Kelompok A7
Dokter Pembimbing:
Dr. Budiman
2016
Pendahuluan
Skenario 8
Seorang laki-laki berusia 18 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan sakit pada kaki
kanannyasetelah mengalami kecelakaan sepeda motor 1 jam yang lalu. Laki-laki tersebut
mengalami kesakitan pada tungkai atas kanan sendi lutut. Laki-laki tersebut idak dapat
berdiri & merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya.
Anamnesis
Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapatkan data pasien beserta keadaan
dan keluhan-keluhan yang dialami pasien. Anamnesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu auto
anamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan dengan
pasien sendiri. Sedangkan alloanamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan dengan orang lain
yang dianggap mengetahui keadaan penderita.
I. Anamnesis umum
Dalam anamnesis umum ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini bukan hanya dapat
diketahui siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana pasien tersebut dan
permasalahan pasien. Identitas pasien terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama dan pekerjaan pasien.
Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik pada kasus fraktur utamanya mencakup dua survey yaitu:
i. Primary Survey: memeriksa keadaan umum.
ii. Secondary Survey: memeriksa anggota gerak dan tulang belakang.2
Selain itu, pemeriksaan fisik yang lainnya dapat dilakukan dimulai saat pasien
memasuki ruangan dan mencakup tiga hal yaitu:
Inspeksi (Look):
- Pemeriksaan ini melibatkan permerhatian dan observasi cukup dengan deskripsi
yang terlihat antaranya warna kulit, gambaran vaskularisasinya, pembengkakan
atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial, juga diperhatikan jika
terdapat luka, fistel atau ulkus dan tanda-tanda peradangan lainnya (rubor, kolor,
tumor, dolor, functio lesia).
- Memerhatikan deformitas
- Circumferential skin assessment: melihat jika terdapat pendarahan di daerah luka,
robekan pada kulit (laserations), atau harus diberikan perhatian pada sekitar kulit
pada daerah trauma yang dapat memungkinkan terjadinya fraktur terbuka.
- Fracture blisters yang mungkin dapat menganggu rencana operasi.2
Palpasi (Feel):
- Mengukur selisih panjang ekstemitas
- Keadaan neurovascular
- Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas-batasnya
- Perhatikan adanya nyeri tekan di persendian.
- Palpasi kelembutan dan krepitus.2
Move/ Range of Motion:
- Menilai gerakan sendi proximal dan distal tulang yang patah
- Menilai Range of Motion (ROM) dengan gerakan fleksi-ekstensi dan
menyatakannya dalam derajat. (Normal : 0-120oC).3
Berdasarkan foto Rontgen yang telah dilakukan pada articulation genu dengan posisi
AP/lateral, ditemukan gambaran fraktur transversa femur dextra 1/3 distal dengan soft tissue
swelling.
Working Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi pasien
yaitu adanya fraktur femur tertutup 1/3 distal dextra.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau
tulang rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai atas kanan (sendi
lutut) dan setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien di regio
femur dextra 1/3 distal nyeri, ada deformitas,krepitasi, ROM terbatas. Diagnosis diperkukuh
dengan foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya fraktur transversa di
femur 1/3 distal dextra pasien. Fraktur ini dikatakan sebagai tertutup karena kulit di atasnya
utuh dan bila terdapat luka pada kulit di atasnya disebut fraktur terbuka (compound fracture).1
Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar.Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu:
Derajat I:
1. Luka <1cm
2. Tidak kotor
3. Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan.
Derajat II :
1. Laserasi 1- 10cm
2. Luka sedikit kotor
3. Kerusakan jaringan tendon (sedikit)
4. Fraktur kominutif sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular
serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas:
1. Luka >10cm, Tulang rusak secara komunitif, banyak oto rusak, kulit masih dapat
menutup luka.
2. Adanya kulit yang tidak dapat menutup luka (skin loss)
3. Terdapat lesi neuro- vaskuler (mengenai saraf)
dengan kematian jaringan distal dari fraktur sehingga harus dilakukan amputasi2.
Jenis-jenis fraktur 1:
o Fraktur komplit adalah patah pada garis tulang dan biasanya mengalami pergeseran
dari yang normal
o Fraktur inkompilt adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
o Fraktur tertutup adalah patah tulang yang tidak menyebabkan robeknya kulit
o Fraktur terbuka adalah patah yang menembus kulit dan tulang berhubungan dunia luar
o Fraktur kominitif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
o Fraktur green stick adalah fraktur yang salah satu sisi tulang patah sedangkan yang
satu sisi lain membengkok
o Fraktur kompresi adalah fraktur dengan tulang mengalami kompresi (biasanya tulang
belakang)
o Fraktur depresi adalah fraktur yang fragmen tulangnya terdorong kedalam (biasanya
tulang tengkorak dan wajah)
Gambar 1
1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama
Differential Diagnosis
Etiologi
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai
keadaan berikut, yakni:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi
kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan
Disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran.
