Anda di halaman 1dari 7

Kesesuaian Rumus Schrool dan Pita Ukur Terhadap Bobot Badan Sapi Brahman Cross Di

Kelompok Ternak Sumber Jaya Dusun Pilanggot Desa Wonokromo Kecamatan Tikung
Kabupaten Lamongan

Fitness Formula Schoorl and Tape Measure on Body Weight Brahman Cross in Animal Resources
Group Dusun Pilanggot Desa Jaya District Wonokromo Tikung District Lamongan

Moh. Romadhona Adi Susanto1, Ratna Kumala Dewi, S.Pt, MMG, M.Eng2, Ir. Mufid Dahlan, MMA3
1
Mahasiswa Fakultas Peternakan
2
Dosen Pembimbing Utama
3
Dosen Pembimbing Pendamping
Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan, Universitas Islam Lamongan (UNISLA)

RINGKASAN
Usaha peternakan Sapi Brahman Cross (BX) hingga saat ini masih didominasi oleh peternakan
rakyat dengan skala usaha kecil dan sistem pemeliharaannya bersifat tradisional. Sistem pemasaran Sapi
di wilayah Kabupaten Lamongan masih menggunakan metode taksiran. Salah satu cara untuk
memperkirakan bobot badan adalah dengan mengukur lingkar dada ternak karena lingkar dada seekor
ternak memiliki korelasi yang sangat kuat untuk menduga bobot hidup ternak. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menentukan bobot hidup ternak adalah menggunakan rumus Schoorl dan pita ukur.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Sumber Jaya Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sapi Brahman Cross (BX) sebanyak 30 ekor. Data
hasil penelitian dianalisis menggunakan Uji-T. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai T hitung (t)
antara rumus Schoorl dengan timbangan Digital lebih besar dari T tabel (t0,05) yaitu (t = 76,26 ≥ t0,05 =
2,056), nilai T hitung (t) antara pita ukur dengan timbangan Digital lebih besar dari T tabel (t0,05) yaitu
(t=52,5 ≥ t0,05 = 2,056 ). Hasil tersebut menandakan bahwa terdapat penyimpangan yang signifikankan
dalam pendugaan bobot badan Sapi Brahman Cross di Kelompok Ternak Sumber Jaya Kecamatan
Tikung Kabupaten Lamongan.
ABSTRACT
Cattle breeding business Brahman Cross (BX) is still dominated by farm people with small scale
and traditional maintenance system. Cattle marketing system in the district of Lamongan still using
estimates. One way to estimate the body weight is to measure the circumference of the chest chest
circumference of cattle because an animal has a strong correlation to estimate the live weight of cattle.
Some of the ways that can be used to determine the live weight of cattle daalah using formulas Schoorl
and the measuring tape. This research was conducted in group Livestock Sumber Jaya subdistrict Tikung
Lamongan. The material used in this study is Brahman Cross Cattle (BX) as many as 30 individuals. The
data were analyzed using T-test. The results showed that the count value T (t) between Schoorl formula
with Digital scales larger than T table (t0,05) ie (t = 76.26 ≥ t0,05 = 2.056), calculate the value of T (t)
between the measuring tape with Digital scales larger than T table (t0,05) ie (t = 52.5 ≥ t0,05 = 2.056).
This result indicates that there are irregularities in the estimation of body weight signifikankan Brahman
Cross Cattle in Group Tikung Livestock Sumber Jaya subdistrict in Lamongan district.
Keywords : Body weight, measuring tape, schoorl formula, cow Brahman Cross (BX).

