Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap aktivitas di dalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem
saraf mengontrol dan mengatur tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan, pencernaan, dan
semua sistem yang ada di tubuh kita diatur dan dikontrol oleh sistem saraf. Selain itu, sistem
saraf pusat merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi, yaitu bertugas
menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh tubuh, dan memberikan respon
terhadap rangsangan yang diberikan.
Salah satu permasalahan yang serius pada sistem saraf adalah stroke. Stroke merupakan
salah satu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan
terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan
atau kemantian. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak pada
usia tua dengan kematian.
Di Indonesia, telah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor resiko, lama perawatan,
mortalitas dan morbiditasnya pada penyakit stroke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan lebih banyak terjadi pada usia 45-64 tahun.
Stroke merupakan penyebab utama gangguan fungsional, di mana penderita yang masih
bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di Rumah Sakit dan ada juga yang mengalami
kecacatan. Stroke bukan hanya mempengaruhi penderitanya saja tapi dapat juga mempengaruhi
seluruh keluarga dari penderita.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai stroke. Di mana dalam makalah ini akan
menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, hingga komplikasi dari stroke itu sendiri
yang diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan pembaca tentang penyakit stroke.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari stroke?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari otak?
3. Apa etiologi dari stroke?
4. Apa faktor resiko dari stroke?

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 1


5. Apa klasifikasi dari stroke?
6. Bagaimana patofisiologi dari stroke?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari stroke?
8. Bagaimana pencegahan dari stroke?
9. Apa komplikasi dari stroke?
10. Bagaimana test diagnostik dari stroke?
11. Bagaimana penatalaksanaan dari stroke?
12. Bagaiman asuhan keperawatan pada pasien stroke?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini mempunyai dua
tujuan. Yakni sebagai berikut:
1. Tujuan Khusus

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan pada Sistem Neurologi
oleh dosen Monica Sapta Ningsih, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.MB.

2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui pengertian dari stroke
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari otak
c. Untuk mengetahui etiologi dari stroke
d. Untuk mengetahui faktor resiko dari stroke
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari stroke
f. Untuk mengetahui patofisiologi dari stroke
g. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari stroke
h. Untuk mengetahui pencegahan stroke
i. Untuk mengetahui komplikasi dari stroke
j. Untuk mengetahui test diagnostik dari stroke
k. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari stroke
l. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien stroke

D. Metode Penelitian
Makalah ini di tulis dengan menggunakan metode:
1. Studi pustaka
Pengumpulan materi dengan cara membaca buku yang berkaitan dengan masalah atau
topik yang dibahas dalam makalah ini.
2. Diskusi kelompok
Pembahasan materi dengan anggota dalam kelompok.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler.
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya
tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah.
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologic
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak.
Maka dapat disimpulkan bahwa stroke adalah suatu kejadian dimana terjadinya kerusakan
sel-sel otak yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah dan O2 ke dalam jaringan
otak atau perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang menimbulkan gejala neurologic.

B. Anatomi Fisiologi

1. Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat
badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang
otak.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 3


a. Otak Besar ( cerebrum )

Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Yaitu Berpikir,
berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk kegitan tubuh yang disadari.
Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing
belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan
mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan
mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.

b. Otak tengah ( Mesensefalon )

Otak tengah merupakan pebghubung antara otak depan dan otak belakang, bagian otak
tengah yang berkembang adalah lobus optikus yang berfungsi sebagai pusat refleksi pupil mata,
pengatur gerak bola mata, dan refleksi akomodasi mata.

c. Otak kecil ( cerebellum )

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil
terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih.
Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan
oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan
mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan. Dan pusat
keseimbangan tubuh. Otak kecil dibagi tiga daerah yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang

d. Otak depan meliputi :

1) Hipotalamus, merupakan pusat pengatur suhu, selera makan, keseimbangan cairan


tubuh, haus, tingkah laku, kegiatan reproduksi, meregulasi pituitari.

2) Talamus, merupakan pusat pengatur sensori, menerima semua rangsan yang berasal
dari sensorik cerebrum.

