Anda di halaman 1dari 8

Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.

1, 10-17 ISSN : 1411-0741

ANALISA PENGARUH PROSES PENGELASAN MIG


TERHADAP DISTORSI SUDUT DAN KEDALAMAN PENETRASI PADA
SAMBUNGAN BUTT-JOINT

Pranowo Sidi
Staf Pengajar Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ITS
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Sukolilo, Keputih, Surabaya 60111
Telp. 031-5947186, Fax.031- 5925524
Email: pransidi@telkom.net

Abstrak

Pada proses pengelasan busur gas (MIG= Metal Inner Gas) sering terjadi distorsi sudut yang dapat
memberikan gangguan terhadap dimensi. Selain itu, kedalaman penetrasi yang berlebihan akan
mengakibatkan kekuatan hasil las menjadi berkurang. Permasalahannnya adalah bagaimana mengatur
variabel proses pengelasan agar distorsi sudut dan kedalaman penetrasi dapat diminimalkan.Untuk
melakukan optimasi proses terlebih dahulu ditentukan hubungan antara distorsi sudut dan kedalaman
penetrasi dengan variabel proses pengelasan kuat arus, kecepatan pengelasan dan panjang pelat; dengan
menggunakan metode permukaan respon. Model hubungan tersebut didapatkan dari eksperimen yang
dilakukan berdasarkan rancangan Central Composite Design (CCD). Proses optimasi dilakukan dengan
metode non-linier programming, dimana sebagai respon primer adalah distorsi sudut dan sebagai respon
sekunder adalah kedalaman penetrasi. Melalui penelitian ini didapatkan model empiris polinomial orde
kedua dari distorsi sudut dan kedalaman penetrasi. Optimasi dengan teknik non-liniear programming
menghasilkan distorsi sudut minimum 0.139 [radian] pada kedalaman penetrasi 2.77 [mm]. Kedua nilai
tersebut diperoleh dengan setting variabel proses pengelasan panjang pelat 355.75 [mm], kuat arus 30
[Ampere], kecepatan pengelasan 30 [cm/menit].

Kata kunci: MIG, distorsi sudut, kedalaman penetrasi, CCD, panjang pelat, kuat arus dan
kecepatan pengelasan.

1. PENDAHULUAN berpengaruh atas besarnya distorsi. Penelitian


ini dilakukan terhadap sambungan T pada proses
Proses pengelasan adalah penyambungan SMAW. Oleh sebab itu perlu dilakukan
dengan pemasanasan lokal dengan kecepatan penelitian terhadap distorsi sudut dan kedalaman
yang relatif singkat/cepat. Akibat pemanasan ini penetrasi pada sambungan butt-joint dengan
terjadi pertumbuhan butir, peregangan dan proses las MIG yang sekarang banyak
penyusutan logam dengan cepat dan tidak digunakan.
seragam, yang selanjutnya mengakibatkan
perubahan bentuk dan dimensi (distorsi). Tujuan Penelitian
Pengelasan telah banyak digunakan dalam dunia Penelitian dilaksanakan dengan tujuan
perindustrian, termasuk industri perkapalan, untuk mendapatkan model hubungan antara
kereta api, pembuatan bejana tekan dan masih parameter proses terhadap distorsi sudut dan
banyak lagi. Untuk menjamin kesesuaian ukuran kedalaman penetrasi. Selain itu untuk
maka untuk setiap proses proses pengelasan mengetahui pengaruh masing-masing parameter
digunakan jig and fixture untuk mencegah proses pengelasan terhadap distorsi sudut dan
perubahan bentuk. kedalaman penetrasi. Selanjutnya dapat
Beberapa peneliti telah mempelajari proses diperkirakan parameter mana yang harus lebih
pengelasan terutama yang berhubungan dengan dicermati dalam pemilihannya, sehingga distori
parameter pengelasan. Anggono (1999), dalam yang terjadi pada proses pengelasan selanjutnya
artikelnya menjelaskan bahwa kecepatan dapat diminimumkan.
pengelasan (í) dan besar arus listrik las (I)

