Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Oleh:
Septiana Riniarti Barasap

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2019

A. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi atau informasi secara akurat.
Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi
pikir yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan
kenyataan, keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah
dengan logika atau hal-hal yang bersifat nyata.

B. Rentang Respon Neurobiologi


Stuart dan laraia, 2005
Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Distorsi pikiran  Gangguan proses pikir


 Persepsi akurat  Ilusi  Waham
 Emosi konsisten dengan  Reaksi emosi berlebihan  Perilaku disorganisasi
pengalaman atau kurang  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Perilaku aneh atau tidak  Sulit berespon emosi
 Berhubungan sosial biasa
 Perilaku sesuai
 Menarik diri
Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan
pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan
mengalami gangguan isi pikir : waham

C. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya
peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini
seringkali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku,
cinta paa diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya
memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan
sesuatu secara berlbihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara
berlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalan dan kemudian
meninggalkan dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa tidak aman,
membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang
menjadi waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan
keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan waham. Selain itu
kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan
antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu
sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan
(Keliat, 1998).

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian
hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiteryang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas
yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikosis.

2. Teori Psikososial
Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

3. Teori Interpersonal
Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
4. Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara
orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan
ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya
sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebagainya.

D. Proses Terjadinya Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status social dan ekonomi terbatas. Biasanaya klien sangat sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara social dan
ekonomi terpenuhi, tetapi kesenjangan antara reality dengan self idealsangat tinggi.
Misalnya, ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan, bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang
(life span history).

2. Fase lack of self esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
idealdan self reality (kenyataan dan harapan), serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, sedangkan standar linkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya,
saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang
canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal, self reality-nya
sangat jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi pengalaman, pengaruh, support
system, semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external


Klien mencoba berpikir rasional, bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia
katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadap kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting, dan diterima
linkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien, mencoba memberikan
koreksi bahwa, sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjag aperasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif, tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien kadang merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang memercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran, karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah, mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal (super
ego), yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungan. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksisosial.

6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien
dengan cara konfrontatif, serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

E. Tanda dan Gejala Waham


Nama Karakteristik Contoh
Waham Meyakini bahwa, ia memiliki kebesaran “Saya ini titisan Bung
kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang Karno, punya banyak
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. perusahaan, punya rumah
di berbagai Negara, dan
bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit”
Waham Meyakini bahwa, ada seseorang atau “Banyak polisi yang
curiga kelompok yang berusaha merugikan atau mengintai saya, tetangga
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali saya ingin menghancurkan
tetapi tidak sesuai kenyataan. hidup saya, suster akan
meracuni makanan saya”.
Waham Memiliki keyakinan terhadap suatu agama “Tuhan telah menunjuk
agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali saya menjadi wali, saya
tetapi tidak sesuai kenyataan harus terus menerus
memakai pakaian putih
setiap hari, agar masuk
surga”
Waham Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian ”Sumsum tulang saya
somatic tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kosong, saya pasti
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya
menghilang”
Waham Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di ”Saya sudah menghilang
nihilistic dunia atau meninggal, diucapkan berulang dari dunia ini, semua yang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan ada di sini adalah roh-roh,
sebenarnya saya sudah
tidak ada di dunia”
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN WAHAM

A. Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memeprhatikan, dan
mendokumentasikan semua inforrmasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang
diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang
dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang diungkapkan?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa dia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa dia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham yaitu:
Alasan masuk atau dirawat
Umumnya pasien dengan gangguan orientasi dan realita dibawa kerumah sakit
karena mengungkapkan kaa-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal kepada
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal marah atau merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien mengungkapkan
sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya)
berulang secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak
mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak, (diri, orang lain, lingkungan) takut
kadang panik, sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan atau realitas, ekspresi
wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan
a. Kerusakann komunikasi verbal
b. Gangguan proses piker
c. Harga diri rendah kronik

Data Mayor dan Data Minor

Data Masalah

DS: Kerusakan komunikasi verbal


Pasien bicara kacau
Bingung
Pembicaraan berbelit-belit

DS: Gangguan proses pikir: waham


Pasien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai
kenyataan
Pasien mengatakan berulang kali
DO:
Pasien tampak bingung

DS: Gangguan konsep diri, harga diri rendah


Pasien merasa malau berinteraksi dengan orang
lain
DO: Ekspresi muka sedih dan murung

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah:
a. Gangguan proses pikir : waham
C. Intervensi Keperawatan
No. Perencanaan

