Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Perbesaran Glandula Prostat terhadap Volume Urin yang

Dikeluarkan
Polikarpus Arifin 102014074
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061
Abstrak
Sistem urogenitalia yang melingkupi organ genital dan organ berkemih memiliki peran
yang cukup penting dalam hidup kita. Selain membantu dalam mekanisme ekskresi bahan bahan
yang dibuang dari tubuh, sistem urogenital juga membantu kita dalam mempertahankan
kelangsungan hidup spesies lewat proses reproduksi. Sistem urogenitalia juga memiliki sedikit
perbedaan antara laki laki dan perempuan walaupun secara garis besar memiliki fungsi yang
sama yaitu berkemih dan reproduksi. Sistem urogenital juga termasuk salah satu sistem yang
rawan terkena gangguan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, serta kelainan seperti
hipertrofi dan kanker.
Kata kunci : urogenitalia, berkemih, reproduksi

Abstract
Urogenital system consists of the genitals and urinary organs has an important role in our
lives. In addition to assisting in the excretion of materials that were removed from the body, the
urogenital system also helps us in maintaining the survival of the species through reproduction.
Urogenital system also has a little difference between men and women although broadly have the
same function, namely urination and reproduction. Urogenital system also includes a system that
is prone to damage that can be caused by infection with viruses, bacteria, as well as disorders
such as hypertrophy and cancer.
Keywords: urogenital, urinary, reproductive

Pendahuluan
Di dalam tubuh manusia diatur oleh banyak sistem yang masing-masing mempunyai
fungsinya dan tentu saja memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu
sistem yang paling penting adalah sistem urogenitalia atau sistem kemih. Dimana sistem
1
urogenitalia ini mengontrol aktivitas cairan di dalam tubuh manusia, melakukan kegiatan filtrasi,
reabsorpsi bahan yang masih dibutuhkan tubuh dan mensekresikan bahan-bahan yang sudah
tidak dibutuhkan tubuh, yang pada akhirnya akan diekskresikan dan dikeluarkan ke lingkungan
luar tubuh berupa urin. Sistem urogenitalia memegang peranan penting pula dalam pemeriksaan
pada pasien, karena cukup dengan melakukan pemeriksaan ini sudah cukup untuk menentukan
permasalahan yang ada, walaupun belum pasti semudah seperti itu saja. Sehingga diharapkan
setelah memahami secara keseluruhan, maka sebagai dokter dapat menangani permasalahan
yang berkaitan dengan urogenitalia.
Mikroskopis sistem urinaria
Yang berperan penting dalam sistem urinaria adalah ginjal yang terletak pada bagian posterior
abdomen bagian atas, pada masing-masing sisi vertebra lumbal atas. Ginjal terbagi dalam korteks
dan medulla. Dimana pada medulla terdapat pyramid renis, berkas medulla yang sampai ke
korteks, dan juga tubulus-tubulus yang akan membantu kinerja ginjal secara efisien. Setelah
melewati tubulus, akan masuk ke dalam calyx minor, lalu calyx mayor, pelvis renalis, ureter,
vesica urinaria dan sampai pada urethra dimana ini semua hanya berupa saluran lewatnya urin
untuk dikeluarkan dari tubuh. Tubulus sendiri sering disebut sebagai nefron yang merupakan unit
fugsional ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus. Berikut perjalanan urin dilihat dari
histologinya:

Glomerulus dan kapsula bowman sebagai pintu masuk pertama ke dalam nefron. Dimana pada
bagian glomerulus akan masuk melalui arteriol afferent dan masuk sebagai kapiler glomerulus
dan akhirnya keluar sebagai arteriol efferent. Pada kapiler ini hanya terdiri dari selapis sel
endotel, dengan perpanjangan kaki dari sel-sel podocyt, sehingga karena adanya hal ini pada
kapiler glomerulus terjadi ultrafiltrasi. Yang nantinya hasil ultrafiltrasi ini akan masuk kedalam
kapsula bowman dan akan diteruskan sampai ke dalam tubulus-tubulus. Pada bagian ini juga
terdiri dari dua lapisan epitel membran yaitu lapisan parietal dan juga lapisan visceral.1

