan untuk media kultur adalah bahan yang
menghindari terjadinya kontaminasi digunakan oleh suatu organisme
dengan mikroorganisme yang lain. sebagai tempat hidupnya selama
Untuk wadah dan peralatan budidaya proses pemeliharaan. Dalam hal ini
skala laboratorium harus dilakukan phytoplankton pada umumnya
pensucihamaan dilakukan sterilisasi merupakan organisme air yang
dengan alat autoclave atau dengan hidupnya melayang-layang mengikuti
larutan chlorin. Wadah yang telah pergerakan air dalam bentuk jasad
dibersihkan selanjutnya dapat diari nabati dan mempunyai ukuran yang
dengan air bersih. relatif sangat kecil dan disebut
sebagai mikroorganisme. Oleh
Wadah budidaya yang telah diairi karena itu untuk dapat
dapat digunakan untuk memelihara membudidayakan phytoplankton kita
phytoplankton. Air yang dimasukkan harus menyiapkan media yang tepat
kedalam wadah budidaya harus untuk phytoplankton tersebut agar
bebas dari kontaminan seperti dapat tumbuh dan berkembang.
pestisida, deterjen dan chlor. Air
yang digunakan sebaiknya diberi Media seperti apakah yang dapat
oksigen dengan menggunakan digunakan untuk tumbuh dan
aerator dan batu aerasi yang berkembang pakan alami dari
disambungkan dengan selang aerasi. kelompok phytoplankton ini. Media
Aerasi ini dapat digunakan pula tempat tumbuhnya pakan alami
untuk menetralkan chlor atau sangat berbeda untuk setiap jenis
menghilangkan karbondioksida pakan alami. Pada subbab
didalam air. sebelumnya sudah dijelaskan
berbagai jenis pakan alami yang
dapat dibudidayakan. Setiap jenis
7.2.2. Penyiapan media budidaya pakan alami tersebut mempunyai
phytoplankton media tumbuh yang berbeda.
Didalam buku ini akan dibicarakan
Bagaimanakah anda melakukan tentang media tumbuh dari
penyiapan media kultur yang akan phytoplankton.
digunakan untuk membudidayakan
phytoplankton secara terkontrol ? Jenis phytoplankton yang banyak
Apakah media kultur itu? Untuk dibudidayakan pada usaha budidaya
menjawab pertanyaan tersebut mari perikanan laut adalah Chlorella,
kita diskusikan dan pelajari bab pada Tetraselmis dan Skeletonema
buku ini atau mencari referensi lain costatum. Dari ketiga jenis
dari internet , majalah dan phytoplankton tersebut secara
sebagainya. proses pembuatan medianya hampir
sama yang membedakannya adalah

340
jenis pupuk dan volume media yang membuat kultur murni dengan
digunakan. Media tempat tumbuhnya menggunakan media agar . Media
phytoplankton ini dapat yang digunakan pada saat inokulasi
dikelompokkan dalam tiga tahap adalah media agar yang dilengkapi
kegiatan yaitu isolasi dan teknik dengan larutan nutrien pengkaya ,
kultur murni di laboratorium, teknik larutan trace element dan vitamin.
kultur skala semi massal dan teknik Media nutrient tersebut mengandung
kultur skala massal. bahan-bahan kimia yang digunakan
untuk sintesis protoplasma pada
proses kulturnya. Setelah media
Media Kultur murni kultur skala laboratorium disiapkan
langkah selanjutnya adalah
Teknik kultur phytoplankton dalam melakukan penebaran bibit pakan
skala laboratorium dilakukan dalam alami. Sumber nutrient yang
ruangan tertutup dan ber-AC. Hal ini digunakan untuk tumbuhnya
diperlukan agar suhu selalu phytoplankton dalam kultur murni
terkendali dan mencegah kontak digunakan bahan kimia Pro Analis
dengan lingkungan luar yang dapat (PA) dengan dosis pemakaian 1
menyebabkan kontaminasi sehingga ml/liter kultur. Pupuk yang umum
mengurangi kemurnian digunakan adalah pupuk Conwy dan
phytoplankton yang dikultur. Sumber pupuk Guillard . Pupuk Conwy
cahaya yang digunakan agar proses digunakan untuk phytoplankton hijau
fotosintesis terjadi adalah lampu sedangkan pupuk Guillard untuk
neon TL dengan kekuatan cahaya phytoplankton coklat. Untuk lebih
2000 – 8000 lux, sedangkan sumber jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.1
aerasi menggunakan HI-Blower dan 7.2. Jenis pupuk yang akan
tersendiri yang dilengkapi dengan digunakan untuk melakukan kultur
saringan untuk memperkecil murni beberapa jenis phytoplankton
kontaminasi. sangat bermacam-macam biasanya
jenis medium yang digunakan
Metode kultur murni phytoplankton di disesuaikan dengan jenis
laboratorium untuk memperoleh satu phytoplankton yang akan di kultur
jenis phytoplankton (monospesies) secara murni. Pada tabel 7.1 dan 7.2
dapat dilakukan dengan beberapa merupakan komposisi nutrien yang
cara yaitu : biasa digunakan untuk membuat
1. Metode media agar medium pada jenis phytoplankton
2. Metode subkultur dari air laut. Untuk jenis
3. Metode pengenceran berseri phytoplankton dari perairan tawar
4. Metode pipet kapiler dapat dilakukan dengan komposisi
nutrien yang berbeda. Berdasarkan
hasil penelitian ada beberapa
Metode media agar komposisi nutrien untuk membuat
medium pada phytoplankton air
Metode media agar adalah suatu tawar antara lain adalah media
metode pemurnian individu dari Benneck, media Demer dan media
suatu sampel perairan dengan cara Bristole. Untuk lebih jelasnya

341
komposisi ketiga media tersebut
dapat dilihat pada Tabel 7.3.

Tabel 7.1. Komposisi pupuk pada media stok murni kultur algae
Pupuk
No. Bahan kimia Pupuk Guillard
Conwy/wayne
1. EDTA 45 gram 10 gram
2. NaH2PO4.2H2O 20 gram 10 gram
3. FeCl3.6H2O 1,3 gram 2,9 gram
4. H3BO3 33,6 gram -
5. MnCl2.4H2O 0,36 gram 3,6 gram
6. NaNO3 100 gram 100 gram
7. Na2SiO3.9H2O - 5 gram/30 ml
8. Trace Metal Solution 1 ml 1 ml
9. Vitamin 1 ml 1 ml
10. Aquades sampai 1000 ml 1000 ml

Tabel 7.2. Komposisi Trace Metal Solution


Pupuk
No. Bahan kimia Pupuk Guillard
Conwy/Wayne
1. ZnCL2 2,1 gram -
2. CuSO4. 5 H2O 2,0 gram 1,96 gram
3. ZnSO4. 7 H2O - 4,40 gram
4. CoCl2. 6 H2O 2,0 gram 2,00 gram
5. (NH4)6. Mo7O24. 4 H2O 0,9 gram 1,26 gram
6. Aquabides sampai 100 ml 100 ml

342
Tabel 7.3. Komposisi pupuk pada phytoplankton air tawar (Chlorella sp)

Media
No. Bahan kimia Media Demer Media Bristole
Benneck
1. MgSO4 100 mg/l 550 mg/l -
2. KH2PO4 200 mg/l 250 mg/l 7 g/400ml
3. NaNO3 500 mg/l - 10g/400 ml
4. FeCl3 Sedikit - -
5. Ca(NO3)2 - 1000 mg/l -
6. KCl - 250 mg/l -
7. CaCl2.2H2O - - 1 g/400ml
8. MgSO4,7H2O -- - 3 g/400ml
9. K2HPO4 - - 3 g/400ml
10. NaCl - - 1 g/400ml

Pada metode agar ini peralatan yang


digunakan adalah mikroskop, Sterilisasi peralatan dan bahan yang
peralatan gelas (erlemeyer, beker akan digunakan dapat dilakukan
glass, toples, petri dish, pipet, tabung dengan cara :
reaksi), alat penghitung plankton 1. Air laut yang akan digunakan
(Haemocytometer, hand counter), dilakukan sterilisasi dengan
alat ukur kualitas air (termometer, berbagai cara diantarany adalah
refraktometer, pH meter dll), perebusan selama 10 menit,
timbangan, oven/autoclave, lemari es, dengan memberikan sinar
air conditioner, blower, lampu neon. ultraviolet atau ozonisasi,
Sedangkan bahan-bahan yang penyaringan dengan
digunakan selain bahan-bahan yang menggunakan plankton net
digunakan untuk membuat pupuk ukuran 15 mikron atau pemberian
ditambah lagi agar difco, formalin, larutan chlorine 60 ppm,
aquades, alkohol, air laut steril. kemudian diaduk rata selama
beberapa menit dan dinetralkan
Kegiatan yang dilakukan dalam dengan Natrium Thiosulfat 20
melakukan kultur murni untuk semua ppm.
metode adalah hampir sama , dalam 2. Sedangkan peralatan yang akan
metode media agar kegiatan yang digunakan juga dapat dilakukabn
harus dilakaukan antara lain adalah : dengan beberapa cara
1. Sterilisasi peralatan dan bahan diantaranya adala perebusan,
2. Pembuatan media agar perendaman dalam larutan
3. Kultur di media agar kaporit/chlorine 150 ppm,
4. Kultur di media cair pemberian alkohol, diautoclave
5. Pembuatan pupuk dengan temperature 100oC
6. Penghitungan phytoplankton dengan tekanan 1 atm selama 20
7. penyimpanan menit atau di oven.

343
2. Biarkan media tersebut dan
Setelah peralatan dan bahan yang biasanya inokulum akan tumbuh
akan digunakan disterilisasi langkah setelah 4 – 7 hari dilakukan
selanjutnya adalah membuat media penggoresan dengan terlihatnya
agarnya dengan cara : koloni plankton yang tumbuh
1. Bahan yang akan digunakan pada media agar tersebut. Amati
untuk membuat media agar dibawah mikroskop koloni
adalah 1,5 gram Bacto agar tersebut dan ambil koloni yang
dalam 100 ml air laut di tambah diinginkan dan dikultur pada
dengan pupuk Conwy untuk media agar miring dalam tabung
green algae dan pupuk silikat reaksi yang akan digunakan
untuk Diatomae. sebagai bibit.
2. Panaskan agar dan media 3. Koloni murni ini selanjutnya
tersebut dengan menggunakan diinkubasi pada ruangan ber AC.
hotplate atau microwave sampai
cairannnya mendidih dan Kultur selanjutnya setelah diperoleh
masukkan kedalam autoclave koloni murni pada tabung rekasi
pada suhu 120oC dengan langkah selanjutnya adalah
tekanan 1 atm selama 20 menit . melakukan kultur koloni plankton
3. Biarkan agak dingin sebentar yang diperoleh tersebut pada media
kemudian tambahkan vitamin cair. Kultur murni dimedia cair ini
setelah itu larutan agar dan dapat dilakukan dengan berbagai
pupuk tersebut dituangkan macam media yang sudah biasa
kedalam petridish atau tabung dilakukan. Adapun prosedur yang
reaksi dan dibiarkan sampai harus dilakukan adalah :
dingin dan membeku kemudian 1. Siapkan erlemeyer yang telah
simpan di dalam lemari es. disterilisasi
2. Masukkan air laut dan pupuk
Langkah selanjutnya adalah sesuai dengan media yang
melakukan kultur murni/isolasi diinginkan pada setiap jenis
plankton pada media agar yang telah phytoplankton
disiapkan sebelumnya. Adapun 3. Lakukan inokulasi bibit
langkah yang harus dilakukan phytoplankton dari hasil kultur
adalah: murni
1. Ambil contoh air plankton dengan 4. Amati pertumbuhan
jarum ose yang telah phytoplankton tersebut dengan
dipanaskan/disterilisasi dan menghitung kepadatan populasi
oleskan kepermukaan media phytoplankton.
agar, pengolesan jarum ose pada
media agar ini dilakukan dengan Media yang akan digunakan sebagi
cara zigzag, kemudian tutup dan pupuk pada media agar ini banyak
simpan media agar yang telah sekali macamnya antara lain adalah
digoresi dengan plankton pada media Zarrouk, media Berneck,
suhu kamar dibawah sinar media detmer, media allan miquel,
cahaya lampu neon secara terus media mollish dan media TMRL.
menerus.

344
Volume media kultur murni biasanya 2. Bilaskan peralatan pada point
adalah bertahap mulai dari isolasi satu dengan menggunakan HCl
dalam tabung rekasi volume 10 – 15 0,1 N dan kemudian dibilas
ml, kemudian dipindahkan pada kembali dengan akuades.
botol erlemeyer dengan volume yang 3. Biarkan peralatan tersebut kering
bertahap dari100 ml , 250 ml, 500 ml udara
dan botol kultur 1 liter yang 4. Setelah peralatan kering udara
kemudian dikembangkan dari ukuran masukkan peralatan tersebut ke
2 liter sampai 30 liter. dalam autoclave dengan suhu
120oC dengan tekanan 1 atm
selama 20 menit atau
Metode subkultur menggunakan oven dengan suhu
150oC selama 1 jam.
Metode subkultur adalah suatu 5. Sedangkan untuk bahan yang
metode mengisolasi mikroalga akan digunakan sebagi media
dimana metode ini dapat digunakan kecuali vitamin, sterilisasi
jika mikroalga yang kita inginkan dilakukan dengan cara memakai
bukan mikroalga yang dominan. autoclave pada suhu 120oC
Peralatan yang digunakan dalam dengan tekanan 1 atm selama 15
mengisolasi phytoplankton dengan menit. Karena pemanasan dapat
metode ini adalah mikroskop, pipet, merusak vitamin maka larutan ini
autoclave, oven, Haemocytometer, disterilisasikan dengan
gelas ukur, gelas piala dan tabung menggunakan metode
rekasi. Bahan-bahan yang digunakan penyaringan.
adalah medium Bristole, air tanah,
akuades, vitamin B12, vitamin B6, Isolasi mikroalga dengan
vitamin B1 dan sampel air kolam. menggunakan metode subkultur
dapat dilakukan dengan mengikuti
Adapun prosedur yang digunakan prosedur sebagai berikut :
dalam metode subkultur ada dua 1. Siapkan air tanah dengan
tahapan yaitu pertama melakukan melarutkan 1 sendok teh tanah
sterilisasi peralatan dan bahan yang kering dalam 200 ml air,
akan digunakan , kedua adalah kemudian tempatkan dalam
melakukan isolasi. wadah yang tertutup. Kukus
Sterilisasi dilakukan pada semua alat media selama dua jam pada dua
dan bahan yang akan digunakan hari berturut-turut, kemudian
dalam kultur mikroalga/ dinginkan dalam suhu ruang atau
phytoplankton. Untuk peralatan gelas di lemari es selama 24 jam
seperti pipet, gelas ukur, gelas piala sebelum digunakan.
dan tabung reaksi dapat dilakukan 2. Buat medium air tanah dengan
dengan cara sebagai berikut : cara mencampurkan 960 ml
1. Mencuci semua peralatan medium Bristol dengan 40 ml air
tersebut dengan menggunakan tanah.
sabun yang tidak mengandung 3. Ambil masing-masing 1 ml
deterjen kemudian dibilas sampai sampel air kolam kemudian
bersih. encerkan 10 kali

345
4. Ambil masing-masing 1 ml kedalam tabung reaksi yang telah
sampel air kolam yang sudah berisi medium Bristol sebanyak 9
diencerkan tadi lalu masukkan ml.
masing-masing kedalam tabung 3. Lakukan pengenceran seperti
reaksi yang sudah berisi 9 ml tahapan ke dua tersebut sampai
media Bristol dan media air tanah. lima kali pengenceran.
5. Letakkan tabung reaksi dalam 4. Susun semua tabung reaksi
rak kemudian di tempatkan tersebut dalam rak tabung reaksi
dibawah lampu dan amati kemudian letakkan di bawah
pertumbuhan dan jenis mikroalga cahaya lampu.
yang tumbuh pada masing- 5. Amati pertumbuhan dan jenis
masing media. mikroalga yang tumbuh dominan
selama 7 hari dibawah mikroskop
dan hitung populasi kepadatan
Metode Pengenceran Berseri mikroalga atau phytoplankton
dengan menggunakan
Metode pengenceran berseri Haemocytometer.
merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengisolasi
mikroalga atau phytoplankton jika Metode Pipet Kapiler
jenis mikroalga atau phytoplankton
yang kita inginkan adalah jenis yang Metode kultur murni dengan
dominan. Adapun peralatan yang menggunakan metode pipet kapiler
digunakan adalah sama dengan dapat dilakukan dengan cara sel
metode subkultur, sedangkan bahan mikroalga atau phytoplankton yang
yang digunakan adalah medium akan dikultur dipisahkan dengan
Bristol, akuades, sampel air kolam, menggunakan pipet kapiler steril lalu
vitamin B12, vitamin B6 dan vitamin dipindahkan ke dalam media yang
B1. sesuai. Pipet yang akan digunakan
Peralatan dan bahan yang akan untuk metode ini adalah pipet yang
digunakan dalam metode mempunyai diameter berkisar antara
pengenceran berseri dilakukan 3 – 5 kali besar phytoplankton yang
isolasi. Isolasi peralatan dan bahan akan diisolasi dan pipetnya dilakukan
yang akan digunakan sama dengan pembakaran pada bagian ujungnya.
metode subkultur. Sedangkan Proses isolasi ini dilakukan dibawah
prosedur isolasi dengan cara mikroskop dengan cara mengambil
pengenceran berseri dengan phytoplankton yang diperoleh
prosedur sebagai berikut : dengan menggunakan alat plankton
1. Ambil sampel air kolam sebanyak net. Kemudian phytoplankton
1 ml kemudian diencerkan tersebut dilakukan penyaringan dan
dengan cara dimasukkan dalam diteteskan pada gelas obyek.
tabung reaksi yang telah berisi 9 Dengan menggunakan pipet kapiler
ml medium Bristol lalu aduk. ambil tetesan pytoplankton tersebut
2. Ambil lagi 1 ml sampel dari dan amati dibawah mikroskop.
tabung reaksi pada tahap 1 Kemudian pytoplankton tersebut
tersebut, kemudian masukkan dikultur dalam tabung reaksi volume

346
10 ml yang telah diperkaya dengan dilakukan diruang terbuka tetapi
jenis pupuk yang sesuai dengan beratap transparan agar bisa
phytoplankton yang akan diisolasi memanfaatkan sinar matahari.
dan lakukan pengamatan jenis Kegiatan ini umumnya dilakukan
phytoplankton yang tumbuh dibawah dalam akuarium bervolume 100 liter
mikroskop setiap hari dan lakukan sampai dengan bak fiber 0,3 m3. Bibit
kegiatan tersebut sampai diperoleh yang digunakan untuk kultur semi
jenis phytoplankton yang diinginkan. massal berasal dari kultur murni.
Bibit yang digunakan diambil
sebanyak 5 – 10% dari volume total
Media kultur semi massal dan yang akan dikultur. Pupuk yang
massal digunakan adalah pupuk teknis dan
sewaktu-waktu dapat menggunakan
Media yang digunakan untuk teknik pupuk laboratorium. Komposisi jenis
kultur phytoplankton skala semi pupuk yang digunakan pada media
massal berbeda dengan teknik kultur dapat dilihat pada Tabel 7.4.
kultur murni. Pada teknik kultur ini

Tabel 7.4. Komposisi pupuk phytoplankton Semi Massal


Pupuk Pupuk Pupuk Pupuk
No. Bahan kimia
Conwy Guillard TMRL BBL SM

1. NaNO3/KNO3 100 gr 84,2 gr 100 gr 50 gr


2. Na2EDTA 5 gr 10 gr - 5 gr
3. FeCl3 1,3 gr 2,9 gr 3 gr 1 gr
4. MnCl2 0,36 gr 0,36 gr - -
5. H3BO3 33,6 gr - - -
6. Na2HPO4 20 gr 10 gr 10 gr 10 gr
7. Na2SiO3 - 50 gr 1 gr 15 ml
8. Trace metal Solution 1 ml 1 ml - 0,5 ml
9. Vitamin 1 ml 1 ml - 1 ml
10. Aquabides 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
11. Urea - - - 40 gr
12. ZA - - - 30 gr

Teknik kultur phytoplankton Teknik kultur yang terakhir adalah


selanjutnya adalah teknik kultur skala teknik kultur skala massal dimana
massal, dengan menggunakan bibit pada teknik ini bibit yang digunakan
dari hasil kultur skala semi massal. berasal dari teknik skala semi massal.
Volume media kultur semi massal Kegiatan ini dilakukan pada bak-bak
100 liter sampai 0,3 meterkubik. kultur berukuran besar dan dilakukan
diluar ruangan dengan volume

347
berkisar antara 40 – 100 meterkubik. seperti urea, ZA, TSP. Komposisi
Media kultur yang dibuat pada tahap pupuk untuk teknik kultur secara
ini menggunakan pupuk teknis massal dapat dilihat pada Tabel 7.5.

Tabel 7.5. Komposisi pupuk kultur massal


Pupuk Pupuk Pupuk Pupuk Pupuk
No. Bahan kimia Yashima diatom Phyto Phyto Phyto
(ppm) (ppm) A B C
(ppm) (ppm) (ppm)

1. Urea 10 30 30 50 50
2. ZA 100 40 30 20 50
3. TSP 10 20 10-15 10-15 15-20
4. Molase/orgami - 10 10 10 15
5. Silikat Teknis - 5-20 - - -

Langkah kerja dalam menyiapkan dengan memasukkan kedalam


media tempat tumbuhnya pakan arus listrik.
alami phytoplankton semi massal 6. Masukkan air bersih yang tidak
dan massal adalah :. terkontaminasi kedalam wadah
1. Siapkan alat dan bahan yang budidaya dengan menggunakan
akan digunakan dan sebutkan selang plastik dengan kedalaman
fungsi dan cara kerja peralatan air yang telah ditentukan.
tersebut! 7. Tentukan media tumbuh yang
2. Tentukan wadah yang akan akan digunakan dan hitung
digunakan untuk jumlah pupuk yang dibutuhkan
membudidayakan pakan alami ! sesuai dengan dosis yang telah
3. Bersihkan wadah dengan ditetapkan.
menggunakan sikat dan disiram 8. Timbanglah pupuk sesuai
dengan air bersih, kemudian dengan dosis yang telah
lakukan pensucihamaan wadah ditentukan.
dengan menggunakan 9. Buatlah larutan terhadap
desinfektan sesuai dengan berbagai macam pupuk pada
dosisnya. wadah yang sesuai, jika sudah
4. Bilaslah wadah yang telah terbentuk larutan masukkan
dibersihkan dengan kedalam wadah yang digunakan
menggunakan air bersih. untuk budidaya pakan alami
5. Pasanglah peralatan aerasi 10. Media tempat tumbuhnya pakan
dengan merangkaikan antara alami siap untuk ditebari dengan
aerator, selang aerasi dan batu bibit sesuai dengan kebutuhan
aerasi, masukkan kedalam produksi
wadah budidaya. Ceklah 7.2.3 Penebaran bibit/ Inokulasi
keberfungsian peralatan tersebut

348
Setelah media tempat tumbuhnya inokulasi. Identifikasi jenis-jenis
pakan alami disiapkan langkah pakan alami air laut telah dipelajari
selanjutnya adalah melakukan pada bab sebelumnya . Oleh karena
penebaran bibit pakan alami. itu dalam bahasan selanjutnya
Peristilahan penebaran bibit pakan diharapkan sudah dikuasai dan
alami biasanya menggunakan kata dipahami tentang jenis-jenis pakan
melakukan inokulasi bibit pakan alami yang akan dibudidayakan. Ada
alami kedalam media tempat beberapa jenis phytoplakton yang
tumbuhnya pakan alami. Apakah merupakan pakan alami bagi ikan
inokulasi itu? Bagaimana anda hias maupun ikan konsumsi.
melakukan inokulasi/menebar bibit
pakan alami pada media kultur ? Langkah selanjutnya setelah dapat
Dalam buku ini akan diuraikan mengidentifikasi jenis-jenis pakan
secara singkat tentang alami yang akan ditebar kedalam
seleksi/pemilihan bibit pakan alami media kultur adalah melakukan
yang akan diinokulasi dan cara pemilihan terhadap bibit pakan alami.
melakukan inokulasi pada media Pemilihan bibit pakan alami yang
kultur pakan alami. akan ditebar kedalam media kultur
harus dilakukan dengan tepat. Bibit
Kata inokulasi diambil dari bahasa yang akan ditebar kedalam media
Inggris yaitu inoculate yang kultur harus yang sudah dewasa.
mempunyai arti menyuntik atau Perkembangbiakan pakan alami di
memberi vaksinasi. Dalam dalam media kultur dapat dilakukan
peristilahan dunia perikanan dengan dua cara yaitu secara sexual
diterjemahkan menjadi memasukkan dan asexual. Perkembangbiakan
bibit pakan alami kedalam media secara asexual (tidak kawin) yang
kultur dengan cara disuntikkan atau disebut dengan Parthenogenesis
ditebar secara langsung. Digunakan terjadi dalam keadaan normal.
peristilahan ini karena yang
ditebarkan kedalam media kultur Pakan alami mempunyai umur hidup
adalah mikroorganisme yang yang relatif singkat, untuk kelompok
memiliki ukuran kecil antara 45 – 300 phytoplankton hanya dibutuhkan
μm. waktu beberapa hari saja sudah
mencapai puncak populasi dan akan
Ada beberapa langkah yang harus mati. Setelah dilakukan seleksi bibit
dilakukan sebelum melakukan pakan alami dari kelompok
inokulasi bibit pakan alami kedalam phytoplankton dilakukan penebaran
media kultur yaitu pertama bibit pakan alami sesuai dengan
melakukan identifikasi jenis bibit jenis dan volume media kultur yang
pakan alami, kedua melakukan telah ditentukan. Kultur pakan alami
seleksi terhadap bibit pakan alami, phytoplankton biasanya untuk
ketiga melakukan inokulasi bibit kebutuhan produksi menggunakan
pakan alami sesuai dengan prosedur. teknik kultur massal dan bibit yang
Identifikasi pakan alami perlu ditebarkan pada teknik kultur massal
dilakukan agar tidak terjadi ini berasal dari teknik kultur semi
kesalahan dalam melakukan massal, sedangkan bibit yang