10
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

Batasan dan Asumsi dalam pembuatan pressure vessel, pembuatan


Karena luasnya permasalahan, maka dalam kapal baja, perkeretapian, dan masih banyak
pembahasan ini diambil beberapa batasan, yaitu: lagi.
? Material yang digunakan adalah Pelat Baja
Grade A; Las Metal Innert Gas (MIG)
? Efek akibat proses pemotongan dan Las MIG lebih dikenal sebagai mesin las busur
penyiapan spesimen/benda uji diabaikan; gas, sehingga dapat disebut juga GMAW (Gas
? Material benda uji dianggap rata dan Metal Arc Welding) yaitu
memiliki struktur yang homogen; Suatu proses pengelasan busur listrik. Pada las
? Jenis elektrode yang digunakan dalam MIG kawat las pengisi yang juga berfungsi
penelitian ini adalah jenis AWS A/SFA sebagai elektrode yang diumpankan secara
5.18:ER70S-6, dengan diameter 1,2 [mm]. kontinyu. Kawat las yang digunakan biasanya
(ESSAB); berupa kawat yang digulung dalam gulungan
? Tidak dilakukan pengukuran tegangan sisa besar. Kawat las diumpankan melalui pemegang
yang terjadi akibat pengelasan; elektrode (torch) dari mekanisme pengumpan
? Kekuatan hasil proses pengelasan tidak kawat (wire feeder), selanjutnya kawat las bila
diukur; mengenai benda kerja akan bereaksi
? Tidak menguji struktur mikro; menghasilkan poros busur listrik yang
? Semua alat uji yang digunakan dianggap diselubungi oleh gas.
bekerja dengan baik. Pada proses pengelasan MIG gas pelindung yang
dihembuskan melalui torch berfungsi untuk
Persiapan dan Rancangan Percobaan melindungi busur, kawat las, logam lasan dan
a Pelat Baja Grade A, ketebalan 12 [mm], logam induk dari kontaminasi udara. Gas
dipotong menjadi benda uji berukuran 100 pelindung yang digunakan pada proses
x 200 [mm], 100 x 300 [mm] dan 100 x 400 pengelasan MIG umumnya adalah gas helium
[mm]. (He), gas Argon (Ar), gas karbondioksida (CO2)
b Pengujian awal sebelum dilakukan atau campuran dari keduanya Saat ini las MIG
pengelasan. banyak sekali digunakan dalam praktek,
c Pembuatan alur V. terutama untuk pengelasan baja dan logam-
d Pengelasan MIG dengan kuat arus 200, 250 logam baja yang tidak dapat dilas dengan cara
dan 300 [Amper]. lain. Berdasarkan fungsi elektrodanya tersebut
e Pengambilan data maka las MIG tergolong pengelasan dengan
elektroda terumpan, dimana elektroda selain
2. TINJAUAN PUSTAKA berfungsi sebagai pembangkit busur (arc) juga
Proses pengelasan telah banyak digunakan berfungsi sebagai logam pengisi (filler metal).
dalam berbagai konstruksi bangunan seperti Gambar 1 menunjukkan Mesin las GMAW
beserta skemanya.

Gambar 1. Mesin las GMAW dan skema mesin las GMAW (GMAW Welding Guide)

11
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

Metalurgi Pengelasan d. Logam induk (parent metal)