3) Kelenjar pituitary, sebagai sekresi hormon.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 4


e. Otak Tengah dengan bagian atas merupakan lobus optikus yang merupakan pusat
refleks mata.

f. Otak Belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan medulla oblongata. Medula
oblongata berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan darah, mengatur pernafasan,
sekresi ludah, menelan, gerak peristaltic, batuk, dan bersin.

g. Sumsum lanjutan (medula oblongata)

Sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam
dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih,
berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengatur reflex fisiologis,
seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari.
h. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

Sumsum tulang belakang terletak memanjang didalam rongga tulang belakang, mulai dari
ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang
terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu.
Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam
sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung.
Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur
gerak refleks.
i. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf
pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam
tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem
saraf somatis dan sistem saraf otonom.
j. Sistem saraf somatic ( saraf sadar )

Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar. Sistem saraf somatis terdiri
dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang ( spinal ) Kedua belas
pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 5


sumsum tulang belakangkeluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan
bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.Saraf-saraf dari sistem somatis
menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini
dipengaruhi saraf sadar, berarti kamudapat memutuskan untuk menggerakkan atau
tidakmenggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruhsistem ini.
2. Fisiologi Tekanan Intra Kranial
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan
secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi
terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 – 10 mmHg .
Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat
iskemia.Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama
bila menetap.
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah
sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler
mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana
dapat menerangkan tentang dinamika TIK.Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial
harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac
output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup . Aliran darah otak (ADO) normal ke
dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per menit. Pada anak,
ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam
pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3
hari berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai
beberapa hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-
TIK) pada level 60-70 mmHg sangat rirekomendasikan untuk meningkatkan ADO.
3. Fisiologi Pengaturan Aliran Darah Otak
Autoregulasi otak adalah kemampuan otak adalah normal mengendalikan volume aliran
darahnya sendiri dibawah kondisi tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah. Fungsi ini
dilakukan dengan mengubah ukuran pembuluh-pembuluh resistensi untuk mempertahankan
tekanan aliran darah ke otak dalam rentang fisiologik 60 sampai 160mmHg tekanan arteri rata-
rata (MAP). Pada pengidap hipertensi, rentang otoregulasi ini meningkat sampai setinggi 180

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 6


sampai 200mmHg (Guyton, 2000). Apabila tekanan sistemik rerata turun mendadak ke tekanan
yang lebih rendah di dalam rentang fisiologik, arteriol-arteriol berkonstriksi untuk
mempertahankan aliran darah ke kapiler otak walaupun terjadi peningkatan tekanan dorongan
darah arteri.
Autoregulasi adalah sifat sirkulasi otak sehat yang sangat penting untuk melindungi otak
dari peningkatan atau penurunan mendadak tekanan darah arteri. Tanpa pengendalian tekanan
ini, maka perubahan tekanan yang mendadak dapat menimbulkan iskemia otak atau pada ekstrim
yang lain, kerusakan kapiler akibat tingginya tekanan. Pada tekanan yang ekstrim mekanisme
autoregulasi protektif ini dapat gagal sehingga aliran darah ke otak secara pasif mengikuti tingkat
tekanan di sirkulasi sistemik.

C. Etiologi Stroke
Beberapa penyebab stroke, diantaranya :
1. Trombosis
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
d. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2. Embolisme
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit jantung
reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis komunis, arteri
vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3. Perdarahan intraserebrum Hipertensif
4. Perdarahan subarachnoisd (PSA)
a. Ruptura Aneurisma sakular (Berry)
b. Ruptura Malformasi arteriovena (MAV)
c. Trauma
5. Penyalahgunaan kokain dan amfetamin
6. Perdarahan akibat tumor otak
7. Infark hemoragik
8. Penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.

D. Faktor Risiko Stroke


Stroke disebabkan oleh banyak faktor, yang sebagian besar sesungguhnya bisa
dikendalikan. Virgil Brown, MD, dari Emory University, Atlanta, menyatakan bahwa stroke

