Anda di halaman 1dari 36

2.1.

2 Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan

A. Aspek pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antopometri,

pengukuran antopometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang

badan), lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lingkar dada (Saputri, 2014).

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan

digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik,

sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan

otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental,

apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan

cairan serebrospinal. (Hidayat, 2011). Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata

adalah 44 cm (Angelina, 2014).

B. Aspek Perkembangan

1. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi aktivitas

otot-otot besar seperti gerakan lengan, duduk, berdiri, berjalan dan

sebagainya (Saputri, 2014).

Universitas Sumatera

Utara
10

2. Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang

melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan

koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki

kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki menggambar dua tau tiga

bagian, menggambar orang, melambaikan tangan dan sebagainya (Saputri,

2014).

3. Bahasa (Languange) adalah kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan, berkomunikasi

(Hidayat, 2011 )

4. Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri (makan sendiri, membereskan mainan selesai

bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya ( Rusmil, 2008).

2.1.3 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda,

namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara stimulant.

Pertumbuhan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan

perkembangan anak. (Nursalam, 2006).

Adapun ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak menurut

Soetjiningsih (2013) adalah :


A. Ciri pertumbuhan

Pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa perubahan yaitu : (a) Perubahan

ukuran, terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya umur anak

Universitas Sumatera

Utara
11

terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain.

(b) Proporsi tubuh, perubahan proporsi tubuh sesuai dengan bertambahnya umur

anak, proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh

anak ataupun orang dewasa. (c) Hilangnya ciri-ciri lama, selama proses

pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan seperti menghilangnya

kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif. (d)

Timbul ciri-ciri baru, dikarenakan pematangan fungsi-fungsi organ, seperti

tumbuh gigi permanen.

B. Ciri perkembangan

Perkembangan melibatkan perubahan, yaitu terjadi bersamaan dengan

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya, perkembangan sistem

reproduksi disertai dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan

ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,

berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan

suatuorgan tubuh tertentu. Perkembangan awal menentukan perkembangan

selanjutnya. Seseorang tidak akan melewati satu tahap perkembangan sebelum dia

melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan

sebelum dia berdiri. Karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis karena

akan menentukan perkembangan selanjutnya. Perkembangan juga memiliki tahap


yang berurutan, tahap ini di lalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan, dan tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik. Misalnya, anak

lebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan, mampu membuat lingkaran

sebelum mampu mampu membuat gambar kotak, dan lain-lain.

Universitas Sumatera

Utara
12

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa dipengaruhi

oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-

psikososial, yang bisa menghambat atau mengoptimalkan tumbuh kembang anak

(Soetjiningsih, 2013). Menurut Riyadi (2009) setiap orang tua akan mengharapkan

anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan

tertentu. Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan anak

yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi

oleh banyak faktor. (Nursalam, 2008).

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

A. Faktor dari dalam (internal)

Faktor dari dalam dapat dilihat dari faktor genetik dan hormonal, faktor

genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat

seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang, yaitu : perbedaan ras. Etnis atau bangsa, keluarga, umur

jenis kelamin dan kelainan kromosom. Kemudian pengaruh hormonal, dimana

sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin beumur 4 bulan. Pada saat itu,

terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah


hormon pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain

itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk

metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak (Soetjiningsih, 2013).

Universitas Sumatera

Utara
13

B. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor dari luar dapat dilihat dari : (a) faktor prenatal, antara lain gizi,

mekanis, toksin/zat kimia, endoktrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi,

anoksiembrio dan psikologi ibu. (b) faktor persalinan, yaitu komplikasi persalinan

pada bayi seperti trauma kepala, afaksia dapat menyebabkan kerusakn jaringan

otak. (c) Faktor pasca salin, yaitu gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,

lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan

pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Rusmil 2008).

2.1.5 Tahap tumbuh kembang Anak

A. Pertumbuhan

1) Berat badan

Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan

menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala anak.

Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-250

gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh National


Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali

lipat dari berat lahir pada anak usia 4-7 bulan (Wong, 2008). Berat badan lahir

normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram dikatakan

bayi memiliki berat lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih dari 3.500 gram

dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk

mengukur pertumbuhan fisik dan status gizi diperhaatikan (Susilowati 2008,

dalam Rif’atunnisa, 2014).

Universitas Sumatera

Utara
14

2) Panjang badan

Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan

ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang badan digunakan untuk

menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang

baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan

terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas

(Nursalam, 2008). Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat

mudah untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang

bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang ditentukan

oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan mengalami

penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya (Wong, 2008).

Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu

hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun

(Nursalam, 2008).

