PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aktivitas di dalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem
saraf mengontrol dan mengatur tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan, pencernaan, dan
semua sistem yang ada di tubuh kita diatur dan dikontrol oleh sistem saraf. Selain itu, sistem
saraf pusat merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi, yaitu bertugas
menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh tubuh, dan memberikan respon
terhadap rangsangan yang diberikan.
Salah satu permasalahan yang serius pada sistem saraf adalah stroke. Stroke merupakan
salah satu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan
terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan
atau kemantian. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak pada
usia tua dengan kematian.
Di Indonesia, telah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor resiko, lama perawatan,
mortalitas dan morbiditasnya pada penyakit stroke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan lebih banyak terjadi pada usia 45-64 tahun.
Stroke merupakan penyebab utama gangguan fungsional, di mana penderita yang masih
bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di Rumah Sakit dan ada juga yang mengalami
kecacatan. Stroke bukan hanya mempengaruhi penderitanya saja tapi dapat juga mempengaruhi
seluruh keluarga dari penderita.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai stroke. Di mana dalam makalah ini akan
menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, hingga komplikasi dari stroke itu sendiri
yang diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan pembaca tentang penyakit stroke.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari stroke?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari otak?
3. Apa etiologi dari stroke?
4. Apa faktor resiko dari stroke?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini mempunyai dua
tujuan. Yakni sebagai berikut:
1. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan pada Sistem Neurologi
oleh dosen Monica Sapta Ningsih, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.MB.
2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui pengertian dari stroke
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari otak
c. Untuk mengetahui etiologi dari stroke
d. Untuk mengetahui faktor resiko dari stroke
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari stroke
f. Untuk mengetahui patofisiologi dari stroke
g. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari stroke
h. Untuk mengetahui pencegahan stroke
i. Untuk mengetahui komplikasi dari stroke
j. Untuk mengetahui test diagnostik dari stroke
k. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari stroke
l. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien stroke
D. Metode Penelitian
Makalah ini di tulis dengan menggunakan metode:
1. Studi pustaka
Pengumpulan materi dengan cara membaca buku yang berkaitan dengan masalah atau
topik yang dibahas dalam makalah ini.
2. Diskusi kelompok
Pembahasan materi dengan anggota dalam kelompok.
A. Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler.
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya
tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah.
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologic
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak.
Maka dapat disimpulkan bahwa stroke adalah suatu kejadian dimana terjadinya kerusakan
sel-sel otak yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah dan O2 ke dalam jaringan
otak atau perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang menimbulkan gejala neurologic.
B. Anatomi Fisiologi
1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat
badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang
otak.
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Yaitu Berpikir,
berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk kegitan tubuh yang disadari.
Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing
belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan
mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan
mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.
Otak tengah merupakan pebghubung antara otak depan dan otak belakang, bagian otak
tengah yang berkembang adalah lobus optikus yang berfungsi sebagai pusat refleksi pupil mata,
pengatur gerak bola mata, dan refleksi akomodasi mata.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil
terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih.
Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan
oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan
mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan. Dan pusat
keseimbangan tubuh. Otak kecil dibagi tiga daerah yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang
2) Talamus, merupakan pusat pengatur sensori, menerima semua rangsan yang berasal
dari sensorik cerebrum.
f. Otak Belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan medulla oblongata. Medula
oblongata berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan darah, mengatur pernafasan,
sekresi ludah, menelan, gerak peristaltic, batuk, dan bersin.
Sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam
dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih,
berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengatur reflex fisiologis,
seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari.
h. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang didalam rongga tulang belakang, mulai dari
ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang
terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu.
Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam
sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung.
Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur
gerak refleks.
i. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf
pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam
tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem
saraf somatis dan sistem saraf otonom.
j. Sistem saraf somatic ( saraf sadar )
Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar. Sistem saraf somatis terdiri
dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang ( spinal ) Kedua belas
pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf
C. Etiologi Stroke
Beberapa penyebab stroke, diantaranya :
1. Trombosis
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
d. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2. Embolisme
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit jantung
reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis komunis, arteri
vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3. Perdarahan intraserebrum Hipertensif
4. Perdarahan subarachnoisd (PSA)
a. Ruptura Aneurisma sakular (Berry)
b. Ruptura Malformasi arteriovena (MAV)
c. Trauma
5. Penyalahgunaan kokain dan amfetamin
6. Perdarahan akibat tumor otak
7. Infark hemoragik
8. Penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.
E. Klasifikasi Stroke
1. Secara non hemoragik
Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik, iskemia jaringan otak timbul akibat
sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai
faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga
mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada
bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi
pembuluh darah otak yang terkena. Stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
1) Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu. Jika pada TIA dokter jarang melihat sendiri peristiwanya, sehingga
pada TIA diagnosis ditegakkan hanya berdasar keterangan pasien saja, maka pada RIND ini ada
kemungkinann dokter dapat mengamati atau menyaksikan sendiri. Biasanya RIND membaik
F. Patofisiologi Stroke
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk Sirkulus Willisi: arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa:
1. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis,
robeknya dinding pembuluh, atau peradangan.
2. Kerkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran
12 darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium.
4. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di bagian distal
sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya
vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung pada
pembuluh darah yang tersumbat.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf
pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang
adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viable untuk
suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat
disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel
glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat
perombakan sawar darah-otak.
Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke
mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya
(Smith et al, 2001).
2. Stroke Hemoragik
Trombosis
↓ suplai darah
Emboli
Infark
a. serebri anterior a. serebri media a. karotis interna Si. a. serebri Gg. Fungsi
vertebrobasilar posterior Luhur
Pecah arteri
Antikoagulan
Perdarahan Intra serebral
↑ TIK
Trombositopenia
Nyeri kepala
Luka pada jar. Otak Hemophilia
berat
Mual Leukimia
Muntah
Darah di rongga Eritrosit ↓
Perdarahan Subarachnoid
G. Pengobatan Stroke
1. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial.
2. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi. Antiagregasi thrombosis seperti
aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yamg terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
3. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis
atau embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskuler.
H. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan kimia darah
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
3. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
4. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
5. CT Scan
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan
intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan subarachnoid dan perdarahan intrakranial.
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukkan daerah infrak, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
7. Ultrasonografi Doppler (USG Doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah arteri karotis (aliran darah atau timbulnya
plak) dan arteriosklerosis.
8. Elektroensefalogram (EEG).
I. Pencegahan Stroke
1. Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan
cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke
dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu,
promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat,
dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media
elektronik dan billboard.
2. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu
yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara
lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium,
infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular
aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan
beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan
susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.
3. Pencegahan Sekunder
J. Prognosis
Prognosis stroke secara umum dipengaruhi oleh tipe dan luasnya serangan serta tingkat
kesadaran dari penderita stroke. Penderita stroke dapat mengalami pemulihan yang sempurna.
Ada pula pnderita yang pulih tetapi mengalami kelemahan. Tetapi klien yang yang telah sembuh
dari sembuh juga dapat mengalami kecacatan terutama klien dengan stroke hemoragik.
K. Insiden Stroke
Stroke lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Stroke juga sering terjadi
pada usia dewasa muda samapi tua, yaitu sekitar 45-64 tahun.
A. Pengkajian
Anamnesis pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua ), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, dan agama.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat
kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendada, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai
tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan koma.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Adanya riwayat merokok dan penggunaan
alkohol. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data besar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
Klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Bunyi napas tambahan seperti ronki. Didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri
2. Sistem Kardiovaskuler
D. Intervensi Stroke
Gangguan atau kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membrane alveolar kapiler.
Kriteria hasil: setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam, gangguan pertukaran gas
teratasi, dengan kriteria:
1. Klien akan merasa nyaman.
2. Klien akan mengatakan sesak berkurang dan adapt membandingkan dengan keadaaan
sesak pada saat serangan pada waktu yang berbeda.
NIC RASIONAL
Istirahatkan klien dengan posisi semifowler Posisi semifowler membantu dalam ekspansi otot-
otot pernafasan dengan pengaruh gravitasi.
Pertahankan oksigenasi NRM 8-10/menit Oksigen sangat penting untuk reaksi yang
memelihara suplai ATP. Kekurangan oksigen pada
jaringan akan menyebabkan lintasan metabolism
Observasi tanda-tanda vital tiap jam atau Untuk mengetahui tanda-tanda vital klien.
melindungi respons klien.
Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan intracranial
Kriteria hasil: Setelah dilakukan intervensi Keperawatan, klien tidak menunjukkan peningkatan
TIK. Dengan kriteria hasil:
1. Klien akan mengatakan tidak sakit kepala dan merasa nyaman
2. Mencegah cedera
3. Peningkatan pengetahuan pupil membaik
NIC Rasional
Ubah posisi secara bertahap Melindungi respon klien dapat mencegah terjadinya luka
tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut
akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh
darah.
Jaga suasana tenang Memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah
ketegangan.
Kurangi cahaya ruangan Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang beresiko
terhadap peningkatan TIK.
Tinggikan kepala Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti
serebrovaskular.
Pantau tanda dan gejala peningkatan Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi
TIK dengan cara: pembukaan mata dan respon motorik. Tidak ada respon
a. Kaji respon membuka mata menunjukkan kerusakan mesenfalon.
b. Kaji respon verbal
c. Kaji respon motorik
Kaji respon pupil Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf
okulomotorius atau optikus.
Periksa pupildengan senter Saraf cranial IV mengatur dan berhubungan dengan
abduksi mata. Saraf cranial Vatau saraf trigeminus juga
NIC Rasional
Kaji kebiasaan makan klien Kebiasaan makan klien akan mempengaruhi
keadaan nutrisinya
Catat jumlah makanan yang dimakan Makanan yang tlah disediakan disesuaikan
dengan kebutuhan klien
Kolaborasi dengan tim gizidan dokter untuk Pemberian makanan pada klien disesuaikan
pemantauan kalori. dengan kebutuhan nutrisi dan diagnosis
penyakit.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mencapai peningkatan mobilisasi
a. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
b. Berpartisipasi dalam program latihan
c. Mencapai keseimbangan saat duduk
d. Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya fungsi pada sisi
yang hemiplegia