Patofisiologi
Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulan akan mengakibatkan
tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang
tersebut.5
Manifestasi Klinik
Gejala-gejala pasien dan hasil pemeriksaan fisik biasanya tergantung pada jenis
fraktur dan tingkat displacement.
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Film polos kemampuan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan
trauma skeletal, setiap tulang mengalami fraktur walaupun diantaranya sangat rentan3.
1. Garis fraktur dapat melintang diseluruh diameter tulang atau menimbulkan keretekan
pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.
2. Pembengkakan jaringan lunak, biasanya terjadi setelah fraktur
3. Irregularitas kortikal, sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah rutin,
faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Pemeriksaan radiologis
untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: maka harus dibuat 2 foto tulang yang
bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto anteroposterior (AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi ini
tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi
yang tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada
kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat4,5.
FotoPolos
CT-Scan
Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang
atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini
menggunakan pesawat khusus.7,8
Penatalaksanaan
Medika Mentosa
Pemberian obat- batan pada penderita trauma dengan fraktur tidak banyak. Hanya
saat operasi, perlu diberikan anastesi. Karena pembedahan ekstremitas bawah lebih
kompleks dari ektremitas atas, maka diperlukan Spine anasthetic. Serta setelah
operasi, pasien harus diberi antibiotika dosis tinggi.
Tindakan Pembedahan
Recognition
Yaitu penilaian dan diagnosis fraktur. Prinsip pertama adalah mengetahui
dan menilai keadan fraktur dengan anamnesis dan pemeriksaan klinik serta
radiiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan juga lokalisasi fraktur,
bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan dan komplikasi
yang mungkin terjadi setelah pengobatan.
Reduction
Yaitu reduksi draktur atau tindakan pengembalian tulang ke posisi semula
agar dapat berfungsi kembali seperti semula. Pada fraktur intra-artikuler
diperlukan reduksi atau dibenarkan secara anatomis dan mengembalikan fungsi
normal. Tidak hanya tulang, sendi pun juga harus dibenarkan untuk mencegah
komplikasi seperti kekakuan, dan deformitas.
Retaining
Artinya tindakan imonilisasi untuk mengistirahatkan alat gerak yang sakit
tersebut sampai mendapat kesembuhan. Dalam kasus ini laki- laki tersebut berarti
harus istirahat dengan tidak boleh banyak berjalan karena akan berdampak pada
femurnya.
Rehabilitation
Adalah tindakan untuk mengembalikan kemampuan dari anggota atau alat
gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali. Berarti pasien harus berlatih
berjalan misalnya dengan gips, atau tongkat supaya tulang femurnya bisa
berfungsi dengan baik.
a. Terapi non-operatif
Terapi non-operatif termasuk reduksi tertutup dan traksi skeletal dengan
membenarkan lewat operasi tertutup dan imobilisasi cast yaitu dengan gips.
Metode ini diharuskan dengan kenyamanan di tempat tidur, waktu yang lama,
mahal, dan tidak cocok dengan pasien dengan kerusakan multiple serta pasien
yang tua.
Beberapa fraktur dapat direduksi dengan traksi yang melewati traksi skeletal yang
melewati distal femur atau proximal tibia. Tapi, pemasangan dari pin pada distal
femur bisa menjadi sulit karena bisa menjadi pembengkakan jaringan lunak
(tendon), hemaarthrosis dan fraktur komunisi.
Gambar. A) titik masuk pin 2cm dibawah dan belakang dari tuberositas tibia. B)
pin dimasukan dari lateral ke medial. C) pin terpasang paralel menghadap ke sendi
lutut.
b. Terapi operatif
Lebih dikenal dengan tindakan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Dengan
internal fiksasi dapat menjadi cara reduksi fraktur, khususnya pada permukaan
sendi. Jika fasilitas tersedia, terapi ini menjadi suatu pilihan yang baik. Pada
pasien yang lebih tua, imobilisasi yang lebih cepat merupakan hal penting dan
fiksasi internal merupakan suatu yang wajib dilakukan. Kadang, keadaan tulang
yang osteoporotic, namun perawatan di tempat tidur lebih mudah dan pergerakan
lutu dapat dimulai lebih cepat. Alat yang digunakan adalah:
Locked internal medullary nail untuk tipe fraktur ringan
Plat, dipasang pada permukaan lateral femur. (cocok untuk tipe fraktur
berat)
Lag screw, cocok untuk tipe fraktur sedang yang dipasang paralel
dengan kepala screw dimasukan kedalam sendi untuk menghindari
pengelupasan dari permukaan sendi juga menjaga untuk menghindari
kerusakan supracondylar.