3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak

Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan


perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti

perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak

maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada

diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai

standar (Chamidah, 2009). Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah 34-35

cm dan lingkar kepala ini lebih besar daripada lingkar dada. Pada anak umur 6

bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm,

Universitas Sumatera

Utara
15

dan dewasa 54 cm. Jadi, pertambaha lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah

10 cm, atau sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa

terjadi 6 bulan pertama kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).

B. Perkembangan

1) Perkembangan motorik kasar, aspek perkembangan lokomosi (gerakan)

dan postur (posisi tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi didudukkan di lantai, bayi

bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi punggung masih membungkuk, bayi

mampu berguling sebagai aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda

dengan jarak dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi muncul lebih

dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu berguling dari posisi

terlentang.

2) Perkembangan motorik halus, kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh

matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik, fungsi visual

yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal. Pada usia 6 bulan bayi mampu

memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya, bayi juga mampu meraih

dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai gerakan simultan pada tangan

yang lain, bayi juga mampu memasukkan balok ke dalam gelas tapi tidak bisa

mengambil kembali

3) Perkembangan bahasa, kemampuan untuk memberikan respons terhadap

suara, mulai mengenal kata-kata “da da, pa pa, ma ma”.


4) Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan

(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial dan gaya

berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh gaya orangtua dan

Universitas Sumatera

Utara
16

lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman disekitar orang-orang akrab dan

timbul kecemasan di sekitar orang asing. Pada usia ini bayi senang bermain

dengan bayi lainnya, dan sekali- kali ia akan tersenyum dan meniru suara masing-

masing, diusia ini bayi mulai mengenali orang tua.

2.1.6 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan

A. Gangguan pertumbuhan fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas

normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan berat badan

menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Menurut Soetjaningsih (2003, dalam

Abdul Rajab, 2013) bila grafik berat badan naik lebih dari 120% kemungkinan

anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan apabila grafik berat

badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita

penyakit kronis atau atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah

satu parameter yang penting. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala

termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal

dapat dijumpai pada anak yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak.

Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak

menderita retardasi mental, malnutrisi kronis.


B. Gangguan perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.

Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot

atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami

keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,

Universitas Sumatera

Utara
17

atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat

menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Namun tidak selamanya

gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor

lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan

perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti

sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan

dalam mencapai kemampuan motorik (Nur, 2009 dalam Rajab, 2013)

C. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem perkembangan

anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis,

emosional dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada

anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan

pendengaran, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang

terlambat. Selain itu, gangguan perkembangan bicara dapat juga disebabkan oleh

kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral pasli ( Nur, 2009 dalam Rajab,

2013).

D. Gangguan suasana hati (mood disoders)

Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai


dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu

makan terganggu. (Rajab, 2013).

E. Gangguan pervasif dan psikosis pada anak

Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan

perilaku dan interaksi sosial). Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku,

Universitas Sumatera

Utara
18

perilaku yang terbatas dan diulang-ulang, obsesif), childhood disentegrative

disorders. (Rajab, 2013).

2.2 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak

A. Antopometri

Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran

fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan

pita pengukur (meteran). (Nursalam, 2008). Pada penentuan keadaan pertumbuhan

fisik anak perlu dilakukan pemeriksaan antopometri dan pertumbuhan fisik.

Pengukuran antropometri untuk emantau tumbuh kembang anak adalah berat

badan, badan panjang, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.

B. Indeks antopometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu atau

lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, TB/U (Tinggi Badan

terhadap Umur) dan BB/U (Berat Badan terhadap Umur).

C. Interpretasi indeks antropometri gizi


Interpretasi indeks antropometri gizi memerlukan ambang batas. Ambang

batas dapat disajikan kedalam tiga cara, yaitu persen terhadap median, persentil,

dan standar deviasi unit. WHO menyarankan menggunakan standar deviasi unit

untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar Deviasi Unit (SD) disebut

juga Z-skor.

Rumus perhitungan Z- Score adalah:

Z-Score = Nilai Individu Subjek – nilai media baku rujukan

Nilai simpang baku rujukan

Universitas Sumatera

Utara
19

Hasil seorang penemu pakar gizi Indonesia Mei 2000 di Semarang, standar

baku antropometri yang digunakan secara nasional dipakai menggunakan standar

baku WHO-NHCS 1983. Berdasarkan Kepmenkes RI

Nomor:920/Menkes/SK/VII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak (Susilowati,

2008).

2.3 Konsep ASI Eksklusif

2.3.1 Defenisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bernutrisi bernergi tinggi yang mudah

untuk dicerna yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses

laktasi (Munasir, 2008). ASI merupakan makanan cair yang secara khusus

diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang

dibutuhkan. Untuk pertumbuhan dan perkembangan disamping memenuhi

kebutuhan bayi akan energi. Hanya dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain,

bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan (Moehji,

2008).