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 7


merupakan akibat dari life style (gaya hidup) manusia modern yang tidak sehat. Hal ini tampak
pada perilaku mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan rendah serat, kurang dalam
aktivitas fisik serta berolahraga, akibat stress/ kelelahan, konsumsi alkohol berlebihan, kebiasaan
merokok. Berbagai faktor risiko itu selanjutnya akan berakibat pada pengerasan pembuluh arteri
(arteriosklerosis), sebagai pemicu stroke (Diwanto, 2009).
1. Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk usia, jenis kelamin, dan hereditas.
Walaupun faktor ini tidak dapat diubah, namun tetap berperan sebagai pengidentifikasi yang
penting pada pasien yang berisiko terjadinya stroke, di mana pencarian yang agresif untuk
kemungkinan faktor risiko yang lain sangat penting.
a. Usia
Beberapa penelitian membuktikan bahwa 2/3 serangan stroke terjadi pada usia di atas 65
tahun. Meskipun demikian, bukan berarti usia muda atau produktif akan terbebas dari serangan
stroke (Wiwit S., 2010).
b. Jenis Kelamin
Penelitian menunjukkan bahwa pria lebih banyak terkena stroke daripada wanita, yaitu
mencapai kisaran 1,25 kali lebih tinggi. Namun anehnya, justru lebih banyak wanita yang
meninggal dunia karena stroke. Hal ini disebabkan pria umumnya terkena serangan stroke pada
usia muda. Sedangkan, para wanita justru sebaliknya, yaitu saat usianya sudah tinggi (tua)
(Wiwit S., 2010).
c. Garis Keturunan
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan saling berkaitan. Dalam hal ini,
hipertensi, diabetes, dan cacat pada pembuluh darah menjadi faktor genetik yang berperan.
Cadasil, yaitu suatu cacat pada pembuluh darah dimungkinkan merupakan faktor genetik yang
paling berpengaruh. Selain itu, gaya hidup dan pola makan dalam keluarga yang sudah menjadi
kebiasaan yang sulit diubah juga meningkatkan resiko stroke (Wiwit S., 2010).
d. Asal Usul Bangsa
Berdasarkan literatur, bangsa Afrika, Asia, dan keturunan Hispanik lebih rentan terkena
serangan stroke (Wiwit S., 2010).
e. Kelainan Pembuluh Darah (Atrial Fibrillation)
Kelainan ini adalah suatu kondisi ketika salah satu bilik jantung bagian atas berdetak tidak
sinkron dengan jantung. Akibatnya, terjadi penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan
pembuluh darah. Gumpalan darah tersebut akan terbawa sampai ke pembuluh darah otak dan
menyebabkan stroke. Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 20% stroke disebabkan oleh

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 8


kelainan itu. Kelainan pembuluh darah ini dapat dikontrol dengan obat atau operasi (Wiwit S.,
2010).
2. Faktor yang Dapat Dimodifikasi
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik stroke iskemik
maupun stroke perdarahan. Peningkatan risiko stroke terjadi seiring dengan peningkatan tekanan
darah. Walaupun tidak ada nilai pasti korelasi antara peningkatan tekanan darah dengan risiko
stroke, diperkirakan risiko stroke meningkat 1,6 kali setiap peningkatan 10 mmHg tekanan darah
sistolik, dan sekitar 50% kejadian stroke dapat dicegah dengan pengendalian tekanan darah.
Pada penderita hipertensi, otak tidak dapat atau gagal melakukan autoregulasi sehingga
tekanan darah pada otak sama dengan tekanan darah sistemik. Hal ini membuat tekanan darah
yang masuk ke intracranial tidak terkendalki dengan baik. Tekanan darah yang tinggi dapat
menyebabkan darah mendesak pembuluh darah dengan tekanan tinggi, jika terjadi pada
pembuluh darah yang rapuh seperti perokok dan alkoholime berast dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah. hal itu juga berlaku pada aneurisma, yang rentan terhadap tekanan tinggi.
b. Diabetes Melitus
Komplikasi jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh – pembuluh kecil
(mikroangiopati) dan pembuluh – pembuluh besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan
lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetic),
glomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan saraf – saraf perifer (neuropati diabetic), otot – otot
serta kulit.
Makroangiopati mempunyai gambaran histopatologi berupa arterosklerosis. Gabungan dari
gangguan biokimia yang disebabkan oleh defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Sehingga
terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi oleh ginjal maka
timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang (polifagia)
mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit.
Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami kepekatan yang membuat darah
menggumpal atau dengan kata lain mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks
yang berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya dapat menghasilkan
penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak
c. Dislipidemia