349
digunakan pada teknik kultur semi kultur dan letakkan dalam wadah
massal berasal dari kultur murni. yang terpisah!
Bibit yang dibudidayakan dari kultur 7. Tentukan padat penebaran yang
murni berasal dari hasil inokulasi dari akan digunakan dalam budidaya
alam yaitu perairan laut atau perairan pakan alami tersebut sebelum
tawar. Padat penebaran bibit dilakukan penebaran.
phytoplankton ini sangat bergantung 8. Hitunglah jumlah bibit yang akan
kepada volume media, waktu ditebar tersebut sesuai dengan
pemanenan dan kebutuhan produksi. point 7.
9. Lakukan penebaran bibit pakan
Cara yang dilakukan dalam alami pada pagi atau sore hari
melakukan inokulasi adalah dengan dengan cara menebarkannya
menebarkannya secara hati-hati secara perlahan-lahan kedalam
kedalam media kultur sesuai dengan media kultur.
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran bibit pakan alami ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu 7.2.4. Pemeliharaan dan
perairan tidak terlalu tinggi yaitu pemanenan Phytoplankton
pada pagi dan sore hari.
Pada subbab ini akan dibahas
Langkah kerja dalam menebar bibit beberapa contoh dalam melakukan
phytoplankton pemeliharaan dan pemanenan
1. Siapkan alat dan bahan yang Phytoplankton antara lain adalah
akan digunakan sebelum Cholrela, Tetraselmis dan
melakukan inokulasi/penebaran Skeletonema costatum.
bibit pakan alami !
2. Siapkan mikroskop dan Chlorella
peralatannya untuk Penyiapan Bibit
mengidentifikasi jenis pakan
alami yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah sampel pakan alami 1. Alat-alat yang akan digunakan
dengan menggunakan pipet dan dicuci dengan deterjen,
letakkan diatas objec glass. kemudian dibilas dengan larutan
4. Letakkan objec glass dibawah klorin 150 ppm
mikroskop dan amati morfologi
pakan alami serta cocokkan 2. Dalam wadah 1 galon:
dengan gambar sebelumnya.
x Menggunakan stoples atau
5. Lakukan pengamatan terhadap
botol “carboys”, slang aerasi,
individu pakan alami beberapa
dan batu aerasi
kali ulangan agar dapat
x Botol diisi medium ± 3 liter,
membedakan tahapan stadia
untuk Chlorella air laut
pada pakan alami yang sedang
menggunakan medium
diamati dibawah mikroskop !
dengan kadar garam 15
6. Lakukanlah pemilihan bibit yang
permil, dan untuk Chlorella air
akan ditebarkan kedalam media
tawar dapat menggunakan air

350
tawar yang disaring dengan penyinaran lampu neon, dan
kain saringan 15 mikron air diudarai terus-menerus
x Air disterilkan dengan cara x Setelah ± 5 hari, Chlorella
mendidihkan, klorinasi, atau sudah tumbuh dengan
penyinaran dengan lampu kepadatan sekitar 10 juta
ultraviolet sel/ml. Airnya berwarna hijau
x Pemupukan dengan segar
menggunakan ramuan Allen- x Hasil penumbuhan ini
Miguel, yang terdiri dari 2 digunakan sebagai bibit pada
larutan, yaitu: (1) Larutan A, penumbuhan dalam wadah
terdiri dari 20 gram KNO3 yang lebih besar.
dalam 100 ml air suling; (2) 2. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton :
Larutan B, terdiri dari: 4 gram x Untuk wadah 60 liter
Na2HPO4.12H2O; 2 gram membutuhkan 1 galon bibit
CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3; dan untuk wadah 1 ton
dan 2 ml HCl; semuanya membutuhkan 5 galon bibit
dilarutkan dalam 80 ml air x Selain dipupuk, dapat
suling dilepaskan ikan mujair besar
x Setiap 1 liter medium, 4-5 ekor/m2 yang diberi
menggunakan 2 ml larutan A makan pelet secukupnya,
dan 1 ml larutan B bertujuan sebagai penghasil
pupuk organik dari
3. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton kotorannya
x Wadah dicuci dan x Wadah disimpan dalam
dibebashamakan. Air untuk ruangan yang kena sinar
medium harus disaring. matahari langsung
Medium dipupuk dengan jenis x Setelah 5 hari pertumbuhan
dan takaran: 100 mg/liter terjadi dan pada puncaknya
pupuk TSP, Urea sebanyak dapat mencapai kepadatan 5
10-15 mg/liter dan pupuk KCl juta sel/ml
sebanyak 10-15 mg/l x Secara berkala medium perlu
x Untuk pertumbuhan dalam dipupuk susulan, penam-
wadah besar (1ton) cukup bahan air baru, dan
menggunakan urea dengan pemberian obat pemberantas
takaran 50 gram/m3 hama
Pemeliharaan Pemanenan
1. Dalam wadah 1 galon : Chlorella dipanen dari perairan
x Bibit ditebar dalam medium masal 60 l/ 1 ton dan dapat langsung
yang telah diberi pupuk, diumpankan pada ikan.
sampai airnya berwarna agak
kehijau-hijauan. Bibit yang Tetraselmis
masuk disaring dengan Penyiapan Bibit
saringan 15 mikron 1. Dalam wadah 1liter
x Wadah disimpan di dalam x Dapat menggunakan botol
ruang laboratorium di bawah erlenmeyer. Botol, slang

351
plastik, dan batu aerasi dicuci - Kobalt korida kristal-
dengan deterjen dan dibilas CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
dengan larutan klorin 150
ml/ton 2. Dalam wadah 1 galon (3 liter):
x Wadah diisi air medium x Dapat menggunakan botol
dengan kadar garam 28 “carboys” atau stoples
permil yang telah disaring x Persiapan sama dengan
dengan saringan 15 mikron. dalam wadah 1 liter
Kemudian disterilkan dengan x Medium dipupuk dengan jenis
cara direbus, diklorin 60 ppm dan takaran sebagai berikut :
dan dinetralkan dengan 20 - Urea – 46 = 100 mg/l
ppm Na2S2O3, atau disinari - Kalium hidrofosfat –
lampu ultraviolet K2HPO4 = 10 mg/l
x Medium dipupuk dengan jenis - Agrimin = 1 mg/l
dan takaran sebagai berikut : - Besi klorida – FeCl3 = 2
- Natrium nitrat – NaNO3 = mg/l
84 mg/l - EDTA (Ethyelene Dinitro
- Natrium dihidrofosfat- Tetraacetic Acid) = 2 mg/l
NaH2PO4 = 10 mg/l atau - Vitamin B1 = 0,005 mg/l
Natrium fosfat- Na3PO4 = - Vitamin B12 = 0,005 mg/l
27,6 mg/l atau Kalsium 3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
fosfat-Ca3(PO4)2 =11,2 x Wadah 200 liter dapat
mg/l menggunakan akuarium, dan
- Besi klorida – FeCl3 = 2,9 untuk 1 ton menggunakan
mg/l bak dari kayu, bak semen,
- EDTA (Ethylene atau bak fiberglass
dinitrotetraacetic acid) = x Persiapan lain sama
10 mg/l x Medium dipupuk dengan jenis
- Tiamin-HCl (vitamin B1) = dan takaran sebagai berikut :
9,2 mg/l - Urea-46 = 100 mg/liter
- Biotin = 1 mikrogram/l - Pupuk 16-20-0 = 5
- Vitamin B12 = mg/liter
1mikrogram/l - Kalium hidrofosfat-
- Tembaga sulfat kristal K2HPO4 = 5 mg/liter atau
CuSO4.5H2O = 0,0196 Kalium dihidrofosfat-
mg/l K2H2PO4 = 5 mg/liter
- Seng sulfat kristal - Agrimin = 1 mg/liter
ZnSO4.7H2O = 0,044 - Besi klorida-FeCl3 = 2
mg/l mg/liter
- Natrium molibdat- x Untuk wadah 1 ton dapat
NaMoO4.7H2O = 0,02 hanya menggunakan urea 60
mg/l -100 mg/liter dan TSP 20 - 50
- Mangan klorida kristal- mg/liter
MnCl2.4H2O = 0,0126
mg/l

352
Pemeliharaan x Hasil penumbuhan di wadah
200 ton digunakan sebagai
1. Dalam wadah 1liter : bibit untuk penumbuhan di
x Bibit ditebar dalam medium wadah 1 ton, sedangkan dari
yang telah diberi pupuk wadah 1 ton dapat digunakan
sebanyak 100.000 sel/ml. sebagai pakan
Airnya diudarai terus-
menerus dan wadah
diletakkan dalam ruang ber- Pemanenan
AC, dan di bawah sinar
lampu neon Cara pemanenan langsung
x Setelah 4-5 hari telah diumpankan dan diambil dari
berkembang dengan budidaya masal 1 ton.
kepadatan 4 - 5 juta sel/ml.
Hasilnya digunakan sebagai Kultur Skeletonema costatum dalam
bibit pada penumbuhan gelas erlemeyer 1 liter
berikutnya
2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) : 1. Gelas erlemeyer, selang dan
x Bibit dari penumbuhan dalam batu aerasi dibersihkan dengan
wadah 1 liter, ditebar dalam cara dicuci bersih dengan
medium yang telah diberi deterjent kemudian dibilas
pupuk, untuk setiap galon dengan Chlorin 150 ppm (150 ml
membutuhkan bibit 100 ml, chlorine dalam 1000 liter air)
hingga kepadatan mencapai 2. Siapkan larutan pupuk A,B,C dan
100.000 sel/ml D. Larutan pupuk A adalah
x Wadah ditaruh di dalam campuran antara 20,2 g KNO3
ruangan ber-AC, di bawah dengan 100 cc aquadest. Larutan
lampu neon, dan airnya pupuk B adalah campuran antara
diudarai terus-menerus 2,0 g Na2HPO4 dengan 100 cc
x Setelah 4-5 hari telah aqudest. Larutan pupuk C adalah
berkembang dengan campuran antara 1,0 g Na2SiO3
kepadatan 4-5 juta sel/ml. dengan 100 cc aqudest. Larutan
Hasilnya digunakan sebagai D adalah 1,0 g FeCl3 dengan 20
bibit pada penumbuhan cc aquadest.
berikutnya 3. Perbandingan antara air laut
3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton dengan pupuk adalah 1 liter air
x Wadah 200 liter laut diberi larutan A, B, dan C
membutuhkan 3 galon bibit, masing-masing 1 cc dan 4 tetes
sedangkan wadah 1 ton 100 larutan D.
liter 4. Masukkan air laut yang telah
x Dalam waktu 4-5 hari disterilisasi dan dicampur dengan
mencapai puncak pupuk kedalam wadah sebanyak
perkembangan dengan 300 – 500 cc dan ukur kadar
kepadatan 2-4 juta sel/ml garamnya, kadar garam
(salinitas) yang baik untuk kultur

353
Skeletonema costatum adalah 28 proses metabolisme dan
– 35 ppt mencegah pengendapan
5. Tebar bibit Skeletonema plankton.
costatum dengan padat 7. Botol kultur diletakkan dibawah
penebaran (N2) sekitar 70.000 sel cahaya lampu neon (TL) sebagai
per cc. Volume Skeletonema sumber energi untuk fotosintesa.
costatum yang dibutuhkan untuk 8. Dalam waktu 3 – 4 hari
penebaran (V1) dapat dihitung perkembangan diatom mencapai
dengan rumus : puncaknya yaitu 6 – 7 juta sel per
cc dan siap untuk dipanen dan
N2 X V2 dapat digunakan sebagai bibit
V1 = (dalam cc atau liter) pada budidaya skala semi
N1 massal

dimana :
V1 : Volume Skeletonema Cara Menghitung Kepadatan
costatum yang diperlukan Phytoplankton
untuk penebaran 1. Teteskan alga diatas permukaan
V2 : Volume kultur Skeletonema gelas preparat dibagian tengah,
costatum yang dibuat dalam kemudian tutup dengan gelas
gelas erlemeyer penutup maka air akan menutupi
N1 : Jumlah Skeletonema permukaan gelas yang bergaris.
costatum per cc yang akan Luas permukaan yang bergaris
ditebar adalah 1 mm persegi dan tinggi
N2 : Jumlah Skeletonema atau jarak cairan alga antara
costatum per cc yang permukaan gelas bagian tengah
dikehendaki dalam dan gelas penutup juga diketahui
penebaran ( dalam hal ini yaitu 0,1 mm , maka volume air
misalnya ditentukan yaitu diatas permukaan bergaris sama
70.000 sel per cc) dengan 1 mm2 X 0,1 mm = 0,1
mm3 (0,0001 cm3).
Makin tinggi jumlah N2 makin 2. Hitunglah jumlah plankton yang
cepat kultur ini mencapai terdapat dalam kotak dan
kepadatan maksimal , oleh lakukan perhitungan :
karena itu dalam menentukan x Jika dihitung dalam 400
besarnya N2 harus perlu kotak: Jumlah sel X
dipertimbangkan 10.000/ml
pemenfaatannya. Dengan x Jika dihitung hanya beberapa
kepadatan awal 70.000 sel kotak : rata-rata jumlah
diharapkan dalam waktu 3 – 4 sel/kotak X 400 kotak X
hari sudah mencapai puncaknya 10.000/ml
dan siap dipanen.
6. Aerasi dipasangkan kedalam
wadah budidaya yang bertujuan
untuk meningkatkan kandungan
Oksigen yang diperlukan dalam

354
7.3. BUDIDAYA Peralatan yang digunakan untuk
budidaya pakan alami daphnia
ZOOPLANKTON mempunyai fungsi yang berbeda-
beda, misalnya aerator digunakan
7.3.1. Budidaya Daphnia
untuk mensuplai oksigen pada saat
membudidayakan pakan alami skala
Wadah dan peralatan Budidaya
kecil dan menengah, tetapi apabila
Daphnia
sudah dilakukan budidaya secara
Peralatan dan wadah yang dapat
massal/skala besar maka peralatan
digunakan dalam mengkultur pakan
yang digunakan untuk mensuplai
alami daphnia ada beberapa macam.
oksigen kedalam wadah budidaya
Jenis-jenis wadah yang dapat
menggunakan blower. Peralatan
digunakan antara lain adalah bak
selang aerasi berfungsi untuk
semen, tanki plastik, bak beton, bak
menyalurkan oksigen dari tabung
fiber dan kolam tanah. Sedangkan
oksigen kedalam wadah budidaya,
peralatan yang dibutuhkan untuk
sedangkan batu aerasi digunakan
melakukan budidaya Daphnia antara
untuk menyebarkan oksigen yang
lain adalah aerator/blower, selang
terdapat dalam selang aerasi
aerasi, batu aerasi, selang air,
keseluruh permukaan air yang
timbangan, kantong plastik, tali rafia,
terdapat didalam wadah budidaya.
saringan halus/seser, ember,gayung,
gelas ukur kaca.
Selang air digunakan untuk
memasukkan air bersih dari tempat
Pemilihan wadah yang akan
penampungan air kedalam wadah
digunakan dalam membudidayakan
budidaya. Peralatan ini digunakan
daphnia sangat bergantung kepada
juga untuk mengeluarkan kotoran
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
dan air pada saat dilakukan
bak semen, bak beton, bak fiber dan
pemeliharaan. Dengan
tanki plastik biasanya digunakan
menggunakan selang air akan
untuk membudidayakan daphnia
memudahkan dalam melakukan
secara selektif yaitu
penyiapan wadah sebelum
membudidayakan pakan alami
digunakan untuk budidaya. Peralatan
ditempat terpisah dari ikan yang
lainnya yang diperlukan dalam
akan mengkonsumsi pakan alami.
membudidayakan daphnia adalah
Sedangkan wadah budidaya kolam
timbangan, timbangan yang
tanah biasanya dilakukan untuk
digunakan boleh berbagai macam
membudidayakan pakan alami
bentuk dan skala digitalnya, karena
nonselektif yaitu membudidayakan
fungsi utama alat ini untuk
pakan alami secara bersama-sama
menimbang bahan yang akan
dengan ikan yang akan
digunakan dalam membudidayakan
mengkomsumsi pakan alami tersebut.
daphnia. Bahan yang telah ditimbang
Oleh karena itu ukuran dari wadah
tersebut selanjutnya bisa diletakkan
yang akan digunakan sangat
didalam wadah plastik atau kantong
menentukan kapasitas produksi dari
plastik dan diikat dengan
pakan alami daphnia.
menggunakan karet plastik. Bahan
yang telah terbungkus dengan

355
kantong plastik tersebut selanjutnya Wadah budidaya yang telah diairi
dimasukkan kedalam media dapat digunakan untuk memelihara
budidaya daphnia. daphnia. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
Daphnia yang dipelihara didalam bebas dari kontaminan seperti
wadah pemeliharaan akan tumbuh pestisida, deterjen dan chlor. Air
dan berkembang oleh karena itu yang digunakan sebaiknya diberi
harus dipantau kepadatan populasi oksigen dengan menggunakan
daphnia didalam wadah. Alat yang aerator dan batu aerasi yang
digunakan adalah gelas ukur kaca disambungkan dengan selang aerasi.
yang berfungsi untuk melihat Aerasi ini dapat digunakan pula
kepadatan populasi daphnia yang untuk menetralkan chlor atau
dibudidayakan didalam wadah menghilangkan Carbondioksida
pemeliharaan. Selain itu diperlukan didalam air. Kedalaman air didalam
juga seser atau saringan halus pada wadah budidaya yang optimum
saat akan melakukan pemanenan adalah 50 cm dan maksimum adalah
daphnia. Daphnia yang telah dipanen 90 cm.
tersebut dimasukkan kedalam ember
plastik untuk memudahkan dalam Langkah kerja dalam menyiapkan
pengangkutan dan digunakan juga wadah budidaya Daphnia adalah
gayung plastik untuk mengambil sebagai berikut :
media air budidaya daphnia yang 1. Siapkan alat dan bahan yang
telah diukur kepadatannya. akan digunakan dan sebutkan
fungsi dan cara kerja peralatan
Setelah berbagai macam peralatan tersebut!
dan wadah yang digunakan dalam 2. Tentukan wadah yang akan
membudidayakan pakan alami digunakan untuk
daphnia diidentifikasi dan dijelaskan membudidayakan daphnia !
fungsi dan cara kerjanya , langkah 3. Bersihkan wadah dengan
selanjutnya adalah melakukan menggunakan sikat dan disiram
persiapan terhadap wadah tersebut. dengan air bersih, kemudian
Langkah pertama adalah peralatan lakukan pensucihamaan wadah
dan wadah yang akan digunakan dengan menggunakan
ditentukan sesuai dengan skala desinfektan sesuai dengan
produksi dan kebutuhan. Peralatan dosisnya.
dan wadah disiapkan untuk 4. Bilaslah wadah yang telah
digunakan dalam budidaya daphnia. dibersihkan dengan
Wadah yang akan digunakan menggunakan air bersih.
dibersihkan dengan menggunakan 5. Pasanglah peralatan aerasi
sikat dan diberikan desinfektan untuk dengan merangkaikan antara
menghindari terjadinya kontaminasi aerator, selang aerasi dan batu
dengan mikroorganisme yang lain. aerasi, masukkan kedalam
Wadah yang telah dibersihkan wadah budidaya. Ceklah
selanjutnya dapat diari dengan air keberfungsian peralatan tersebut
bersih. dengan memasukkan kedalam
arus listrik.

356
6. Masukkan air bersih yang tidak hara. Unsur hara ini dialam diperoleh
terkontaminasi kedalam wadah dari hasil dekomposisi nutrien yang
budidaya dengan menggunakan ada didasar perairan. Untuk
selang plastik dengan kedalaman melakukan budidaya pakan alami
air yang telah ditentukan, diperlukan unsur hara tersebut
misalnya 60 cm. didalam media budidaya. Unsur hara
yang dimasukkan kedalam media
tersebut pada umumnya adalah
Media Budidaya Daphnia pupuk.
Bagaimanakah anda melakukan
penyiapan media kultur yang akan Pupuk yang terdapat dialam ini dapat
digunakan untuk membudidayakan dikelompokkan menjadi dua yaitu
pakan alami Daphnia secara pupuk organik dan pupuk anorganik.
terkontrol ? Apakah media kultur itu? Pupuk organik adalah pupuk yang
Untuk menjawab pertanyaan berasal dari kotoran hewan, sisa
tersebut mari kita diskusikan dan tanaman, limbah rumah tangga.
pelajari buku ini. Sedangkan pupuk anorganik adalah
Media adalah bahan atau zat pupuk yang berasal dari bahan kimia
sebagai tempat hidup pakan alami. dasar yang dibuat secara pabrikasi
Kultur adalah kata lain dari budidaya atau yang berasal dari hasil tambang,
yang merupakan suatu kegiatan seperti Nitrat, Fosfat
pemeliharaan organisme. Jadi (Duperfosfat/DS, Triple
media kultur adalah bahan yang Superfosfat/TSP,Superphosphat 36,
digunakan oleh suatu organisme Fused Magnesium Phospate/FMP),
sebagai tempat hidupnya selama Silikat, natrium, Nitrogen (Urea,
proses pemeliharaan. Dalam hal ini Zwavelzure amoniak/ZA,Amonium
pakan alami pada umumnya nitrat, Amonium sulfanitrat) dan lain-
merupakan organisme air, yang lain.
hidupnya ada didalam air. Oleh
karena itu untuk dapat Jenis pupuk yang dapat digunakan
membudidayakan pakan alami sebagai sumber unsur hara pada
Daphnia kita harus menyiapkan media kultur pakan alami Daphnia
media yang tepat untuk pakan alami adalah pupuk organik dan anorganik.
tersebut agar dapat tumbuh dan Pemilihan antara kedua jenis pupuk
berkembang. tersebut sangat bergantung kepada
ketersediaan pupuk tersebut dilokasi
Media seperti apakah yang dapat budidaya, dan kedua jenis pupuk
digunakan untuk tumbuh dan tersebut dapat digunakan sebagai
berkembang pakan alami Daphnia. sumber unsur hara.
Daphnia merupakan hewan air yang
hidup diperairan tawar subtropik dan Jenis pupuk organik yang biasa
tropik baik di daerah danau, sungai digunakan adalah pupuk kandang,
dan kolam-kolam. Berdasarkan pupuk kandang adalah pupuk yang
habitat alaminya pakan alami berasal dari campuran antara
Daphnia ini dapat hidup pada kotoran hewan dengan sisa
perairan yang mengandung unsur makanan dan alas tidur hewan

357
tersebut. Campuran ini telah Pupuk yang dimasukkan kedalam
mengalami pembusukan sehingga media kultur pakan alami Daphnia ini
sudah tidak berbentuk seperti berfungsi untuk menumbuhkan
semula. Pupuk kandang yang akan bakteri, fungi, detritus dan beragam
dipergunakan sebagai pupuk dalam phytoplankton sebagai makanan
media kultur pakan alami adalah utama Daphnia. . Dengan
pupuk kandang yang telah kering. tumbuhnya pakan daphnia didalam
Mengapa pupuk kandang yang media kultur maka pakan alami yang
digunakan harus yang kering ? akan dipelihara didalam wadah
Pupuk kandang yang telah kering budidaya tersebut akan tumbuh dan
sudah mengalami proses berkembang.
pembusukan secara sempurna
sehingga secara fisik seperti warna, Berapakah dosis pupuk yang harus
rupa, tekstur, bau dan kadar airnya ditebarkan kedalam media kultur
tidak seperti bahan aslinya. pakan alami Daphnia ? Berdasarkan
pengalaman beberapa pembudidaya
Pupuk kandang ini jenisnya ada dosis yang digunakan untuk pupuk
beberapa macam antara lain adalah kandang adalah 1500 gram/m3 ,
pupuk yang berasal dari kotoran atau 1,5 gram/liter. Tetapi dosis
hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam pupuk kandang yang berasal dari
dan kuda. Dari berbagai jenis kotoran ayam kering berdasarkan
kotoran hewan tersebut yang biasa hasil penelitian dan memberikan
digunakan adalah kotoran ayam. pertumbuhan populasi Daphnia yang
Kotoran ayam yang telah kering ini optimal adalah 450g/1000 liter media
digunakan dengan dosis yang telah kultur atau 0,45 gram/liter.
ditentukan. Dosis yang digunakan untuk pupuk
anorganik harus dihitung
Jenis pupuk anorganik juga bisa berdasarkan kebutuhan unsur hara
digunakan sebagai sumber unsur yang dibutuhkan. Beberapa
hara pada media kultur daphnia jika pembudidaya ada yang
pupuk kandang tidak terdapat menggunakan pupuk nitrat dan
dilokasi tersebut. Jenis pupuk phosphat sebagai unsur hara yang
anorganik yang biasa digunakan dimasukkan kedalam media kultur
adalah pupuk yang mengandung pakan alami. Dosis yang digunakan
unsur Nitrogen, Phosphat dan dihitung berdasarkan kandungan
Kalium. Pupuk anorganik yang unsur hara yang terdapat dalam
banyak mengandung unsur nitrogen pupuk an organik, misalnya pupuk
dan banyak dijual dipasaran adalah yang akan digunakan adalah urea
urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA), dan ZA. Kadar unsur N dalam urea
sedangkan unsur phosphat adalah adalah 46%, artinya dalam setiap
Triple Superphosphat (TSP). Untuk 100 kg urea mengandung unsur N
lebih mudahnya saat ini juga sudah sebanyak 46 kg. Untuk ZA kadar N
dijual pupuk majemuk yang nya 21% , artinya kadar N dalam
mengandung unsur Nitrogen, pupuk ZA adalah 21 kg. Sedangkan
Phosphate dan Kalium (NPK). pupuk kandang yang baik
mengandung unsur N sebanyak

358
1,5–2%. Oleh karena dalam dengan pemupukan awal dan ada
menghitung jumlah pupuk anorganik juga yang memberikan pemupukan
yang dibutuhkan dalam media kultur susulannya dalam bentuk larutan
pakan alami dilakukan perhitungan pupuk yang dicairkan.
matematis. Misalnya kebutuhan urea
adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46, Parameter kualitas air didalam media
maka kebutuhan urea adalah 3 : 46 kultur pakan alami Daphnia juga
= 0,065 kg. harus dilakukan pengukuran.
Daphnia akan tumbuh dan
Pupuk yang telah ditentukan akan berkembang pada media kultur yang
digunakan sebagai sumber unsur mempunyai kandungan Oksigen
hara dalam media kultur pakan alami terlarut sebanyak > 4 ppm,
selanjutnya dihitung dan ditimbang kandungan amonia < 1 ppm, suhu air
sesuai dengan dosis yang berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air
dibutuhkan. Penimbangan dilakukan antara 6,3 – 8,5.
setelah wadah budidaya disiapkan.
Kemudian pupuk tersebut Langkah kerja dalam menyiapkan
dimasukkan kedalam kantong plastik media budidaya Daphnia adalah
atau karung plastik diikat dan di sebagai berikut :
lubangi dengan menggunakan paku 1. Siapkan alat dan bahan yang
atau gunting agar pupuk tersebut akan digunakan sebelum
dapat mudah larut didalam media menyiapkan media kultur pakan
kultur pakan alami Daphnia. Pupuk alami Daphnia.
tersebut akan berproses didalam 2. Tentukan jenis pupuk yang akan
media dan akan tumbuh digunakan sebagai unsur hara
mikroorganisme sebagai makanan dalam pembuatan media kultur
utama dari Daphnia. Waktu yang berdasarkan identifikasi jenis-
dibutuhkan oleh proses dekomposisi jenis pupuk berdasarkan fungsi
pupuk didalam media kultur pakan dan kegunaan!
alami Daphnia ini berkisar antara 7 – 3. Hitunglah dosis pupuk yang telah
14 hari. Setelah itu baru bisa ditentukan pada point 2
dilakukan penebaran bibit Daphnia berdasarkan kebutuhan unsur
kedalam media kultur. hara yang diinginkan dalam
pembuatan media kultur !
Selama dalam pemeliharaan harus 4. Lakukan penimbangan dengan
terus dilakukan pemupukan susulan tepat berdasarkan perhitungan
seminggu sekali dengan dosis dosis pupuk pada point 3.
setengah dari pemupukan awal. 5. Masukkanlah pupuk yang telah
Pakan alami Daphnia mempunyai ditimbang ke dalam kantong/
siklus hidup yang relatif singkat yaitu karung plastik dan ikatlah dengan
28 – 33 hari. Oleh karena itu agar karet .
pembudidayaannya bisa 6. Lubangilah kantong/karung
berlangsung terus harus selalu plastik tersebut dengan paku
diberikan pemupukan susulan. atau gunting untuk memudahkan
Dalam memberikan pemupukan pelarutan pupuk didalam media
susulan ini caranya hampir sama kultur !