Pada saat peleburan logam las akibat busur Parameter Pengelasan


listrik, terjadi aliran panas yang merambat ke
logam induk. Panas tersebut menyebabkan Dalam proses pengelasan ada banyak parameter
terjadinya siklus termal pada logam induk. pengelasan, dimana tiap-tiap parameter
Temperatur pemanasan mulai dari temperatur mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap
terendah yakni pada jarak yang paling jauh dari hasil pengelasan. Beberapa parameter tersebut
garis lebur, sampai pada temperatur tertinggi anatara lain:
pada cairan logam di garis lebur. Sementara itu
pada saat pendinginan, tingkat pendinginan yang a. Kuat Arus
berbeda dialami oleh tiap titik pada logam induk. Berpengaruh langsung pada penetrasi
Akibat pemanasan dan pendinginan tersebut, logam las, bentuk manik, lebar HAZ dan
maka daerah di sekitar logam las akan dilusi. Semakin besar arus las dapat
mengalami perubahan struktur mikro yang memperdalam penetrasi logam las dan juga
selanjutnya lebih di kenal sebagai HAZ (heat memperlebar HAZ, demikian sebaliknya.
affected zone). Perubahan ini tergantung pada Besarnya kuat arus listrik pada proses
beberapa faktor antara lain: pengelasan tergantung dari jenis logam
a. Temperatur Puncak Yang Dicapai Setiap induk, dimensi dan diameter elektrode.
Posisi
b. Kecepatan Pendinginan b. Kecepatan Pengelasan
c. dan lain sebagainya Makin tinggi kecepatan pengelasan
biasanya dipengaruhi oleh tingginya arus
Gambar 2, menunjukkan skema distribusi pengelasan. Untuk mencairkan ujung
temperatur pada proses pengelasan elektrode/kawat las diperlukan energi panas
yang cukup. Apabila energi panas yang
diberikan lebih dari cukup misalnya dengan
memberikan arus yang lebih tinggi, maka
proses pencairan ujung elektrode (feeding
rate) berlangsung cepat. Kecepatan
pencairan elektrode yang tidak diimbangi
dengan kecepatan pengelasan akan
menyebabkan penumpukancairan logam
las di permukaan logam induk.

c. Panjang Pengelasan
Merupakan fungsi waktu dari proses
pengelasan. Semakin panjang pengelasan
yang dilakukan maka waktu yang
Gambar 2. Skema distribusi temperatur pada dibutuhkan semakin lama untuk kecepatan
saat pengelasan. pengelasan yang sama. Karena waktu yang
dibutuhkan saat proses pengelasan yang
Daerah Las dilakukan lebih lama, maka panas yang
diserap oleh logam induk juga lebih banyak
Pada proses penyambungan logam dengan sehingga kemungkinan distorsi yang terjadi
menggunakan mesin las akan dijumpai daerah- semakin besar.
daerah atau bagian-bagian dari sambungan las
yang biasanya disebut daerah las. Daerah las Distorsi
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Menurut Kou (2005) [4], karena adanya
a. Logam las (weld metal) penyusutan pembekuan dan kontraksi termal
b. Garis penggambungan (fusion line) dari logam las selama proses pengelasan, benda
c. Daerah pangaruh panas (HAZ, Heat Affected kerja akan mempunyai kecenderungan untuk
Zone) menyimpang yang menyebabkan terjadinya

12
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

distorsi. Benda kerja yang dilas dapat menyusut Kedalaman penetrasi dipengaruhi oleh input
dalam arah melintang (transvere shrinkage) dan panas, yaitu kuat arus, kecepatan pengelasan dan
dapat juga dalam arah memanjang (longitudinal tegangan. Gambar 5, menunjukkan ilustrasi
shrinkage), yaitu serarah dengan proses pengukuran kedalaman penetrasi.
pengelasan. Perubahan bentuk dalam arah Kedalam an penetrasi
menyudut disebabkan adanya perbedaan
temperatur permukaan yang dilas dengan
permukaan sebaliknya. Gambar 3
menggambarkan beberapa jenis distorsi akibat
pengelasan.