DX
Kriteria Rasional
Tujuan Intervensi
Evaluasi

1 2 3 4 5 6

Gangguan Pasien mampu: Setelah SP.1


proses pikir  Berorientasi pertemuan (Tgl……………..)  Dengan membina
waham kepada pasien dabat  Bina hubungan hubungan saling
realitas memenuhi saling percaya percaya dapat
secara kebutuhannya dengan pasien berkomunikasi
bertahap dengan baik
 Mampu  Identifikasi dengan klien
berinteraksi kebutuhan  Mengetahui
dengan orang pasien kebutuhan pasien
lain dan dapat
lingkungan memudahkan
 Menggunaka perawat dalam
n obat menyusun
dengan  Bicara konteks intervensi
prinsip 6 realita (tidak selanjutnya.
benar mendukung  Membawa pasien
atau pada orientasi
membantah realita
waham pasien)
 Latih pasien
untuk  Memandirikan
memenuhi pasien dalam
kebutuhannya melakukan proses
keperawatan
 Masukkan  Jadwal harian
salam jadwal sebagai acuan
harian pasien dalam
melanjutkan
rencana
keperawatan
secara rutin.

Setelah SP.2
pertemuan (Tgl……………..)  Mengetahui
pasien mampu:  Evaluasi perkembangan
 Menyebutk kegiatan yang dan tingkat
an kegiatan lalu (SP.1) kemampuan
yang sudah pasien dalam
dilakukan. menilai dirinya
 Mampu sesuai pada
menyebutk realitas.
an serta  Identifikasi  Mengetahui
memilih potensi/kemam potensi pasien
keinginan puan yang yang dapat
yang dimiliki. mendukung
dimiliki dalam mengenali
diri pasien.
 Memotivasi
 Pilih dan latih pasien dalam
potensi/kemam mengembangkan
puan yang kemammpuannya
dimiliki sehingga pasien
tidak berfokus
pada waham yang
 Masukkan dianutnya.
dalam jadwal  Jadwal harian
kegiatan pasien sebagai acuan
dalam
melanjutkan
rencana
keperawatan
secara rutin

Setelah SP.3
pertemuan (Tgl………………  Mengetahui
pasien dapat ..) perkembangan
menyebutkan  Evaluasi dan tingkat
kegiatan yang kegiatan yang kemampuan
sudah lalu (SP.1&2) pasien dalam
dilakukan dan menilai dirinya
mampu sesuai pada
memilih realitas.
kemampuan  Pilih dan latih  Memotivasi
lain yang potensi/kema pasien dalam
dimiliki. mpuan lain mengembangkan
yang dimiliki kemammpuannya
sehingga pasien
tidak berfokus
pada waham yang
dianutnya.
 Masukkan  Jadwal harian
dalam jadwal sebagai acuan
kegiatan dalam
pasien melanjutkan
rencana
keperawatan
secara rutin

Keluarga Setelah S.P1


mampu: pertemuan (Tgl………………  Kesulitan dalam
 Mengidentifi pasien mampu: …) merawat pasien
kasi waham Mengidentifika  Identifikasi memepengaruhi
pasien si masalah masalah perkembangan
 Memfasilitas menjelaskan keluarga pasien dalam
i pasien cara merawat dalam memahami
untuk pasien merawat realitasnya.
memenuhi pasien  Memudahkan
kebutuhanny keluarga dalam
a memngenali
 Mempertaha waham, sehingga
nkan  Jelaskan keluarga dapat
program proses memahami yang
pengobatan terjadinya terjadi pada
pasien secara waham. pasien.
optimal  Mendorong
keluarga dalam
melakukan
 Jelaskan tindakan sesuai
tentang cara dengan
merawat kebutuhan pasien.
pasien waham.  Memampukan
keluarga dalam
merawat pasien.
 Latih  Memudahkan
(simulasi) cara dalam tindakan
merawat selanjutnya demi
pemulihan pasien
 RTL keluarga untuk kembali ke
/ jadwal realitas.
merawat
pasien
Setelah S.P 2
pertemuan (Tgl………………  Mengetahui
pasien mampu ..) perkembangan
 Menyebutk  Evaluasi dan tingkat
an kegiatan kegiatan yang kemampuan
yang sesuai lalu (S.P 1) pasien dalam
dilakukan menilai dirinya
 Mampu sesuai pada
memperaga realitas.
kan cara  Latih keluarga  Memampukan
merawat cara merawat keluarga dalam
pasien pasien merawat pasien.
(langsung ke  Memudahkan
pasien) dalam tindakan
 RTL keluarga selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.

Setelah S.P3
pertemuan (Tgl………………  Mengetahui
keluarga …) pengetahuan
mampu:  Evaluasi keluarga dalam
 Mengidenti kemampuan merawat pasien
fikasi keluarga  Mengetahui
masalah perkembangan
dan mampu  Evaluasi pasien dalam
menjelaska kemampuan melihat realitas.
n cara pasien  Memudahkan
merawat dalam tindakan
pasien. selanjutnya demi
 RTL pemulihan pasien
Keluarga: untuk kembali ke
- Follow up realitas.
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yosep, Iyus. 2009. Cet2. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/10/08/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-gangguan-isi-pikir-waham/
http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-gangguan.html

Anda mungkin juga menyukai