PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang
saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen
kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi.
Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan
pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya.
Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka
sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan
kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya.
Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah
salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses tersebut.
Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga
pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan
ataupun kurikulumnya. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang
pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, ruang lingkup, proses, dan faktor
pendukung serta penghambat manajemen kurikulum, serta hubungan teori
pendidikan dan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari manajemen kurikulum?
2. Apa saja tujuan manajemen kurikulum?
3. Apa saja fungsi manajemen kurikulum?
4. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen kurikulum?
5. Bagaimana ruang lingkup manajemen kurikulum?
1
6. Bagaimana proses manajemen kurikulum?
7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses manajemen
kurikulum?
8. Bagaimana hubungan teori pendidikan dan kurikulum?
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca mengetahui:
1. Pengertian manajemen kurikulum.
2. Tujuan manajemen kurikulum.
3. Fungsi manajemen kurikulum.
4. Prinsip-prinsip manajemen kurikulum.
5. Ruang lingkup manajemen kurikulum.
6. Proses manajemen kurikulum.
7. Faktor pendukung dan penghambat proses manajemen kurikulum.
8. Hubungan teori pendidikan dan kurikulum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai
suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan,
seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa
kurikulum “… to be composed of all the experiences children have under the
guidance of teachers”. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang
mengatakan bahwa “ …the curriculum has changed from content of courses study
and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners
under the auspices or direction of school”.
Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang komperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen
kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). oleh karna
itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidika atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan
ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di
sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan
oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus
menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar mangajar. Sedangkan kurikulum sendiri
mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit
adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun praktek yang
diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu.
Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai berikut. Sebenarnya
terdapat tiga jenis organisasi kurikulum yaitu:
4
1. Kurikulum Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di mana bahan
pelajaran disajikan secara terpisah – pisah seolah – olah ada batas antara bidang
studi dan antara bidang studi yang sama di kelas yang berbeda.
2. Kurikulum Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu kurikulum yang
menunjukan adanya hubungan antara mata pelajarah yang satu dengan yan lain.
Seperti IPS (gabungan dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi
), IPA (gabungan dari Fisika, Biologi, Kimia).
3. Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) yaitu kurikulum yang
meniadakan batas – batas antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran
tersebut terdapat keterpaduan mata pelajaran serta menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk unik. [3]
5
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)
mengemukakan bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat
dimensi, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan melalui
teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di
dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan
dokumen perencanaan yang mencakup:
1. Tujuan yang harus diraih
2. Isi dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
3. Strategi dan cara yang dapat dikembangkan
4. Evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai
pencapaian tujuan
5. Penerapan dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen,
implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. (Wina
Sanjaya, 2008).
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. [2]
6
C. Fungsi Manajemen Kurikulum
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu
kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen
ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai
berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :
1. Perencanaan (planning).
2. Pengorganisasian (organizing).
3. Pelaksanaan (actuating).
4. Pengawasan (controlling).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di
bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam
perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi
dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi
setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan
seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan
manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama
c. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
d. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
e. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
f. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi
g. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
7
h. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
i. Menghemat waktu, usaha dan dana
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George
R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan
tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya
merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan
susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini,
Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi,
diantaranya adalah :
a. Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan
b. Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja
c. Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
d. Organisasi harus mencerminkan rentangan control
e. Organisasi harus mengandung kesatuan perintah
f. Organisasi harus fleksibel dan seimbang.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
8
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa
hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan
dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu
juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah
bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting, atau mendesak,
d. tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
e. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif
tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki
peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem
yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang
perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen
yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi,
9
yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki
perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan. [2]
Menurut sumber lain, fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena
pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan
pengelolaan yang terencana.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai
hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara
integritas dalam mencapai tujuan.
3. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena
adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
4. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan
masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan
dengan kebutuhan setempat. [1]
10
dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan
kurikulum.
3. Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektifititas dan efisiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan
efektifititas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan
manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya,
tenaga, dan waktu yang relative singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi,
misi, dan tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan
manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif,
efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun
komponen kurikulum.
11
program pendidikan ini
f.Kajian elemen kompetensi - Bahan kajian tentang disiplin ilmu secara
komprehensip dan sistemik untuk membentuk sebuah
kompetensi.