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 9


Dislipidemia adalah keaan dimana terjadi peningakatan setiap atau semua lipid dalam
plasma, meliputi hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia, dsb. Peningkatan jumlah lipid dalam
darah akan meningkatkan resiko terjadinya ateroskleroisis yang menjadi sumber penyebab
Stroke. Kondisi ini tentu dapat dimodifikasi dan stroke dapat terhindari dengan perubahan pola
makan dan gaya hidup sehat.
d. Merokok
Merokok merupakan kegiatan menghisap tembakau dan zat lainnya ke dalam tubuh.
Terdapat banyak sekali kandungan zat kimia yang merugikan tubuh, hampir semua sistem di
dalam tubuh dapat dirusak oleh rokok. Pada pembuluh darah, kandungan nikotin akan merusak
elastisitas pembuluh darah sehingga akan menyebabkan kerapuhan pada pembuluh darah.
Kondisi ini tentu meningkatkan resiko terjadinya stroke, jika pembuluh darah yang terkenan
adalah pembuluh darah otak yang kecil dan tipis. Peningkatan tekanan datah yang terjadi pada
pembuluh darah yang rapuh akan menyebabkan pembuluh darah robek dan terjadi rupture.
e. Pemakaian Alkohol
Alcoholisme atau pengonsumsi alcohol, beresiko terkenan stroke karena alcohol yang
bersifat asam akan merusak dinding pembuluh darah. Sama halnya dengan rokok, zat asam
membuat dinding pembuluh darah menjadi kurang elastic dan dapat menimbulkan kerusakan.
Jika terdapat kerusakan dipembuluh darah, maka akan terjadi vasokontriksi dan thrombosis yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit. Jika keadaan ini dijumpai pada pembuluh darah
otak maka dapat terjadi stroke.
f. Obesitas
Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Penderita obesitas dapat juga mengalami dislipidemia
sehingga meningkatkan resiko tejadinya aterosklerosis dan hipertensi.
g. Serangan Iskemik Sepintas (TIA)
Serangan ini merupakann Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. Serangan ini merupakan alarm atau tanda akan
terjadinya serangan stroke selanjutnya atau adanya kelainan pada pembuluh darah di otak.
Sebaiknya jika sudah muncul TIA maka hendaklah memeriksakan diri ke tenaga kesehatan
terdekat. Kerusakan yang timbul belum terlalu fatal jika sesegra mungkin diketahui.
h. Penyakit Jantung
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak menyerang pria dewasa, AF
ditemukan pada 1 –1,5% populasi di negara–negara barat dan merupakan salah satu faktor risiko
independen stroke. AF dapat menyebabkan risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 10


daripada pasien tanpa AF.Kejadian stroke yang didasari oleh AF sering diikuti dengan
peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kemampuan fungsi daripada stroke karena
penyebab yang lain.
Risiko stroke karena AF meningkat jika disertai dengan beberapa faktor lain, yaitu jika
disertai usia > 65 tahun, hipertensi, diabetes melitus, gagal jantung, atau riwayat stroke
sebelumnya seperti yang dikategorikan dalam CHAD. Pada CHAD umur > 65 tahun, gagal
jantung, hipertensi, dan DM dinilai 1 point setiap kali ditemukan dan riwayat stroke atau emboli
sebelumnya dinilai 2 point.
i. Peningkatan Kadar Fibrinogen
Peningkatan kadar fibrinogen menyebabkan bertambah tingginya resiko terjadi thrombosis.
Waktu penggumpalan darah menjadi lebih mudah karelna tingginya fibrinogen. Thrombosis yang
terjadi di pembulu darah otak menjadi factor resiko terjadinya stroke.

E. Klasifikasi Stroke
1. Secara non hemoragik
Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik, iskemia jaringan otak timbul akibat
sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai
faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga
mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada
bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi
pembuluh darah otak yang terkena. Stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
1) Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu. Jika pada TIA dokter jarang melihat sendiri peristiwanya, sehingga
pada TIA diagnosis ditegakkan hanya berdasar keterangan pasien saja, maka pada RIND ini ada
kemungkinann dokter dapat mengamati atau menyaksikan sendiri. Biasanya RIND membaik