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu pada bayi tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan

makanan padat sampai dengan usia 6 bulan (Depkes RI, 2010). Pemberian ASI

yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi

hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau mainuman lain termasuk air
putih (Matondang,dkk, 2008). ASI eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI

saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain.

ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Yanti, 2011).

Universitas Sumatera

Utara
20

2.3.2 Kandungan Nutrisi ASI

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah karbohidrat, protein,

lemak, mineral, air dan vitamin. Zat karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa

yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh

kembang bayi. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium

yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk

proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang (Purwanti, 2004). ASI juga

terdiri dari 88% air yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat

didalamnya. ASI sebagai sumber air yang relatif tinggi dapat meredakan

rangsangan haus dari bayi. Vitamin yang terdapat dalam ASI cukup lengkap yaitu

terdiri dari vitamin A, D, C, sedangkan golongan vitamin B selain riboflavin dan

asam panthothenik kandungannya masih kurang (Soedjiningsih, 2013).

2.3.3 Manfaat ASI eksklusif

A. Manfaat ASI bagi bayi

Menurut Damayanti (2010) manfaat ASI bagi bayi yaitu ASI sebagai

nutrisi, yang merupakan sumber gizi yang sangat ideal bagi bayi karena komposisi

ASI seimbang dan sesuai dengan pertumbuhan kebutuhan bayi, ASI juga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh , meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan

jalinan kasih sayang.

Manfaat ASI eksklusif yang penting yaitu meningkatkan jalinan kasih

sayang antara bayi dan ibunya, bayi juga akan merasa aman dan tenteram,

terutama bayi dapat mendengar detak jantung ibunya yang dikenal sejak dalam

kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

Universitas Sumatera

Utara
21

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan

dasar spiritual yang baik. (Roesli, 2004).

B. Manfaat ASI bagi ibu

Sebagai proteksi kesehatan ibu, Oksitoksin yang dilepaskan selama

menyusui memba ntu uterus kembali keukuran sebelumnya dan membantu

mengurangi perdarahan postpartum. Menyusui juga mengurangi risiko kanker

payudara dan ovarium ibu. Selama enam bulan pertama setelah kelahiran, jika

seorang wanita amenorik dan sepenuhnya menyusui bayinya, ia memiliki proteksi

98% terhadap kehamilan lainnya. Semakin lama durasi menyusui, semakin lama

durasi dari amenorea postpartum, yang mengarah pada interval kelahiran yang

lebih panjang.

2.3.4 Waktu pemberian ASI

Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali

dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk memberikan

ASInya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama

sesudah lahir, bebrapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI

pada bayi setiap atau sesudah empat jam, yang paling baik adalah

membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian

besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.


Bayi sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal, atau menurut

kemauan bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus

memberikan ASI kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena penyebab

lainnya (bayi buang air kecil, dan lain-lain) atau ibu sudah merasa perlu menyusui

Universitas Sumatera

Utara
22

bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit

dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu dua jam. Menyusui yang

dijadwalkan akan berakibat kurang baik bagi bayi, karena isapan sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Menyususi dengan tidak

terjadwal atau sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang

berpotensi muncul.

2.3.5 Masalah pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan mkenyebabkan kekurangan

jumlah sel otak sebanyak 15-20%, sehingga dapat menghambat perkembangan

bayi (Griselia, 2014). Ada beberapa masalah menyusi terkait dengan ibu yaitu :

1) Pembengkakan payudara

Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon

laktasi dan adanya air susu. Payudara membengkak dan menekan saluran air susu,

sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila.

Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang

diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan, sehingga sejumlah

air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat aerola menjadi lunak.

(Bobak, 2005 dalam Grisela, 2014) .

2) Puting yang luka


Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang

luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan

menghindari pembengkakan sebelum ini terjadi. (Bobak, 2005 dalam Griselia,

2014).

Universitas Sumatera

Utara
23

3) Masalah pada bayi

Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, salah satu

diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. Kelainan

sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak

dapat menghisap dengan baik. (Rajab, 2013).

2.3.6 Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang bayi

Bayi mengalami proses tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah gizi. Unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan

pemberian ASI, bahkan sampai umur enam bulan sesuai rekomendasi WHO tahun

2001 diberikan ASI eksklusif (Fitri DI, dkk, 2014). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif umumnya akan mengalami pertumbuhan yang pesat pada umur 2-3

bulan, namun lebih lambat dibandingkan bayi yang mendapat ASI non eksklusif.

