21 80 1 PB PDF
21 80 1 PB PDF
Pranowo Sidi
Staf Pengajar Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ITS
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Sukolilo, Keputih, Surabaya 60111
Telp. 031-5947186, Fax.031- 5925524
Email: pransidi@telkom.net
Abstrak
Pada proses pengelasan busur gas (MIG= Metal Inner Gas) sering terjadi distorsi sudut yang dapat
memberikan gangguan terhadap dimensi. Selain itu, kedalaman penetrasi yang berlebihan akan
mengakibatkan kekuatan hasil las menjadi berkurang. Permasalahannnya adalah bagaimana mengatur
variabel proses pengelasan agar distorsi sudut dan kedalaman penetrasi dapat diminimalkan.Untuk
melakukan optimasi proses terlebih dahulu ditentukan hubungan antara distorsi sudut dan kedalaman
penetrasi dengan variabel proses pengelasan kuat arus, kecepatan pengelasan dan panjang pelat; dengan
menggunakan metode permukaan respon. Model hubungan tersebut didapatkan dari eksperimen yang
dilakukan berdasarkan rancangan Central Composite Design (CCD). Proses optimasi dilakukan dengan
metode non-linier programming, dimana sebagai respon primer adalah distorsi sudut dan sebagai respon
sekunder adalah kedalaman penetrasi. Melalui penelitian ini didapatkan model empiris polinomial orde
kedua dari distorsi sudut dan kedalaman penetrasi. Optimasi dengan teknik non-liniear programming
menghasilkan distorsi sudut minimum 0.139 [radian] pada kedalaman penetrasi 2.77 [mm]. Kedua nilai
tersebut diperoleh dengan setting variabel proses pengelasan panjang pelat 355.75 [mm], kuat arus 30
[Ampere], kecepatan pengelasan 30 [cm/menit].
Kata kunci: MIG, distorsi sudut, kedalaman penetrasi, CCD, panjang pelat, kuat arus dan
kecepatan pengelasan.
10
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
Gambar 1. Mesin las GMAW dan skema mesin las GMAW (GMAW Welding Guide)
11
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
c. Panjang Pengelasan
Merupakan fungsi waktu dari proses
pengelasan. Semakin panjang pengelasan
yang dilakukan maka waktu yang
Gambar 2. Skema distribusi temperatur pada dibutuhkan semakin lama untuk kecepatan
saat pengelasan. pengelasan yang sama. Karena waktu yang
dibutuhkan saat proses pengelasan yang
Daerah Las dilakukan lebih lama, maka panas yang
diserap oleh logam induk juga lebih banyak
Pada proses penyambungan logam dengan sehingga kemungkinan distorsi yang terjadi
menggunakan mesin las akan dijumpai daerah- semakin besar.
daerah atau bagian-bagian dari sambungan las
yang biasanya disebut daerah las. Daerah las Distorsi
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Menurut Kou (2005) [4], karena adanya
a. Logam las (weld metal) penyusutan pembekuan dan kontraksi termal
b. Garis penggambungan (fusion line) dari logam las selama proses pengelasan, benda
c. Daerah pangaruh panas (HAZ, Heat Affected kerja akan mempunyai kecenderungan untuk
Zone) menyimpang yang menyebabkan terjadinya
12
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
distorsi. Benda kerja yang dilas dapat menyusut Kedalaman penetrasi dipengaruhi oleh input
dalam arah melintang (transvere shrinkage) dan panas, yaitu kuat arus, kecepatan pengelasan dan
dapat juga dalam arah memanjang (longitudinal tegangan. Gambar 5, menunjukkan ilustrasi
shrinkage), yaitu serarah dengan proses pengukuran kedalaman penetrasi.
pengelasan. Perubahan bentuk dalam arah Kedalam an penetrasi
menyudut disebabkan adanya perbedaan
temperatur permukaan yang dilas dengan
permukaan sebaliknya. Gambar 3
menggambarkan beberapa jenis distorsi akibat
pengelasan.