Gambar 5. Pengukuran kedalaman penetrasi

Rancangan Eksperimen dan Optimasi


Rancangan eksperimen bertujuan untuk
memperoleh atau mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang diperlukan dalam
melakukan penelitian atau persoalan yang
dibahas. Rancangan sebaiknya dibuat
sesederhana mungkin, mengingat waktu, biaya,
tenaga dan material yang harus digunakan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini rancangan
Gambar 3. Perubahan bentuk pada lasan [4] eksperimen digunakan adalah rancangan
eksperimen Central Composite (CCD) [3].
Distorsi Sudut Parameter proses dan level-levelnya yang
Penyusutan melintang yang sama rata di digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada
seluruh ketebalan pelat yang dilas akan berakibat tabel 1.
terjadinya distorsi sudut, yaitu berupa Tabel 1. Parameter Proses dan Level-levelnya
menekuknya pelat di daerah sambungan las yang
mengurangi ketegak-lurusan, sehingga terjadi
simpangan (defleksi terhadap kondisi semula).
Simpangan yang diakibatkan oleh terjadinya
perubahan ini disebut sebagai distorsi sudut (d )
[rad], diilustrasikan pada Gambar 4.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam
d2 d2
d1 d 1 penelitian ditetapkan dengan rancangan
X1 X2 percobaan Central Composite Design (CCD)
ditunjukkan pada tabel 2.
Gambar 4. Pengukuran distorsi sudut pada
pengelasan sambungan butt-joint Tabel 1. Rancangan Percobaan CCD

Pengukuran besarnya distorsi dari kedua sisi


dengan menggunakan alat ukur dial indikator.
Besarnya distorsi sudut dihitung dengan
persamaan:
d1 d 2
d2 [ rad ] =
d
1+
d2 = +
X1 X 2 (1)

Penetrasi

Adalah kedalaman penembusan bahan tambah


(elektrode/filler wire) terhadap logam induk.

13
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

Tabel 4. ANAVA untuk Distorsi Sudut

Prosedur Penelitian
a.Persiapan Percobaan
b.Pembuatan alur las
c.Penekukan/pengerolan
d.Pengelasan
e.Pengambilan/pembuatan spesimen

3. DATA DAN PEMBAHASAN


Dari data hasil percobaan kemudian diolah Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa tiap
dengan menggunakan perangkat lunak variabel memiliki nilai yang signifikan terhadap
MINITAB 14 [2]. respon yang terjadi. Interaksi hanya terjadi
antara X1*X2 dan X2*X3. Dari tabel 3 diketahui
Analisa Distorsi Sudut bahwa panjang pelat mempunyai pengaruh yang
Proses analisa data distorsi sudut dilakukan terbesar terhadap distorsi sudut, diikuti oleh
dengan menggunakan perangkat lunak kecepatan pengelasan dan yang paling kecil
MINITAB R14 [2]. Hasil pengolahan data pengaruhnya adalah kuat arus. Dari tabel 4, juga
besarnya kedalaman penetrasi dapat dilihat pada diketahui model distorsi sudut tidak terjadi lack
tabel 3 dan tabel 4. of fit untuk level = 0,05 dengan variasi total yang
dapat dijelaskan oleh model R2 sebesar 91,5%,
Tabel 3. Analisa Regresi Distorsi Sudut hasil Durbin-Watson statistic test menunjukkan
nilai 1,47 yang berarti antara masing-masing
pengamatan menunjukkan sifat independen.
Model regresi yang dihasilkan untuk respon
besarnya distorsi sudut dapat dilihat pada
persamaan 2.

YDS = 0.000673 * X 1 -
0.438504 - 0.00131* X 2
2
0.000002 * (
0.002645 * X 3 +
- X1 )
2
0.000385 * (
- X2)
-0.000003 * (
X1 * X 2 )
0.000055 * X 2 * X 3
+

Gambar 6. Respon permukaan kuat arus dan


panjang pengelasan dari distorsi sudut pada
kecepatan pengelasan 25[cm/menit]