359
7. Masukkanlah kantong/karung sedangkan didaerah tropis ada 6
plastik kedalam wadah budidaya jenis. Berdasarkan klasifikasinya
dan letakkan kedalam media Daphnia sp dapat dimasukkan
kultur sampai posisi kedalam :
karung/kantong plastik tersebut Filum : Arthropoda
terendam didalamnya. Kelas : Crustacea
8. Ikatlah dengan menggunakan tali Subklas : Branchiopoda
rafia agar posisinya aman tidak Divisi : Oligobranchiopoda
terlepas. Ordo : Cladocera
9. Biarkan selama 7 -14 hari agar Famili : Daphnidae
media kultur tersebut siap untuk Genus : Daphnia
ditebari bibit Daphnia. Spesies : Daphnia sp

Morfologi Daphnia dapat dilihat


Inokulasi Bibit Daphnia secara langsung dibawah mikroskop,
bentuk tubuhnya lonjong, pipih dan
Apakah inokulasi itu ? Bagaimana segmen badan tidak terlihat. Pada
anda melakukan inokulasi/menanam bagian ventral kepala terdapat paruh.
bibit pakan alami Daphnia pada Pada bagian kepala terdapat lima
media kultur ? Dalam buku ini akan pasang apendik atau alat tambahan,
diuraikan secara singkat tentang yang pertama disebut antenna
identifikasi Daphnia, pemilihan bibit pertama (antennule), yang kedua
Daphnia yang akan diinokulasi dan disebut antenna kedua yang
cara melakukan inokulasi pada mempunyai fungsi utama sebagai
media kultur pakan alami Daphnia. alat gerak. Sedangkan tiga pasang
alat tambahan lainnya merupakan
Ada beberapa langkah yang harus alat tambahan yang merupakan
dilakukan sebelum melakukan bagian-bagian dari mulut.
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media kultur yaitu pertama Tubuh Daphnia ditutupi oleh
melakukan identifikasi jenis bibit cangkang dari kutikula yang
pakan alami Daphnia, kedua mengandung khitin yang transparan,
melakukan seleksi terhadap bibit dibagian dorsal (punggung) bersatu
pakan alami Daphnia, ketiga tetapi dibagian ventral (perut)
melakukan inokulasi bibit pakan berongga/terbuka dan terdapat lima
alami sesuai dengan prosedur . pasang kaki yang tertutup oleh
Identifikasi Daphnia perlu dilakukan cangkang. Ruang antara cangkang
agar tidak terjadi kesalahan dalam dan tubuh bagian dorsal merupakan
melakukan inokulasi. Daphnia tempat pengeraman telur. Pada
merupakan salah satu jenis ujung post abdomen terdapat dua
zooplankton yang hidup diperairan kuku yang berduri kecil-kecil. Untuk
tawar didaerah tropis dan subtropis. lebih jelasnya dapat dilihat pada
Di alam ada banyak genus daphnia, Gambar 7.20.
berdasarkan pengamatan para ahli
genus ini terdapat lebih dari 20 jenis,

360
A : Otak
B : Ruang pengeraman
C : Caecum Pencernaan
D : Mata
E : Fornix
F : Antena Pertama
G : Usus
I : Jantung
J : Ocellus
K : Ovarium
L : Paruh
M : Kelenjar Kulit

Gambar 7.20. Daphnia sp

Langkah selanjutnya setelah dapat lingkungannya. Pada lingkungan


mengidentifikasi jenis Daphnia yang yang baik, hanya terbentuk individu
akan ditebar kedalam media kultur betina tanpa individu jantan. Pada
adalah melakukan pemilihan kondisi ini , telur dierami didalam
terhadap bibit Daphnia. Pemilihan kantong pengeraman sampai
bibit Daphnia yang akan ditebar menetas dan anak Daphnia
kedalam media kultur harus dikeluarkan pada waktu pergantian
dilakukan dengan tepat. Bibit yang kulit. Pada kondisi perairan yang
akan ditebar kedalam media kultur mulai memburuk disamping individu
harus yang sudah dewasa. Daphnia betina dihasilkan individu jantan yang
dewasa berukuran 2,5 mm, anak dapat mendominasi populasi dengan
pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan perbandingan 1 : 27. Dengan
secara parthenogenesis. munculnya individu jantan, populasi
yang bereproduksi secara sexual
Perkembangbiakan Daphnia di akan membentuk efipia atau resting
dalam media kultur dapat dilakukan egg disebut juga siste yang akan
dengan dua cara yaitu secara sexual menetas jika kondisi perairan baik
dan asexual. Perkembangbiakan kembali.
secara asexual (tidak kawin) yang
disebut dengan Parthenogenesis Daphnia mempunyai umur hidup
biasa terjadi dan akan menghasilkan yang relatif singkat yaitu antara 28 –
individu muda betina. Perbandingan 33 hari. Pada umur empat hari
jenis kelamin atau sex ratio pada individu Daphnia sudah menjadi
Daphnidae menunjukkan keragaman dewasa dan akan mulai
dan bergantung kepada kondisi menghasilkan anak pertamanya

361
pada umur 4 – 6 hari. Daphnia ini
akan beranak dengan selang waktu Cara yang dilakukan dalam
selama dua hari , jumlah anak yang melakukan inokulasi adalah dengan
dihasilkan dalam sekali reproduksi menebarkannya secara hati-hati
adalah 29 – 30 ekor. kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Selama hidupnya Daphnia Penebaran bibit Daphnia ini
mengalami empat periode yaitu telur, sebaiknya dilakukan pada saat suhu
anak, remaja dan dewasa. perairan tidak terlalu tinggi yaitu
Pertambahan ukuran terjadi sesaat pada pagi dan sore hari.
setelah telur menetas didalam ruang
pengeraman. Setelah dua kali instar Langkah kerja dalam
pertama, anak Daphnia yang menginokulasi/menanam bibit pakan
bentuknya mirip dengan Daphnia alami Daphnia adalah sebagai
dewasa dilepas pada ruang berikut :
pengeraman. Jumlah instar pada 1. Siapkan alat dan bahan yang
stadium anak ini hanya dua sampai akan digunakan sebelum
lima kali, tetapi tingkat pertumbuhan melakukan inokulasi/penanaman
tertinggi terjadi pada stadium ini. bibit pakan alami Daphnia!
Periode remaja adalah instar tunggal 2. Siapkan mikroskop dan
antara instar anak terakhir dan instar peralatannya untuk
dewasa pertama. Pada periode ini mengidentifikasi jenis Daphnia
sekelompok telur pertama mencapai yang akan dibudidayakan!
perkembangan penuh didalam 3. Ambillah seekor Daphnia dengan
ovarium. Segera setelah Daphnia menggunakan pipet dan letakkan
ganti kulit pada akhir instar remaja di atas objec glass, dan teteskan
memasuki instar dewasa pertama, formalin agar individu tersebut
sekelompok telur pertama dilepaskan tidak bergerak !
kedalam ruang pengeraman. Selama 4. Letakkan objec glass dibawah
instar dewasa pertama, kelompok mikroskop dan amati morfologi
telur kedua berkembang diovarium Daphnia serta cocokkan dengan
dan seterusnya. gambar 1.
5. Lakukan pengamatan terhadap
Setelah dapat membedakan antara individu Daphnia beberapa kali
individu Daphnia yang telur, anak, ulangan agar dapat
remaja dan dewasa maka membedakan tahapan stadia
selanjutnya adalah memilih individu pada Daphnia yang sedang
yang dewasa sebagai calon bibit diamati dibawah mikroskop !
yang akan ditebarkan kedalam 6. Hitunglah panjang tubuh individu
media kultur. Jumlah bibit yang akan daphnia dewasa beberapa
ditebarkan kedalam media kultur ulangan dan perhatikan ukuran
sangat bergantung kepada volume tersebut dengan kasat mata!
media kultur . Padat penebaran bibit 7. Lakukanlah pemilihan bibit yang
yang akan diinokulasi kedalam akan ditebarkan kedalam media
media kultur biasanya adalah 20 – kultur dan letakkan dalam wadah
25 individu perliter. yang terpisah!

362
8. Tentukan padat penebaran yang pembudidayaannya bisa
akan digunakan dalam budidaya berlangsung terus menerus harus
pakan alami Daphnia tersebut selalu diberikan pemupukan susulan.
sebelum dilakukan penebaran. Dalam memberikan pemupukan
9. Hitunglah jumlah bibit yang akan susulan ini caranya hampir sama
ditebar tersebut sesuai dengan dengan pemupukan awal dan ada
point 8. juga yang memberikan pemupukan
10. Lakukan penebaran bibit pakan susulannya dalam bentuk larutan
alami Daphnia pada pagi atau pupuk yang dicairkan.
sore hari dengan cara
menebarkannya secara perlahan- Fungsi utama pemupukan susulan
lahan kedalam media kultur. adalah untuk menumbuhkan pakan
yang dibutuhkan oleh Daphnia agar
tumbuh dan berkembang.
Pemeliharaan Budidaya Daphnia Berdasarkan kebutuhan pakan bagi
Daphnia tersebut ada dua metode
Agar Daphnia yang dipelihara dalam
yang biasa dilakukan oleh
wadah budidaya tumbuh dan
pembudidaya yaitu Detrital system
berkembang harus dilakukan
dan Autotrophic system. Detrital
pemberian pupuk susulan yang
System adalah penggunaan pupuk
berfungsi untuk menumbuhkan
kandang kering yang dimasukkan
mikroorganisme sebagai makanan
dalam media kultur Daphnia
Daphnia. Pemupukan susulan
sebanyak 450 gram dalam 1000 liter
adalah pemupukan yang dimasukkan
air dan dilakukan pemupukan
kedalam media kultur selama
susulan dengan dosis 50 – 100%
pemeliharaan pakan alami Daphnia
dari pemupukan pertama yang
dengan dosis 50 – 100 % dari dosis
diberikan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan pertama yang sangat
untuk mempercepat tumbuhnya
bergantung kepada kondisi media
bakteri, fungi, detritus dan beragam
kultur. Pemupukan tersebut sangat
phytoplankton ditambahkan dedak
berguna bagi pertumbuhan
dan ragi dosis yang digunakan
phytoplankton, detritus, fungi dan
adalah 450 gram kotoran ayam
bakteri yang merupakan makanan
kering ditambah 112 gram dedak dan
utama dari pakan alami Daphnia.
22 gram ragi kedalam 1000 liter
media kultur.
Selama dalam pemeliharaan
tersebut harus terus dilakukan
Autotrophic system adalah sistem
pemupukan susulan seminggu sekali
dalam budidaya Daphnia dimana
atau dua minggu sekali dengan dosis
pakan yang dibutuhkan untuk
yang bergantung kepada kondisi
tumbuh dan berkembangnya
media kultur , biasanya dosis yang
Daphnia tersebut dikultur secara
digunakan adalah setengah dari
terpisah dengan media kultur
pemupukan awal. Pakan alami
Daphnia. Phytoplakton yang
Daphnia mempunyai siklus hidup
dibutuhkan dibudidayakan sendiri
yang relatif singkat yaitu 28 – 33 hari.
dan didalam media kultur Daphnia
Oleh karena itu agar
tersebut ditambahkan campuran

363
beberapa vitamin dan ditambahkan berwarna keruh atau warna bening.
dedak. Komposisi campuran vitamin Jika hal tersebut terjadi segera
dapat dilihat pada Tabel 7.6. Dosis dilakukan pemupukan susulan. Jenis
campuran vitamin tersebut adalah pupuk yang digunakan sama
satu mililiter larutan digunakan untuk dengan pemupukan awal.
satu liter media kultur. Selain
campuran vitamin didalam media Langkah kerja dalam melakukan
kultur pakan alami Daphnia juga pemupukan susulan adalah :
ditambahkan larutan dedak dengan 1. Siapkan alat dan bahan yang
dosis 50 gram dedak ditambahkan akan digunakan sebelum
dengan 1 liter air lalu diblender dan melakukan pemupukan susulan.
diaduk selama satu menit, larutan 2. Amati warna air didalam media
tersebut disaring dengan kultur, catat dan diskusikan !
menggunakan saringan kain yang 3. Tentukan jenis pupuk dan dosis
berdiameter 60 μm. Suspensi yang akan digunakan dalam
tersebut diberikan kewadah yang pemupukan susulan !
berisi media kultur Daphnia, satu 4. Hitunglah kebutuhan pupuk yang
gram dedak biasanya digunakan akan digunakan sesuai dengan
untuk 500 ekor Daphnia setiap dua dosis yang telah ditetapkan !
hari sekali. 5. Timbanglah pupuk sesuai
dengan dosis pupuk yang telah
Tabel 7.6. Komposisi campuran dihitung !
vitamin pada media 6. Masukkan pupuk kedalam
Daphnia kantong/karung plastik dan ikat
serta dimasukkan kedalam media
Konsentrasi kultur, jika pemupukan susulan
Jenis Vitamin
(μg/l) akan dilakukan dengan membuat
Biotin 5 larutan suspensi pupuk juga
Thiamine 100 dapat dilakukan. Cara
Pyridoxine 3 pembuatan larutan suspensi
Ca Panthothenate 250 pupuk ini dengan menambahkan
B 12 100 air kedalam pupuk dan disaring
Nicotinic acid 50 lalu ditebarkan larutan tersebut
Nicotinamide 50 kedalam media kultur.
Folic acid 20
Riboflavin 30
Inositol 90 Pemantauan Pertumbuhan
Daphnia
Frekuensi pemupukan susulan
ditentukan dengan melihat sampel Mengapa pertumbuhan populasi
air didalam media kultur , parameter pakan alami Daphnia harus
yang mudah dilihat adalah jika dipantau? Kapan waktu yang tepat
transparansi kurang dari 0,3 m dilakukan pemantauan populasi
didalam media kultur. Hal ini dapat pakan alami Daphnia yang
dilihat dari warna air media yang dibudidayakan didalam media kultur?
Bagaimana kita menghitung

364
kepadatan populasi pakan alami Pemantauan pertumbuhan pakan
Daphnia didalam media kultur ? Mari alami Daphnia di media kultur harus
kita jawab pertanyaan-pertanyaan dilakukan agar tidak terjadi
tersebut dengan mempelajari buku kapadatan populasi yang
ini selanjutnya. Didalam buku ini mengakibatkan tingkat kematian
akan diuraikan secara singkat yang tinggi didalam media. Hal
tentang pertumbuhan Daphnia, tersebut diakibatkan oleh kurangnya
menghitung kepadatan populasi dan oksigen didalam media kultur.
waktu pemantauannya. Tingkat kepadatan populasi yang
maksimal didalam media kultur
Daphnia yang dipelihara dalam adalah 1500 individu perliter,
media kultur yang tepat akan walaupun ada juga yang mencapai
mengalami pertumbuhan yang cepat. kepadatan 3000 – 5000 individu
Secara biologis Daphnia akan perliter.
tumbuh dewasa pada umur empat
hari, jika pada saat inokulasi yang Untuk mengukur tingkat kepadatan
ditebarkan adalah bibit Daphnia yang populasi Daphnia didalam media
dewasa maka dalam waktu dua hari kultur dilakukan dengan cara
bibit Daphnia tersebut sudah mulai sampling beberapa titik dari media,
beranak, karena periode maturasi minimal tiga kali sampling. Sampling
daphnia pada media yang dilakukan dengan cara mengambil
mempunyai suhu 25o C adalah dua air media kultur yang berisi Daphnia
hari. Jumlah anak yang dikeluarkan dengan menggunakan baker glass
dari satu induk bibit Daphnia adalah atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
sebanyak 29–30 ekor, yang Daphnia yang terdapat dalam botol
dikeluarkan dengan selang waktu contoh tersebut, data tersebut dapat
dua hari. Daur hidup Daphnia dikonversikan dengan volume media
adalah 28–33 hari dan Daphnia kultur.
menjadi dewasa hanya dalam waktu
empat hari, sehingga bisa Langkah kerja dalam memantau
diperhitungkan prediksi populasi pertumbuhan populasi pakan alami
Daphnia didalam media kultur. Daphnia adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
Berdasarkan siklus hidup Daphnia akan digunakan sebelum
maka kita dapat menentukan waktu melakukan pemantauan
yang tepat untuk dilakukan pertumbuhan populasi pakan
pemanenan sesuai dengan alami Daphnia.
kebutuhan larva atau benih ikan 2. Tentukan waktu pemantauan
yang akan mengkonsumsi pakan kepadatan populasi sesuai
alami Daphnia. Ukuran Daphnia dengan prediksi tingkat
yang dewasa dan anak-anak pertumbuhan Daphnia di media
berbeda oleh karena itu perbedaan kultur.
ukuran tersebut sangat bermanfaat 3. Ambillah sampel air dimedia
bagi ikan yang akan mengkonsumsi kultur dengan menggunakan
dan disesuaikan dengan ukuran baker glass/erlemeyer, amati
bukaan mulut larva. dengan seksama dan teliti !

365
4. Hitunglah jumlah Daphnia yang Pemanenan pakan alami Daphnia
terdapat dalam baker glass yang dilakukan setiap hari biasanya
tersebut ! jumlah yang dipanen adalah kurang
5. Lakukanlah kegiatan tersebut dari 20% . Pemanenan Daphnia
minimal tiga kali ulangan dan dapat juga dilakukan seminggu
catat apakah terjadi perbedaan sekali atau dua minggu sekali
nilai pengukuran dari ketiga sangat bergantung kepada
lokasi yang berbeda. kelimpahan populasi Daphnia di
6. Hitunglah rata-rata nilai populasi dalam media kultur.
dari ketiga sampel yang berbeda
lokasi. Nilai rata-rata ini akan Untuk menghitung kepadatan
dipergunakan untuk menghitung daphnia pada saat akan dilakukan
kepadatan populasi pakan alami pemanenan, dapat dilakukan tanpa
Daphnia di media kultur. menggunakan alat pembesar atau
7. Catat volume air sampel dan mikroskop. Daphnia diambil dari
jumlah Daphnia dari data point 6, dalam wadah, yang telah diaerasi
lakukan konversi nilai agak besar sehingga daphnia merata
perhitungan tersebut untuk berada di seluruh kolom air, dengan
menduga kepadatan populasi memakai gelas piala volume 100 ml.
pakan alami Daphnia didalam Daphnia dan air di dalam gelas piala
media kultur. selanjutnya dituangkan secara
8. Diskusikan nilai perhitungan perlahan-lahan sambil dihitung
tersebut dengan temanmu ! jumlah daphnia yang keluar bersama
air.
Apabila jumlah daphnia yang ada
Pemanenan Daphnia
sangat banyak, maka dari gelas piala
100 ml dapat diencerkan, caranya
Pakan alami yang telah
adalah dengan menuangkan
dibudidayakan di media kultur
kedalam gelas piala 1000 ml dan
bertujuan untuk diberikan kepada
ditambah air hingga volumenya 1000
larva/benih yang dipelihara.
ml.Dari gelas 1000 ml, lalu diambil
Kebutuhan larva/benih ikan akan
sebanyak 100 ml. Daphnia yang ada
pakan alami Daphnia selama
dihitung seperti cara diatas, lalu
pemeliharaan adalah setiap hari.
kepadatan di dalam wadah budidaya
Oleh karena itu waktu pemanenan
dapat diketahui dengan cara
pakan alami itu sangat bergantung
mengalikan 10 kali jumlah didalam
kepada kebutuhan larva/benih akan
gelas 100 ml. Sebagai contoh,
pakan alami Daphnia. Pemanenan
apabila di dalam gelas piala 100 ml
pakan alami Daphnia ini dapat
terdapat 200 ekor daphnia, maka
dilakukan setiap hari atau seminggu
kepadatan daphnia diwadah
sekali atau dua minggu sekali. Hal
budidaya adalah 10 X 200 ekor =
tersebut bergantung kepada
2000 individu per 100 ml.
kebutuhan suatu usaha terhadap
ketersediaan pakan alami Daphnia. Pemanenan Daphnia dapat
dilakukan berdasarkan siklus
reproduksinya, dimana Daphnia akan

366
menjadi dewasa pada umur empat melakukan pemanenan pakan
hari dan dapat beranak selang dua alami Daphnia.
hari sekali, maka dapat dipredeksi x Tentukan waktu pemanenan
kepadatan populasi Daphnia didalam pakan alami Daphnia jika
media kultur jika padat tebar awal kepadatan populasi sesuai
dilakukan pencatatan. Daphnia dapat dengan prediksi tingkat
berkembangbiak tanpa kawin dan pertumbuhan Daphnia di media
usianya relative singkat yaitu 28 – 33 kultur.
hari. x Ambillah sampel air dimedia
Pemanenan dapat dilakukan pada kultur dengan menggunakan
hari ke tujuh – sepuluh jika baker glass/erlemeyer, amati
populasinya sudah mencukupi, dengan seksama dan teliti !
pemanenan tersebut dilakukan x Hitunglah jumlah Daphnia yang
dengan cara menggunakan seser terdapat dalam baker glass
halus. Waktu pemanenan dilakukan tersebut !
pada pagi hari disaat matahari terbit, x Lakukanlah kegiatan tersebut
pada waktu tersebut Daphnia akan minimal tiga kali ulangan dan
banyak mengumpul dibagian catat apakah terjadi perbedaan
permukaan media untuk mencari nilai pengukuran dari ketiga
sinar. Dengan tingkahlakunya lokasi yang berbeda.
tersebut akan sangat mudah bagi x Hitunglah rata-rata nilai populasi
para pembudidaya untuk melakukan dari ketiga sampel yang berbeda
pemanenan. Daphnia yang baru lokasi. Nilai rata-rata ini akan
dipanen tersebut dapat digunakan dipergunakan untuk menghitung
langsung untuk konsumsi larva atau kepadatan populasi pakan alami
benih ikan. Daphnia di media kultur.
x Catat volume air sampel dan
Daphnia yang sudah dipanen jumlah Daphnia dari data point 6,
tersebut dapat tidak secara lakukan konversi nilai
langsung diberikan pada larva dan perhitungan tersebut untuk
benih ikan hias yang dibudidayakan menduga kepadatan populasi
tetapi dilakukan penyimpanan. Cara pakan alami Daphnia didalam
penyimpanan Daphnia yang dipanen media kultur.
berlebih dapat dilakukan pengolahan x Jika kepadatan populasi Daphnia
Daphnia segar menjadi beku . sudah mencapai 3000 – 5000
Proses tersebut dilakukan dengan individu perliter maka pakan
menyaring Daphnia dengan air dan alami Daphnia siap dilakukan
Daphnianya saja yang dimasukkan pemanenan.
dalam wadah plastic dan disimpan x Pemanenan dilakukan dengan
didalam lemari pembeku (Freezer). cara menyeser pakan alami
Langkah kerja dalam memanen Daphnia pada saat pagi hari
pakan alami Daphnia adalah sebagai x Kumpulkan Daphnia yang sudah
berikut : diambil dari media kultur dan
x Siapkan alat dan bahan yang letakkan dalam wadah terpisah,
akan digunakan sebelum

367
siap untuk diberikan kepada larva pemanenan dan prosesing. Tambak
dan benih ikan. yang dapat digunakan untuk
membudidayakan artemia adalah
tambak yang garam yang tidak bocor
7.3.2. Budidaya Artemia dan ketersediaan air selalu ada
dengan kedalaman tambak adalah
Artemia merupakan salah satu jenis 70 cm. Sebelum digunakan tambak
zooplankton yang hidup diperairan garam ini dilakukan persiapan
asin yang dapat digunakan pada tambak yaitu :
larva dan benih ikan air tawar, payau x Penjemuran/pengeringan dasar
dan laut. Saat ini kebutuhan hatchery tambak
akan Artemia masih import dari x Pengapuran tambak dengan
berbagai negara penghasil, produk dosis 500 kg/ha
ini dibeli dalam bentuk kemasan x Pemupukan organik 500 kg/ha
kaleng dengan berbagai merek, x Pemupukan TSP/urea 200 kg
untuk lebih jelasnya dapat dilihat (1:3)
pada Gambar 7.21. x Pengisian air tambak dengan
salinitas 80 ppt sedalam 70 cm

Setelah tambak dipersiapkan


langkah selanjutnya adalah
melakukan penebaran benih yaitu
nauplii artemia sebanyak 200 ekor
perliter pada stadia instar I yaitu
artemia yang baru menetas.
Penebaran ini harus dilakukan pada
saat suhu rendah.

