Oleh:
Septiana Riniarti Barasap
A. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi atau informasi secara akurat.
Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi
pikir yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan
kenyataan, keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah
dengan logika atau hal-hal yang bersifat nyata.
C. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya
peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini
seringkali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku,
cinta paa diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya
memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan
sesuatu secara berlbihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara
berlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalan dan kemudian
meninggalkan dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa tidak aman,
membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang
menjadi waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan
keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan waham. Selain itu
kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan
antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu
sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan
(Keliat, 1998).
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian
hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiteryang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas
yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikosis.
2. Teori Psikososial
Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
4. Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara
orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan
ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya
sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebagainya.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungan. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksisosial.
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien
dengan cara konfrontatif, serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
A. Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memeprhatikan, dan
mendokumentasikan semua inforrmasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang
diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang
dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang diungkapkan?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa dia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa dia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham yaitu:
Alasan masuk atau dirawat
Umumnya pasien dengan gangguan orientasi dan realita dibawa kerumah sakit
karena mengungkapkan kaa-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal kepada
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal marah atau merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien mengungkapkan
sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya)
berulang secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak
mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak, (diri, orang lain, lingkungan) takut
kadang panik, sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan atau realitas, ekspresi
wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan
a. Kerusakann komunikasi verbal
b. Gangguan proses piker
c. Harga diri rendah kronik
Data Masalah
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah:
a. Gangguan proses pikir : waham
C. Intervensi Keperawatan
No. Perencanaan
DX
Kriteria Rasional
Tujuan Intervensi
Evaluasi
1 2 3 4 5 6
Setelah SP.2
pertemuan (Tgl……………..) Mengetahui
pasien mampu: Evaluasi perkembangan
Menyebutk kegiatan yang dan tingkat
an kegiatan lalu (SP.1) kemampuan
yang sudah pasien dalam
dilakukan. menilai dirinya
Mampu sesuai pada
menyebutk realitas.
an serta Identifikasi Mengetahui
memilih potensi/kemam potensi pasien
keinginan puan yang yang dapat
yang dimiliki. mendukung
dimiliki dalam mengenali
diri pasien.
Memotivasi
Pilih dan latih pasien dalam
potensi/kemam mengembangkan
puan yang kemammpuannya
dimiliki sehingga pasien
tidak berfokus
pada waham yang
Masukkan dianutnya.
dalam jadwal Jadwal harian
kegiatan pasien sebagai acuan
dalam
melanjutkan
rencana
keperawatan
secara rutin
Setelah SP.3
pertemuan (Tgl……………… Mengetahui
pasien dapat ..) perkembangan
menyebutkan Evaluasi dan tingkat
kegiatan yang kegiatan yang kemampuan
sudah lalu (SP.1&2) pasien dalam
dilakukan dan menilai dirinya
mampu sesuai pada
memilih realitas.
kemampuan Pilih dan latih Memotivasi
lain yang potensi/kema pasien dalam
dimiliki. mpuan lain mengembangkan
yang dimiliki kemammpuannya
sehingga pasien
tidak berfokus
pada waham yang
dianutnya.
Masukkan Jadwal harian
dalam jadwal sebagai acuan
kegiatan dalam
pasien melanjutkan
rencana
keperawatan
secara rutin
Setelah S.P3
pertemuan (Tgl……………… Mengetahui
keluarga …) pengetahuan
mampu: Evaluasi keluarga dalam
Mengidenti kemampuan merawat pasien
fikasi keluarga Mengetahui
masalah perkembangan
dan mampu Evaluasi pasien dalam
menjelaska kemampuan melihat realitas.
n cara pasien Memudahkan
merawat dalam tindakan
pasien. selanjutnya demi
RTL pemulihan pasien
Keluarga: untuk kembali ke
- Follow up realitas.
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yosep, Iyus. 2009. Cet2. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/10/08/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-gangguan-isi-pikir-waham/
http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-gangguan.html