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 11


dalam waktu 24 - 48 jam. Sedangkan PRIND (Prolonged Reversible Ischemic Neurological
Deficit) akan membaik dalam beberapa hari, maksimal 3 - 4 hari.
3) Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat. Pada bentuk ini gejala/ tanda neurologis fokal
terus memburuk setelah 48 jam. Kelainan atau defisit neurologik yang timbul berlangsung secara
bertahap dari yang bersifat ringan menjadi lebih berat. Diagnosis progressing stroke ditegakkan
mungkin karena dokter dapat mengamati sendiri secara langsung atau berdasarkan atas
keterangan pasien bila peristiwa sudah berlalu.
4) Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi. Kelainan neurologi yang
muncul bermacam-macam, tergantung pada daerah otak mana yang mengalami infark.
b. Berdasarkan Kausal:
1) Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada
pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya
gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar
kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil,
trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2) Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.
Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri
oksigen dan nutrisi ke otak.
2. Stroke Hemoragik
Stroke yang merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif;
perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 12


arteriovena (MAV), trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor otak;
infark hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah
dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh
hipertensi, dan rupture salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan
otak. Selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit
darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam
otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
b. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang
subarakhnoid yang timbul secara primer.Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena
pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS
(20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.

F. Patofisiologi Stroke
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk Sirkulus Willisi: arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa:
1. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis,
robeknya dinding pembuluh, atau peradangan.
2. Kerkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran
12 darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium.
4. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 13


Sirkulus Willisi Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA)
yang serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit
neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung membaik
dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi biasanya dalam 24 jam. TIA
mendahului stroke trombotik pada sekitar 50% sampai 75% pasien. Secara patologi stroke
dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Stroke Iskemik

Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis (terbentuknya


ateroma) dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan aterom
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian
dapat robek.

Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di bagian distal
sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya
vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung pada
pembuluh darah yang tersumbat.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf
pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang
adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viable untuk
suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat
disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel
glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat
perombakan sawar darah-otak.
Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke
mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya
(Smith et al, 2001).

2. Stroke Hemoragik

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 14


Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular
yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan
malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian
kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subarakhnoid.
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi akibat
cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak
menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara progresif dalam
beberapa menit sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak
perdarahan merupakan tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna.
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan dinding aneurisma yang
bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di luar aneurisma. Setelah pecah,
darah merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar ke seluruh otak dan medula spinalis
bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial, juga dapat melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi
saat pertama kali pecah, serta mengiritasi selaput otak.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 15


F. Pathway Stroke
Stroke Non-Hemoragik/Sistemik

DM Hiperlipidemia LDL Hiperkoagulasi


Viskositas Darah ↑ Aterosklerosis

Trombosis

P.Darah Otak Lepasnya gumpalan lemak

P. darah Sempit P.Darah Otak

↓ suplai darah
Emboli

Iskemik P. darah tersumbat

Infark

Transient Ischemic Reversible Stroke Progresif Stroke komplet


Attack (TIA) Ischemic /Evaluation (Completed
Neurological Stroke/Permanent
Deficit Stroke)
(RIND)

<24 jam >24 jam, ≠ > Gejala neurologik Kelainan


seminggu. makin lama makin neurologic
berat menetap, & ≠
berkembang lagi.
b. Berdasarkan

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 16


Stroke Sistemik/Non-Hemoragik

a. serebri anterior a. serebri media a. karotis interna Si. a. serebri Gg. Fungsi
vertebrobasilar posterior Luhur

Hemiparesis Lumpuh amaurosis fugaks Lumpuh 1-4 Koma Aphasia


kontralateral Aphasia disfasia ekstremitas Hemiparesis Alexia
(tungkai) Gangguan saraf hemiparesis refleks tendon ↑ kontra lateral. Agraphia
Lumpuh perasa pada satu kontralateral Gg koordinasi (aleksia) Acalculia
Gangguan sisi tubuh. Tremor & Kelumpuhan Right-Left
mental vertigo saraf kranialis Disorientation &
LC buang air Disfagia, ketiga. Agnosia jari
Disatria (Body Image)
Sinkop, strupor, Hemi spatial
disorientasi neglect
Diplopia, Syndrome Lobus
nistagmus, Frontal
hemianopia Amnesia
homonym, Gg Dementia
dengar, kaku
wajah, mulut,
lidah

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 17


Stroke Hemoragik (Perdarahan Intraserebral)