Penetrasi
13
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
Prosedur Penelitian
a.Persiapan Percobaan
b.Pembuatan alur las
c.Penekukan/pengerolan
d.Pengelasan
e.Pengambilan/pembuatan spesimen
YDS = 0.000673 * X 1 -
0.438504 - 0.00131* X 2
2
0.000002 * (
0.002645 * X 3 +
- X1 )
2
0.000385 * (
- X2)
-0.000003 * (
X1 * X 2 )
0.000055 * X 2 * X 3
+
14
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
Untuk mendapatkan nilai minimum distorsi Tabel 5. Analisa Regresi Kedalaman Penetrasi
sudut, maka model yang diperoleh (persamaan
Estimated Regressiopn Coefificients for kedalaman penetrasi
2) kemudian dilakukan optimasi dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak LINGO
P re dic t o r C o ef P
8. Gambar 7 dan Gambar 8 adalah menunjukkan
cara dan hasil proses optimasi distorsi sudut. Co nstant 6.46686 0.101
P anjang P elat (X1) [mm] -0.01367 0.030
Kuat A rus (X2) [A ] 0.00743 0.629
Kecepatan P engelasan (X3) [cm/mnt] -0.12525 0.385
(X1) *(X1) 0.00002 0.035
(X2) *(X2) -0.00005 0.049
(X3) *(X3) -0.00610 0.017
(X2) *(X3) 0.00122 0.001
To tal 19 6.58049
15
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
YKP = 0.01367 * X 1 +
6.46686 - 0,00743 * X 2
2
0,00002 * (
0,12525 * X 3 +
- X1 )+ (3)
2 2
0,00005 * (
- X2) -0,00610 * (
X3)
0,00122 * X 2 * X 3
+
YKP =
6.46686 -
0.01367 * 355,75 +
0,00743 * 250
2
- 0,00002 * (
0,12525 * 30 + 355.75)
+
2 2
0,00005 * (
- 250 )
-0,00610 * (
30 )
+
0,00122 * 250 * 30
=
2.769919
Gambar 10. Model kedalaman penetrasi dengan
rentang percobaan parameter.
Dari hasil perhitungan didapatkan besarnya
kedalaman penetrasi adalah 2,77 [mm].
16
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741
Dari hasil pengolahan dan analisis data proses [1] Anggono, Juliana, dkk (1999),
pengelasan butt-joint dengan menggunakan Pengaruh Besar Input Panas
mesin las MIG, dapat disimpulkan bahwa: Pengelasan SMAW Terhadap Distorsi
1. Dari ketiga variabel proses, yang paling Angular Sambungan T B a j a L u n a k
besar pengaruhnya adalah panjang pelat SS400, , Jurnal Jurusan Teknik
diikuti kecepatan pengelasan dan yang Mesin, Fakultas Teknik Industri,
paling kecil pengaruhnya kuat arus. Universitas Kristen Petra, Surabaya,
2. Model hubungan antara variabel bebas tebal Vol 1, No. 1 http://www.petra.ac.id/
pelat, kuat arus dan kecepatan pengelasan ~puslit/journals/
terhadap distorsi sudut dinyatakan dengan [2] Iriawan, Nur, Astuti, Septin Puji,
persamaan 2 (2006), Mengolah Data Statistik
3. Model hubungan antara variabel bebas tebal dengan Mudah Menggunakan
pelat, kuat arus dan kecepatan pengelasan MINITAB 14, Andi, Yogyakarta.
terhadap kedalaman penetrasi dinyatakan [3] Montgomery, D.C., (1984), Design And
dengan persamaan 3. Analysis Of Experiment, Jhon Willey
4. Nilai distorsi sudut terkecil sebesar 0,139 and Sons.
[radian] dan kedalaman penetrasi 2.77 [4] Kou, Sindho, (2003), Welding
[mm] dapat dicapai dengan variabel Metalurgy, second edition, Published
pengelasan yang menggunakan panjang by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken,
pelat 355.75 [mm], dengan kuat arus New Jersey.Published Simultaneously
sebesar 250 [A] dan kecepatan pengelasan in Canada.
sebesar 30 [cm/menit]. [5] Wiryosumarto, Harsono dan Toshie
O k u m u r a , ( 2 0 0 0 ) , Te k n o l o g i
Pengelasan Logam, Jakarta, PT.
Pradnya Paramita.
17