Gambar 7.21. Artemia yang dipelihara didalam


Kemasan cyst Artemia tambak garam untuk tumbuh dan
berkembangbiak harus terdapat
Menurut Balai Besar Pengembangan makanan yang dapat dikonsumsi
Budidaya Air Payau Jepara (2003) oleh artemia tersebut. Oleh karena
sudah dapat memproduksi Artemia itu harus dilakukan penumbuhan
ini secara massal pada tambak makanan alami untuk artemia
bersamaan dengan produksi garam. tersebut dengan cara melakukan
Dalam satu musim kering diproduksi pemupukan secara kontinu dengan
sedikitnya 6 bulan dan menghasilkan menggunakan pupuk organik atau
kista basah sebanyak 40 kg dari luas anorganik sebanyak 10% dari dosis
tambak 1.500 m2 dan garam 56 ton. awal pemupukan dan dilakukan
Budidaya artemia dapat dilakukan inokulasi pakan alami. Makanan
dengan beberapa kegiatan yaitu artemia diperairan alami adalah
mulai dari persiapan tambak, material partikel detritus organik dan
penebaran benih, penumbuhan organisme hidup seperti algae
makanan alami, pemeliharaan, mikroskopik dan bakteri. Selain itu

368
Artemia dapat diberikan pakan Dalam menetaskan cyst Artemia ada
tambahan berupa dedak yang dua metoda yang dapat dilakukan
diperkaya dengan vitamin dan yaitu metoda Dekapsulasi dan
mineral atau bungkil kelapa, silase metoda tanpa Dekapsulasi. Metoda
ikan maupun tepung terigu. Oleh penetasan dengan dekapsulasi
karena itu pada tambak adalah suatu cara penetasan kista
pemeliharaan artemia diberikan artemia dengan melakukan proses
pakan tambahan berupa bungkil penghilangan lapisan luar kista
kelapa yang sebelumnya (2 jam) dengan menggunakan larutan
direndam baru diberikan dengan hipokhlorit tanpa mempengaruhi
cara menebarkannya secara merata kelangsungan hidup embrio.
pada tambak budidaya. Sedangkan metoda penetasan tanpa
dekapsulasi adalah suatu cara
Budidaya artemia dapat dilakukan penetasan artemia tanpa melakukan
pada lokasi yang memiliki salinitas proses penghilangan lapisan luar
cukup tinggi yaitu lebih dari 50 kista tetapi secara langsung
promill, menurut hasil penelitian ditetaskan dalam wadah penetasan.
salinitas ditambak budidaya artemia
pada saat penebaran nauplii artemia Prosedur yang harus dilakukan
adalah 70 ppt dan untuk dalam menetaskan cyst artemia
menghasilkan kista dengan hasil dengan metode Dekapsulasi adalah :
yang optimum dibutuhkan salinitas 1. Ambil kista artemia sejumlah
antara 120 – 140 ppt sedangkan yang telah ditentukan dan harus
peningkatan salinitas hingga 150 ppt diketahui bobotnya, kemudian
akan menghasilkan produktivitas kista tersebut dimasukkan
telur menjadi menurun. Oleh karena kedalam wadah yang berbentuk
itu,pada tambak budidaya artemia kerucut dan dilakukan hidrasi
setelah dilakukan penebaran nauplii selama 1 – 2 jam dengan
artemia salinitas tambak secara menggunakan air tawar atau air
bertahap terus ditingkatkan dari 70 laut dengan salinitas maksimum
ppt menjadi 80 ppt terus secara 35 permil serta diberi aerasi dari
bertahap dinaikkan sampai menjadi dasar wadah .
120 – 140 ppt. 2. Dilakukan penghentian aerasi
sebelum kista tersebut disaring
Pada usaha hatchery air tawar, dengan menggunakan saringan
payau maupun laut yang kasa yang berdiameter 120
membutuhkan artemia sebagai mikron , kemudian kista tersebut
pakan alami larva dan benihnya, dicuci dengan air bersih.
biasanya mereka membeli produk 3. Larutan hipoklorit yaitu larutan
cyst artemia dan hanya melakukan yang mengandung HclO
kegiatan penetasan cyst/kista disiapkan yang akan digunakan
artemia yang sudah cukup banyak untuk melakukan proses
dijual dalam kemasan kaleng penghilangan lapisan luar kista.
tersebut. Larutan hipoklorit yang
digunakan dapat diperoleh dari
dua macam senyawa yang

369
banyak dijual dipasaran yaitu Prosedur yang dilakukan dalam
Natrium hipoklorit (Na O Cl) menetaskan cyst artemia dengan
dengan dosis 10 cc Na O Cl metoda tanpa dekapsulasi adalah :
untuk satu gram kista dan 1. Cyst/kista yang akan ditetaskan
Kalsium hipoklorit (Ca (Ocl)2 ditimbang sesuai dengan dosis
dengan dosis 0,67 gram untuk yang digunakan misalnya 5 gram
satu gram kista . Dari kedua kista per liter air media
senyawa larutan hipoklorit ini penetasan.
kalsium hipoklorit lebih mudah 2. Wadah dan media penetasan
didapat dan harganya relatif lebih disiapkan sesuai persyaratan
murah daripada natrium hipoklorit. teknis
Dalam dunia perdagangan dan 3. Cyst/kista artemia dimasukkan
bahasa sehari-hari kalsium kedalam media penetasan yang
hipoklorit dikenal sebagai kaporit diberi aerasi dengan kecepatan
(berupa bubuk), sedangkan 10 – 20 liter udara/menit, suhu
natrium hipoklorit dijual berupa dipertahankan 25 – 30 oC dan pH
cairan dan dikenal sebagai klorin. sekitar 8 – 9.
4. Kista yang telah disaring dengan 4. Media penetasan diberi sinar
saringan kasa dimasukkan yang berasal dari lampu TL
kedalam media larutan hipoklorit dengan intensitas cahaya
dan diaduk secara manual serta minimal 1.000 lux . Intensitas
diaerasi secara kuat-kuat, suhu cahaya tersebut dapat diperoleh
dipertahankan dibawah 40 oC. dari lampu TL /neon 60 watt
5. Proses penghilangan lapisan luar sebanyak dua buah dengan jarak
kista dilakukan selama 5 – 15 penyinaran dari lampu kewadah
menit yang ditandai dengan penetasan adalah 20 cm.
terjadinya perubahan warna kista 5. Penetasan cyst artemia akan
dari coklat gelap menjadi abu- berlangsung selama 24–48 jam
abu kemudian orange. kemudian.
6. Kista disaring dengan
menggunakan saringan 120 Pemilihan metoda penetasan cyst
mikron dan dilakukan pencucian artemia sangat bergantung kepada
kista dengan menggunakan air jenis artemia yang digunakan dan
laut secara berulang-ulang spesifikasi dari jenis artemia tersebut.
sampai bau klorin itu hilang. Artemia yang ditetaskan dari hasil
7. Kista artemia tersebut dicelupkan dekapsulasi dapat langsung
kedalam larutan HCl 0,1 N diberikan pada benih ikan atau
sebanyak dua kali dan dicuci ditetaskan terlebih dahulu baru
dengan air bersih dan siap untuk diberikan kepada benih ikan.
ditetaskan dengan menggunakan
larutan penetasan
8. Proses penetasan yang Wadah penetasan cyst Artemia
dilakukan sama dengan proses
penetasan tanpa dekapsulasi. Peralatan dan wadah yang dapat
digunakan dalam mengkultur pakan
alami Artemia ada beberapa macam.

370
Jenis-jenis wadah yang dapat dan wadah disiapkan untuk
digunakan antara lain adalah digunakan dalam budidaya Artemia.
kantong plastik berbentuk kerucut, Wadah yang akan digunakan
botol aqua , ember plastik dan dibersihkan dengan menggunakan
bentuk wadah lainnya yang didesain sikat dan diberikan desinfektan untuk
berbentung kerucut pada bagian menghindari terjadinya kontaminasi
bawahnya agar memudahkan pada dengan mikroorganisme yang lain.
waktu panen. Sedangkan peralatan Wadah yang telah dibersihkan
yang dibutuhkan untuk melakukan selanjutnya dapat diari dengan air
budidaya Artemia antara lain adalah bersih.
aerator/blower, selang aerasi, batu
aerasi, selang air, timbangan, Wadah budidaya yang telah diairi
saringan halus/seser, ember,gayung, dapat digunakan untuk memelihara
gelas ukur kaca, refraktometer. Artemia. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
Pemilihan wadah yang akan bebas dari kontaminan seperti
digunakan dalam membudidayakan pestisida, deterjen dan chlor. Air
Artemia sangat bergantung kepada yang digunakan sebaiknya diberi
tujuannya. Wadah yang terbuat dari oksigen dengan menggunakan
bak semen, bak beton, bak fiber dan aerator dan batu aerasi yang
tanki plastik biasanya digunakan disambungkan dengan selang aerasi.
untuk menetaskan cyst Artemia Aerasi ini dapat digunakan pula
secara massal dan merupakan untuk menetralkan chlor atau
budidaya artemia secara selektif menghilangkan Carbondioksida
yaitu membudidayakan pakan alami didalam air.
ditempat terpisah dari ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami.
Sedangkan wadah budidaya kolam Media penetasan cyst Artemia
tanah yaitu tambak biasanya
dilakukan untuk membudidayakan Untuk dapat menetaskan cyst
artemia. Oleh karena itu ukuran dari Artemia kita harus menyiapkan
wadah yang akan digunakan sangat media yang tepat untuk pakan alami
menentukan kapasitas produksi dari tersebut agar dapat tumbuh dan
pakan alami Artemia. berkembang. Media seperti apakah
yang dapat digunakan untuk tumbuh
Setelah berbagai macam peralatan dan berkembang pakan alami
dan wadah yang digunakan dalam Artemia. Artemia merupakan hewan
membudidayakan pakan alami air yang hidup diperairan laut yang
Artemia diidentifikasi dan dijelaskan memiliki salinitas berkisar antara 42
fungsi dan cara kerjanya , langkah – 316 permil. Organisme ini banyak
selanjutnya adalah melakukan terdapat didaerah Australia, Asia,
persiapan terhadap wadah tersebut. Afrika, Eropa, Amerika Utara,
Langkah pertama adalah peralatan Amerika Tengah dan Amerika
dan wadah yang akan digunakan Selatan dimana pada daerah
ditentukan sesuai dengan skala tersebut memiliki salinitas yang
produksi dan kebutuhan. Peralatan cukup pekat. Berdasarkan habitat

371
alaminya pakan alami Artemia ini atau membuat air laut tiruan . Air laut
dapat hidup pada perairan yang tiruan ini dapat dibuat dengan
mengandung salinitas cukup tinggi, menggunakan air tawar ditambahkan
walaupun tidak menutup unsur-unsur mineral yang sangat
kemungkinan untuk hidup diperairan dibutuhkan untuk media penetasan.
yang bersalinitas rendah karena Apabila garam-garam mineral ini sulit
Artemia memiliki adaptasi yang untuk diperoleh dapat digunakan air
cukup luas terhadap salinitas. tawar biasa ditambahkan dengan
Bagaimanakah mempersiapkan garam dapur dan diukur salinitas
media yang akan dipergunakan media tersebut dengan
untuk menetaskan cyst artemia? menggunakan refraktometer. Dosis
Cyst artemia dapat ditetaskan pada garam dapur yang digunakan untuk
media yang mempunyai salinitas 5 membuat air laut dengan salinitas 35
permil sampai dengan 35 permil, permil adalah berkisar 30 gram – 35
walaupun pada habitat aslinya dapat gram per liter air. Untuk membuat air
hidup pada salinitas yang sangat laut tiruan dengan garam mineralnya
tinggi. Media penetasan tersebut dapat dilihat pada tabel 7.7 dan 7.8.
dapat dipergunakan air laut biasa

Tabel 7.7. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 5
permill

No. Jenis bahan Jumlah

1. Garam dapur (NaCl) 50 gram


2. Magnesium Sulfat (MgSO4) 13 gram
3. Magnesium Chlorida (MgCl2) 10 gram
4. Kalsium Chlorida (CaCl2) 3 gram
5. Kalium Chlorida (KCl) 2 gram
6. Natrium Hidrokarbonat (NaHCO3) 20 gram
7. Air tawar 10 liter

372
Tabel 7.8. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 30
permill

No. Jenis bahan Jumlah

1. Garam dapur (NaCl) 280 gram


2. Magnesium Sulfat (MgSO4) 70 gram
3. Kalium Iodida (KI) 0,05 gram
4. Kalsium Chlorida (CaCl2) 15 gram
5. Kalium Chlorida (KCl) 7 gram
6. Natrium Bromida (NaBr) 1 gram
7. Kalium Bifosfat (KH2PO4) 0,5 gram
8. Air tawar 10 liter

Langkah kerja dalam menyiapkan dengan cara melarutkan garam


wadah budidaya Artemia adalah dapur (NaCl) kedalam air tawar
sebagai berikut : dengan dosis 35 gram perliter air
1. Siapkan alat dan bahan yang tawar.
akan digunakan dan sebutkan 7. Ukurlah salinitas media
fungsi dan cara kerja peralatan penetasan dengan menggunakan
tersebut! alat refraktometer, catat. Jika
2. Tentukan wadah yang akan salinitas media tidak sesuai
digunakan untuk menetaskan dengan yang diinginkan
Artemia ! tambahkan garam atau air tawar
3. Bersihkan wadah dengan kedalam media sampai diperoleh
menggunakan sikat dan disiram salinitas media sesuai kebutuhan.
dengan air bersih, kemudian
lakukan pensucihamaan wadah
dengan menggunkan desinfektan Inokulasi Artemia
sesuai dengan dosisnya.
4. Bilaslah wadah yang telah Ada beberapa langkah yang harus
dibersihkan dengan dilakukan sebelum melakukan
menggunakan air bersih. inokulasi bibit pakan alami kedalam
5. Pasanglah peralatan aerasi media kultur yaitu pertama
dengan merangkaikan antara melakukan identifikasi jenis bibit
aerator, selang aerasi dan batu pakan alami Artemia, kedua
aerasi, masukkan kedalam melakukan seleksi terhadap bibit
wadah budidaya. Ceklah pakan alami Artemia, ketiga
keberfungsian peralatan tersebut melakukan inokulasi bibit pakan
dengan memasukkan kedalam alami sesuai dengan prosedur.
arus listrik.
6. Buatlah larutan garam untuk Identifikasi Artemia perlu dilakukan
media penetasan cyst artemia agar tidak terjadi kesalahan dalam

373
melakukan inokulasi. Artemia pada saat kondisi perairan baik maka
merupakan salah satu jenis telur yang dihasilkan akan langsung
zooplankton yang hidup diperairan menetas menjadi nauplius
laut yang bersalinitas antara 42 (ovovivipar) sedangkan pada kondisi
sampai dengan 316 permil. perairan buruk akan disimpan dalam
Berdasarkan klasifikasinya Artemia bentuk telur (kista) disebut juga
sp dapat dimasukkan kedalam : ovipar. Untuk lebih jelasnya tentang
Filum : Arthropoda perkembangbiakan Artemia dapat
Kelas : Crustacea dilihat pada Gambar 7.22.
Ordo : Anastraca
Famili : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina

Morfologi Artemia dapat dilihat


secara langsung dibawah mikroskop,
ciri khas nya yang sangat mudah
untuk dikenali setelah siste artemia
menetas adalah berubah menjadi
nauplius. Dalam perkembangannya
mengalami 15 kali perubahan bentuk
(metamorfosis) , setiap kali
perubahan bentuk merupakan
tahapan suatu tingkatan yaitu instar
I – instar XV, setelah itu menjadi Gambar 7.22. Perkembangbiakan
artemia dewasa. Artemia
Tubuh Artemia dewasa mempunyai
ukuran 1 – 2 cm dengan sepasang Cara yang dilakukan dalam
kaki majemuk dan 11 pasang melakukan inokulasi adalah dengan
thoracopoda. Setiap thoracopoda menebarkannya secara hati-hati
mempunyai eksopodit, endopodit kedalam media kultur sesuai dengan
dan epipodite yang masing-masing padat tebar yang telah ditentukan.
berfungsi sebagai alat pengumpul Penebaran bibit Artemia ini
pakan, alat berenang dan alat sebaiknya dilakukan pada saat suhu
pernafasan. Untuk lebih jelasnya perairan tidak terlalu tinggi yaitu
dapat dilihat pada Gambar 7. pada pagi dan sore hari.
Artemia yang akan ditebar kedalam Bagaimanakah anda melakukan
media penetasan berasal dari cyst penebaran cyst Artemia yang akan
artemia. Cyst artemia berupa telur digunakan untuk menetaskan cyst
yang mengalami fase istirahat Artemia didalam wadah budidaya
karena kondisi lingkungan perairan yang dilakukan secara terkontrol ?
buruk . Hal ini terjadi karena sifat Apakah cyst Artemia itu? Untuk
induk artemia di alam mempunyai menjawab pertanyaan tersebut mari
dua cara perkembangbiakan yaitu

374
kita diskusikan dan pelajari dari buku Berapakah kebutuhan cyst artemia
ini. yang harus ditetaskan untuk
memenuhi kebutuhan produksi?
Cyst Artemia atau siste Artemia Untuk menjawab hal tersebut ada
adalah telur yang telah berkembang beberapa hal yang harus dipahami
lebih lanjut menjadi embrio dan antara lain adalah padat penebaran
kemudian diselubungi oleh cangkang cyst atau siste artemia didalam
yang tebal dan kuat. Cangkang ini media penetasan dan disesuaikan
berguna untuk melindungi embrio dengan volume media penetasan.
terhadap pengaruh kekeringan, Berdasarkan pengalaman beberapa
benturan keras, sinar ultra violet dan akuakulturis dalam menetaskan cyst
mempermudah pengapungan. Jadi artemia, padat penebaran yang
cyst artemia itu yang akan ditetaskan digunakan adalah 5-7 gram/liter.
adalah hasil dari perkawinan artemia Semakin besar wadah yang
dewasa jantan dan betina yang pada digunakan maka jumlah siste yang
kondisi lingkungan buruk akan akan ditebarkan akan semakin
membentuk fase istirahat atau banyak. Oleh karena itu harus dipilih
dorman. Dan biasanya disebut telur wadah yang tepat untuk menetaskan
kering (diapauze). siste artemia tersebut.

Artemia yang dijual dipasaran Setelah ditentukan padat penebaran


merupakan hasil budidaya atau yang akan dilakukan dalam
eksploitasi dari alam yang dikemas penetasan cyst artemia, langkah
dalam kemasan kaleng dengan berat selanjutnya jika media penetasan
rata-rata 450 gram. Telur artemia sudah dipersiapkan dan volumenya
yang berasal dari laut atau tambak sudah dihitung adalah melakukan
ini dipanen dengan menggunakan penebaran siste artemia kedalam
seser, kemudian dibersihkan dari media penetasan. Cara yang
kotoran-kotoran yang melekat. Kista dilakukan untuk melakukan
yang berisi embrio akan mengapung penebaran siste artemia adalah :
dipermukaan air. Kemudian kista 1. Tentukan volume media
tersebut dikeringkan dibawah sinar penetasan.
matahari atau dengan alat 2. Hitung jumlah siste yang akan
pengering/oven dengan suhu ditebar sesuai dengan volume
sebaiknya tidak lebih dari 40oC . media penetasan sesuai dengan
Pengeringan didalam alat pengering dosis yang telah ditetapkan.
ini dilakukan selama tiga jam sampai 3. Ambil siste artemia dan
kadar air dari siste tersebut kurang timbanglah sesuai kebutuhan.
dari 10% agar tahan lama dalam 4. Masukkan siste kedalam wadah
penyimpanan. Lama penyimpanan yang berisi media penetasan
siste artemia jika dilakukan sesuai dengan salinitas yang
pengemasan dengan kaleng tanpa telah ditetapkan dengan cara
udara atau kantong plastik berisi gas menuangkan secara perlahan
Nitrogen adalah lima tahun. siste kedalam media, pada saat
siste ditebar sebaiknya selang
aerasi dihentikan terlebih dahulu

375
agar siste tersebut berada Jenis pakan alami ini dapat diperoleh
didalam media penetasan. dengan cara membudidayakan
Artemia di lahan budidaya/ tambak
Langkah kerja dalam menebar cyst atau hanya menetaskan cyst/siste
artemia adalah sebagai berikut : Artemia yang dibeli dalam bentuk
1. Siapkan alat dan bahan yang kemasan kaleng berisi 450 gram dan
akan digunakan sebelum ditetaskan dalam wadah budidaya
menebar cyst Artemia. yang sesuai sampai dipelihara
2. Tentukan padat penebaran cyst sesuai dengan kebutuhan.
Artemia dan volume media
penetasan! Dalam menetaskan cyst/siste
3. Hitunglah jumlah cyst yang akan artemia ada beberapa tahapan yang
ditebar setelah ditentukan pada harus dilakukan antara lain adalah
point 2 berdasarkan volume memantau proses penetasan cyst
media penetasan ! artemia. Cyst artemia yang
4. Lakukan penimbangan dengan ditetaskan dalam wadah budidaya
tepat berdasarkan perhitungan berbentuk kerucut dan bening akan
jumlah cyst Artemia pada point 3. sangat mudah untuk memantau
5. Masukkanlah cyst Artemia yang proses penetasannya. Proses
telah ditimbang kedalam media penetasan artemia akan berlangsung
penetasan secara hati-hati, selama 24-48 jam. Cyst Artemia
lepaskan aerasi didalam media yang diperdagangkan merupakan
penetasan pada saat dilakukan cyst yang telah dikeringkan dengan
penebaran ! kadar air kurang dari 10%. Oleh
6. Pasanglah aerasi setelah cyst karena itu dalam proses penetasan
Artemia ditebarkan kedalam dapat dilakukan dengan dua metoda
media penetasan ! yaitu metoda Dekapsulasi dan
7. Amati proses penetasan cyst metoda tanpa dekapsulasi. Dari
Artemia dengan menghitung kedua metoda tersebut akan terjadi
percentage penetasannya! proses penetasan yang berbeda.

Proses penetasan dengan


menggunakan metoda dekapsulasi,
Persentase penetasan N
cyst artemia pada tahap awal
(Hatching Persentase) = ---- X 100%
dilakukan perendaman dengan air
C
tawar selama satu jam yang
berfungsi untuk meningkatkan kadar
Dimana :
air pada cyst artemia dan cyst
N : jumlah nauplius yang
artemia tersebut akan
menetas
menggembung karena air masuk
C : jumlah cyst yang ditebar
kedalam cyst, Cyst yang
menggembung akan mulai terjadi
Artemia salina merupakan salah satu
proses metabolisme. Setelah satu
zooplankton sebagai sumber pakan
jam direndam dan cyst sudah
alami yang sangat cocok bagi larva
mengandung kadar air kurang lebih
ikan konsumsi maupun ikan hias.
65% maka cyst artemia tersebut

376
disaring dengan menggunakan kain dilakukan dengan cara siste yang
saringan 120 mikron serta dicuci akan ditetaskan ditimbang sesuai
dengan air tawar atau air laut sampai dengan dosis yang digunakan
bersih. Kemudian dimasukkan misalnya 5 gram siste per liter air
kedalam larutan hipoklorit yang telah media penetasan. Kemudian wadah
disiapkan lengkap dengan aerasinya. dan media penetasan disiapkan
Proses dekapsulasi berlangsung sesuai persyaratan teknis yang telah
selama 10-15 menit. Proses ditentukan, siste artemia dimasukkan
dekapsulasi ditandai dengan kedalam media penetasan yang
terjadinya perubahan warna siste diberi aerasi dengan kecepatan 10 –
dari coklat menjadi abu-abu dan 20 liter udara/menit, suhu
akhirnya berwarna jingga serta air dipertahankan 25 – 30 oC dan pH
didalam wadah mengandung buih sekitar 8 – 9. Media penetasan diberi
atau busa. sinar yang berasal dari lampu TL
dengan intensitas cahaya minimal
Setelah proses dekapsulasi selesai 1.000 lux. Intensitas cahaya tersebut
siste yang sudah tidak bercangkang dapat diperoleh dari lampu TL/neon
diambil dengan alat penyedot dan 60 watt sebanyak dua buah dengan
disaring dengan menggunakan alat jarak penyinaran dari lampu
penyaring dari kasa kawat baja tahan kewadah penetasan adalah 20 cm.
karat (stainless steel) dengan ukuran Penetasan cyst artemia akan
mata 120-150 mikron. Proses berlangsung selama 24-48 jam
pencucian dilakukan dengan kemudian.
menggunakan air tawar atau air laut
sampai bau chlorine hilang. Siste Langkah Kerja Memantau proses
yang sudah tidak bercangkang penetasan artemia adalah sebagai
tersebut masih berupa siste yang berikut :
telanjang belum menetas karena 1. Siapkan alat dan bahan yang
masih diselimuti oleh selaput embrio akan digunakan sebelum
yang tipis. Oleh karena itu masih melakukan pemantauan proses
harus dilakukan penetasan dengan penetasan artemia.
menggunakan air laut yang 2. Amati siste artemia didalam
bersalinitas 5-35 permil. media penetasan, catat dan
diskusikan !
Proses penetasan cyst artemia 3. Amati setiap jam perkembangan
dengan metoda dekapsulasi dari siste artemia dibawah
selanjutnya adalah melarutkan siste mikroskop dan catat jam
tersebut dengan larutan garam terjadinya penetasan siste
bersalinitas antara 5 permil sampai manjadi nauplius !
dengan 35 permil. Waktu yang 4. Hitunglah jumlah persentase
dibutuhkan sampai siste tersebut siste yang menetas didalam
menetas menjadi nauplius media penetasan sesuai dengan
dibutuhkan waktu sekitar 24 - 48 jam. rumus !

Proses penetasan cyst/siste artemia Pakan alami artemia yang telah


dengan metoda tanpa dekapsulasi ditetaskankan di media penetasan

377
bertujuan untuk diberikan kepada melainkan akan mati secara
larva/benih yang dipelihara. perlahan-lahan karena kekurangan
Kebutuhan larva/benih ikan akan energi. Pada beberapa usaha
pakan alami Artemia selama pembenihan biasanya hanya
pemeliharaan adalah setiap hari. dilakukan penetasan cyst artemia
Oleh karena itu waktu pemanenan tanpa melakukan pemeliharaan
pakan alami itu sangat bergantung terhadap cyst yang telah ditetaskan.
kepada kebutuhan larva/benih akan
pakan alami Artemia. Pemanenan Setelah cyst artemia menetas 24-48
pakan alami Artemia ini dapat jam setelah ditetaskan maka akan
dilakukan setiap hari atau seminggu dilakukan pemanenan cyst artemia
sekali atau dua minggu sekali. Hal dengan cara sebagai berikut :
tersebut bergantung kepada 1. Lepaskan aerasi yang ada
kebutuhan suatu usaha terhadap didalam wadah penetasan.
ketersediaan pakan alami Artemia. 2. Lakukan penutupan wadah
penetasan pada bagian atas
Pemanenan pakan alami Artemia dengan menggunakan plastik
yang dilakukan setiap hari biasanya hitam agar artemia yang menetas
jumlah yang dipanen adalah kurang akan berkumpul pada bagian
dari 20%. Pemanenan Artemia dapat bawah wadah penetasan.
juga dilakukan seminggu sekali atau Artemia mempunyai sifat
dua minggu sekali sangat fototaksis positif yang akan
bergantung kepada ukuran Artemia bergerak menuju sumber cahaya.
yang akan diberikan kepada 3. Diamkan beberapa lama (kurang
larva/benih ikan. Cyst artemia yang lebih 15-30 menit) sampai
baru menetas mempunyai ukuran seluruh cyst yang telah menetas
antara 200-350 mikrometer (0,2-0,35 berkumpul didasar wadah.
mm) dan disebut nauplius. Duapuluh 4. Lakukan penyedotan dengan
empat jam setelah menetas nauplius selang untuk mengambil artemia
artemia ini akan mulai tumbuh organ yang telah menetas dan
pencernaannya, oleh karena itu pada ditampung dengan kain saringan
masa tersebut artemia sudah mulai yang diletakkan didalam wadah
makan dengan adanya makanan penampungan.
didalam media penetasan artemia 5. Bersihkan artemia yang telah
akan tumbuh dan berkembang. dipanen dengan menggunakan
Artemia menjadi dewasa pada umur air tawar yang bersih dan siap
empatbelas hari dan akan beranak untuk diberikan kepada
setiap empat sampai lima hari sekali. larva/benih ikan konsumsi/ikan
Jadi waktu panen artemia sangat hias.
ditentukan oleh ukuran besar mulut
larva yang akan mengkonsumsinya
dengan ukuran artemia yang akan 7.3.3. Budidaya Rotifera
ditetaskan. Jika didalam media
penetasan tidak terdapat sumber Peralatan dan wadah yang dapat
makanan bagi artemia maka artemia digunakan dalam mengkultur pakan
tidak akan tumbuh dan berkembang alami Rotifera ada beberapa macam.