14
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

Untuk mendapatkan nilai minimum distorsi Tabel 5. Analisa Regresi Kedalaman Penetrasi
sudut, maka model yang diperoleh (persamaan
Estimated Regressiopn Coefificients for kedalaman penetrasi
2) kemudian dilakukan optimasi dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak LINGO
P re dic t o r C o ef P
8. Gambar 7 dan Gambar 8 adalah menunjukkan
cara dan hasil proses optimasi distorsi sudut. Co nstant 6.46686 0.101
P anjang P elat (X1) [mm] -0.01367 0.030
Kuat A rus (X2) [A ] 0.00743 0.629
Kecepatan P engelasan (X3) [cm/mnt] -0.12525 0.385
(X1) *(X1) 0.00002 0.035
(X2) *(X2) -0.00005 0.049
(X3) *(X3) -0.00610 0.017
(X2) *(X3) 0.00122 0.001

Tabel 6. ANAVA untuk Kedalaman Penetrasi

A nalysisi o f Variance fo r Kedalaman P enetrasi


Gambar 7. Model distorsi sudut dengan rentang
percobaan parameter. S o urc e DF S e q S S A dj M S F P
Regressio n 7 6.11176 6.11176 22.35 0.000

Liniear 3 4.29276 0.10840 2.78 0.087

Square 3 1.07480 1.07480 9.17 0.002

Intersectio n 1 0.74420 0.74420 19.05 0.001

Residual Erro r 12 0.46874 0.46874

Lack o f-Fit 7 0.37760 0.37760 2.96 0.125

P ure Erro r 5 0.09113 0.09113

To tal 19 6.58049

S = 0.01976 R-Sq = 92.9% R-Sq(adj) = 88.7%

Sumber: Hasil olahan perangkat lunak M INITAB 14


Gambar 8. Hasil pengolahan model distorsi
sudut untuk mendapatkan nilai optimum Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa tiap
variabel memiliki nilai yang signifikan terhadap
Dengan menggunakan batas bawah untuk X1 = respon yang terjadi. Interaksi hanya terjadi
200 [mm] dan batas atas X1 = 400 [mm], X2 = 250 antara X2*X3. Dari tabel 5 diketahui bahwa
[A] dan batas bawah X2 = 350 [A], X3 = 20 panjang pengelasan mempunyai pengaruh yang
[cm/mnt] dan batas bawah X3 = 30 [cm/mnt], terbesar terhadap kedalaman penetrasi, diikuti
maka didapatkan nilai distorsi sudut minimum oleh kecepatan pengelasan dan yang paling kecil
adalah 0,139 [rad]. Nilai tersebut dapat pengaruhnya adalah kuat arus. Dari tabel 5, juga
dihasilkan dengan panjang pelat (X1) 355.75 diketahui model kedalaman penetrasi tidak
[mm], kuat arus (X2) 250 [A] dan kecepatan terjadi lack of fit untuk level = 0,05 dengan
pengelasan (X3) 30 [cm/mnt]. variasi total yang dapat dijelaskan oleh model R2
sebesar 92,9%, hasil Durbin-Warson statistic
Analisa Kedalaman Penetrasi test menunjukkan nilai 1.34 yang berarti antara
Proses analisa data kedalaman penetrasi masing-masing pengamatan menunjukkan sifat
dilakukan dengan menggunakan perangkat independen. Model regresi yang dihasilkan
lunak MINITAB R14 [2]. Hasil pengolahan data untuk respon besarnya kedalaman penetrasi
besarnya kedalaman penetrasi dapat dilihat pada dapat dilihat pada persamaan 3.
tabel 5 dan tabel 6.

15
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

YKP = 0.01367 * X 1 +
6.46686 - 0,00743 * X 2
2
0,00002 * (
0,12525 * X 3 +
- X1 )+ (3)
2 2
0,00005 * (
- X2) -0,00610 * (
X3)
0,00122 * X 2 * X 3
+

Gambar 11. Hasil pengolahan kedalaman


penetrasi untuk mendapatkan nilai optimum.