PENDAHULUAN daging selalu kurang. Permintaan daging sapi


Usaha pemeliharaan sapi potong secara pada tahun 2012 sebesar 484.000 ton
industry pada akhir-akhir ini semakin diperkirakan kebutuhan daging dalam negeri
berkembang. Perkembangan industry sapi tahun 2013 naik menjadi 550.000 ton (Rusman,
potong didorong oleh semakin meningkatnya 2012). Sapi Brahman Cross merupakan bangsa
permintaan daging dari tahun ketahun, sapi yang mampu beradaptasi dengan cepat di
sementara itu pemenuhan akan kebutuhan Indonesia dan memiliki kecepatan pertambahan
bobot badan serta memiliki bobot badan dasar rumus Schoorl diperkirakan sebagai rumus yang
yang tinggi (Williamson and Payne, 1993). paling akurat terhadap bobot badan ternak
Bobot badan sapi merupakan salah satu sebenarnya. Rumus-rumus tersebut dapat
indicator produktivias ternak yang dapat diduga digunakan untuk sapi, kambing, domba, babi,
berdasarkan ukuran linear tubuh sapi meliputi dan kerbau. Adapun langkah-langkah yang
lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan ditempuh dalam pengukuran badan ternak yang
(Kadarsih, 2003). Peternak biasa menggunakan meliputi panjang badan adalah panjang dari titik
bobot badan hidup sapi sebagai keberhasilan bahu ketitik tulang (pin bone) dan lingkar dada
pemeliharaan dan pertumbuhan sapi yang telah diukur pada tulang rusuk paling depan persis
dipelihara apakah sesuai dengan harapan atau pada belakang kaki depan.
tidak. Pada bidang pemasaran bobot badan sapi Minish dan Fox (1979) menyatakan
sangat berpengaruh pada penentuan harga. bahwa sapi Brahman di Australia secara
Pertambahan bobot badan pada hewan komersial jarang dikembangkan secara murni
menyebabkan hewan tersebut menjadi lebih dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford-
besar dan diikuti dengan semakin menambah Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan
kekuatan dan kesuburan otot-otot penggantung Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross
Musculusserratus ventralis dan (BX). Sapi ini mempunyai keistimewaan karena
Musculuspectoralis yang terdapat didaerah tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak,
dada,sehingga pada gilirannya ukuran lingkar mampu beradaptasi terhadap makanan jelek
dada semakin meningkat. serta mempunyai kecepatan pertumbuhan yang
Masalah yang sering dihadapi dalam tinggi.Sapi Brahman mempunyai sifat pemalu
mengukur bobot badan ternak dalam jumlah dan cerdas serta dapat beradaptasi dengan
yang besar serta biasanya tidak dikandangkan lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini suka
adalah membutuhkan peralatan, tenaga dan menerima perlakuan halus dan dapat menjadi
waktu yang banyak sehingga pekerjaan menjadi liar jika menerima perlakuan kasar.
tidak efektif dan efisien. Konsekuensinya penanganan sapi ini harus hati-
Dalam usaha untuk mengatasi kendala hati. Tetapi secara keseluruhan sapi Brahman
yang dihadapi jika alat ukur untuk menduga mudah dikendalikan.
bobot badan ternak yang berkapasitas besar Jumlah zat gizi yang dibutuhkan
tidak tersedia, dapat dilakukan penaksiran bobot maupun kemampuan sapi dalam mengonsumsi
badan ternak tersebut dengan menggunakan bahan kering ransum didasarkan pada bobot
dimensi tubuhnya. Misalnya melalui panjang badan sapi itu sendiri. Secara umum, bobot
badan dan juga lingkar dada, Karena lingkar badan sapi dapat diketahui dengan melakukan
dada seekor ternak memiliki korelasi yang penimbangan. Namun,pada umumnya para
sangat kuat untuk menduga bobot hidup ternak peternak tidak memiliki timbangan sapi karena
(Parakkasi, 1999). harganya relative mahal. Oleh karena itu para
Pedagang sapi dan jagal yang sangat peternak menggunakan alat ukur lainnya