378
Jenis-jenis wadah yang dapat pengangkutan dan digunakan juga
digunakan antara lain adalah bak gayung plastik untuk mengambil
semen, tanki plastik, bak beton, bak media air budidaya Rotifera yang
fiber dan kolam tanah. Sedangkan telah diukur kepadatannya.
peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan budidaya Rotifera antara Setelah berbagai macam peralatan
lain adalah aerator/blower, selang dan wadah yang digunakan dalam
aerasi, batu aerasi, selang air, membudidayakan pakan alami
timbangan, kantong plastik, tali rafia, Rotifera diidentifikasi dan dijelaskan
saringan halus/seser, ember,gayung, fungsi dan cara kerjanya , langkah
gelas ukur kaca. selanjutnya adalah melakukan
persiapan terhadap wadah tersebut.
Pemilihan wadah yang akan Langkah pertama adalah peralatan
digunakan dalam membudidayakan dan wadah yang akan digunakan
Rotifera sangat bergantung kepada ditentukan sesuai dengan skala
tujuannya. Wadah yang terbuat dari produksi dan kebutuhan. Peralatan
bak semen, bak beton, bak fiber dan dan wadah disiapkan untuk
tanki plastik biasanya digunakan digunakan dalam budidaya Rotifera.
untuk membudidayakan Rotifera Wadah yang akan digunakan
secara selektif yaitu dibersihkan dengan menggunakan
membudidayakan pakan alami sikat dan diberikan desinfektan untuk
ditempat terpisah dari ikan yang menghindari terjadinya kontaminasi
akan mengkonsumsi pakan alami. dengan mikroorganisme yang lain.
Sedangkan wadah budidaya kolam Wadah yang telah dibersihkan
tanah biasanya dilakukan untuk selanjutnya dapat diari dengan air
membudidayakan pakan alami bersih.
nonselektif yaitu membudidayakan
pakan alami secara bersama-sama Wadah budidaya yang telah diairi
dengan ikan yang akan dapat digunakan untuk memelihara
mengkomsumsi pakan alami tersebut. Rotifera. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
Rotifera yang dipelihara didalam bebas dari kontaminan seperti
wadah pemeliharaan akan tumbuh pestisida, deterjen dan chlor. Air
dan berkembang oleh karena itu yang digunakan sebaiknya diberi
harus dipantau kepadatan populasi oksigen dengan menggunakan
Rotifera didalam wadah. Alat yang aerator dan batu aerasi yang
digunakan adalah gelas ukur kaca disambungkan dengan selang aerasi.
yang berfungsi untuk melihat Aerasi ini dapat digunakan pula
kepadatan populasi Rotifera yang untuk menetralkan chlor atau
dibudidayakan didalam wadah menghilangkan Carbondioksida
pemeliharaan. Selain itu diperlukan didalam air. Kedalaman air didalam
juga seser atau saringan halus pada wadah budidaya yang optimum
saat akan melakukan pemanenan adalah 50 cm dan maksimum adalah
Rotifera. Rotifera yang telah dipanen 90 cm.
tersebut dimasukkan kedalam ember
plastik untuk memudahkan dalam

379
Langkah kerja dalam menyiapkan dari hasil dekomposisi nutrien yang
peralatan dan wadah kultur pakan ada didasar perairan. Untuk
alami Rotifera adalah sebagai melakukan budidaya pakan alami
berikut : diperlukan unsur hara tersebut
1. Siapkan alat dan bahan yang didalam media budidaya. Unsur hara
akan digunakan dan sebutkan yang dimasukkan kedalam media
fungsi dan cara kerja peralatan tersebut pada umumnya adalah
tersebut! pupuk.
2. Tentukan wadah yang akan
digunakan untuk Jenis pupuk yang dapat digunakan
membudidayakan Rotifera ! sebagai sumber unsur hara pada
3 Bersihkan wadah dengan media kultur pakan alami Rotifera
menggunakan sikat dan disiram adalah pupuk organik dan anorganik.
dengan air bersih, kemudian Pemilihan antara kedua jenis pupuk
lakukan pensucihamaan wadah tersebut sangat bergantung kepada
dengan menggunkan desinfektan ketersediaan pupuk tersebut dilokasi
sesuai dengan dosisnya. budidaya, dan kedua jenis pupuk
4. Bilaslah wadah yang telah tersebut dapat digunakan sebagai
dibersihkan dengan sumber unsur hara.
menggunakan air bersih.
5. Pasanglah peralatan aerasi Jenis pupuk organik yang biasa
dengan merangkaikan antara digunakan adalah pupuk kandang,
aerator, selang aerasi dan batu pupuk kandang adalah pupuk yang
aerasi, masukkan kedalam berasal dari campuran antara
wadah budidaya. Ceklah kotoran hewan dengan sisa
keberfungsian peralatan tersebut makanan dan alas tidur hewan
dengan memasukkan kedalam tersebut. Campuran ini telah
arus listrik. mengalami pembusukan sehingga
6. Masukkan air bersih yang tidak sudah tidak berbentuk seperti
terkontaminasi kedalam wadah semula. Pupuk kandang yang akan
budidaya dengan menggunakan dipergunakan sebagai pupuk dalam
selang plastik dengan kedalaman media kultur pakan alami adalah
air yang telah ditentukan, pupuk kandang yang telah kering.
misalnya 50 cm. Mengapa pupuk kandang yang
digunakan harus yang kering ?
Media seperti apakah yang dapat Pupuk kandang yang telah kering
digunakan untuk tumbuh dan sudah mengalami proses
berkembang pakan alami Rotifera. pembusukan secara sempurna
Rotifera merupakan hewan air yang sehingga secara fisik seperti warna,
hidup diperairan tawar subtropik dan rupa, tekstur, bau dan kadar airnya
tropik baik di daerah danau, sungai tidak seperti bahan aslinya.
dan kolam-kolam. Berdasarkan
habitat alaminya pakan alami Pupuk kandang ini jenisnya ada
Rotifera ini dapat hidup pada beberapa macam antara lain adalah
perairan yang mengandung unsur pupuk yang berasal dari kotoran
hara. Unsur hara ini dialam diperoleh hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam,

380
burung dan kuda. Dari berbagai jenis yang berasal dari kotoran burung
kotoran hewan tersebut yang biasa puyuh adalah 1000 gram/m3, atau
digunakan adalah kotoran ayam dan 1,0 gram/liter. Tetapi dosis pupuk
burung puyuh. Kotoran ayam dan kandang yang berasal dari kotoran
burung puyuh yang telah kering ini burung puyuh berdasarkan hasil
digunakan dengan dosis sesuai penelitian dan memberikan
kebutuhan. pertumbuhan populasi Rotifera pada
hari ketujuh sebanyak 80
Jenis pupuk anorganik juga bisa individu/liter.
digunakan sebagai sumber unsur
hara pada media kultur Rotifera jika Dosis yang digunakan untuk pupuk
pupuk kandang tidak terdapat anorganik harus dihitung
dilokasi tersebut. Jenis pupuk berdasarkan kebutuhan unsur hara
anorganik yang biasa digunakan yang dibutuhkan. Beberapa
adalah pupuk yang mengandung pembudidaya ada yang
unsur Nitrogen, Phosphat dan menggunakan pupuk nitrat dan
Kalium. Pupuk anorganik yang phosphat sebagai unsur hara yang
banyak mengandung unsur nitrogen dimasukkan kedalam media kultur
dan banyak dijual dipasaran adalah pakan alami. Dosis yang digunakan
urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA), dihitung berdasarkan kandungan
sedangkan unsur phosphat adalah unsur hara yang terdapat dalam
Triple Superphosphat (TSP). Untuk pupuk an organik, misalnya pupuk
lebih mudahnya saat ini juga sudah yang akan digunakan adalah urea
dijual pupuk majemuk yang dan ZA. Kadar unsur N dalam urea
mengandung unsur Nitrogen, adalah 46%, artinya dalam setiap
Phosphate dan Kalium (NPK). 100 kg urea mengandung unsur N
sebanyak 46 kg. Untuk ZA kadar N
Pupuk yang dimasukkan kedalam nya 21% , artinya kadar N dalam
media kultur pakan alami yang pupuk ZA adalah 21 kg. Sedangkan
berfungsi untuk menumbuhkan pupuk kandang yang baik
bakteri, fungi, detritus dan beragam mengandung unsur N sebanyak 1,5–
phytoplankton sebagai makanan 2%. Oleh karena dalam menghitung
utama Rotifera. Dengan tumbuhnya jumlah pupuk anorganik yang
pakan Rotifera di dalam media kultur dibutuhkan dalam media kultur
maka pakan alami yang akan pakan alami dilakukan perhitungan
dipelihara di dalam wadah budidaya matematis. Misalnya kebutuhan urea
tersebut akan tumbuh dan adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46,
berkembang. maka kebutuhan urea adalah 3 : 46
= 0,065 kg.
Berapakah dosis pupuk yang harus
ditebarkan kedalam media kultur Pupuk yang telah ditentukan akan
pakan alami Rotifera ? Berdasarkan digunakan sebagai sumber unsur
pengalaman beberapa pembudidaya hara dalam media kultur pakan alami
dosis yang digunakan untuk pupuk selanjutnya dihitung dan ditimbang
kandang dari kotoran ayam sesuai dengan dosis yang
sebanyak 500 gram/m3, sedangkan dibutuhkan. Penimbangan dilakukan

381
setelah wadah budidaya disiapkan.
Kemudian pupuk tersebut Langkah kerja yang harus dilakukan
dimasukkan kedalam kantong plastik pada pembuatan media budidaya
atau karung plastik diikat dan di Rotifera sama dengan budidaya
lubangi dengan menggunakan paku Daphnia.
atau gunting agar pupuk tersebut
dapat mudah larut didalam media Ada beberapa langkah yang harus
kultur pakan alami Rotifera. Pupuk dilakukan sebelum melakukan
tersebut akan berproses didalam inokulasi bibit pakan alami kedalam
media dan akan tumbuh media kultur yaitu pertama
mikroorganisme sebagai makanan melakukan identifikasi jenis bibit
utama dari Rotifera. Waktu yang pakan alami Rotifera, kedua
dibutuhkan oleh proses dekomposisi melakukan seleksi terhadap bibit
pupuk didalam media kultur pakan pakan alami Rotifera, ketiga
alami Rotifera ini berkisar antara 7 – melakukan inokulasi bibit pakan
14 hari. Setelah itu baru bisa alami sesuai dengan prosedur .
dilakukan penebaran bibit Rotifera
kedalam media kultur. Identifikasi Rotifera perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam
Selama dalam pemeliharaan harus melakukan inokulasi. Rotifera
terus dilakukan pemupukan susulan merupakan salah satu jenis
seminggu sekali dengan dosis zooplankton yang hidup diperairan
setengah dari pemupukan awal. tawar didaerah tropis dan subtropis.
Pakan alami Rotifera mempunyai Berdasarkan klasifikasinya Rotifera
siklus hidup yang relatif singkat yaitu sp dapat dimasukkan kedalam :
4 – 12 hari. Oleh karena itu agar Filum : Rotifera
pembudidayaannya bisa Kelas : Monogononta
berlangsung terus harus selalu Ordo : Ploima
diberikan pemupukan susulan. Famili : Brachionidae
Dalam memberikan pemupukan Subfamili : Brachioninae
susulan ini caranya hampir sama Genus : Brachionus
dengan pemupukan awal dan ada Spesies : Brachionus
juga yang memberikan pemupukan calyciflorus
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan. Morfologi Rotifera dapat dilihat
secara langsung dibawah mikroskop,
Parameter kualitas air didalam media ciri khas nya yang sangat mudah
kultur pakan alami Rotifera juga untuk dikenali adalah adanya corona
harus dilakukan pengukuran. atau semacam selaput yang
Rotifera akan tumbuh dan dikelilingi cilia yang mencolok
berkembang pada media kultur yang disekitar mulutnya. Lingkaran cilia
mempunyai kandungan Oksigen dibagian anterior terdapat diatas
terlarut sebanyak > 5 ppm, pedestal yang terbagi dua yang
kandungan amonia < 1 ppm, suhu air disebut trocal disk. Gerakan
berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air membranela pada trochal disk
antara 6 – 8. seperti dua roda yang berputar.

382
Trochal disk digunakan untuk lorica berbeda-beda untuk setiap
berenang dan makan. spesies yang sama pada habitat
berbeda. Rata-rata lebar lorica
Tubuh Rotifera umumnya transparan, Brachionus calyciflorus bervariasi
beberapa berwarna hijau, merah antara 124 – 300 mikron. Panjang
atau coklat yang disebabkan oleh tubuh berkisar antara 200 – 500 μm .
warna makanan yang ada disekitar Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
saluran pencernaannya. Tubuh pada Gambar 7.23.
terbagi atas tiga bagian yaitu bagian
kepala yang pendek, badan yang
besar dan kaki atau ekor. Bentuk
tubuh agak panjang dan silindris.
Pada kepala terdapat corona yang
berguna sebagai alat untuk
mengalirkan makanan, organ perasa
atau peraba dan bukaan mulut.

Rongga badan berisi cairan tubuh


dan terdapat beberapa organ tubuh,
yaitu saluran pencernaan yang terdiri
dari mastax dengan kelenjar ludah,
oesophagus, lambung dengan
kelenjar perut dan usus. Organ
ekresi, organ genital meliputi Gambar 7.23. Rotifera
germanium atau ovari dan vitellarium.
Sejumlah otot-otot melingkar dan Langkah selanjutnya setelah dapat
membujur yang meluas sampai ke mengidentifikasi jenis Rotifera yang
kepala dan kaki. Kepala dan badan akan ditebar kedalam media kultur
tidak jelas batasnya, kaki ramping adalah melakukan pemilihan
dan ujung kaki mengecil, pada ujung terhadap bibit Rotifera. Pemilihan
kaki terdapat dua ruas semu atau bibit Rotifera yang akan ditebar
lebih bahkan kadang-kadang tidak kedalam media kultur harus
terlihat karena ditarik kedalam tubuh dilakukan dengan tepat. Bibit yang
atau mengkerut dan adakalanya akan ditebar kedalam media kultur
tidak. Kaki yang beruas semu harus yang sudah dewasa. Rotifera
mempunyai dua jari dan dewasa berukuran 2,5 mm, anak
mengandung kelenjar kaki yang pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan
bermuara di ujung jari. secara parthenogenesis. Ukuran
badan dan nilai kalori rotifer
Badan Brachionus dilapisi kutikula berdasarkan volume dan bobot dapat
yang membentuk lapisan agak tebal dilihat pada tabel 7.9.
dan kaku yang disebut lorica. Ukuran

383
Tabel 7.9. Ukuran badan dan nilai kalori rotifer (Brachionus sp)
Panjang Lebar Volume Bobot Nilai kalori
Rotifer lorika lorika (ml) (μg) (10 -7 kkal)
(μm) (μm)

Betina 273 ± 13 170 1,77 0,195 10,89


Jantan 113 ± 3 92 0,29 0,031 1,75
Telur 128 ± 1 105 0,90 0,096 5,50
Telur Kista 98 ± 4 77 0,30 0,033 1,85

Perkembangbiakan Rotifera di dalam suhu air dan kualitas pakan, maka


media kultur dapat dilakukan dengan telur betina amiktik tersebut dapat
dua cara yaitu secara sexual dan menetas menjadi betina miktik.
asexual. Perkembangbiakan secara Betina miktik ini akan menghasilkan
asexual (tidak kawin) yang disebut telur yang akan berkembang menjadi
dengan Parthenogenesis terjadi jantan. Bila jantan dan betina miktik
dalam keadaan normal. Sifat yang tersebut kawin, maka betina miktik
khas pada rotifera adalah adanya akan menghasilkan telur dorman
dua tipe jenis betina yaitu betina (dorman egg) dengan cangkang
miktik dan amiktik. Betina amiktik yang keras dan tebal yang tahan
menghasilkan telur yang akan terhadap kondisi perairan yang jelek
berkembang menjadi betina amiktik dan kekeringan, dan dapat menetas
pula. Tetapi dalam keadaan bila keadaan perairan telah normal
lingkungan yang kurang kembali. Lebih jelasnya dapat dilihat
menguntungkan (tidak normal) pada Gambar 7.24.
seperti terjadi perubahan salinitas,

384
Gambar 7.24. Daur hidup rotifer (Brachionus sp)

jumlah telur yang dihasilkan oleh


betina amiktik.
Rotifera mempunyai umur hidup
yang relatif singkat yaitu antara 4 –
Setelah dapat membedakan antara
19 hari. Menurut beberapa ahli 24
individu Rotifera yang telur, anak,
jam setelah menetas Brachionus
remaja dan dewasa maka
muda telah menjadi dewasa dan
selanjutnya adalah memilih individu
dapat menghasilkan telur 2 sampai
yang dewasa sebagai calon bibit
3 butir. Hal ini telah diperkuat oleh
yang akan ditebarkan kedalam
peneliti bahwa jumlah telur yang
media kultur. Jumlah bibit yang akan
dihasilkan oleh induk betina
ditebarkan kedalam media kultur
Brachionus calyciflorus yang dikultur
sangat bergantung kepada volume
secara khusus di laboratorium
media kultur . Padat penebaran bibit
adalah rata-rata 3 – 6 butir.
yang akan diinokulasi kedalam
Sedangkan pengetahuan tentang
media kultur biasanya adalah 20 –
jumlah telur yang dihasilkan oleh
25 individu perliter.
betina miktik masih sedikit sekali,
tetapi diduga tidak jauh berbeda dari

385
Cara yang dilakukan dalam pakan alami Rotifera tersebut
melakukan inokulasi adalah dengan sebelum dilakukan penebaran.
menebarkannya secara hati-hati 9. Hitunglah jumlah bibit yang akan
kedalam media kultur sesuai dengan ditebar tersebut sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan. point 8.
Penebaran bibit Rotifera ini 10. Lakukan penebaran bibit pakan
sebaiknya dilakukan pada saat suhu alami Rotifera pada pagi atau
perairan tidak terlalu tinggi yaitu sore hari dengan cara
pada pagi dan sore hari. menebarkannya secara
perlahan-lahan kedalam media
Langkah kerja dalam menebar bibit kultur.
pakan alami rotifera adalah sebagai
berikut : Pemupukan susulan pada budidaya
1. Siapkan alat dan bahan yang rotifera dilakukan sama dengan
akan digunakan sebelum budidaya daphnia. Frekuensi
melakukan inokulasi/penanaman pemupukan susulan ditentukan
bibit pakan alami Rotifera! dengan melihat sample air didalam
2. Siapkan mikroskop dan media kultur , parameter yang
peralatannya untuk mudah dilihat adalah jika
mengidentifikasi jenis Rotifera transparansi kurang dari 0,3 m
yang akan dibudidayakan! didalam media kultur. Hal ini dapat
3. Ambillah seekor Rotifera dengan dilihat dari warna air media yang
menggunakan pipet dan berwarna keruh atau warna teh
letakkan diatas objec glass, dan bening. Jika hal tersebut terjadi
teteskan formalin agar individu segera dilakukan pemupukan
tersebut tidak bergerak ! susulan. Jenis pupuk yang
4. Letakkan objec glass dibawah digunakan sama dengan
mikroskop dan amati morfologi pemupukan awal.
Rotifera serta cocokkan dengan
gambar 6. Mengapa pertumbuhan populasi
5. Lakukan pengamatan terhadap pakan alami Rotifera harus
individu Rotifera beberapa kali dipantau ? Kapan waktu yang tepat
ulangan agar dapat dilakukan pemantauan populasi
membedakan tahapan stadia pakan alami Rotifera yang
pada Rotifera yang sedang dibudidayakan didalam media
diamati dibawah mikroskop ! kultur ? Bagaimana kita menghitung
6. Hitunglah panjang tubuh individu kepadatan populasi pakan alami
Rotifera dewasa beberapa Rotifera didalam media kultur ? Mari
ulangan dan perhatikan ukuran kita jawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan kasat mata! tersebut dengan mempelajari
7. Lakukanlah pemilihan bibit yang beberapa referensi tentang hal
akan ditebarkan kedalam media tersebut atau dari majalah dan
kultur d an letakkan dalam internet yang dapat menjawabnya.
wadah yang terpisah! Didalam handout ini akan diuraikan
8. Tentukan padat penebaran yang secara singkat tentang pertumbuhan
akan digunakan dalam budidaya

386
Rotifera, menghitung kepadatan tersebut diakibatkan oleh kurangnya
populasi dan waktu pemantauannya. oksigen didalam media kultur.
Tingkat kepadatan populasi yang
Rotifera yang dipelihara dalam maksimal didalam media kultur
media kultur yang tepat akan adalah 80 individu permililiter,
mengalami pertumbuhan yang cepat. walaupun ada juga yang mencapai
Secara biologis Rotifera akan kepadatan 120 – 150 individu
tumbuh dewasa pada umur satu permililiter.
hari (24 jam setelah menetas), jika
pada saat inokulasi yang ditebarkan Untuk mengukur tingkat kepadatan
adalah bibit Rotifera yang dewasa populasi Rotifera didalam media
maka dalam waktu dua hari bibit kultur dilakukan dengan cara
Rotifera tersebut sudah mulai sampling beberapa titik dari media,
beranak, karena periode maturasi minimal tiga kali sampling. Sampling
Rotifera pada media yang dilakukan dengan cara mengambil
mempunyai suhu 25 oC adalah satu air media kultur yang berisi Rotifera
hari. Jumlah telur yang dikeluarkan dengan menggunakan baker glass
dari satu induk bibit Rotifera adalah atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
sebanyak 2 – 3 butir. Daur hidup Rotifera yang terdapat dalam botol
Rotifera adalah 6 – 19 hari dan contoh tersebut, data tersebut dapat
Rotifera menjadi dewasa hanya dikonversikan dengan volume media
dalam waktu satu hari, sehingga kultur.
bisa diperhitungkan prediksi
populasi Rotifera didalam media Langkah Kerja dalam memantau
kultur. pertumbuhan populasi pakan alami
Rotifera adalah sebagai berikut :
Berdasarkan siklus hidup Rotifera 1. Siapkan alat dan bahan yang
maka kita dapat menentukan waktu akan digunakan sebelum
yang tepat untuk dilakukan melakukan pemantauan
pemanenan sesuai dengan kebu pertumbuhan populasi pakan
tuhan larva atau benih ikan yang alami Rotifera.
akan mengkonsumsi pakan alami 2. Tentukan waktu pemantauan
Rotifera. Ukuran Rotifera yang kepadatan populasi sesuai
dewasa dan anak-anak berbeda dengan prediksi tingkat
oleh karena itu perbedaan ukuran pertumbuhan Rotifera di media
tersebut sangat bermanfaat bagi kultur.
ikan yang akan mengkonsumsi dan 3. Ambillah sampel air dimedia
disesuaikan dengan ukuran bukaan kultur dengan menggunakan
mulut larva. baker glass/erlemeyer, amati
dengan seksama dan teliti !
Pemantauan pertumbuhan pakan 4. Hitunglah jumlah Rotifera yang
alami Rotifera di media kultur harus terdapat dalam baker glass
dilakukan agar tidak terjadi tersebut !
kepadatan populasi yang 5. Lakukanlah kegiatan tersebut
mengakibatkan tingkat kematian minimal tiga kali ulangan dan
yang tinggi didalam media. Hal catat apakah terjadi perbedaan

387
nilai pengukuran dari ketiga dihitung jumlah Rotifera yang keluar
lokasi yang berbeda. bersama air.
6. Hitunglah rata-rata nilai populasi
Apabila jumlah Rotifera yang ada
dari ketiga sampel yang berbeda
sangat banyak, maka dari gelas
lokasi. Nilai rata-rata ini akan
piala 100 ml dapat diencerkan,
dipergunakan untuk menghitung
caranya adalah dengan
kepadatan populasi pakan alami
menuangkan kedalam gelas piala
Rotifera di media kultur.
1000 ml dan ditambah air hingga
7. Catat volume air sampel dan
volumenya 1000 ml.Dari gelas 1000
jumlah Rotifera dari data point 6,
ml, lalu diambil sebanyak 100 ml.
lakukan konversi nilai
Rotifera yang ada dihitung seperti
perhitungan tersebut untuk
cara diatas, lalu kepadatan di dalam
menduga kepadatan populasi
wadah budidaya dapat diketahui
pakan alami Rotifera didalam
dengan cara mengalikan 10 kali
media kultur.
jumlah didalam gelas 100 ml.
Sebagai contoh, apabila di dalam
Pemanenan pakan alami Rotifera
gelas piala 100 ml terdapat 200 ekor
ini dapat dilakukan setiap hari atau
Rotifera, maka kepadatan Rotifera
seminggu sekali atau dua minggu
diwadah budidaya adalah 10 X 200
sekali. Hal tersebut bergantung
ekor = 2000 individu per 100 ml.
kepada kebutuhan suatu usaha
terhadap ketersediaan pakan alami Pemanenan Rotifera dapat
Rotifera. dilakukan berdasarkan siklus
reproduksinya, dimana Rotifera
Pemanenan pakan alami Rotifera akan menjadi dewasa pada umur
yang dilakukan setiap hari biasanya satu hari dan dapat bertelur setiap
jumlah yang dipanen adalah kurang hari, maka dapat dipredeksi
dari 20% . Pemanenan Rotifera kepadatan populasi Rotifera didalam
dapat juga dilakukan seminggu media kultur jika padat tebar awal
sekali atau dua minggu sekali dilakukan pencatatan. Rotifera dapat
sangat bergantung kepada berkembangbiak tanpa kawin dan
kelimpahan populasi Rotifera di usianya relative singkat yaitu 6 – 19
dalam media kultur. hari.