Tubulus kontortus proksimal, yang memiliki epitel kuboid rendah, inti bulat. Lalu sifat tubulus
ini asidofil dengan inti sel yang jaraknya berjauhan, dan juga batas yang tidak jelas antara
masing-masing inti sel. fungsinya adalah untuk mengreabsorbsi beberapa zat yang penting dalam
filtrat, dan juga mensekresikan zat-zat yang sudah tidak dipakai dalam tubuh untuk dikeluarkan
dari tubuh.1

2
Tubulus rektus proksimal, yang merupakan tubulus yang sifatnya hampir seperti tubulus
kontortus proksimal, yaitu inti sel berjauhan, batas tidak jelas dan lumen tidak rata. Nama lain
dari tubulus ini adalah ansa henle pars descenden.1

Tubulus rektus distal atau nama lain ansa henle pars ascenden. Mempunyai sifat yang hampir
serupa dengan tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini inti sel jelas dan berdekatan, dan batas
antar sel jelas. Fungsi pada ansa henle ini untuk mereabsorbsi air dan juga ion-ion yang masih
dibutuhkan tubuh.1

Tubulus kontortus distalis yang terdapat pada korteks. Epitelnya adalah epitel selapis kuboid
rendah dengan inti sel yang jelas. Inti sel berdekatan dan batas antara masing-masing inti jelas,
dengan lumen yang juga jelas. Terdapat juga macula densa yang merupakan modifikasi dari
tubulus kontortus proksimal. Berfungsi untuk reabsorpsi dan juga mensekresikan zat-zat dari
tubuh untuk dikeluarkan.1
Selanjutnya akan masuk kedalam duktus koligentes yang mempunyai epitel selapis torak.
Sitoplasma pada duktus koligentes pucat dan batas antar sel jelas. Lalu inti sel berdekatan dan
sangat rapat.1
Duktus papilaris merupakan saluran terakhir dari tubulus sebelum masuk ke dalam calyx minor,
calyx mayor, pelvis renalis dan akhirnya diteruskan ke dalam ureter. Merupakan kumpulan
beberapa duktus koligentes yang bermuara dalam papilla renis pada pyramid.1

Ureter yang merupakan saluran yang akan melanjutkan diri untuk disampaikan pada vesica
urinaria. Epitel yang terdapat pada saluran ini adalah, epitel transisional dengan sel-sel membulat
pada kantung yang menyusut. Lalu ada lamina propria yang merupakan jaringan ikat dan
pembuluh-pembuluh. Pada ureter terdapat otot polos yaitu otot longitudinal, sirkular dan yang
paling luar otot yang berjalan longitudinal.1

Lalu masuk ke dalam tempat penampungan urin yaitu vesica urinaria. Dalam vesica urinaria
terbagi menjadi beberapa tunika-tunika yaitu tunica mukosa yang terdiri dari epitel transisional
dan lamina propria. Lalu ada tunika muscular yang longitudinal internal dan external dan juga

3
sirkular. Dan yang paling luar adalah tunica adventitia yang terdiri dari jaringan ikat fibroelastis.
Saat kosong dapat terlihat sel payung yang tampak jelas, sedangkan saat penuh epitel transisional
tampak lebih gepeng.1

Lalu saluran yang paling terakhir adalah urethra yang terbagi menjadi pars prostatica, pars
membranacea, pars spongiosa. Pada pars prostatica epitelnya adalah transisional, tetapi pada
bagian lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris. Yang nantinya saluran ini
akan keluar melewati fossa navikularis penis yang epitelnya adalah epitel berlapis gepeng.1

Mikroskopis sistem genitalia


Pada bagian ini akan dibahas mengenai genitalia masculina atau sistem reproduksi laki-laki
dimulai dari testis sampai dalam penis. Berikut penjelasannya masing-masing:

Testis yang merupakan tempat diproduksinya sel kelamin atau spermatozoa secara keseluruhan.
Struktur testis terdiri dari lobulus-lobulus dimana didalam lobulus itu terdapat tubulus
semenifurus yang kontortus maupun tubulus rektus testis. Semua lobulus itu akan bermuara pada
mediastinum testis pada rete testis hallery, sebelum akhirnya akan masuk dalam epididimis untuk
dimatangkan. Berikut sel-sel yang terdapat didalam testis:
 Sel leydig yang merupakn penghasil testosterone dan letaknya
diantara tubulus, sehingga sering disebut sel intertubularis.
 Sel sertoli yang merupakan sel penyokong dan pemberi nutrisi
pada spermatozoa. Letaknya didalam lumen tubulus dekat dengan lamina basalis.
 Sel spermatozoa yang berkembang dari tubulus sampai
epididimis atau sering disebut mengalami spermatogenesis. Berikut urutan pada
spermatogenesis:1
o Spermatogonium yang merupakan awal permulaan
spermatozoa yang terletak pada lamina basalis tubulus.
o Spermatosit I yang ukurannya paling besar. Letaknya biasanya
tepat di bawah spermatogonium.
o Spermatosit II yang kalau dilihat pada mikroskop tidak akan
nampak, dikarenakan spermatosit II mempunyai rentang waktu yang sangat
sebentar sampai dia berubah menjadi spermatid.
4
o Spermatid merupakan sperma yang belum mempunya ekor.
Dan posisinya sudah berada di dekat lumen.
o Spermatozoa adalah sel sperma yang sudah lengkap dan
merupakan spermatid yang mengalami spermiasi. Dan spermatozoa ini nantinya
akan dimatangkan dalam duktus epididimis.
Duktus Efferens yang merupakan saluran keluar sperma dari mediastinum testis. Mempunyai dua
macam epitel yaitu epitel selapis kubis dan juga yang toraks denga kinocilia yang mendorong
spermatozoa ke arah distal. Fungsi ductus ini hanya sebagai saluran.

Ductus epididimis yang merupakan tempat pematangan dari spermatozoa. Pada ductus ini
mempunyai lumen yang rata dan juga terdapat gumpalan sperma didalam lumennya. Epitel pada
ductus epididimis adalah bertingkat toraks dengan cilia yaitu stereocilia yang mendorong sperma
menuju ke distal.

Ductus deferens yang melanjutkan diri berikutnya. Dengan epitel bertingkat torak masih dengan
stereocilia yang bekerja dengan fungsi yang sama.terdapat tiga lapis tunika muscular:
longitudinalis interna, sirkularis, dan longitudinalis externa.

Setelah itu selanjutnya akan diteruskan didalam ductus ejaculatorius, dan akan bergabung
bersama didalam urethra yang akan dikeluarkan dari tubuh melewati beberapa kelenjar dan
sampai dipenis. Berikut penjelsan mengenai kelenjar-kelenjar yang berperan berikut penis secara
histologist:

Glandula vesiculosa atau glandula vesicular seminalis merupakan kelenjar yang dilewati oleh
ductus deferens. Mempunyai cabang sekunder dan juga mensekresikan secret yang berfungsi
sebagai nutrisi bagi sperma saat keluar dari urethra.

Glandula prostatica terdapat otot polos yaitu fibromuskularis. Mempunyai fungsi menghasilkan
globulin yang bersifat basa, sehingga saat masuk ke dalam vagina yang bersifat asam, sperma
dapat bertahan sampai masuk ke uterus.

5
Glandulla bulbo urethralis cowperi yang merupakan kelenjar tubuloalveolar kompleks dan
bermuara pada bagian posterior urethra pars cavernosa. Dibungkus oleh jaringan ikat tipis dan
berbentuk lobulus-lobulus.