- Untuk membentuk sebuah kompetensi diperlukan
beberapa bahan kajian.
- Bahan kajian nantinya akan diturunkan menjadi
mata kuliah
g.Menetapkan elemen Elemen kompetensi meliputi: landasan kepribadian,
kompetensi penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan
berkarya, sikap perilaku dalam berkarya, dan
pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.
h. Identifikasi nama mata Penamaan mata kuliah berdasarkan rumpun topik
kuliah kajian dari kolom ( f )
i. Identifikasi pengalaman Perekayasaan kegiatan belajar agar mahasiswa dapat
belajar melakukan sendiri sehingga kompetensi dapat
tercapai/terbentuk
j. Sumber-sumber belajar Menunjukkan berbagai sumber belajar yang dapat
diakses guna mendukung baik langsung maupun tidak
langsung dalam proses pembelajaran (paper, person
maupun place)
k. Penentuan bobot SKS Disesuaikan dengan urgensi dan status materi
l. Alokasi waktu Ditetapkan berdasarkan pengalaman belajar, luas
bahan, tingkat kesulitan, dsb.
12
tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum
secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan.
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang
lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Manajemen perencanaan,
b. Manajemen pelaksanaan kurikulum,
c. Supervisi pelaksanaan kurikulum,
d. Pemantauan dan penilaian kurikulum,
e. Perbaikan kurikulum,
f. Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum. [1]
Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen
kurikulum itu adalah prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini
dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam
prinsip proses manajemen. Sehingga para ahli dalam pelaksanaan kurikulum
mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat dari
cakupanya yang begitu luas, manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin
ilmu yang bercabang pada kurikulum. Dalam sebuah kurikulum terdiri dari
beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum
bergerak dalam siklus yang secara bertahap, bergilir, dan berkesinambungan. Oleh
sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka manajemen kurikulum juga
harus memakai pendekatan sistem. Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang
di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung
dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan.
Kurikulum sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit, dan luas.
Pengertian kurikulum dalam arti sempit sekali adalah jadwal pelajaran. Kemudian
pengertian kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua
pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama
mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Kurikulum dalam pengertian ini
terbatas pada pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk
kepentingan mereka melanjutkan pekerjaan maupun terjun ke dunia kerja. Dengan
melihat pada kurikulum sebagai suatu lembaga pendidikan maka dapat dilihat
13
apakah lulusannya mempunyai keahlian dalam level apa. Sedangkan dalam arti
luas kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan-tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah. Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan kurikulum di bedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang
diaksanakan oleh sekolah:
a. Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran.
Dalam tujuan pendidikan terdapat TIU dan TIK.
b. Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian di serahkan kepada sekolah
dalam bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP). Perencanaan yang
harus dilakukan disekolah.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang
setidaknya melalui tiga tahap yaitu :
a. Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang dialakukan guru
sebelum melakukan proses pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleg guru dan murid mengenai pokok bahasan yang harus di
sampaikan. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan,
pelajaran inti, dan evaluasi.
c. Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyampaian
materi.
3. Evaluasi
14
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari
tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring
dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. [3]
15
c. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau
standar kopetensi dan kopetensi dasar.
d. Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus.
Dari rumusan perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum
itu tidak hanya memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga
memuat seluruh aspek kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya
saja dalam perumusan lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran
dengan menyusun materi ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang
dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam perumusanya juga sangat
diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai pedoman.
16
3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
4. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi
akan senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk
17
melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik
dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu
mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses
menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional,
sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai
dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya
manusiawi, seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru,
siwaswa, serta masyarakat mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab
masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga
harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan
evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam
membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
perbaikan:
a. mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui
tujuan,
b. mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
c. mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan
diharapkan,
d. memilih pemecahan sebagai percobaan,
e. merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan
penyelesaian,
f. melakukan solusi percobaan,
g. evaluasi.
18
1. Tahap perencanaan
Meliputi langkah-langkah:
a. Analisis kebutuhan
b. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
c. Menentukan disain kurikulum
d. Membuat rencana induk (master plan) pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian.