Untuk menghitung kepadatan Pemanenan dapat dilakukan pada


Rotifera pada saat akan dilakukan hari ke empat – sembilan jika
pemanenan, dapat dilakukan tanpa populasinya sudah mencukupi,
menggunakan alat pembesar atau pemanenan tersebut dilakukan
mikroskop. Rotifera diambil dari dengan cara menggunakan seser
dalam wadah, yang telah diaerasi halus. Waktu pemanenan dilakukan
agak besar sehingga Rotifera pada pagi hari disaat matahari terbit,
merata berada di seluruh kolom air, pada waktu tersebut Rotifera akan
dengan memakai gelas piala volume banyak mengumpul dibagian
100 ml. Rotifera dan air di dalam permukaan media untuk mencari
gelas piala selanjutnya dituangkan sinar. Dengan tingkahlakunya
secara perlahan-lahan sambil

388
tersebut akan sangat mudah bagi
para pembudidaya untuk melakukan Dalam membudidayakan cacing
pemanenan. Rotifera yang baru rambut prosedur yang dilakukan
dipanen tersebut dapat digunakan hampir sama dalam
langsung untuk konsumsi larva atau membudidayakan pakan alami
benih ikan. sebelumnya. Kegiatan budidaya
cacing rambut ini dimulai dari
Rotifera yang sudah dipanen persiapan peralatan dan wadah,
tersebut dapat tidak secara penyiapan media kultur, penanaman
langsung diberikan pada larva dan bibit, pemberian pupuk susulan,
benih ikan hias yang dibudidayakan pemantauan pertumbuhan dan
tetapi dilakukan penyimpanan. Cara pemanenan cacing rambut. Oleh
penyimpanan Rotifera yang dipanen karena itu semua kegiatan tersebut
berlebih dapat dilakukan akan diuraikan didalam buku ini.
pengolahan Rotifera segar menjadi
beku . Proses tersebut dilakukan Peralatan dan wadah yang dapat
dengan menyaring Rotifera dengan digunakan dalam mengkultur pakan
air dan Rotiferanya saja yang alami Tubifex ada beberapa macam.
dimasukkan dalam wadah plastic Jenis-jenis wadah yang dapat
dan disimpan didalam lemari digunakan antara lain adalah bak
pembeku (Freezer). platik, bak semen, tanki plastik, bak
beton, bak fiber ,kolam tanah dan
Langkah kerja dalam melakukan saluran air. Sedangkan peralatan
pemanenan rotifera dilakukan sama yang dibutuhkan untuk melakukan
dengan pemanenan pada Daphnia, budidaya Tubifex antara lain adalah
yang membedakan adalah waktu selang air, timbangan, saringan
pemanenan dan jumlah rotifera yang halus/seser, ember,gayung.
akan dipanen setiap hari.
Pemilihan wadah yang akan
digunakan dalam membudidayakan
Tubifex sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
7.4. BUDIDAYA BENTHOS bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan
Jenis organisma yang dapat untuk membudidayakan Tubifex
digunakan sebagai pakan alami bagi secara selektif yaitu
ikan konsumsi dan ikan hias yang membudidayakan pakan alami
termasuk kedalam kelompok ditempat terpisah dari ikan yang
Benthos adalah cacing rambut. akan mengkonsumsi pakan alami.
Cacing rambut sangat banyak
diberikan untuk ikan hias dan ikan Pada budidaya tubifex fungsi aerator
konsumsi karena mengandung dapat digantikan dengan
nutrisi yang cukup tinggi untuk mengalirkan air secara kontinue
pertumbuhan dan perkembangan kedalam wadah pemeliharaan. Debit
ikan yang dibudidayakan. air yang masuk kedalam wadah
pemeliharaan adalah 900 ml/menit.

389
Selang air digunakan untuk Media seperti apakah yang dapat
memasukkan air bersih dari tempat digunakan untuk tumbuh dan
penampungan air kedalam wadah berkembang pakan alami Tubifex.
budidaya. Peralatan ini digunakan Tubifex merupakan hewan air yang
juga untuk mengeluarkan kotoran hidup diperairan tawar subtropik dan
dan air pada saat dilakukan tropik baik di daerah danau, sungai
pemeliharaan. Dengan dan kolam-kolam. Berdasarkan
menggunakan selang air akan habitat alaminya pakan alami
memudahkan dalam melakukan Tubifex ini merupakan organisme
penyiapan wadah sebelum yang hidup didasar perairan yang
digunakan untuk budidaya. banyak mengandung detritus dan
mikroorganik lainnya. Tubifex ini
Setelah berbagai macam peralatan biasanya dapat hidup pada perairan
dan wadah yang digunakan dalam yang banyak mengandung bahan
membudidayakan pakan alami organik. Bahan organik yang
Tubifex diidentifikasi dan dijelaskan terdapat didalam perairan biasanya
fungsi dan cara kerjanya , langkah berasal dari dekomposisi unsur hara.
selanjutnya adalah melakukan Unsur hara ini dialam diperoleh dari
persiapan terhadap wadah tersebut. hasil dekomposisi nutrien yang ada
didasar perairan. Untuk melakukan
Wadah budidaya yang telah diairi budidaya pakan alami diperlukan
dapat digunakan untuk memelihara unsur hara tersebut didalam media
Tubifex. Air yang dimasukkan budidaya. Unsur hara yang
kedalam wadah budidaya harus dimasukkan kedalam media tersebut
bebas dari kontaminan seperti pada umumnya adalah pupuk.
pestisida, deterjen dan chlor.
Kedalaman media didalam wadah Pupuk yang terdapat dialam ini
budidaya yang optimum adalah 10 dapat dikelompokkan menjadi dua
cm dan maksimum adalah 20 cm. yaitu pupuk organik dan pupuk
Kedalaman media dalam wadah anorganik. Pupuk organik adalah
budidaya berdasarkan habitat asli di pupuk yang berasal dari kotoran
alamnya hidup pada daerah yang hewan, sisa tanaman, limbah rumah
mengandung lumpur dengan tangga. Sedangkan pupuk
distribusi pada daerah permukaan anorganik adalah pupuk yang
substrat pada kedalaman tertentu. berasal dari bahan kimia dasar yang
Berdasarkan hasil peneltian tubifex dibuat secara pabrikasi atau yang
yang berukuran juwana dengan berasal dari hasil tambang, seperti
berat kurang dari 0,1 mg umumnya Nitrat, Fosfat (Duperfosfat/DS, Triple
terdapat pada kedalaman 0 – 2 cm, Superfosfat/ TSP, Superphosphat
cacing muda yang mempunyai berat 36, Fused Magnesium
0,1 – 5,0 mg pada kedalaman 0 – 4 Phospate/FMP), Silikat, natrium,
cm, sedangkan cacing dewasa yang Nitrogen (Urea, Zwavelzure
mempunyai berat 5,0 mg pada amoniak/ZA, Amonium nitrat,
kedalaman 2 – 4 cm. Amonium sulfanitrat) dan lain-lain.

390
Jenis pupuk yang dapat digunakan Pupuk yang dimasukkan ke dalam
sebagai sumber unsur hara pada media kultur pakan alami yang
media kultur pakan alami Tubifex berfungsi untuk menumbuhkan
adalah pupuk organik dan anorganik. bakteri, fungi, detritus dan beragam
Pemilihan antara kedua jenis pupuk phytoplankton sebagai makanan
tersebut sangat bergantung kepada utama Tubifex. Dengan tumbuhnya
ketersediaan pupuk tersebut dilokasi pakan Tubifex di dalam media kultur
budidaya, dan kedua jenis pupuk maka pakan alami yang akan
tersebut dapat digunakan sebagai dipelihara didalam wadah budidaya
sumber unsur hara. tersebut akan tumbuh dan
berkembang.
Jenis pupuk organik yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang, Berapakah dosis pupuk yang harus
pupuk kandang adalah pupuk yang ditebarkan kedalam media kultur
berasal dari campuran antara pakan alami Tubifex ? Berdasarkan
kotoran hewan dengan sisa pengalaman beberapa pembudidaya
makanan dan alas tidur hewan dosis yang digunakan untuk pupuk
tersebut. Campuran ini telah kandang dari kotoran ayam
mengalami pembusukan sehingga sebanyak 50% dari jumlah media
sudah tidak berbentuk seperti yang akan dibuat. Jika jumlah media
semula. Pupuk kandang yang akan yang dibuat sebanyak 500 gram
dipergunakan sebagai pupuk dalam maka jumlah pupuknya adalah 250
media kultur pakan alami adalah gram. Kemudian pupuk tersebut
pupuk kandang yang telah kering. dimasukkan kedalam wadah
Mengapa pupuk kandang yang budidaya dicampur dengan lumpur
digunakan harus yang kering ? kolam dengan perbandingan satu
Pupuk kandang yang telah kering banding satu. Pupuk tersebut akan
sudah mengalami proses berproses didalam media dan akan
pembusukan secara sempurna tumbuh mikroorganisme sebagai
sehingga secara fisik seperti warna, makanan utama dari Tubifex. Waktu
rupa, tekstur, bau dan kadar airnya yang dibutuhkan oleh proses
tidak seperti bahan aslinya. dekomposisi pupuk didalam media
kultur pakan alami Tubifex ini
Pupuk kandang ini jenisnya ada berkisar antara 2-7 hari. Setelah itu
beberapa macam antara lain adalah baru bisa dilakukan penebaran bibit
pupuk yang berasal dari kotoran Tubifex kedalam media kultur.
hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam,
burung dan kuda. Dari berbagai Selama dalam pemeliharaan harus
jenis kotoran hewan tersebut yang terus dilakukan pemupukan susulan
biasa digunakan adalah kotoran seminggu sekali dengan dosis 9%
ayam dan burung puyuh. Kotoran pemupukan awal. Berdasarkan hasil
ayam dan burung puyuh yang telah penelitian Yuherman (1987)
kering ini digunakan dengan dosis pemupukan susulan dengan dosis
sesuai kebutuhan. 75% dari pemupukan awal setelah
10 hari inokulasi dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal pada

391
tubifex. Pakan alami Tubifex Filum : Annelida
mempunyai siklus hidup yang relatif Kelas : Oligochaeta
singkat yaitu 50 – 57 hari. Oleh Ordo : Haplotaxida
karena itu agar pembudidayaannya Famili : Tubificidae
bisa berlangsung terus harus selalu Genus : Tubifex
diberikan pemupukan susulan. Spesies : Tubifex sp.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama Morfologi Tubifex dapat dilihat
dengan pemupukan awal dan ada secara langsung dibawah mikroskop,
juga yang memberikan pemupukan ciri khasnya yang sangat mudah
susulannya dalam bentuk larutan untuk dikenali adalah adanya
pupuk yang dicairkan. tubuhnya berwarna merah
kecoklatan karena banyak
Parameter kualitas air didalam mengandung haemoglobin. Tubuh
media kultur pakan alami Tubifex terdiri dari beberapa segmen
juga harus dilakukan pengukuran. berkisar antara 30 – 60 segmen.
Tubifex akan tumbuh dan Pada setiap segmen di bagian
berkembang pada media kultur yang punggung dan perut akan keluar
mempunyai kandungan Oksigen seta dan ujungnya bercabang dua
terlarut berkisar antara 2,75 – 5 ppm tanpa rambut. Bentuk tubuh agak
dan jika kandungan oksigen terlarut panjang dan silindris mempunyai
> 5 ppm dapat meningkatkan dinding yang tebal terdiri dari dua
pertumbuhan tubifek, kandungan lapis otot yang membujur dan
amonia < 1 ppm, suhu air berkisar melingkar sepanjang tubuhnya.
antara 28 – 30 oC dan pH air antara Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
6 – 8. pada Gambar 7.25.

Ada beberapa langkah yang harus


dilakukan sebelum melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media kultur yaitu pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan alami Tubifex, kedua
melakukan seleksi terhadap bibit
pakan alami Tubifex, ketiga
melakukan inokulasi bibit pakan
alami sesuai dengan prosedur .

Identifikasi Tubifex perlu dilakukan


agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan inokulasi. Tubifex
merupakan salah satu jenis Benthos
yang hidup didasar perairan tawar Gambar 7.25. Tubifex sp
didaerah tropis dan subtropis.
Berdasarkan klasifikasinya Tubifex
sp dapat dimasukkan kedalam :

392
Langkah selanjutnya setelah dapat mengeluarkan telur yang menetas
mengidentifikasi jenis Tubifex yang menjadi tubifex mempunyai usia
akan ditebar kedalam media kultur sekitar 40 – 45 hari. Jumla telur
adalah melakukan pemilihan dalam setiap kokon berkisar antara
terhadap bibit Tubifex. Pemilihan 4 – 5. Waktu yang dibutuhkan untuk
bibit Tubifex yang akan ditebar proses perkembangbiakan telur
kedalam media kultur harus didalam kokon sampai menetas
dilakukan dengan tepat. Bibit yang menjadi embrio tubifex
akan ditebar kedalam media kultur membutuhkan waktu sekitar 10 – 12
harus yang sudah dewasa. Tubifex hari. Jadi daur hidup cacing rambut
dewasa berukuran 30 mm, anak dari telur , menetas dan menjadi
pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan dewasa serta mengeluarkan kokon
secara hermaprodit. dibutuhkan waktu sekitar 50 – 57
hari. Lebih jelasnya dapat dilihat
Perkembangbiakan Tubifex di dalam pada Gambar 7.26.
media kultur dapat dilakukan
dengan cara asexual yaitu
pemutusan ruas tubuh dan
pembuahan sendiri (Hermaphrodit).
Telur cacing rambut dihasilkan
didalam kokon yaitu suatu bangunan
yang berbentuk bulat telur, panjang
1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm.
Kokon ini dibentuk oleh kelenjar
epidermis dari salah satu segmen
tubuhnya yang disebut klitelum.
Telur yang terdapat didalam kokon
ini akan mengalami proses
metamorfosis dan akan mengalami
pembelahan sel seperti pada
umumnya perkembangbiakan
embrio didalam telur yang dimulai
dari stadia morula, blastula dan
gastrula. Telur yang terdapat Gambar 7.26. Daur hidup Tubifex
didalam kokon ini akan menetas (Tubifex sp)
menjadi embrio yang sama persis
dengan induknya hanya ukurannya Setelah dapat membedakan antara
lebih kecil. Proses individu Tubifex yang bertelur, anak,
perkembangbiakan embrio didalam remaja dan dewasa maka
kokon ini biasanya berlangsung selanjutnya adalah memilih individu
selama 10 – 12 hari jika suhu yang dewasa sebagai calon bibit
didalam media pemeliharaan yang akan ditebarkan kedalam
berkisar antara 24 – 25 oC. media kultur. Jumlah bibit yang akan
ditebarkan kedalam media kultur
Induk tubifex yang dapat sangat bergantung kepada volume
menghasilkan kokon dan

393
media kultur . Padat penebaran bibit susulan ini caranya hampir sama
yang akan diinokulasi kedalam dengan pemupukan awal dan ada
media kultur biasanya adalah 2 juga yang memberikan pemupukan
gram permeter persegi. susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Cara yang dilakukan dalam
melakukan inokulasi adalah dengan Fungsi utama pemupukan susulan
menebarkannya secara hati-hati adalah untuk menumbuhkan pakan
kedalam media kultur sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Tubifex agar
padat tebar yang telah ditentukan. tumbuh dan berkembang.
Penebaran bibit Tubifex ini Berdasarkan kebutuhan pakan bagi
sebaiknya dilakukan pada saat suhu Tubifex tersebut maka prosedur
perairan tidak terlalu tinggi yaitu yang dilakukan dalam memberikan
pada pagi dan sore hari. pemupukan susulan ada dua cara .
Pertama adalah dengan
Setelah dilakukan penebaran bibit menebarkan secara merata kedalam
didalam media pemeliharaan harus media pemeliharaan sejumlah
dilakukan pemupukan susulan. pupuk yang sudah ditimbang sesuai
Pemupukan susulan adalah dengan dosis pemupukan susulan.
pemupukan yang dimasukkan Kedua adalah dengan cara
kedalam media kultur selama membuat larutan pupuk didalam
pemeliharaan pakan alami Tubifex wadah yang terpisah dengan wadah
dengan dosis 9 % dari dosis budidaya, larutan pupuk tersebut
pemupukan pertama yang sangat dialirkan keseluruh permukaan
bergantung kepada kondisi media media pemeliharaan ,dengan dosis
kultur. Pemupukan tersebut sangat yang telah ditentukan.
berguna bagi pertumbuhan detritus,
fungi dan bakteri yang merupakan Frekuensi pemupukan susulan
makanan utama dari pakan alami ditentukan dengan melihat sample
Tubifex. air didalam media kultur , parameter
yang mudah dilihat adalah jika
Selama dalam pemeliharaan warna media pemeliharaan sudah
tersebut harus terus dilakukan terang didalam media kultur. Hal ini
pemupukan susulan seminggu dapat dilihat dari warna air media
sekali atau dua minggu sekali yang berwarna keruh atau warna teh
dengan dosis yang bergantung bening. Jika hal tersebut terjadi
kepada kondisi media kultur , segera dilakukan pemupukan
biasanya dosis yang digunakan susulan. Jenis pupuk yang
adalah 9% dari pemupukan awal. digunakan sama dengan
Pakan alami Tubifex mempunyai pemupukan awal.
siklus hidup yang relatif singkat yaitu
50 – 57 hari. Oleh karena itu agar Mengapa pertumbuhan populasi
pembudidayaannya bisa pakan alami Tubifex harus
berlangsung terus menerus harus dipantau ? Kapan waktu yang tepat
selalu diberikan pemupukan susulan. dilakukan pemantauan populasi
Dalam memberikan pemupukan pakan alami Tubifex yang

394
dibudidayakan didalam media ikan yang akan mengkonsumsi dan
kultur ? Bagaimana kita menghitung disesuaikan dengan ukuran bukaan
kepadatan populasi pakan alami mulut larva.
Tubifex didalam media kultur ? Mari
kita jawab pertanyaan-pertanyaan Pemantauan pertumbuhan pakan
tersebut dengan mempelajari buku alami Tubifex di media kultur harus
ini selanjutnya. Didalam buku ini dilakukan agar tidak terjadi
akan diuraikan secara singkat kapadatan populasi yang
tentang pertumbuhan Tubifex, mengakibatkan tingkat kematian
menghitung kepadatan populasi dan yang tinggi didalam media. Hal
waktu pemantauannya. tersebut diakibatkan oleh kurangnya
oksigen didalam media kultur.
Tubifex yang dipelihara dalam Tingkat kepadatan populasi yang
media kultur yang tepat akan maksimal didalam media kultur
mengalami pertumbuhan yang cepat. adalah 30 – 50 gram
Secara biologis Tubifex akan permeterpersegi, walaupun ada juga
tumbuh dewasa pada umur 40 – 45 yang mencapai kepadatan 120 –
hari, jika pada saat inokulasi yang 150 gram permeterpersegi.
ditebarkan adalah bibit Tubifex yang
dewasa maka dalam waktu sepuluh Untuk mengukur tingkat kepadatan
sampai duabelas hari bibit Tubifex populasi Tubifex didalam media
tersebut sudah mulai bertelur pada kultur dilakukan dengan cara
media yang mempunyai suhu 24 – sampling beberapa titik dari media,
25 oC. Jumlah telur yang dikeluarkan minimal tiga kali sampling. Sampling
dari satu induk Tubifex sangat dilakukan dengan cara mengambil
bergantung kepada jumlah kokon air media kultur yang berisi Tubifex
yang dihasilkan pada setiap induk. dengan menggunakan baker glass
Kokon ini akan terbentuk pada salah atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
satu segmen tubuh induk tubifex. Tubifex yang terdapat dalam botol
Daur hidup Tubifex adalah 50 – 57 contoh tersebut, data tersebut dapat
hari dan Tubifex menjadi dewasa dikonversikan dengan volume media
dalam waktu empat puluh hari, kultur.
sehingga bisa diperhitungkan
prediksi populasi Tubifex didalam Pemanenan pakan alami Tubifex
media kultur. dapat dilakukan setelah
pemeliharaan selama dua bulan
Berdasarkan siklus hidup Tubifex setelah itu pemanenen dapat
maka kita dapat menentukan waktu dilakukan setiap dua minggu
yang tepat untuk dilakukan biasanya jumlah yang dipanen
pemanenan sesuai dengan adalah kurang dari 50% .
kebutuhan larva atau benih ikan Pemanenan Tubifex dapat juga
yang akan mengkonsumsi pakan dilakukan seminggu sekali atau dua
alami Tubifex. Ukuran Tubifex yang minggu sekali sangat bergantung
dewasa dan anak-anak berbeda kepada kelimpahan populasi Tubifex
oleh karena itu perbedaan ukuran di dalam media kultur. Pada saat
tersebut sangat bermanfaat bagi pemanenan sebaiknya wadah

395
budidaya tubifex tersebut ditututp tingkahlakunya tersebut akan sangat
terlebih dahulu selama 6 jam untuk mudah bagi para pembudidaya
memudahkan pemanenan, karena untuk melakukan pemanenan.
dengan penutupan selama 6 jam Tubifex yang baru dipanen tersebut
tubifex akan keluar secara perlahan- dapat digunakan langsung untuk
lahan dari lumpur tempatnya konsumsi larva atau benih ikan.
bersembunyi membenamkan
sebagian tubuhnya tersebut. Tubifex yang sudah dipanen
tersebut dapat tidak secara
Untuk menghitung kepadatan langsung diberikan pada larva dan
Tubifex pada saat akan dilakukan benih ikan hias yang dibudidayakan
pemanenan, dapat dilakukan tanpa tetapi dilakukan penyimpanan. Cara
menggunakan alat pembesar atau penyimpanan Tubifex yang dipanen
mikroskop. Tubifex diambil dari berlebih dapat dilakukan
dalam wadah pemeliharaan dan pengolahan Tubifex segar menjadi
ditimbang jumlah tubifex yang beku. Proses tersebut dilakukan
diambil setelah itu dapat dihitung dengan menyaring Tubifex dengan
jumlah individu pergramnya dengan air dan Tubifexnya saja yang
melakukan perhitungan matematis. dimasukkan dalam wadah plastic
dan disimpan didalam lemari
Pemanenan Tubifex dapat dilakukan
pembeku (Freezer).
berdasarkan siklus reproduksinya,
dimana Tubifex akan menjadi
Untuk melakukan budidaya tubifek
dewasa pada umur empat puluh
secara skala kecil dapat dilakukan
sampai empat puluh lima hari dan
dengan menggunakan wadah yang
dapat bertelur setelah sepuluh
terbuat dari bak plastik dengan
sampai duabelas hari, maka dapat
langkah kerja sebagai berikut :
dipredeksi kepadatan populasi
1. Pembuatan wadah budidaya
Tubifex didalam media kultur jika
dengan menggunakan bak kayu
padat tebar awal dilakukan
yang terbuat dari kayu yang
pencatatan. Tubifex dapat
dilapisi plasti dengan ukuran
berkembang iak tanpa kawin dan
misalnya 100 cm X 50 cm X 10
usianya relative singkat yaitu 50–57
cm.
hari.
2. Masukkan media kedalam
wadah budidaya tubifex dengan
Pemanenan dapat dilakukan pada kedalaman media 5 cm, media
hari ke limapuluh sampai limapuluh ini terbuat dari lumpur dan pupuk
tujuh jika populasinya sudah kandang dengan perbandingan
mencukupi, pemanenan tersebut lumpur dan pupuk kandang
dilakukan dengan cara adalah 1 : 1.
menggunakan seser halus. Waktu 3. Masukkan air kedalam wadah
pemanenan dilakukan pada pagi yang telah berisi media tersebut,
hari disaat matahari terbit, pada kedalaman air dalam wadah
waktu tersebut Tubifex akan banyak budidaya adalah 2 cm dan
mengumpul dibagian permukaan buatlah sistem air mengalir pada
media untuk mencari sinar. Dengan

396
wadah budidaya dengan debit ikan air tawar, payau dan laut.
air berkisar 900 ml/menit. Dengan meningkatkan mutu dari
4. Biarkan media tersebut selama pakan alami dari kelompok ini dapat
5–7 hari agar terjadi proses meningkatkan mutu dari larva dan
pembusukan didalam wadah benih ikan yang mengkonsumsi
budidaya dan akan tumbuh pakan tersebut. Peningkatan mutu
detritus dan mikroorganisme pakan alami dapat dilihat dari
lainnya sebagai makanan untuk meningkatkan kelangsungan
tubifex. hidup/sintasan larva dan benih yang
5. Setelah itu masukkan tubifex dipelihara, meningkatkan
kedalam media tersebut dengan pertumbuhan larva dan benih ikan
dosis 2 gram permeter persegi. serta meningkatkan daya tahan
6. Lakukan pemeliharaan tubifex tubuh larva dan benih ikan.
tersebut dengan melakukan
pemupukan susulan dan Menurut Watanabe (1988)
pemantauan pertumbuhan setiap zooplankton dapat ditingkatkan
sepuluh hari sekali. mutunya dengan teknik
7. Pemanenan tubifex dapat bioenkapsulasi dengan mengguna-
dilakukan setelah minimal 40 an teknik omega yeast (ragi omega).
hari pemeliharaan. Omega tiga merupakan salah satu
jenis asam lemak tidak jenuh tinggi
Hal ini berdasarkan hasil penelitian yaitu asam lemak yang
Fadillah (2004) bahwa pertumbuhan mengandung satu atau lebih ikatan
populasi tubifex mencapai rangkap. Asam lemak ini tidak dapat
puncaknya setelah dipelihara disintesis di dalam tubuh dan
selama 40 hari. merupakan salah satu dari asam
lemak essensial. Ada dua metode
yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan mutu pakan alami
7.5. BIOENKAPSULASI yaitu :
1. Indirect Method yaitu metode
Untuk meningkatkan mutu pakan tidak langsung.
alami dapat dilakukan pengkayaan , Metode pengkayaan
istilah pengkayaan bisa juga disebut zooplankton secara tidak
dengan bioenkapsulasi. langsung dilakukan dengan cara
Pengkayaan terhadap pakan alami memelihara zooplankton dengan
ini sangat penting untuk media Chlorella dan ragi roti
meningkatkan kualitas nutrisi dari Saccharomyces cerevisiae,
pakan tersebut. Jenis pakan alami dengan dosis sebanyak 1 gram
yang dapat dilakukan pengkayaan yeast/106 sel/ml air alut perhari.
adalah dari kelompok zooplankton 2. Direct Method yaitu metode
misalnya artemia, rotifer, daphnia, langsung.
moina dan tigriopus. Semua jenis Metode pengkayaan
zooplankton tersebut biasanya zooplankton secra tidak
diberikan kepada larva dan benih langsung adalah dengan cara
membuat emulsi lipid.