Lalu genitalia masculina sendiri mempunyai bagian eksterna yaitu penis. Penis terdiri dari
corpora cavernosa penis yang berada berdampingan dan ditembus oleh arteri cavernosus dan
juga terdapat septum mediana yang menghubungkan kedua corpus. Terdapat juga celah-celah
yang berfungsi saat ereksi. Lalu terdapat corpus spongiosom yang dilewati urethra pars
spongiosom. Dan yang eksterna berikutnya adalah skrotum dimana terdiri dari otot polos dari
tunica dartos dan otot luriknya adalah musculus cremaster.1

Makroskopis sistem urinaria


Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan
kiri tulang belakang, di bungkus lapisan lemak yang tebal, dan terletak didalam
peritoneum.kedudukan ginjal disekitar lumbal 2 sampai lumbal 4 dan ginjal kanan lebih turun
dikarenakan hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Berbentuk seperti biji kacang dan
facies anterior lebih cembung, dan diatas ginjal terdapat glandulla suprarenalis.2

Selanjutnya mengenai struktur ginjal yang dilingkupi kapsul tipis yang disebut kapsula fibrosa,
lalu dilanjutkan dengan kapsula adipose yang terisi jaringan lemak dan palin luar adalah fascia
renalis. Pada bagian dalam ginjal, yang paling luar adalah kortex dan yang dalam adalah
medulla. Pada bagian medulla terdapat bangunan pyramid renis yang akan bermuara pada calyx
minor, dan beberapa calyx minor akan bermuara pada calyx mayor dan akhirnya akan masuk ke
dalam pelvis renalis.2

Lalu akan dipelajari mengenai pendarahan dari ginjal yang mendapat pasokan darah dari
a.renalis yang merupakan cabang aorta abdominalis. Lalu berlanjut menjadi aa.segmental, dan ke
medulla menjadi a. interlobaris, dilanjutkan ke perbatasan medulla dan kortex menjadi a.arcutta
dan pada bagian kortex akan menjadi a.interlobularis. Pada pembuluh baliknya mengikuti aliran
dan nama dari nadi yang menuju ginjal.3

6
Ureter merupakan saluran selanjutnya dimana dibagi menjadi dua bagian yaitu ureter pars
abdominalis dan ureter pars pelvina. Mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan berjalan dari
hilus renalis menuju vesica urinaria. Mempunyai dinding yang berotot. Selanjutnya perjalanan
ureter dari pelvis renalis sampai kedalam vesica urinaria adalah sebagai berikut:3
 Berjalan sepanjang bagian medial m. psoas major di bagian
belakang namun melekat pada peritoneum.
 Kemudian menyilang vassa illiaca yang disebut flexura
marginalis pada bagian anterior sampai masuk pada bagian incisura ischiadica
major.
 Setelah melewati incisura ini, pada laki-laki dan wanita
mempunyai perjalanan ureter yang berbeda. Setelah memasuki ureter pars
pelvina, maka pada laki-laki perjalanan ureter akan melewati anterior dari
gl.vesikulosa dan berjalan menyusuri lateral dari ductus deferens sebelum
akhirnya masuk ke dalam vesica urinaria pada bagian superolateral.
 Sedangkan pada wanita ureter akan berjalan dibelakang
parametrium dan selanjutnya akan menyilang lateral dari a.uterina dan masuk
ke superolateral dari vesica urinaria.
Pendarahan dari ureter didapat dari aorta, a.renalis dan a.gonadal pada bagian atas ureter, dan
bagian bawah oleh cabang a.illiaca interna dan a.vesicalis inferior.3

Vesica urinaria terletak pada posterior os pubicum saat kosong, dengan apex menghadap
symphisis pubis dan dilanjukan dengan korpus dan juga fundus dari vesica urinaria. Lalu saat
vesica urinaria terisi penuh maka akan naik sampai region hipogastrica abdomen. Berbentuk
pyramid saat kosong, dan menjadi globuler saar terisi oleh urin. Pada dasar dinding vesica
urinaria terdapat suatu trigonum yaitu trigonum liutaudi yang menahan keluar urin dan mencegah
masuknya kembali urin ke dalam vesica urinaria. Lalu pada bagian apex menghadap ke
symphisis pubis dan selanjutnya urachus yang merupakan sisa-sisa jaringan saccus vitellinus
menuju ke umbilicus. Dan terakhir adalah collum vesica urinaria yang merupakan batas antara
vesica urinaria dengan urethra.4