Hipertensi Aneurima Diskrasia darah Amiloidosis Tumor Otak Rokok


sakular serebrovaskular
Gagal ↑ TIK Nikotin
Sel plasma >>
Autoregulasi Ruptur Tertimbun
Aneurisma protein tak larut NO Rusak
Merusak p. darah

Kerusakan elastisitas p.darah Tahanan Perifer ↑

Pecah arteri
Antikoagulan
Perdarahan Intra serebral
↑ TIK
Trombositopenia

Nyeri kepala
Luka pada jar. Otak Hemophilia
berat
Mual Leukimia
Muntah
Darah di rongga Eritrosit ↓

Timbul Siang hari, subarachnoid


beraktivitas, marah ↓ Kesadaran dg cepat

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 18

Iritasi Sel. Otak


Stroke Hemoragik (Perdarahan Intraserebral)

Ruptur Aneurisma pecahnya malformasi Perdarahan Idiopatik


arteriovena atau MAV Intraserebral

Perdarahan Subarachnoid

nyeri kepala yang hebat


nyeri di leher
dan punggung
mual-muntah,
fotofobia

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 19


G. Manifestasi Klinik Stroke
1. Gejala Stroke Non Hemoragik
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:
a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
1) Buta mendadak (amaurosis fugaks)
2) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
3) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat
disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
1) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
2) Gangguan mental.
3) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
4) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
5) Bisa terjadi kejang-kejang.
c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media
1) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak di
pangkal maka lengan lebih menonjol.
2) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
3) Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
1) Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
2) Meningkatnya refleks tendon.
3) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
4) Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
5) Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
6) Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit
bicara (disatria).
7) Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
8) Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata
yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 20


daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri
kedua mata (hemianopia homonim).
9) Gangguan pendengaran.
10) Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
1) Koma
2) Hemiparesis kontra lateral.
3) Ketidakmampuan membaca (aleksia).
4) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
1) Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu,
Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran
melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang
lain tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti
pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan
lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya
kerusakan otak.
2) Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan
dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah
ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi
ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.
3) Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
4) Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah
terjadinya kerusakan otak.
5) Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat
kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang
sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering
bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari
yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).
6) Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
7) Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan
pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan
terjadinya gangguan bicara.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 21


8) Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi
virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
9) Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan.
2. Gejala Stroke Hemoragik
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala berat, mual,
muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan
gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat
emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari
setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).

G. Pengobatan Stroke
1. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial.
2. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi. Antiagregasi thrombosis seperti
aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yamg terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
3. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis
atau embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskuler.

H. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan kimia darah
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
3. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
4. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
5. CT Scan
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan
intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan subarachnoid dan perdarahan intrakranial.
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukkan daerah infrak, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
7. Ultrasonografi Doppler (USG Doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah arteri karotis (aliran darah atau timbulnya
plak) dan arteriosklerosis.
8. Elektroensefalogram (EEG).

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 22


Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
9. Sinar Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral; klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid.
10. Lumbal Pungsi
Pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor merah masih normal (xantokhrom)
sewaktu hari-hari pertama

I. Pencegahan Stroke
1. Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan
cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke
dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu,
promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat,
dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media
elektronik dan billboard.
2. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu
yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara
lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium,
infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular
aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan
beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan
susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.
3. Pencegahan Sekunder

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 23


Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini
ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis.
Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,
antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung
(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang
lain.
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit
kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap
asetosal (aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik
pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia
pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari
kelebihan berat badan dan kurang gerak.
4. Pencegahan Tertier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam
bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli
terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas social dan peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses pemulihan
secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk
mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri,
berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah
terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk melatih kemampuan
penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang
air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan
penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi
dengan orang lain.
b. Rehabilitasi Mental

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 24


Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat mempengaruhi
mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi.
Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk
menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan
melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke menghadapi
masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan
aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan
komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial.

J. Prognosis
Prognosis stroke secara umum dipengaruhi oleh tipe dan luasnya serangan serta tingkat
kesadaran dari penderita stroke. Penderita stroke dapat mengalami pemulihan yang sempurna.
Ada pula pnderita yang pulih tetapi mengalami kelemahan. Tetapi klien yang yang telah sembuh
dari sembuh juga dapat mengalami kecacatan terutama klien dengan stroke hemoragik.