397
Lipids yang mengandung Ȧ 3 x Kuning telur
HUFA di homogenisasi dengan x Aquades
sedikit kuning telur mentah dan x Ragi roti/fermipan
air yang akan menghasilkan
emulsi dan secara langsung Langkah kerja :
diberikan kepada pakan alami 1. Siapkan alat dan bahan
dicampur dengan ragi roti. 2. Timbanglah minyak ikan
Tahapannya : sebanyak 5 gram, vitamin yang
- Pembuatan emulsi lipid larut dalam air sebanyak 10
(mayonnaise) gram dan kuning telur sebanyak
- Pengecekkan ke Homo- 1 gram dan letakkan dalam
enisasi emulsi dibawah wadah yang terpisah.
mikroskop 3. Masukkan 5 gram minyak ikan
- Pencampuran dengan ragi kedalam mixer dan lakukan
roti homogenisasi selama 2 – 3
- Pemasukan emulsi kedalam menit dengan alat tersebut.
media pakan alami 4. Tambahkan 10 gram vitamin
- Pemberian pakan alami yang larut dalam air kedalam
langsung ke larva ikan mixer dan tambahkan pula
kuning telur mentah sebanyak 1
Adapun prosedur yang dapat gram kemudian tambahkan 100
dilakukan jika akan melakukan ml aquades.
pengkayaan zooplankton adalah 5. Lakukanlah pencampuran
sebagai berikut : dengan mixer selama 2 – 3
menit sampai terjadi campuran
Pengayaan terhadap Artemia salina yang homogen.
sangat penting dilakukan untuk 6. Ambillah 20 ml emulsi yang telah
meningkatkan kualitas nutrisi dari dibuat pada langkah sebelumnya
pakan tersebut. Artemia salina sebanyak 20 ml, dan tambahkan
merupakan salah satu jenis pakan 5 gram ragi roti dan campurlah
alami dari kelompok zooplankton dengan air kultur artemia.
yang dapat diberikan kepada larva 7. Jumlah emulsi yang telah dibuat
ikan konsumsi atau ikan hias. Pada diatas tersebut dapat
stadia larva semua jenis ikan sangat dipergunakan untuk
membutuhkan nutrisi yang lengkap memperkaya jumlah nauplius
agar pertumbuhan larva sempurna artemia sebanyak 100 – 200
sesuai dengan kebutuhannya. naupli perml, sedangkan untuk
Pengkayaan terhadap pakan alami rotifer emulsi tersebut dapat
ini berdasarkan hasil penelitian yang dipergunakan untuk
dilakukan oleh peneliti dari Jepang memperkaya sebanyak 500 -
dapat meningkatkan pertumbuhan. 1000 individu per liter.

Alat dan bahan


x Mixer Pemenuhan kebutuhan akan asam
lemak essensial oleh larva ikan
x Minyak ikan
dapat dipenuhi dengan pemberian
x Vitamin yang larut dalam air

398
sumber pakan yang tepat yang pada minyak hati ikan bertulang
berasal dari hewani dan nabati pada rawan.
pengkayaan pakan alami seperti
minyak ikan dan minyak jagung. Bahan yang kaya akan asam lemak
Pada umumnya komposisi minyak n-6 umumnya banyak dikandung
ikan laut lebih komplek dan oleh minyak yang berasal dari
mengandung asam lemak tak jenuh tumbuhan. Minyak jagung
berantai panjang pada minyak ikan mengandung asam lemak linoleat
laut terdiri dari asam lemak C18, (n-6) sekitar 53% (Stickney, 1979).
C20 dan C22 dengan kandungan Minyak jagung diperoleh dengan
C20 dan C22 yang tinggi dan jalan ekstraksi bagian lembaga, baik
kandungan C16 dan C18 yang dengan tekanan tinggi maupun
rendah. Sedangkan kandungan dengan jalan ekstraksi
asam lemak ikan air tawar menggunakan pelarut. Dalam
mengandung C16 dan C18 yang pembuatan bahan emulsi untuk
tinggi serta C20 dan C22 yang memperkaya Daphnia sp dapat
rendah. Komposisi lain yang ditambahkan juga kuning telur ayam
terkandung dalam minyak ikan mentah dan ragi roti
adalah lilin ester, diasil gliserol eter, (Saccharomyces cerevisiae ).
plasmalogen netral dan fosfolipid. Kandungan asam lemak dari
Terdapat pula sejumlah kecil fraksi beberapa bahan yang dapat
yang tak tersabunkan, antara lain dipergunakan untuk membuat
adalah : vitamin, sterol, hidrokarbon emulsi bioenkapsulasi dapat dilihat
dan pigmen, dimana komponen- pada Tabel 7.10.
komponen ini banyak ditemukan

Tabel 7.10. Kandungan komposisi beberapa bahan bioenkapsulasi

Komposisi Minyak Minyak Kuning Ragi roti Minyak


asam ikan jagung telur ayam (% total ikan
lemak lemuru (%) (g/100g) (g/100g) asam lemuru
lemak) (%)
SFA 23,869
C 14 : 0 - 1 1,1 12,68
C 16 : 0 20,5 14 11,2 20,41
C 18 : 0 7,1 2 88,4 3,82
C 20 : 0 - Trace () 0,52
C 22 : 0 () Trace () 0,34
MUFA
C 16 : 1 10,2 Trace () 14,2 12,42
C 18 : 1 8,2 30 () 38,0 4,45
C 20 : 1 3,1 - () 1,6 2,70
PUFA
C 18 : 2 - 50 10,202 15,1 1,17
C 18 : 3 1,0 2 0,377 6,4 0,88

399
C 20 : 2 () - () () 0,16
C 20 : 3 2,8 () () () 0.40

Komposisi Minyak Minyak Kuning Ragi roti Minyak


asam ikan jagung telur ayam (% total ikan
lemak lemuru (%) (g/100g) (g/100g) asam lemuru
lemak) (%)
C 20 : 4 5,2 () 1,419 () 2,53
C 20 : 5 17 () 0,012 () 10,61
C 22 : 2 Trace () () () -
C 22 : 3 Trace () () () -
C 22 : 4 1,2 () () () 0,16
C 22 : 5 3,3 () () () 1,81
C 22 : 6 6,4 () 0,629 () 6,28
Sumber Winarno Gurr Yuhendi Watanabe Dualantus
(1993) (1992) (1998) (1988) (2003)

Keterangan :
SFA : Saturated Fatty Acid
MUFA : Monounsaturated Fatty Acid
PUFA : Polyunsaturated Fatty Acid
() : tidak ada data
- : tidak terdeteksi

400
LAMPIRAN A

DAFTAR PUSTAKA

Abel. 1989. Water Pollutin Biology. Dept of Biology. Sunderland Polytechnic.


Halsted Press. New York.

Affandi,R., DS Sjafei, MF Rahardjo dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pusat


Antar universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Agrara T. 1976. Endokrinologi Umum. Airlangga University Press.


Yogyakarta.
Alimuddin. 1994. Pengaruh waktu awal kejutan panas terhadap
keberhasilan Triploidisasi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus L).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ath_Thar.M.H.F. 2007. Efektivitas promoter ȕ-actin ikan medaka Oryzias


latipes dengan penanda gen hrGFP (humanized Renilla reniformis
Green Fluorescent Protein) pada ikan lele Clarias sp keturunan F0.
Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Andarwulan, dan S.Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta.


Anonymous. 1985. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis OF Muller) Seri
Ke Tiga. Proyek Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Serang.

Antik, E dan Hastuti,W. 1986. Kultur Plankton. Direktorat Jenderal Perikanan


bekerjasama dengan International Development Research Centre.
Jakarta.

Andrew JW, Sick LV. 1972. Studies on the nutritional requirement of


dietary penaeid shrimp. Proceedings of the World Mariculture Society
3:403-414.

Alava VR, Lim C. 1983. The quantitative dietary protein requirement of


Penaeus monodon juveniles in controlled environment.
Aquaculture 30:53-61.

A1
LAMPIRAN A

Avers CG. 1986. molecular cell biology. Rutgers University. The Benjamin
Cummings Publising Co. Inc. 832 p.

Baustista-Teruel MN, Millamena OM. 1999. Diet development and evaluation


for juvenile abalone, Haliotis asinine: protein to energi levels.
Aquaculture 178:117-126.

Bonyaratpalin.M. 1989. Methodologies for vitamin requirement studies.


Fish Nutrition research in Asia. Edited by S.S de Silva. Proceeding of
Third Asian Fish Nutrition Network Meeting International Development.
Reseach Center of Canada. 58 – 67

Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn
University. Alabama. USA

Borgstrom G. 1962. Fish as Food Volume III. Nutrition, Sanitation and


Utilization. Academic Press, New York and London.

Bongers ABJ, EPC in’t Veld, K Abo-Hashema, IM Bremmer, EH Eding,


J.Komen, CJJ Richter. 1994. Androgenesis in common carp
(Cyprinus carpio) using UV irradiation in synthetic ovarian fluid
and heat shocks. Aquaculture, 122 : 119 – 132.

Catacuta,M.R and Coloso. 1997. Growth of juvenile Asian Seabass, Lates


calcarifer fed varyng carbohydrate and lipid levels. Aquculture, 149:
137-144.

Calduch-Giner. J.A, Duval H, Chesnel F, Boeuf G, Perez-Sanches J and


Boujard D. 2000. Fish Growth Hormone Receptor : Molecular
Characterization of Two Membrane-Anchored Forms. Journal of the
Endocrine Society : 3269 – 3273.

Campbell.N.A; Reece. J.N; Mitchell. L.G. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.

Carman O. 1990. Ploidy manipulation in some warm water fish. Master’s


Thesis. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of
Fisheries. Japan.

Carman O. 1992. Chromosome set manipulation in some warm water fish.


A Dissertation. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University
of Fisheries. Japan.

Chumadi dkk. 1992. Pedoman Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan
Udang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.

A2
LAMPIRAN A

Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third Edition. Waveland Press, Inc.
Illionis, USA.

Cowey,C.B and Walton,M.J. 1989. Intermedier metabolism, p : 259-329. In.


J.E Halver (Ed.), Fish Nutrition,2nd. Academic Press. New York.

Chris Andrews, Adrian Exell and Neville Carrington., 1988. The Manual of
Fish Health. New Jersey: Tetra Press,

Davis, D.A and Delhert MG III. 1991. Dietary Mineral Requirment of Fish and
Shrimp. Pages : 49 – 65. In : Proceedings of The Aquaculture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Akimaya, D.M and Ronni K.H.T.
Singapore.

Davis, C.C. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan state
University Press. Chicago.

De Silva,S and T.A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture.


Chapman & Hall, London.

Dieter Untergasser Translation by Howard H. Hirschhorn, 1989. Handbook of


Fish Diseases. T.F.H. Publications, Inc

Devlin,R.H, C.A. Biagi, T.Y. Yaseki. 2004. Growth, viability and genetic
characteristic of GH transgenic coho salmon strains. Aquaculture
236 : 607 – 632.

Dunham RA. 2003. Aquaculture and Fisheries Biotechnology Genetic


Approaches. CABI Publishing. Wallingford, Oxfordshire Ox 10.8 DE.
UK.

Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Effendi. M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.


Yogyakarta.

Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.


Rineka Cipta. Jakarta.

Gong Wu, Yonghua Sun & Zuayan Zhu. 2003. Growth hormone gene
transfer in common carp. Aquatic Living Resources 16 : 416-420.

A3
LAMPIRAN A

Glick. B.R and Pasternak.J.J. 2003. Molecular Biotechnology : Principles


and Applications of Recombinant DNA (Third Edition). ASM Press.
Washington, D.C.

Halver, J.E. 1988. Fish Nutrition. Academic Press. San Diego.

Hamre,K; B.Hjeltne; H.Kryi; S. Sandberg; M.Lorentzen; and O.Lie. 1994.


Decesed Concentration of Haemoglobin, Accumulation of Lipid
Oxidation Product”s and unchanged Skeletal Muscel in Atlantik
Salmon. Salmo salar Fed Low Dietary Vitamine E. Physiology and
Biochemistry. 12 (5) : 421 – 429.

Harper. 1990. Biokimia. EGC (Penerbit Buku Kedokteran). Jakarta.

Hepher B. 1988. Nutrition of Pond Fish. Cambridge University Press.


Cambridge.

Halver JE. 1989. Fish Nutritiion 2nd edition. Academic Press Inc.

Jean L Marx. 1991. Revolusi Bioteknologi, diterjemahkan oleh Wildan Yatim .


Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 513 hal.

Jusuf.M. 2001. Genetika I. Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto. Jakarta.

Kobayashi S, Alimuddin, Tetsuro Morita, Misako Miwa, Jun Lu, Masato Endo,
Toshio Takeuci dan Goro Yoshikazi. 2006. Transgenic nile Tilapia
(Oreochromis niloticus) over-expressing growth hormone show
reduced ammonia excretion. Departement of Marine Biosciences
Tokyo University of Marine Science and Technology. Tokyo. Japan.

Koolman J and Rohm KH. 2001. Atlas berwarna dan teks biokimia. Wanadi
SI penerjemah. Sadikin M , editor. Jakarta : Hipokrates 2000.

Kebijakan DKP: Perikanan Budidaya 2003 Pedoman Teknis


Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut. Departemen
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Kurniastuty, dkk., 2004. Hama dan Penyakit Ikan. Balai budidaya Laut
Lampung. Lampung.

Kuksis,A dan S. Mookerjea. 1991. Kolin. Vitamin. In Robert E. Olson (Eds),


Jilid II. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lewin, R.A. 1976. The Genetic of Algae.Blackwell scientific Publications Oxford.
London. Edinburg.

A4
LAMPIRAN A

Linder,M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Alih bahasa : A.


Parakkasi dan A.Y. Amwila). UI Press. Jakarta.

Linder, M.C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Mikromineral. Hal : 261-344.


Dalam : Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan pemakaian secara
klinis. Penerbit Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.

Lovel T. 1988. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book. Published by Van
Nostrad Reinhold. New York.

Machin,L.J. 1990. Handbook of Vitamin. Second Edition Rivised and


Expanded.

Mc Vey,J.P and J.R.Moore. 1983. CRC Handbook of Marine Culture. Vol I.


Crustacean Aquaculture. CRC Press. Inc.Boca. Raton . Florida.

Millamena,M.O, R.m. Coloso and F.P. Pascual. 2002. Nutrition in Tropical


Aquaculture. Essential of fish nutrition, feeds and feeding of
tropical aquatic species. Aquaculture Departemen. Southeast Asian
Fisheries Development Center. Tingbauan. Iloilo, Philipines.

Muchtadi,D., Nurheni S.P, dan Made A. 1993. Metabolisme zat gizi : sumber,
fungsi dan kebutuhan bagi tubuh manusia. J.2. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta

Murray,R.K; D.K.Granner; P.A. Mayes; and V.W. Rodwell. 1999. Biokimia


Harper. Edisi 24. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta.

Mujiman, A. 1987. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Matty. AS. 1985. Fish Endocrinology. Croom Helm London & Sydney Timber
Press. Portland. Oregon. 267p.

Morales et all. 2001. Tilapia chromosomal growth hormone gene


expression accelerates growth in transgenic zebra fish (Danio
rerio). Marine Biotechnology. Vol 4. No.2.

Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka Wirausaha


Muda. Bogor. 123 hal.

NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Water Fishes and Shellfish.


National Academy of Sciencess. Washington DC.
O.A Conroy and R.L Herman 1966. Textbook Of Fish Diseases. Eastern
Fish Disease. Laboratory, Bureau of Sport Fisheries and Wildlife
Leetown, West Virginia.

A5
LAMPIRAN A

Prentis. S. 1990. Bioteknologi, diterjemahkan oleh Wildan Yatim. Yayasan


Obor Indonesia. Jakarta 513 hal.

Promega. 1999. Technical Manual. pGEM – T and pGEM – T easy Vector


System. Instruction for use of products. USA.

Pennak,R.W. 1978. Freshwater Invertebrae of the United State.2nd ed. John


Wiley and Sons. New york.

Prawirokusumo,S. 1991. Biokimia Nutrisi (Vitamin). BPFE. Yogyakarta.

Purdom. C.E. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman & Hall. London.

Randall, J.E., 1987. A Pliraninary synopsis of the Grouper (Perciformes;


Serranidae; epinephelinae)of the Indo – Pacific regionin J.J.
Polavina, S. Raiston (editors). Tropical Sappers and Grouper ;
Biologi and Fisheries Management. Westview Press inc., Boulder and
London.

Rahman. MA and Maclean N. 1992. Production of transgenic tilapia


(Oreochromis niloticus) by one-cell-stage microinjection.
Aquaculture, 105 (1992) 219 – 232. Elsivier Science Publisher B.V.
Amsterdam.

Rocha A, S Ruiz, A Estepa and J.M Coll. 2004. Application of Inducible and
Targeted Gene Strategies to produce Transgenic Fish : A review.
Marine Biotechnology 6, 118 – 127. Springet-Verlag. New York. LLC.

Sambrook.J, Fritssch, E.F, Maniatis,T. 1989. Molecular Cloning. A


Laboratory Manual. Second edition. Cold Spring Harbor Lobaratory
Press. USA.

Suharsono dan Widyastuti,U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik


Dasar Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Suharsono. 2006. Prinsip Pengklonan Gen Melalui Teknologi DNA


Rekombinan. Pelatihan Teknik Dasar Pengklonan Gen. Bogor.

Sumantri.D. 2006. Efektifitas ovaprim dan aromatase inhibitor dalam


mempercepat pemijahan pada ikan lele dumbo Clarias sp. Skripsi.
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.

Sumantadinata,K. 2005. Materi narasumber Diklat Guru perikanan se


Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional.

A6
LAMPIRAN A

Suyanto.R.S. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sandness,K. 1991. Studies on Vitamin C in Fish Nutrition Dept of Fisheries


and Marine Biologi. University of Bergen Norway.

Shiau,S.Y and C.W.Lan. 1996. Optimum dietary protein level and protein to
energy ratio for growth of grouper (Epinephelus malabaricus).
Aquaculture, 145: 259 – 266

Shimeno,S.H, Hosokawa and M.Takeda. 1996. Metabolic response of


juvenile yellowtail to dietary carbohidrat to lipid ratios. Fisheries
Science, 62 : 945 - 949

Sumantadinata, K., 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di


Indonesia. Sastra Hudaya.

Sukma, O.M., 1987. Budidaya Ikan. Jakarta: Depdikbud.

Suseno, 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Shepherd,J and Bromage, N. 2001. Intensive Fish Farming. Blackwell Sciene


Ltd. London.

Steffens W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. John


Wiley & Sons. England.

Stephen Goddard. 1996. Feed Management In : Intensive Aquaculture.


Chapman & Hall, New York.

Syarizal. 1988. Kadar optimum Vitamin E ( Į-Tocoferol) dalam Pakan Induk


ikan (Clarias batracus Linn). Thesis. IPB. Bogor.

Smith. 1982. Introduction to Fish Physiology. Publication Inc. England. P.


115.

Tacon,A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp
a Training Manual. FAO. Brazil.

Tacon,A.G.j. 1991. Proceeding of The Nutrition Workshop. American


Soybeen Association. Singapore.

Takeuchi W. 1988. Fish Nutrition and mariculture. Departemen of aquatic


Biosc. Tokyo University of Fisheries. JICA.

A7
LAMPIRAN A

Takeuchi; T.K. Watanabe; S. Satoh and T. Watanabe. 1992. Requirements of


Grass Carp Fingerling for Į-Tocoferol. Nipon. Suisan Galakkashi.
58 (9) : 743 – 1749.

Teknologi Tepat Guna, 2005. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit


Ikan Budidaya Laut. Menteri Negara Riset dan Teknologi

Taufik Ahmad, Erna Ratnawati, dan M. Jamil R. Yakob. 2002, Budi Daya
Bandeng Secara Intensif. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004. Biology and culture of Channel
Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam.

Volckaert.F.A, Hellemans.B.A, Galbusera.P, and Ollevier. F. 1994.


Replication, expression, and fate of foreign DNA during
embryonic and larval development of the African catfish (Clarias
gariepinus). Molecular Marine Biology and Biotechnology 3(2) 57 –
69.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Texbook The


General Aquaculture Course. Kanagawa International Fisheries
Training Centre Japan International Cooperation agency.

Wilson,R.P. 1994. Utilization of dietary carbohydrate by fish. Aquaculture,


124 : 67 – 80.

Yoshimatsu, dkk., 1986. Grouper final Report Marine Culture Research and
Development in Indonesia. ATA 192, JICA. P 103 – 129.

Yatim W. 1996. Genetika. Tarsito . bandung . 124 hal.

Zairin.M.J. 2003. Endokrinologi dan perannya bagi masa depan Perikanan


Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi
Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zairin.M.J. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina.
Penebar Swadaya. Jakarta.

A8
LAMPIRAN B

GLOSARI

Adenohipofisa : salah satu bagian dari kelenjar hipofisa yang


mengandung sel-sel pensekresi hormon
prolaktin, hormon Adrenocorticotropic (ACTH),
hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone), hormon pertumbuhan (STH-
Somatotropin) dan Gonadotropin. Pars intermedia
mensekresi hormon pelepas melanosit
(Melanocyte Stimulating Hormone).

Adaptasi : Masa penyesuaian suatu organisme dalam


lingkungan baru.

Aerasi : Pemberian udara ke dalam air untuk penambahan


oksigen

Akrosom : Organel penghujung pada kepala spema yang


dikeluarkan yang berfungsi membantu sperma
menembus sel telur.

Aksi gen aditif : aksi gen yang mana fenotipe heterosigot


merupakan intermedit antara kedua fenotipe
homosigot, kedua alel tidak memperlihatkan
dominansi, keduanya memberikan konstribusi
yang seimbang dalam menghasilkan suatu
fenotipe

Aklimatisasi : Penyesuaian fisiologis terhadap perubahan salah


satu faktor lingkungan

Albinisme : kondisi genetik yang tidak sempurna yang


menyebabkan organisme tidak membentuk
pigmen

Alel : Bentuk alternatif suatu gen

Alel dominan : Alel yang diekspresikan secara penuh dalam


fenotipe itu

Alel resesif : Alel yang pemunculan fenotipenya ditutupi secara


sempurna

Aldehida : Molekul organik dengan gugus karbonil yang

B1
LAMPIRAN B

terletak pada ujung kerangka karbon

Anabolisme : Pembentukan zat organik kompleks dari yang


sederhana, asimilasi zat makanan oleh organisme
untuk membangun atau memulihkan jaringan dan
bagian-bagian hidup lainnya.

Anadromus : Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya


dihabiskan dilaut dan bermigrasi ke air tawar untuk
memijah.

Anafase : Tahap mitosis dan meiosis yang mengikuti


metafase ketika separuh kromosom atau
kromosom homolog memisah dan bergerak ke
arah kutub gelendong.

Androgen : Hormon steroid jantan utama, misalnya testoteron

Androgenesis : Proses penjantanan

Antibiotik : Bahan kimiawi yang membunuh bakteri atau


menghambat pertumbuhannya.

Antibodi : Imunoglobin pengikat antigen yang dihasilkan oleh


sel limfosit B, berfungsi sebagai efektor dalam
suatu respon imun.

Antigen : Makromolekul asing yang bukan merupakan


bagian dari organisme inang dan yang memicu
munculnya respon imun.

Asam amino : Molekul organik yang memiliki gugus karboksil


maupun gugus amino. Asam amino berfungsi
sebagai monomer protein.

Asam : Suatu molekul asam nukleat berbentuk heliks dan


deoksiribonukleat beruntai ganda yang mampu bereplikasi dan
menentukan struktur protein sel yang diwariskan.

Asam lemak (fatty : Asam karboksilik dengan rantai karbon panjang.


acid) Asam lemak bervariasi panjang dan jumlah dan
lokasi ikatan gandanya, tiga asam lemak berikatan
dengan satu molekul gliserol akan membentuk
lemak.

B2
LAMPIRAN B

Asam lemak jenuh : Asam lemak dimana semua karbon dalam ekor
(Saturated fatty hidrokarbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal,
acid) sehingga memaksimumkan jumlah atom hidrogen
yang dapat berikatan dengan kerangka karbon.

Asam lemak tak : Asam lemak yang memiliki satu atau lebih ikatan
jenuh (Unsaturated ganda antara karbon-karbon dalam ekor
fatty acid) hidrokarbon. Ikatan seperti itu mengurangi jumlah
atom hidrogen yang terikat ke kerangka karbon.

Asam nukleat : Suatu polimer yang terdiri atas banyak monomer


nukleotida, yang berfungsi sebagai cetak biru
untuk protein dan melalui kerja protein, untuk
semua aktivitas seluler. Ada dua jenis yaitu DNA
dan RNA.

Asam amino : Asam amino yang tidak dapat disintesis sendiri


essensial oleh tubuh hewan sehingga harus tersedia dalam
makanan.

Aseksual : Perkembangbiakan tidak melalui perkawinan

Autosom : Kromosom yang secara tidak langsung terlibat


dalam penentuan jenis kelamin, sebagai kebalikan
dari kromosom seks.

Auksospora : Sel-sel yang besar berasal dari


perkembangbiakan zigot baru

Backross : Bentuk perkawinan yang sering digunakan dalam


pemuliaan yaitu mengawinkan kembali antara
anak dan orangtuanya yang sama untuk beberapa
generasi.

Basofil : Bersifat menyerap basa.

Benthos : Organisme yang hidup di dasar perairan

Blastomer : Sel-sel anak yang dihasilkan selama pembelahan


zygot.

Blastula : Rongga yang terbentuk selama fase pembelahan


zigot.

Blastulasi : Proses pembentukan blastula

B3
LAMPIRAN B

Biomassa : Bobot kering bahan organik yang terdiri atas


sekelompok organisme di dalam suatu habitat
tertentu atau bobot seluruh bahan organik pada
satuan luas dalam suatu waktu tertentu.

Budidaya : Usaha yang bermanfaat dan memberi hasil, suatu


sistem yang digunakan untuk memproduksi
sesuatu dibawah kondisi buatan.

Closed Breeding : Perkawinan yang dekat sekali kaitan keluarganya,


misalnya antara anak dan tetua atau antara antar
saudara sekandung.

Cyste : Fase dorman dari crustacea karena kondisi


lingkungan yang tidak sesuai

Dekomposer : Fungi dan bakteri saprotropik yang menyerap


nutrien dari materi organik yang tidak hidup seperti
bangkai, materi tumbuhan yang telah jatuh dan
buangan organisme hidup dan mengubahnya
menjadi bentuk anorganik.

Densitas : Jumlah individu persatuan luas atau volume atau


masa persatuan volume yang biasanya dihitung
dalam gram/cm3 atau jumlah sel/ml.

Deoksiribosa : Komponen gula pada DNA, yang gugus


hidroksilnya kurang satu dibandingkan dengan
ribosa, komponen gula pada RNA

Detritus : Materi organik yang telah mati atau hancuran


bahan organik yang berasal dari proses
penguraian secara biologis.