Lalu terdapat juga batas anterior vesica urinaria dengan os pubis yaitu spatium retzii dan pada
laki-laki vesica urinaria dengan rectum membentuk suatu ruang yaitu excavation rectovesicalis
7
dan pada perempuan adalah excavation vesicouterina. Lalu pendarahannya didapat dari
a.vesicalis superior et inferior yang berasal dari a.illiaca interna. Urethra merupakan saluran
selanjutnya dan meninggalkan vesica urinaria pada ostium urethra internum. Lalu mengenai
panjang urethra sendiri adalah paling pendek pada wanita dan paling panjang pada pria
tergantung penis. Dan urethra adalah saluran yang dipakai saat dipasangkan kateter. Terdapat
lubang keluar dari vesica urinaria yang disebut orificium urethra internum dan yang paling luar
adalah orificium urethra externum. Pendarahan didapat dari a.vesicalis inferior dan a.pudenda
interna.4

Makroskopis sistem genitalia


Di dalam testis, sperma bergerak ke lumen tubulus seminifirus, lalu kemudian menuju tubulus
rekti. Dari tubulus rektus akan melanjutkan kedalam kanal rete testis didalam mediastinum testis.
Dan akhirnya akan masuk kedalam duktus efferens sejumlah 10-15 duktus.5

Epididimis adalah tuba yang terlilit yang panjangnya mencapai empat sampai enam meter yang
terletak sepanjang posterior testis. Duktus deferens adalah kelanjutan dari epididimis. Merupakan
tuba lurus yang terletak pada korda spermatic yang juga mengandung pembuluh darah dan limfa,
saraf dan m.kremaster. Masing-masing duktus deferens akan meninggalkan skrotum menuju
dinding abdominal kanal inguinal. Dan nantinya akan bergabung bersama duktus ekskretorius
gl.vesiculosa menjadi ductus ejaculatorius. Duktus ejakulatorius membentuk suatu pertemua dan
menjadi ampulla. Mempunyai panjang 2cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung
bersama urethra yang berasal dari vesica urinaria.5

Urethra adalah saluran selanjutnya, dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu yang pars prostatica yang
melewati gl.prostat, urethra pars membranasea yang merupakan tertipis dan urethra pars
spongiosa yang akhirnya keluar melewati penis.5

Skrotum adalah sebuah struktur berupa kantung yang terdiri dari kulit tanpa lemak subkutan, dan
berisi sedikit jaringan otot. Berlapis mulai dari cutis skrotum, tunica dartos, fascia spermatica
externa, m.kremaster, fascia spermatica interna, tunica vaginalis testis pars parietal dan visceral
dan terakhir tunica albuginea.2

8
Penis terdiri atas jaringan seperti busa dan memanjang dari glands penis sampai radix penis. Dan
terdapat preputium yang biasa dilakukan sirkumisi. Pendarahannya adalah a.profunda penis dan
juga a.dorsalis penis.2
Mekanisme kerja ginjal