Hasil penelitian retrospektif di Baltimore-Washington DC bahwa dalam kondisi

yang optimal, ASI eksklusif mendukung pertumbuhan bay i selama enam bulan

pertama sehingga status gizi mencapai normal (Fitri DI, dkk, 2014).

Tyas dkk (2013) menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara

pemberian ASI eksklusifdan ASI non eksklusif dengan pertumbuhan berat badan

pada bayi 0-6 bulan. Pemberian ASI Non Eksklusif meningkatkan pertumbuhan
berat badan yang tidak baik 15 kali lipat daripada bayi yang mendapat ASI

eksklusif.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Karanganyar tahun 2010

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan

perkembangan bayi. Selain itu, dalam hal kognitif, bayi yang mendapat ASI

Universitas Sumatera

Utara
24

eksklusif memiliki aspek kognitif yang lebih baik daripada yang tidak mendapat

ASI eksklusif. Ini ditunjukkan oleh Novita dkk (2007) dilingkungan Puskesmas

Cigondewah Bandung, yang menyimpulkan bahwa aspek kognitif pada bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan

bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata IQ bayi ASI eksklusif 128,3

dengan rentang IQ 112-142 sedangkan bayi ASI non eksklusif rata-rata 114,4

dengan rentang IQ 82-137.

Namun, sebuah studi analitik dengan desain cross sectional dilakukan

untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur

enam bulan di Puskesmas Nanggalo, Padang. Pertumbuhan dinilai melalui status

gizi dan perkembangan melalui Tes Denver II, dengan jumlah sampel 50 bayi.

Hasil penelitian menunjukkan penelitian ASI eksklusif masih rendah (30%)

dibandingkan ASI non eksklusif (70%). Bayi ASI eksklusif berpeluang mengalami

pertumbuhan normal 1,62 kali lebih besar dibandingkan bayi ASI non eksklusif

dan perkembangan sesuai umur 5,474 kali lebih besar dibandingkan bayi ASI non

eksklusif. Namun, diperoleh hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan bayi

tapi tidak dengan perkembangan bayi. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur

enam bulan di Puskesmas Nanggalo kota Padang. (Fitri DI, dkk, 2014)
Hubungan pemberian ASI tidak signifikan dengan pertumbuhan bayi

kemungkinan disebabkan oleh kuantitas dan kualitas ASI yang diberikan ibu yang

masih kurang dan belum memenuhi kebutuhan bayi sehingga penambahan berat

Universitas Sumatera

Utara
25

badan dan panjang badan bayi menjadi tidak optimal. Selain itu faktor gizi pada

ibu saat hamil dan menyusui, cara menyusui yang belum tepat dan benar sehingga

produksi ASI tidak sempurna. (Fitri DI, dkk, 2014)

Hubungan pemberian ASI yang tidak signifikan dengan perkembangan

bayi mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh lain seperti kualitas dan kuantitas

ASI yang belum tercapai dengan baik sehingga mempengaruhi pertumbuhan otak

bayi dan berdampak pada terlambatnya perkembangan bayi. Selain itu faktor

lingkungan, stimulasi, dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses

perkembangan. (Fitri DI, dkk, 2014).

2.4 Konsep Susu Formula

2.4.1 Defenisi

Menurut Roesli (2004) susu formula adalah cairan yang berisi zat yang

mati didalamnya, tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh

bakteri, antibodi, serta tidak mengandung enzim maupun hormon yang

mengandung faktor pertumbuhan. Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk

dengan formula tertentu yang diberikan kepada bayi dan berfungsi sebagai

pengganti ASI. Susu formula memiliki peranan penting dalam makanan bayi

karena seringkali digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi bayi (Pudjiadi,

2002). Menurut WHO (2004) susu formula adalah susu yang sesuai dan bisa
diterima sistem tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan

saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Gangguan

lainnya seperti batuk, sesak, dan gangguan kulit.

Universitas Sumatera

Utara
26

2.4.2 Susu Formula pengganti ASI

Menurut Pudjiadi dalam Togatorop (2007), susu formula dapat diberikan

kepada bayi sebagai pelengkap atau pengganti ASI dalam keadaan seperti : (a) Air

susu ibu tidak keluar sama sekali, sehingga satu-satunya makanan yang dapat

diberikan sebagai pengganti ASI adalah susu formula, (b) Kondisi ibu yang

dilarang dokter untuk menyusui, baik untuk kepentingan ibu maupun bayi, (c)

Bay dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan bereaksi jelek jika

bayi tersebut mendapat ASI, (d) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau bayi asih

memerlukan ASI, (e) Ibu sedang dirawat dirumah sakit dan dipisahkan dari

bayinya.
Universitas Sumatera

Utara

Anda mungkin juga menyukai