Komplikasi
Komplikasi dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi yang berhubungan dengan fraktur dan
yang berhubungan dengan injury. Komplikasi yang berhubungan dengan fraktur adalah:
a. Infeksi
Infeksi biasanya terjadi pada fraktur terbuka karena luka terkontaminasi oleh organisme yang
masuk dari luar tubuh. Pada fraktur tertutup dapat terjadi karena penolakan terhadap internal
fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien.
b. Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan yang lambat yang
disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran darah ke fragmen
c. Non union
Non union adalah fraktur tidak dapat sambung selama proses penyambungan dalam waktu
beberapa bulan. Non union adalah penyambungan tulang yang tidak sukses memperbaiki
perpatahannya.
d. Avascular necrosis
Avascular necrosis adalah kematian tulang karena kekurangan supply darah. Avascular
necrosis adalah nekrosis atau kerusakan tulang yang diakibatkan kurangnya pasokan darah.
e. Mal union
Mal union adalah penyambungan fragment pada posisi yang tidak sempurna.. Mal
union adalah penyambungan tulang pada posisi yang salah atau abnormal.
f. Shortening
Shorthening disebabkan oleh mal union, loss of bone, gangguan pada epiphysealpada anak-
anak. Shortening merupakan pemendekan tulang yang diakibatkan oleh mal union dan
gangguan epiphyseal pada anak-anak.
Injury pada pembuluh darah disebabkan fragmen fraktur masuk ke dalam jaringan tubuh yang
akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.
ii. Injury pada saraf
Injury pada organ dalam adalah bila fraktur mengakibatkan organ dalam rusak. Contohnya
rusaknya pleura atau paru yang disebabkan fraktur costa, rupture pada uretra atau
penetrasi colon karena fraktur pelvis.
Injury pada tendon biasanya terjadi pada fraktur terbuka. Misalnya rusaknyaextensor pollicis
longus akibat fraktur radius.
Fat embolism adalah gumpalan lemak pada pembuluh darah kecil dimana dapat mengganggu
paru dan otak karena akan terjadi oedem dan perdarahan di alveoli sehingga aliran oksigen ke
arteriole terganggu kemudian terjadilah hypoxemia.5
Prognosis
Prognosis dari kasus fraktur femur tergantung tipe dan tingkat keparahan fraktur. Semakin
kompleks fraktur yang terjadi, semakin jelek prognosisnya. Pada umumnya terapi yang sesuai
akan memberikan hasil yang baik pada pasien.
Edukasi
Sebagai seorang dokter yang berdedikasi, kita perlulah memberikan segala edukasi yang
berkait kepada pasien. Pasien seharusnya mendapatkan kalsium dan juga vitamin D yang
mencukupi. Mereka juga perlulah memperbanyak latihan untuk memperkuat tulang serta
menghindari rokok atau mengkomsumsi alcohol secara berlebihan. Selain itu, pasien juga
perlulah sentiasa memperhatikan obatan yang diperoleh. Dalam aktivitas fisik, pasien juga
haruslah berdiri secara perlahan-lahan dan menggunakan tongkat atau walker yang sesuai.6
Kesimpulan
Fraktur femur 1/3 distal yang di derita pasien karena terjadinya trauma akibat jatuh
dari sepeda motor dengan kecepatan sedang membuat gerakan tungkai bawah kanan terbatas
dan tidak dapat berdiri. Dengan hasil pemeriksaan fisik pasien yang dilakukan oleh dokter
terarah pada fraktur femur terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung yang gejala klinisnya ada tanda pasti dari fraktur yaitu deformitas pada
pasien, pada kasus ini pasien mengalami fraktur tertutup yang terjadi hematom di dalam
sehingga terjadi peningkatan permeabelitas kapiler dan edema semakin meningkat lalu terjadi
perfusi jaringan menurun dan terjadi vasodilatasi yang memberikan warna pucat pada kulit
akibat jaringan kekurangan O2 dan adanya rasa nyeri yang ditimbulkan karena penekanan
ujung syaraf dan tekanan jaringan sekitarnya, maka terjadi gangguan hantaran ke bagian
distal sehingga menimbulkan peningkatan tekanan kompartemen otot.
Daftar Pustaka
1. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed. Jakarta: EGC;
2006.
4. Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health.
2009.
6. Smith BA, Livesay GA, Woo SL. Biology and biomechanics of the anterior cruciate
ligament. Clin Sports Med 1993; 12:637–670.