Dengan menggunakan batas bawah untuk X1 =


200 [mm] dan batas atas X1 = 400 [mm], X2 = 250
[A] dan batas bawah X2 = 350 [A], X3 = 20
[cm/mnt] dan batas bawah X3 = 30 [cm/mnt],
Gambar 9. Respon permukaan kuat arus dan maka didapatkan nilai kedalaman penetrasi
panjang pengelasan dari kedalaman penetrasi minimum adalah 0,2.77 [mm]. Nilai tersebut
pada kecepatan pengelasan 25 [cm/menit] dapat dihasilkan dengan panjang pelat (X1)
341.75 [mm], kuat arus (X2) 250 [A] dan
kecepatan pengelasan (X3) 30 [cm/menit].
Untuk mendapatkan nilai minimum kedalaman
penetrasi, maka model yang diperoleh Optimasi dual respon
(persamaan 3) kemudian dilakukan optimasi Optimasi distorsi sudut dengan kendala
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak kedalaman distorsi sudut dapat dilakukan
LINGO 8. Gambar 10 dan Gambar 11 adalah dengan menggunakan pendekatan non linear
hasil proses optimasi kedalaman penetrasi. p ro g r a m m i n g , a t a u d i h i t u n g d e n g a n
memasukkan nilai-nilai parameter dari hasil
distorsi yang optimasi yaitu 0,139 [rad] yaitu
panjang pelat 355.75 [mm], kuat arus 250
[Amper] dan kecepatan pengelasan 30
[cm/menit].

YKP =
6.46686 -
0.01367 * 355,75 +
0,00743 * 250
2
- 0,00002 * (
0,12525 * 30 + 355.75)
+
2 2
0,00005 * (
- 250 )
-0,00610 * (
30 )
+
0,00122 * 250 * 30
=
2.769919
Gambar 10. Model kedalaman penetrasi dengan
rentang percobaan parameter.
Dari hasil perhitungan didapatkan besarnya
kedalaman penetrasi adalah 2,77 [mm].

16
Pramono Sidi, (2011) MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 10-17 ISSN : 1411-0741

4. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil pengolahan dan analisis data proses [1] Anggono, Juliana, dkk (1999),
pengelasan butt-joint dengan menggunakan Pengaruh Besar Input Panas
mesin las MIG, dapat disimpulkan bahwa: Pengelasan SMAW Terhadap Distorsi
1. Dari ketiga variabel proses, yang paling Angular Sambungan T B a j a L u n a k
besar pengaruhnya adalah panjang pelat SS400, , Jurnal Jurusan Teknik
diikuti kecepatan pengelasan dan yang Mesin, Fakultas Teknik Industri,
paling kecil pengaruhnya kuat arus. Universitas Kristen Petra, Surabaya,
2. Model hubungan antara variabel bebas tebal Vol 1, No. 1 http://www.petra.ac.id/
pelat, kuat arus dan kecepatan pengelasan ~puslit/journals/
terhadap distorsi sudut dinyatakan dengan [2] Iriawan, Nur, Astuti, Septin Puji,
persamaan 2 (2006), Mengolah Data Statistik
3. Model hubungan antara variabel bebas tebal dengan Mudah Menggunakan
pelat, kuat arus dan kecepatan pengelasan MINITAB 14, Andi, Yogyakarta.
terhadap kedalaman penetrasi dinyatakan [3] Montgomery, D.C., (1984), Design And
dengan persamaan 3. Analysis Of Experiment, Jhon Willey
4. Nilai distorsi sudut terkecil sebesar 0,139 and Sons.
[radian] dan kedalaman penetrasi 2.77 [4] Kou, Sindho, (2003), Welding
[mm] dapat dicapai dengan variabel Metalurgy, second edition, Published
pengelasan yang menggunakan panjang by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken,
pelat 355.75 [mm], dengan kuat arus New Jersey.Published Simultaneously
sebesar 250 [A] dan kecepatan pengelasan in Canada.
sebesar 30 [cm/menit]. [5] Wiryosumarto, Harsono dan Toshie
O k u m u r a , ( 2 0 0 0 ) , Te k n o l o g i
Pengelasan Logam, Jakarta, PT.
Pradnya Paramita.

17

Anda mungkin juga menyukai