Filtrasi adalah yang pertama dilakukan dari sistem urinaria, dimana plasma darah disaring masuk
melalui arteriola afferent dan melewati kapiler glomerulus dan akhirnya dikeluarkan ke arteriol
efferent. Pada kapiler glomerulus terdapat kaki-kaki sel podosit sehingga urin yang disaring
menjadi ultrafiltrat. Gaya dalam melakukan filtrasi dipengaruhi beberapa gaya, yang sering
disebut dengan gaya starling. Gaya starling terdiri dari beberapa tekanan, yaitu:6
 Tekanan hidrostatik glomerulus yang merupakan terpenting dan
dipengaruhi oleh tekanan darah sistemik. Dimana arah gaya hidrostatik ini
searah dengan filtrasi yang dari glomerulus menuju kapsula bowman.
 Tekanan hidrostatik kapsula bowman yang mempunyai arah
tekanan yang berlawanan dengan arah filtrasi turut mempengaruhi gaya filtrasi.
 Tekanan osmotik kapiler glomerulus, dikarenakan pada plasma
masih terdapat zat-zat yang mengandung gaya osmotik sehingga gaya yang
terjadi adalah berlawanan dengan gaya filtrasi.
 Tekanan osmotik kapsula bowman, namun gaya ini tidak
diperhitungkan sebab tidak ada zat yang bersifat osmotik pada filtrat.
Tubulus kontortus proksimalis yang merupakan kelanjutan dari kapsula bowman. Di tubulus ini
terjadi reabsorbsi dan juga sekresi zat-zat dari tubuh. Di dalam tubulus proksimalis terjadi
reabsorbsi obligatif, yang artinya cairan yang masuk baik itu sedikit atau banyak, tetap saja
proporsi yang diambil sama yaitu 65%. Yang direabsobsi pada tubulus kontortus proksimalis
adalah sebagai berikut:6
 Glukosa yang diserap seutuhnya pada tubulus proksimalis,
sebab setelah tubulus ini tidak akan ada lagi yang mengreabsorbsi glukosa. Pada
reabsorbsi glukosa ini terdapat batas ambang yaitu sebesar 180mg% glukosa. Lebih
dari itu maka glukosa yang terdapat pada urin akan meningkat dan pada saat
diekskresikan akan terdapat glukosa pada urin orang tersebut. Lalu terdapat juga
Tubular Maximum Glucose yaitu kadar maksimum dari penyerapan glukosa didalam
tubulus. Apabila hal ini terjadi, dapat menyebabkan renal glukosuria yaitu kadar gula
9
yang meningkat dalam urin, namun kadar gula darah normal. Berbeda dengan orang
yang menderita diabetes melitus dimana kadar gula darah tinggi. Penyerapan pada
glukosa ini berlangsung secara aktif dengan mekanisme simport dengan Na+.
 Asam amino adalah substansi osmotik lainnya yang diserap
secara utuh seluruhnya. Apabila terdapat asam amino, orang tersebut berarti menderita
proteinuria dimana urinnya mengandung asam amino.
 Urea yang penyerapannya berlangsung secara pasif pada
tubulus kontortus proksimalis.
 H2O atau air yang penyerapan paling banyak didalam tubulus
proksimalis ini, sehingga nantinya akan dipakai kembali dalam proses didalam tubuh.
 Beberapa ion-ion seperti K+ yang ikut diserap kembali pula,
lalu ada Na+ yang diserap secara aktif dan obligat, atau tetap 65% walau yang masuk
banyak atau sedikit. Dan juga ion kompleks seperti PO4- dan beberapa elektrolit yang
diserap kembali dalam tubulus.
Lalu setelah itu terjadi juga sekresi atau penambahan zat yang sudah tidak terpakai tubuh pada
tubulus proksimalis. Berikut zat-zat yang disekresikan:6
 Ion-ion organic yang sekresinya tidak dapat dikendalikan
 Ion H+ yang disekresikan dalam rangka menjaga keseimbangan
asam basa pada tubulus, terutama pada tubulus kontortus proksimalis. Pada tubulus
kontortus proksimalis ini sekresi H+ diikuti dengan ion HCO3- sehingga nantinya
didalam darah terdapat NaHCO3, di urin terdapat H2CO3 yang bersifat asam nantinya.
Penggunaan HCO3- ini lebih dari 85% terjadi pada tubulus kontortus proksimalis.
Ansa henle pars descenden dimana tempat ini terjadi pemekatan urin. Pada ansa henle pars
descenden ini mempunyai sifat dinding yang impermeable terhadap semua zat kecuali air,
sehingga yang dapat direabsorbsi hanyalah air, dan tidak ada yang disekresikan. Dikarenakan
sifat dinding ansa henle ini, maka terjadilah sistem counter current multiplier yang membuat urin
menjadi sangat pekat dan menjadi hiperosmolaritas pada ansa henle pars descenden ini.6

Ansa henle pars asceden dimana terjadi proses pengenceran urin kembali. Mempunyai sifat yang
terbalik dengan pars descenden, pada bagian ini impermeable terhadap semua zat termasuk air,
namun masih bisa ditembus oleh Na+ dengan transport aktif diikuti dengan Cl-. Maka dari itu
pada bagian ini terjadi counter current exchanger dimana antara cairan tubuler dan pembuluh