Disipon : Membersihkan badan air dengan mengeluarkan


kotoran bersama sebagian jumlah air.

Disucihamakan : Disterilkan dari jasad pengganggu.

Dorsal : Bagian punggung

Diagnosis : Proses pemeriksaan terhadap suatu hal

Diferensiasi gonad : Proses penentuan kelamin dengan pernyataan


fenotipe melalui perkembangan alat kelamin dan
ciri-ciri kelamin.

B4
LAMPIRAN B

Diploid : Keadaan perangkat kromosom bila setiap


kromosomnya diwakili dua kali (2n)

Diploidisasi : Penggandaan jumlah kromosom pada sel-sel


haploid

Donor : Pemberi sumbangan

Dormant : Telur yang dibuahi dan merupakan dinding tebal


dan jika menetas menjadi betina amiktik.

Ekspresi gen : Pengejewantahan bahan genetik pada suatu


makhluk hidup sebagai keseluruhan jumlah tabiat
yang khas.

Elektroforesis gel : Pemisahan asam nukleat atau protein


berdasarkan ukuran dan muatan listriknya,
dengan cara mengukur laju pergerakkannya
melalui suatu medan listrik dalam suatu gel.

Embriogenesis : Proses perkembangan embrio

Endokrin : Kelenjar/sel yang menghasilkan hormon

Enzim : Molekul protein komplek yang dihasilkan oleh sel


dan bekerja sebagai katalisator dalam berbagai
proses kimia didalam tubuh makhluk hidup.

Enzim restriksi : Enzim yang digunakan untuk memotong fragmen


DNA yang memiliki sekuen tertentu.

Estrogen : Hormon seks steroid betina yang utama.

Eukaryot : Makhluk yang sel-selnya mengandung inti sejati


yang diselimuti selaput inti, mengalami meiosis,
membelah dengan mitosis dan enzim oksidatifnya
dikemas dalam mitokondria.

Fekunditas : Jumlah sel telur yang dihasilkan oleh seekor


hewan betina pertahun atau persatuan berat
hewan.

Feminisasi : Proses pembetinaan

B5
LAMPIRAN B

Fenotipe : Ciri fisik dan fisiologis pada suatu organisme atau


sifat yang terlihat pada makhluk hidup yang
dihasilkan oleh genotipe bersama-sama dengan
faktor lingkungan.

Feromon : Sinyal kimiawi atsiri dan kecil yang berfungsi


dalam komunikasi diantara hewan-hewan dan
bertindak sangat mirip dengan hormon dalam
mempengaruhi fisiologi dan tingkah laku.

Fertilisasi : Penyatuan gamet haploid untuk menghasilkan


suatu zigot diploid.

Flagella : Tonjolan berbentuk cambuk pada salah satu sel


untuk alat gerak.

Fotosintesis : Pengubahan energi cahaya menjadi energi


kimiawi yang disimpan dalam glukosa atau
senyawa organik lainnya.

Galur : Pengelompokkan anggota-anggota jenis yang


hanya memiliki satu atau sejumput ciri, biasanya
bersifat homozigot dan dipertahankan untuk
keperluan percobaan genetika.

Gamet : Sel sperma atau telur haploid, gamet menyatu


selama reproduksi seksual untuk menghasilkan
suatu zigot diploid.

Gastrula : Tahapan pembentukan embrio berlapis dua dan


berbentuk piala.

Gastrulasi : Proses pembentukan gastrula dari blastula atau


proses pembentukan tiga daun kecambah
ektoderm, mesoderm dan endoderm.

Gelendong : Kumpulan mikrotubula yang menyelaraskan


pergerakan kromosom selama pembelahan
eukariotik.

Gen : Bagian kromosom yang mengatur sifat-sifat


keturunan tertentu atau satuan informasi yang
terdiri atas suatu urutan nukleotida spesifik dalam
DNA.

B6
LAMPIRAN B

Generasi F1 : Turunan pertama atau turunan hibrid dalam


fertilisasi-silang genetik.

Generasi F2 : Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan


generasi hibrid F1.

Genom : Komplemen lengkap gen-gen suatu organisme,


materi genetik suatu organisme.

Genotipe : Kandungan genetik suatu organisme.

Ginogenesis : Proses perkembangan embrio yang berasal dari


telur tanpa kontribusi material genetik jantan

Gonad : Organ seks jantan dan betina, organ penghasil


gamet pada sebagian besar hewan.

Gonadotropin : Hormon yang merangsang aktivitas testes dan


ovarium.

Haploid : Memiliki jumlah kromosom yang khas untuk gamet


makhluknya.

Heritabilitas : Keragaman fenotipe yang diakibatkan oleh aksi


genotipe atau menggambarkan tentang
persentase keragaman fenotipe yang diwariskan
dari induk kepada keturunannya. Dinotasikan
dengan huruf h2 dengan nilai berkisar antara 0 – 1.

Hermaphrodit : Individu yang mempunyai alat kelamin jantan dan


betina.

Heliks ganda : Bentuk DNA asli

Haemoglobin : Protein mengandung besi dalam sel darah merah


yang berikatan secara reversibel dengan oksigen.

Herbivora : Hewan heterotropik yang memakan tumbuhan.

Heterozigot : Mempunyai dua alel yang berbeda untuk suatu


sifat genetik tertentu.

Heterosis : Suatu ukuran untuk menilai keunggulan dan


ketidakunggulan hibrid

B7
LAMPIRAN B

Hibrid : Turunan dari tetua yang secara genetik sangat


berbeda, bahkan mungkin berlainan jenis atau
marga.

Hibridisasi : Perkawinan antara individu yang berbeda atau


persilangan.

Hipofisasi : Salah satu teknik dalam pengembangbiakan ikan


dengan cara menyuntikkan ekstrak kelenjar
hipofisa kepada induk ikan untuk mempercepat
tingkat kematangan gonad.

Hipotalamus : Bagian ventral otak depan vertebrata, yang


berfungsi dalam mempertahankan homeostasis,
khususnya dalam mengkoordinasikan sistem
endokrin dengan sistem saraf.

Histon : Protein kecil dengan porsi besar yang terdiri dari


asam amino bermuatan positif yang berikatan
dengan DNA bermuatan negatif dan berperan
penting dalam struktur kromatinnya.

Homeostasis : Kondisi fisiologis yang mantap dalam tubuh.

Homozigot : Mempunyai dua alel yang identik untuk suatu sifat


tertentu.

Hormon : Bahan kimia pembawa sinyal yang dibentuk dalam


sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Hormon
disekresikan ke dalam darah kemudian disalurkan
ke organ-organ yang menjalankan fungsi-fungsi
regulasi tertentu secara fisiologik dan biokimia.

Ikan transgenik : Ikan yang memiliki DNA asing didalam tubuhnya

Inaktivasi sperma : Menonaktifkan sperma

Inbreeding : Perkawinan antara individu-individu yang


sekerabat yaitu berasal dari jantan dan betina
yang sama.

Infeksi Retroviral : Salah satu metode transfer gen. Metode ini


menggunakan gen-gen heterogen yang
dimasukkan ke dalam genome virus dan dapat
dipindahkan kepada inang yang terinfeksi virus
tersebut.

B8
LAMPIRAN B

Inkubasi : Masa penyimpanan

Interfase : Fase dimana tidak ada perubahan pada inti sel,


waktu istirahat.

Karakter kuantitatif : Suatu ciri yang dapat diturunkan dalam suatu


populasi yang bervariasi secara kontinu sebagai
akibat pengaruh lingkungan dan pengaruh
tambahan dua atau lebih gen.

Kariotipe : Metode pengorganisasian kromosom suatu sel


dalam kaitannya dengan jumlah, ukuran dan jenis.

Katadromus : Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya


dihabiskan di perairan tawar dan bermigrasi ke
laut untuk memijah.

Kelenjar hipofisa : Kelenjar kecil dibagian otak bawah yang


menghasilkan berbagai macam hormon yang
dibutuhkan pada makhluk hidup .

Kromosom : Struktur pembawa gen yang mirip benang yang


terdapat di dalam nukleus.

Kopulasi : Proses perkawinan

Kista : Suatu stadia istirahat pada hewan cladosera atau


crustacea tingkat rendah.

Larva : Organisme yang belum dewasa yang baru keluar


dari telur atau stadia setelah telur menetas.

Larutan hipoklorit : Larutan yang mengandung HClO

Lokus : Tempat khusus disepanjang kromosom tertentu


dimana gen tertentu berada.

Maskul;inisasi : Penjantanan.

Meiosis : Tipe pembelahan sel dan nukleous ketika jumlah


kromosom direduksi dari diploid ke haploid.

Metasentrik : Kromosom yang sentromernya terletak ditengah-


tengah.

B9
LAMPIRAN B

Metafase : Tahapan mitosis dan meiosis ketika kromosom


mencapai keseimbangan posisi pada bidang
ekuator.

Metamormofose : Perubahan bentuk organisme dalam daur hidup

Mikropil : Lubang kecil pada telur tempat masuknya sperma.

Mikroinjeksi : Metode yang digunakan dalam mengintroduksi


DNA asing ke dalam pronukleus atau sitoplasma
telur yang telah terbuahi. DNA asing disuntikkan
pada saat fase 1-2 sel.

Mitosis : Proses pembelahan nukleus pada sel eukariotik


yang secara konvensional dibagi menjadi lima
tahapan : profase, prometafase, metafase,
anafase, dan telofase. Mitosis mempertahankan
jumlah kromosom dengan cara mengalokasikan
kromosom yang direplikasikan secara sama ke
masing-masing nukleus anak.

Morula : Sekelompok sel anak (blastomer) yang terbentuk


selama fase pembelahan zygot.

Nauplii : Bentuk stadia setelah menetas pada crustacea


atau copepoda.

Neurohipofisa : Bagian dari kelenjar hipofisa, terdiri dari pars


nervosa yang berfungsi mensekresi Oxytoxin,
Arginin Vasotocin dan Isotocin

Omnivore : Organisme pemakan segala

Ovarium : Kelenjar kelamin betina yang menghasilkan ovum.

Ovipar : Berkembangbiak dengan menghasilkan telur.

Ovivipar : Berkembangbiak dengan menghasilkan telur


tetapi telur tersebut menetas dalam tubuh
induknya.

Outbreeding : Perkawinan antara individu-individu yang tidak


sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu
varietas atau beda varietas.

B10
LAMPIRAN B

Ovulasi : Proses terlepasnya sel telur dari folikel.

Partenogenesis : Perkembangbiakan telur menjadi individu baru


tanpa pembuahan telur dan menghasilkan telur
diploid.

Pemijahan : Proses peletakan telur atau perkawinan

Pigmen : Zat warna tubuh

Plasmid : Molekul DNA sirkular yang bereplikasi pada sel-sel


bakteri secara independent.

Polar body : Sel telur hasil pembelahan meiosis yang tidak


memiliki sitoplasma.

Profase : Tahap pertama meiosis dan mitosis ketika


kromosom mulai jelas terlihat.

Progeni : Keturunan yang berasal dari sumber yang sama,


anak cucu

Poliploidisasi : Proses pergantian kromosom dimana individu


yang dihasilkan mempunyai lebih dari dua set
kromosom.

Reproduksi : Proses perkembangbiakan baik secara aseksual


maupun seksual.

Seleksi : Pemisahan populasi dasar yang digunakan ke


dalam kedua kelompok, yaitu kelompok terpilih
dan kelompok yang harus terbuang.

Sentromer : Bagian kromosom yang terletak pada titik ekuator


kumparan pada metafase, tempat melekat benang
penarik gelendong, posisi sentromer menentukan
bentuk kromosom.

Seks reversal : Proses pembalikan kelamin dengan menggunakan


metode tertentu.

Spermatogenesis : Proses perkembangan spermatogonium menjadi


spermatis

Spermatogonium : Sel-sel kecambah untuk membentuk sperma

B11
LAMPIRAN B

Spermatozoa : Sel gamet jantan dengan inti haploid yang


ememiliki bentuk berekor.

Spermiasi : Proses dimana spermatozoa dilepaskan dari cyste


dan masuk kedalam lumen.

Spermiogenesis : Proses metamorfosa spermatid menjadi


spermatozoa

Submetacentrik : Sentromer terletak pada ujung kromosom yang


memiliki dua lengan yang tidak sama panjangnya.

Subtelocentrik : Sentromer juga terletak pada ujung kromosom


namun masih jelas terlihat adanya lengan pendek.

Spektrofotometer : Suatu instrumen yang mengukur porsi dari cahaya


dengan panjang gelombang yang berbeda yang
diserap dan dihantarkan oleh suatu larutan
berpigmen.

Telofase : Tahap akhir dari mitosis atau meiosis ketika


pembagian sitoplasma dan penyusunan inti
selesai.

Testis : Gonad yang berperan menghasilkan sperma

Tetraploid : Individu yang mempunyai empat perangkat


kromosom haploid pada nukleusnya.

Triploid : Individu yang mempunyai tiga perangkat


kromosom haploid pada nukleusnya.

Triploidisasi : Proses pembuatan organisme triploid dengan


menggunakan kejutan suhu untuk menahan polar
body II atau menahan pembelahan mitosis awal.

Vitellogenesis : Proses deposisi kuning telur, dicirikan oleh


bertambah banyaknya volume sitoplasma yang
berasal dari vitelogenin eksogen yang membentuk
kuning telur.

Zygot Sel diploid sebagai hasil perpaduan gamet jantan


dan gamet betina haploid.

B12
LAMPIRAN C

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) 4
1.2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 4
1.3. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) 4
1.4. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) 4
1.5. Ikan Patin (Pangasius hiphothalamus) 4
1.6. Ikan Bawal (Colosoma brachyponum) 5
1.7. Ikan Tawes (Puntius gonionotus) 5
1.8. Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) 5
1.9. Ikan Sepat (Trichogaster pectolaris) 5
1.10. Ikan Kowan (Ctenopharyngodon idella) 5
1.11. Ikan Lele (Clarias sp) 5
1.12. Ikan Sidat (Anguilla sp) 6
1.13. Udang vanamei (Penaeus vannamei) 6
1.14. Ikan Bandeng (Chanos chanos) 6
1.15. Kerapu Merah (Plectopomus maculates) 6
1.16. Ikan Kakap putih (Lates calcarifer) 6
1.17. Ikan Kerapu (Chromileptes altivelis) 6
1.18. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) 6
1.19. Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) 6
1.20. Ikan Beronang (Siganus gutatus) 7
2.1 Kolam tanah 22
2.2 Kolam semiintensif 22
2.3 Kolam intensif 22
2.4 Kolam Pemijahan 23
2.5 Kolam Penetasan 23
2.6 Kolam Pemeliharaan 23
2.7 Kolam Pemberokan 24
2.8 Bak beton 24
2.9 Bak Fiber 24
2.10 Bak Plastik 24
2.11 Akuarium Kelompok 25
2.12 Akuarium sejenis 26
2.13 Akuarium Tanaman 26
2.14 Kolam jaring terapung tampak atas 26
2.15 Kolam jaring terapung tampak depan 27
2.16 Bentuk pematang trapesium sama kaki 28
2.17 Bentuk pematang trapesium tidak sama kaki 28
2.18 Kemiringan dasar kolam 28
2.19 Saluran tengah atau kemalir 29
2.20 Pintu pemasukan dan pengeluaran air di tengah 29
2.21 Pintu pemasukan dan pengeluaran air di sudut 29

C1
LAMPIRAN C

2.22 Pintu pemasukan dan pengeluaran air bentuk L 30


2.23 Pintu pemasukan dan pengeluaran air system monik 30
2.24 Pemasukan dan pengeluaran air pipa paralon 30
2.25 Meletakkan lembaran kaca 32
2.26 Mengukur kaca 32
2.27 Memotong kaca 32
2.28 Menghaluskan bagian pinggir kaca 32
2.29 Lem silicon dan alat tembak lem 33
2.30 Penggunaan alat tembak lem 33
2.31 Lakban pada kaca 34
2.32 Mengeringkan akuarium 34
2.33 Kerangka jarring apung 37
2.34 Pelampung drum besi 38
2.35 Jangkar 38
2.36 Pola jarring 41
2.37 Pengeringan dasar kolam 43
2.38 Mengairi kolam 46
2.39 Sanitasi bak budidaya 48
3.1 Termometer 71
3.2 Secchi disk 71
3.3 Salinometer 71
3.4 Refraktometer 71
3.5 Flow meter 71
3.6 DO meter 71
3.7 pH meter 72
3.8 Kerta Lakmus 72
3.9 Planktonnet 72
3.10 Haemocytometer 72
3.11 Ekman Dredge 72
3.12 Spektrofotometer 72
4.1 Diagram skematik perkawinan dua tipe linebreeding 95
4.2 Induk ikan lele betina dan genital papilla 96
4.3 Induk ikan lele jantan dan genital papilla 97
4.4 Induk ikan mas betina dan genital papilla 100
4.5 Induk ikan mas jantan dan genital papilla 100
4.6 Induk ikan nila 102
4.7 Induk ikan patin jantan dan betina 102
4.8 Kanulasi induk ikan patin 103
4.9 Skema pengaturan sekresi hormone 105
4.10 Letak dan jenis kelenjar endokrin ikan dari arah depan 106
4.11 Mekanisme hormone steroid 109
4.12 Representasi diagram pada penempang sagital otak 110
4.13 Pengambilan kelenjar hipofisa 111
4.14 Penggerusan kelenjar hipofisa 112
4.15 Pemutaran alat sentrifuse 112
4.16 Pembuatan ekstrak kelenjar hipofisa 112

C2
LAMPIRAN C

4.17 Pengambilan kelenjar ekstrak hipofisa 112


4.18 Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa 113
4.19 Pemasangan kakaban dikolam pemijahan cara Sunda 118
4.20 Kolam pemijahan cara Cimindi 119
4.21 Kolam pemijahan cara Magek 120
4.22 Kolam pemijahan cara Kantong 121
4.23 Kolam pemijahan cara Dubish 122
4.24 Kolam pemijahan cara Hofer 123
4.25 Diagram susunan kolam pemijahan bersekat 129
4.26 Sampling benih ikan 145
4.27 Pengemasan benih 159
6.1 Disk mill 283
6.2 Hammer mill 283
6.3 Vertical mixer 284
6.4 Horizontal mixer 284
6.5 Alat penggiling daging 286
6.6 Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi 287
6.7 Silo 287
6.8 Alat pengukur kadar air 293
6.9 Peralatan pengukuran kadar protein 294
6.10 Peralatan pengukuran kadar lemak 294
6.11 Peralatan pengukuran kadar serat kasar 295
6.12 Peralatan pengukuran kadar abu 296
6.13 Metode pemberian pakan dengan tangan 323
6.14 Ametode pemberian pakan dengan demand feeder 323
7.1 Chlorella sp 331
7.2 Tetrasemis sp 332
7.3 Scenedesmus sp 332
7.4 Skeletonema costatum 333
7.5 Spirulina sp 333
7.6 Brachionus sp 334
7.7 Artemia salina 334
7.8 Moina sp 335
7.9 Daphnia sp 335
7.10 Paramecium 335
7.11 Tubifex sp 335
7.12 Erlemeyer 336
7.13 Cawan Petri 337
7.14 Jarum ose 337
7.15 Pipet kaca 337
7.16 Tabung reaksi 337
7.17 Mikroskop 337
7.18 Bak fiber 338
7.19 Aerator 338
7.20 Daphnia sp (bagian-bagian tubuh) 360
7.21 Kemasan cyst Artemia 367

C3
LAMPIRAN C

7.22 Perkembangbiakan Artemia 373


7.23 Rotifera 382
7.24 Daur hidup rotifer 384
7.25 Tubifex 391
7.26 Daur hidup tubifex 392
8.1 Ichthyophthirius multifiliis 405
8.2 Siklus hidup Ichthyophthirius multifiliis 406
8.3 Trichodina tampak bawah 407
8.4 Trichodina tampak atas 407
8.5 Myxobolus sp 407
8.6 Myxosoma sp 408
8.7 Thellohanellus sp 408
8.8 Henneguya sp 408
8.9 Dactylogyrus sp 409
8.10 Gyrodactilus sp 409
8.11 Lernea sp 410
8.12 Argulus indicus tampak bawah 411
8.13 Saprolegnia sp 411
8.14 Achlya sp 411
8.15 Aeromonas sp 412
8.16 Mekanisme kerja mekanik 413
8.17 Penumpukan partikel pada media filter mekanik 414
8.18 Filter air 415
8.19 Dropsy pada ikan plati dan cupang 418
8.20 Dropsy tampak samping 419
8.21 Akumulasi cairan 419
8.22 Contoh kasus kelainan gelembung renang 420
8.23 Gejala umum ulcer 421
8.24 Ikan terserang white spot 422

C4
LAMPIRAN C

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1.1 Komoditas akuakultur yang sudah lazim 3
dibudidayakan dalam system budidaya di Indonesia
2.1 Perbandingan antara ukuran akuarium dengan 31
ketebalan kaca
2.2 Jenis pelampung dan lama pemakaian 37
2.3 Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan 39
ukuran ikan yang dibudidayakan
2.4 Perbandingan jumlah mata jarring yang harus 42
dipotong dalam berbagai ukuran kantong jarring dan
mata jaring.
2.5 Dosis kapur tohor (CaO) 45
3.1 Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan 56
3.2 Hubungan antara kadar oksigen terlarut dan suhu 60
3.3 Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan 62
3.4 Presentase ammonia bebas terhadap ammonia total 66
3.5 Kriteria kualitas air Golongan C 69
3.6 Parameter kualitas air untuk budidaya ikan dan 70
peralatan pengukuran yang dapat digunakan
4.1 Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari 78
seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan
seleksi between family (C)
4.2 Pengaruh silang dalam terhadap frekuensi genotype 94
dan frekuensi alel dalam lokus
4.3 Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas 99
4.4 Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas matang 99
gonad
4.5 Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan nila 101
4.6 Dosis pengapuran untuk menetralkan dari berbagai 128
jenis tekstur tanah dan pH awal yang berbeda
4.7 Perkembangan stadia embrio ikan lele pada suhu 28 134
o
C
4.8 Lama pemeliharaan ikan mas berdasarkan sistem 150
pemeliharaan
5.1 Kebutuhan energi untuk ikan Salmon 166
5.2 Kebutuhan energi untuk Catfish 166
5.3 Nama dan singkatan asam amino 171
5.4 Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa 178
jenis ikan dalam % protein pakan
5.5 Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering 182
pakan) pada beberapa jenis ikan budidaya
5.6 Klasifikasi karbohidrat 184

C5
LAMPIRAN C

5.7 Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan 188


sumbernya oleh beberapa ikan budidaya
5.8 Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk 190
pertumbuhan beberapa ikan budidaya
5.9 Nama umum asam lemak 194
5.10 Kelompok asam lemak unsaturated jenuh 195
5.11 Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan 196
5.12 Komposisi asam lemak essensial pada berbagai 197
sumber lipid (g/100 g asam lemak)
5.13 Penggolongan beberapa sumber vitamin A 202
5.14 Kebutuhan vitamin A beberapa spesies ikan budidaya 203
5.15 Kekurangan vitamin A pada beberapa jenis ikan 203
5.16 Kebutuhan vitamin D beberapa spesies ikan budidaya 205
5.17 Kebutuhan vitamin E beberapa spesies ikan budidaya 207
5.18 Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E 208
sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya
5.19 Gejala kekurangan vitamin E pada beberapa ikan 209
budidaya
5.20 Kebutuhan tiamin dalam pakan 211
5.21 Tanda-tanda kekurangan tiamin A pada ikan budidaya 212
5.22 Kebutuhan vitamin B2 dalam pakan ikan 213
5.23 Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan 214
budidaya
5.24 Kebutuhan vitamin B6 dalam pakan ikan 215
5.25 Tanda-tanda kekurangan piridoksin pada ikan 216
budidaya
5.26 Kebutuhan vitamin B5 dalam pakan ikan 218
5.27 Tanda-tanda kekurangan asam pantotenat pada ikan 218
budidaya
5.28 Kebutuhan biotin dalam pakan ikan 220
5.29 Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya 220
5.30 Kebutuhan asam folat dalam pakan ikan 221
5.31 Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan 222
budidaya
5.32 Kebutuhan vitamin B12 dalam pakan ikan 223
5.33 Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan 223
budidaya
5.34 Kebutuhan Niasin dalam pakan ikan 224
5.35 Tanda-tanda kekurangan Niasin pada ikan budidaya 225
5.36 Kebutuhan inositol dalam pakan ikan 226
5.37 Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya 226
5.38 Kebutuhan Kolin dalam pakan ikan 227
5.39 Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya 228
5.40 Kebutuhan vitamin C dalam pakan ikan 229
5.41 Tanda-tanda kekurangan vitamin C pada ikan 230
budidaya

C6
LAMPIRAN C

5.42 Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada 237


berbagai jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat
kering)
5.43 Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai 237
jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering)
5.44 Kebutuhan zat besi pada beberapa jenis ikan 238
5.45 Kebutuhan mineral seng pada beberapa jenis ikan 239
5.46 Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan 240
5.47 Kebutuhan mineral tembaga pada beberapa jenis ikan 241
6.1 Beberapa jenis ikan berdasarkan kebiasaan 247
makannya
6.2 Kandungan nutrisi bahan baku nabati 251
6.3 Kandungan nutrisi bahan baku hewani 252
6.4 Kandungan nutrisi bahan baku limbah pertanian 252
6.5 Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan 254
ikan dan udang dalam %
6.6 Jenis dan kandungan nutrisi bahan baku ikan 255
karnivora
6.7 Hasil analisa proksimat bahan baku 256
6.8 Bahan baku pakan yang mengandung zat antinutrisi
dan cara menghilangkan zat antinutrisi 285
6.9 Acuan bentuk dan tipe pakan buatan untuk ikan 291
budidaya
6.10 Skedul pemberian pakan dalam usaha budidaya ikan 320
6.11 Skedul pemberian pakan pada udang 321
6.12 Jumlah pakan harian pudang dengan kelangsungan 322
hidup 80%
7.1 Komposisi pupuk pada media stok murni kultur algae 341
7.2 Komposisi Trace Metal Solution 341
7.3 Komposisi pupuk pada phytoplankton air tawar 342
7.4 Komposisi pupuk phytoplankton semi masal 346
7.5 Komposisi pupuk kultur missal 347
7.6 Komposisi campuran vitamin pada media Dphnia 363
7.7 Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar 371
garam 5 permill
7.8 Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar 372
garam 30 permill
7.9 Ukuran badan dan nilai kalori rotifer 383
7.10 Kandungan komposisi beberapa bahan 398
bioenkapsulasi
8.1 Bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan serta dosisnya 402
8.2 Obat dan bahan kimia yang digunakan pengobatan 443
penyakit ikan

C7
LAMPIRAN C

C8

Anda mungkin juga menyukai