K. Insiden Stroke
Stroke lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Stroke juga sering terjadi
pada usia dewasa muda samapi tua, yaitu sekitar 45-64 tahun.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 25


Asuhan Keperawatan pada Stroke | 26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

A. Pengkajian
Anamnesis pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua ), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, dan agama.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat
kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendada, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai
tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan koma.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Adanya riwayat merokok dan penggunaan
alkohol. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data besar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
Klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Bunyi napas tambahan seperti ronki. Didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri
2. Sistem Kardiovaskuler

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 27


Pemerikasan pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan ( syok hipovolemik ) yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensi ( >200 mmHg.
3. Sistem Persarafan
Terjadi perubahan dan penurunan kesadaran, Tidak mengenali tata ruang, gangguan dalam
berhitung, gangguan menulis tapi masih dapat membaca, gangguan memori. Pengkajian saraf
Kranial berupa :
a. Nervus I. Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
b. Nervus II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara
mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial sering terlihat pada klien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan
karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c. Nervus III, IV, dan VI. Stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis
di dapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
d. Nervus V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah
ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
e. Nervus VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f. Nervus VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g. Nervus IX dan X. kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
h. Nervus XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i. Nervus XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal.
Pada penyakit stroke didapatkan penilaian kekuatan otot 0 pada sisi yang sakit, serta
keseimbangan dan koordinasi mengalami gangguan karena hemiparese dan hemiplegia.
4. Sistem Pencernaan
Didapatkan adanya kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut pada
kerusakan neurologis yang luas.
5. Sistem Perkemihan
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinesia urine anuria, serta distensi abdomen
(distensi kandung kemih berlebihan, bising usus negatife ileus paralitik)
6. Sistem Muskuloskeletal

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 28


Klien akan mengalami kelemahan (hemiparesis) pada salah satu sisi tubuh, sehingga klien
mengalami kesulitan untuk beraktivitas.
7. Sistem Integumen
Pada kulit akan tampak pucat dan turgor kulit yang buruk. Selain itu, perlu juga di kaji
tanda-tanda dekubitus karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
8. Sistem Endokrin
Kemungkinan akan ditemukan peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan tiroid,
atau terjadi penurunan beberapa kadar hormone yang berkaitan dengan produksi hipotalamus dan
hopofise.
9. Sistem Imun dan Hematologi
Kemungkinan terdapat hiperlipidemia, dan kadar fibrinogen yang tinggi.

C. Diagnosa Keperawatan Stroke


1. Gangguan fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovascular.
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan
intracranial
3. Gangguan atau kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi dan perubahan membrane alveolar kapiler.
4. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

D. Intervensi Stroke

Gangguan atau kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membrane alveolar kapiler.
Kriteria hasil: setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam, gangguan pertukaran gas
teratasi, dengan kriteria:
1. Klien akan merasa nyaman.
2. Klien akan mengatakan sesak berkurang dan adapt membandingkan dengan keadaaan
sesak pada saat serangan pada waktu yang berbeda.
NIC RASIONAL
Istirahatkan klien dengan posisi semifowler Posisi semifowler membantu dalam ekspansi otot-
otot pernafasan dengan pengaruh gravitasi.
Pertahankan oksigenasi NRM 8-10/menit Oksigen sangat penting untuk reaksi yang
memelihara suplai ATP. Kekurangan oksigen pada
jaringan akan menyebabkan lintasan metabolism

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 29


yang normaldengan akibat terbentuknya asam
laktat ini akan bersama dengan asidosis
respiratorik akan menghentikan metabolisme.
Regenerasi ATP akan berhenti sehingga tidak ada
lagi sumber energy yang terisi dan terjadi
kematian.

Observasi tanda-tanda vital tiap jam atau Untuk mengetahui tanda-tanda vital klien.
melindungi respons klien.

Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan intracranial
Kriteria hasil: Setelah dilakukan intervensi Keperawatan, klien tidak menunjukkan peningkatan
TIK. Dengan kriteria hasil:
1. Klien akan mengatakan tidak sakit kepala dan merasa nyaman
2. Mencegah cedera
3. Peningkatan pengetahuan pupil membaik
NIC Rasional
Ubah posisi secara bertahap Melindungi respon klien dapat mencegah terjadinya luka
tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut
akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh
darah.
Jaga suasana tenang Memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah
ketegangan.
Kurangi cahaya ruangan Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang beresiko
terhadap peningkatan TIK.
Tinggikan kepala Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti
serebrovaskular.
Pantau tanda dan gejala peningkatan Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi
TIK dengan cara: pembukaan mata dan respon motorik. Tidak ada respon
a. Kaji respon membuka mata menunjukkan kerusakan mesenfalon.
b. Kaji respon verbal
c. Kaji respon motorik
Kaji respon pupil Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf
okulomotorius atau optikus.
Periksa pupildengan senter Saraf cranial IV mengatur dan berhubungan dengan
abduksi mata. Saraf cranial Vatau saraf trigeminus juga

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 30


mengatur pergerakan mata.
Catat muntah, mual, sakit kepala, Muntah akibat ada tekanan dari medulla.
Perubahan yang jelas, akibat pergerakan saraf,
gelisah pernafasan yang kuat, gerakan
peningkatan TIK, dan peningkatan nyeri.
yang tidak bertujuan, dan perubahan
Perubahan ini merupakan indikasi awal perubahan TIK
fungsi.
merangsang pusat muntah diotak dan mengenjan, yang
dapat mengakibatkan maneuver valsava.

Gangguan fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovascular.


Kriteria hasil: klien akan memiliki mobilitas fisik maksimal, dengan kriteria hasil:
1. Tidak ada kontraktur otot.
2. Tidak terjadi penyusutan otot.
NIC Rasional
Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf
mengobservasi setiap ekstermitas secara yang mengatur fungsi motorik dan sensorik dan
terpisah terhadap kekuatan dan gerakan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau perubahan
normal, respons terhadap rangsang. tekanan.
Lakukan latihan secara teratur dan letakkan Mencegah deformitas dan komplikasi seperti
telapak kaki klien dilantai saat duduk dikursi footdrop.
atau papan penyangga saat tidur di tempat
tidur.
Topang kaki saat mengubah posisi dengan Dapat terjadi dislokasi panngul jika meletakkan
meletakkan bantal disatu sisi saat membalikan kaki terlukai dan jatuh serta mencegah fleksi.
klien.
Lakukan latihan ditempat tidur. Lakukan Klien hemiplagia dapat belajar menggunakan
latihan kaki sebnayak 5 kali kemudian kakinya yang mengalami kelumpuhan
ditingkatkan secara perlahan sebanyak 20 kali
setiap kali latihan.
Bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur. Klien hemiplagia mempunyai
ketidakseimbangan sehingga perlu dibantu
untuk keselamatan dan keamanan

Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral.

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 31


secara efektif, dengan kriteria:
1. Klien memahami dan membutuhkan komunikasi
2. Klien menunjukkan memahami komunikasi dengan orang lain
NIC Rasional
Lakukan terapi bicara Komunikasi membantu meningkatkan
proses penyampaian dan penerimaan
bahasa.
Kolaborasi dengan ahli terapi bicara
Gunakan petunjuk terapi bicara. Klien akan
mendengar, bicara pelan, dan jelas. Gunkana
komunikasi nonverbal.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Kriteria hasil: setelah dilakukan intervensi Keperawatan nutrisi terpenuhi melindungi kebutuhan
tubuh, dengan kriteria hasil:
1. Klien mengatakan keinginan untuk makan
2. Makanan yang disediakan sesuai kebutuhan nutrisi habis
3. Berat badan dalam batas maksimal

NIC Rasional
Kaji kebiasaan makan klien Kebiasaan makan klien akan mempengaruhi
keadaan nutrisinya
Catat jumlah makanan yang dimakan Makanan yang tlah disediakan disesuaikan
dengan kebutuhan klien
Kolaborasi dengan tim gizidan dokter untuk Pemberian makanan pada klien disesuaikan
pemantauan kalori. dengan kebutuhan nutrisi dan diagnosis
penyakit.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mencapai peningkatan mobilisasi
a. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
b. Berpartisipasi dalam program latihan
c. Mencapai keseimbangan saat duduk
d. Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya fungsi pada sisi
yang hemiplegia

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 32


2. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif
a. Mendukung program latihan
b. Turut aktif dalam proses rehabilitasi

Asuhan Keperawatan pada Stroke | 33

Anda mungkin juga menyukai