10
disamakan dengan mengeluarkan ion NaCl menuju ke pembuluh darah. Dan saat itu terjadi,
sesampainya pada bagian tubulus kontortus distalis filtrat akan menjadi hipoosmotik.6
Tubulus kontortus distalis merupakan tempat terjadinya reabsosi yang dilakukan secara
fakultatif, yaitu air akan diserap kembali apabil tubuh kekurangan cairan maka cairan akan
kembali diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh, begitu juga sebaliknya.6 Selain reabsorbsi,
terjadi juga sekresi dengan menambahkan zat-zat yang sudah tidak dipakai tubuh lagi. Berikut
zat-zat yang reabsorbsi oleh tubulus distalis:6
 Natrium yang direabsorbsi secara aktif. Penyerapan Na + ini
dipengaruhi oleh kerja hormon ADH. Sehingga saat dibutuhkan, Na+ akan diserap
untuk masuk kedalam pembuluh darah.
 Air yang akan direabsorbsi secara fakultatif. Penyerapan ini
dikendalikan oleh hormone ADH. Dimana hormone ADH akan mempengaruhi
permeabilitas dari dinding tubulus distalis sehingga saat ADH disekresikan, penyerapan
air pada tubulus distalis akan meningkat dan urin akan memekat.
Lalu selain itu ada juga sekresi beberapa zat yang akan dibuang nantinya. Seperti beberapa zat
berikut ini:6
 Kalium yang akan disekresikan dikarenakan ion natrium yang
diserap keluar, maka untuk menyeimbangkan hal tersebut kalium akan disekresikan,
sehingga di dalam tubulus terjadi homoeostasis.
 Lalu ada pula sekresi H+ yang merupakan kelanjutan dari
tubulus proksimalis yaitu menggunakan NaHCO3 sampai habis. Setelah habis baru
diganti dengan Na2PO4 sehingga keadaan darah aka nada NaHCO 3 dan didalam urin
akan menjadi lebih asam pH yang didapat. Setelah Na2PO4 habis terpakai, maka
selanjutnya akan dipakai NH3 yang berasal dari asam amino glutamine yang nantinya
akan dipecah oleh glutaminase sehingga menghasilkan NH3 dan berekasi dengan H+
dan membentuk NH4- yang membuat urin makin bertambah asam. Dan penting untuk
menjaga keseimbangan pH didalam tubulus kontortus distalis ini.
Duktus koligentes merupakan jalan selanjutnya pada tubulus-tubulus ini. Pada duktus koligentes
ini terjadi penyerapan sisa-sisa air yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu disekresikan
sisa-sisa H+ da juga urea untuk dikeluarkan dari tubuh manusia.6

11
Selanjutnya dari duktus koligentes akan masuk kedalam calyx-calyx minor. Kumpulan calyx
minor akan masuk kedalam calyx mayor dan ke arah pelvis renalis. Setelah itu akan memasuki
ke saluran ureter dan akan disalurkan kedalam vesica urinaria. Didalam vesica urinaria, urin akan
disimpan sementara sampai batas tamping vesica urinaria yaitu sekitar 200-400 cc. pengeluaran
urin diatur dengan refleks kemih melalui urethra. Pada laki-laki urethra akan berjalan sepanjang
urethra pars prostatica yang melewati gl.prostat, lalu pars membranasea dan akhirnya masuk
kedalam rongga corpus cavernosum penis/ corpus spongiosom dengan nama urethra pars
spongiosom, sampai akhirnya urin dikeluarkan dari tubuh manusia ke lingkungan luar.6

Pada kasus yang dialami dalam skenario adalah pembengkakan gl.prostat lobus posterior. Maka
akan dibahas mengenai gl.prostat dilihat dari makroskopik dan mikroskopiknya. Mempunyai
besar sebesar buah walnut atau buah kenari besar, terletak dibawah vesica urinaria, mengelilingi
urethra, dan terdiri atas kelenjar majemuk, beberapa saluran dan juga otot polos. Kelenjar prostat
mengeluarkan cairan yang bercampur dengan sekret dari testis.2