2. Tahap pengembangan
Meliputi langkah-langkah:
a. Perumusan rasional atau dasar pemikiran
b. Perumusan visi, misi, dan tujuan
c. Penentuan struktur dan isi program
d. Pemilihan dan pengorganisasian materi
e. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
f. Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
g. Penentuan cara mengukur hasil belajar.
4. Tahap penilaian:
19
Terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari
kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.
Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP)
Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi
aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada
kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost
benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan
informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian
product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program
(identik dengan evaluasi sumatif). [2]
20
pengembangan kurikulum disebabkan pola fakir masyarakatpun yang semakin
komplek dalam perkembangan teknologi sehingga dituntut untuk dapat melihat
dan menyesuiakan dengan perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat.
Pendidikan di Indonesia di arahkan untuk menciptakan suatu individu atau
masyarakat yang memiliki sikap kemandirian sehingga tertanam sebuah
keterampilan dan pengetahuan yang baik yang dapat menunjang kehidupan
dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya di lapangan
pendidikan di Indonesia kurang terpola dengan baik dan kurang jelas arah
tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada
manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu dapat dilihat dari :
1. Ketidaksinambungan dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di
lapangan dengan pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.
2. Keterbatasan akan sarana dan prasarana.
3. Lemahnya pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat
kedisiplinan cukup rendah.
4. Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang
berujung pada tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau
penyampaian materi pelajaran. [2]
21
Menurut Beauchamp (1975, hal. 34), teori pendidikan akan atau dapat
berkembang tetapi perkembangannya pertama-tama dimulai pada sub-sub
teorinya. Yang menjadi subteori dalam dari teori pendidikan adalah teori-teori
dalam kurikulum. Pengajaran, evaluasi, bimbingan-konseling, dan administrasi
pendidikan.
Ada dua kecendrungan perkembangan ilmu pendidikan, yaitu :
1. Perkembangan yang bersifat teoritis yang merupakan pengkajian masalah-
masalah pendidikan dari sudut pandang lain, seperti filsafat, psikologi dan lain-
lain.
2. Perkembangan ilmu pendidikan dari praktik pendidikan.
Keduanya dapat saling membantu, melengkapi, dan memperkaya. Dalam
kenyataan, tidak selalu terjadi hal yang demikian. Hanya sedikit hasil-hasil
pengkajian teoritis yang diterapkan para pelaksana pendidikan. Sebagai contoh:
teori J.J Rousseau yang menekankan pendidikan alam dengan peranan anak
sebagai subjek yang penuh potensi, hampir tidak ada yang melaksanakannya
secara penuh., kecuali beberapa prinsip utamanya, itupun dengan modifikasi.
Sebaliknya para pendidik dilapangan melaksanakan praktik pendidikan yang lebih
didasarkan kebutuhan-kebutuhan praktis, sekalipun tidak banyak dilandasi oleh
teori-teori yang kuat.
Selain itu, menurut Hugh C. Black dalam bukunya A Four-fold Classification
of Edicational theories (1966), mengemukakan empat teori pendidikan yaitu, teori
tradisional, teori progresif, teori hasil belajar, dan teori proses belajar. Teori
tradisional menekankan fungsi pendidikan sebagai pemelihara dan penerus
warisan budaya, teori progresif memandang pendidikan sebagai penggali potensi
anak-anak, dalam teori ini anak menempati kedudukan yang sentral dalam
pendidikan. Teori hasil belajar sesuai dengan namanya mengutamakan hasil,
sedangkan teori proses belajar mengutamakan proses belajar. [1]
22
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
23
5. Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang
lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Manajemen perencanaan,
b. Manajemen pelaksanaan kurikulum,
c. Supervisi pelaksanaan kurikulum,
d. Pemantauan dan penilaian kurikulum,
e. Perbaikan kurikulum,
f. Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
6. Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses
menejemen kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
a. Faktor peserta didik
b. Faktor sosial budaya
c. Faktor politik
d. Faktor ekonomi
e. Faktor perkembangan teknologi
7. Hambatan-hambatan yang terjadi pada manajemen kurikulum antara lain:
a. Ketidaksinambungan dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di
lapangan dengan pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.
b. Keterbatasan akan sarana dan prasarana.
c. Lemahnya pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat
kedisiplinan cukup rendah.
d. Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang
berujung pada tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau
penyampaian materi pelajaran
24
DAFTAR PUSTAKA
25