Bekerja dibawah hormon seks, maka dari itu pada orang yang sudah lanjut dimana hormon sudah
mulai berkurang, maka kelenjar prostat dapat terjadi hipertrofi atau membesar, biasanya pada
lobus lateral. Namun yang patut diwaspadai adalah kanker prostat yang menyerang pada kisaran
umur 50 tahun ke bawah yang biasanya terjadi pada lobus posterior dari glandulla prostatica.7

Mekanisme mikturisi

Mikturisi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh 2
mekanisme yakni, refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila
reseptor-reseptor regang di dalam kandung kemih terangsang. Semakin besar peregangan
melebihi ambang ini, semakin besar pula tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari
reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron,
merangsang saraf parasimpatis yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron
motorik yang mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih
menyebabkan organ ini berkontraksi. Untuk membuka sfingter interna tidak diperlukan

12
mekanisme khusus, perubahan bentuk kandung kemih sewaktu organ tersebut berkontraksi
secara mekanis menarik sfingter interna menjadi terbuka. Sfingter eksterna melemas karena
neuron-neuron motoriknya dihambat. Kedua sfingter terbuka dan urin terdorong ke luar melalui
uretra akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.8

Pengisian kandung kemih, selain memicu refleks berkemih, juga menyebabkan timbulnya
keinginan sadar untuk berkemih. Persepsi kandung kemih yang penuh muncul sebelum sfingter
eksterna secara refleks melemas, sehingga hal tersebut memberi “peringatan” bahwa proses
berkemih akan dimulai. Akibatnya, kontrol volunter terhadap berkemih dapat mengalahkan
refleks berkemih, sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai keinginan orang
yang bersangkutan dan bukan pada saat pengisian kandung kemih pertama kali mencapai titik
yang menyebabkan pengaktifan reseptor regang. Apabila saat berkemih tidak tepat sementara
refleks berkemih sudah dimulai, pengosongan kandung kemih dapat secara sengaja dicegah
dengan mengencangkan sfingter eksterna dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter yang
berasal dari korteks serebrum mengalahkan masukan inhibitorik refleks dari reseptor regang ke
neuron- neuron motorik yang terlibat, sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan urin tidak
dikeluarkan. Namun berkemih tidak dapat ditunda selamanya. Apabila isi kandung kemih terus
bertambah, masukan refleks dari reseptor regang juga semakin meningkat. Akhirnya, masukan
inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternal menjadi semakin kuat, sehingga tidak
lagi dapat dikalahkan oleh masukan eksitatorik volunter, yang mengakibatkan sfingter melemas
dan kandung kemih secara tidak terkontrol dikosongkan.8

Proses berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, walaupun kandung kemih belum teregang,
yakni oleh relaksasi volunter dari sfingter eksternal dan diafragma pelvis. Penurunan lantai
panggul juga memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan membuka sfingter
uretra interna dam meregangkan kandung kemih. Pengaktifan reseptor-reseptor regang
selanjutnya menyebabkan kandung kemih berkontraksi melalui refleks berkemih. Pengosongan
kandung kemih secara volunter dapat dibantu lebih lanjut oleh kontraksi dinding abdomen dan
diafragma pernapasan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen yang
selanjutnya “memeras” kandung kemih untuk mengosongkan isinya.8

Kesimpulan

13
Berdasarkan skenario dan data yang sudah dikumpulkan ditambah dengan studi pustaka
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa laki laki berusia 65 tahun itu mengalami
gangguan dalam buang air kecil dikarenakan adanya pembengkakan glandulla prostatica lobus
posterior sehingga menghimpit saluran urethra pars prostatica dan buang air kecil menjadi susah.

Daftar pustaka
1. Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. Buku ajar histologi edisi 5. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2007.h.427, 432-7, 440-6, 450-3, 511, 517-24, 526-34.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia;2005.h.245, 268-9.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomy. Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.h.45.
4. Verrais S. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2006.h.81-7.
5. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran
EGC;2006.h.350.
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2008.h.325-33, 345, 349-54, 359-60.
7. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Penerbit Grasindo;2005.h.118.
8. Wibowo D. S. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo; 2007.h.118.

14

Anda mungkin juga menyukai