berpengalaman dapat menduga kemungkinan walaupun hasilnya tidak setepat timbangan sapi,
bobot karkas dari sapi hidup dengan ketetapan yaitu pita ukur. Cara menggunakan alat ini
yang tinggi dengan melihat, tetapi kemampuan adalah dengan mengukur lingkar dada sapi.
demikian tidak sama pada setiap pemilik ternak, Selanjutnya dengan menggunakan rumus, bobot
kecuali para pemilik ternak mempunyai badan sapi dapat diukur.
beberapa petunjuk. Perkiraan tentang bobot Penelitian-penelitian terhadap
hidup adalah suatu tafsiran yang mungkin sangat penggunaan pita ukur untuk menghitung bobot
jauh dari kenyataan (Williamson dan Payne, sapi sudah banyak dilakukan. Salah satu hasil
1993). Salah satu metode yang dapat digunakan penelitian yang masih relevan adalah penelitian
adalah dengan mengukur panjang badan dan yang telah dilakukan oleh Schoorl.
lingkar dada. Terdapat beberapa rumus penduga Berdasarkan pengalaman lapang,
bobot badan ternak menggunakan lingkar dada penggunaan rumus Schoorl lebih besar sekitar
yaitu Schoorl, Winter, dan Denmark. Diantara 1,5-32,6% dari bobot badan sebenarnya (Sitorus,
rumus-rumus pendugaan bobot badan tersebut, 1979). Namun, diantara rumus-rumus untuk
memperkirakan bobot sapi, rumus Schoorl lebih mengamati pergantian gigi seri susu menjadi
mendekati kebenaran. gigi seri permanen. Caranya setelah tubuh sapi
diukur, mulut sapi dibuka lalu diamati
METODE PENELITIAN pergantian gigi dan jika ternak sudah cukup tua
Penelitian ini termasuk jenis metode dan giginya sudah permanen semua maka
penelitian kuantitatif yang komparatif karena diamati beberapa bidang asalnya.
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit atau empiris, objektif, terukur, rasional VARIABEL PENGAMATAN
dan sistematis. Variabel yang digunakan dalam
Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian ini yaitu Rumus Schoorl, Pita Ukur,
kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena bobot badan sapi Brahman Cross (BX).
metode ini sudah cukup lama digunakan
sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk ANALISIS DATA
penelitian. Metode komparatif adalah metode Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat
penelitian yang membadingkan keberadaan satu dikelompokan menjadi 2, antara lain yaitu :
variable atau lebih pada dua atau lebih sampel a. Data Primer
yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Data primer merupakan data utama yang
Setelah data-data pengukuran tersebut pengambilanya dilakukan secara langsung. Data
diperoleh, selanjutnya dihitung bobot badan primer ini diperoleh dari pengukuran terhadap
berdasakan metode pendugaan yang digunakan 30 ekor sapi dikelompok ternak Sumber Jaya, di
yaitu dengan rumus Schoorl. Menurut Gafar Dusun Pilanggot, Desa Wonokromo, Kecamatan
(2007), rumus yang dapat digunakan untuk Tikung, Kabupaten Lamongan.
menduga bobot badan adalah: RumusSchoorl: Data Sekunder
Dalam rangka pembuktian hipotesis, maka
dalam penelitian ini menggunakan analisis Uji T
untuk masing-masing metode pengukuran.
Dimana, BB = Bobot Badan Menurut Akbar (2008) besarnya nilai
LD = Lingkar Dada penyimpangan dihitung menggunakan rumus
Pengambilan dan pengumpulan data sebagai berikut :
sapi dilakukan dikelompok ternak Sumber Jaya,
di Dusun Pilanggot, Desa Wonokromo,
Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan. Keterangan:
Data yang diambil sebanyak 30 ekor P = Prosentase Penyimpangan
sapi Brahman Cross (BX). Sebelum dilakukan BBR = Bobot Badan Rondo
pengukuran lingkar dada terlebih dahulu BBT = Bobot Badan Timbangan
mengamati umur ternak, selanjutnya bobot Untuk mencari besarnya nilai perbedaan
badan sapi tersebut. Bobot badan sapi ditimbang antara penggunaan pita ukur Rondo dan
dengan menggunakan timbangan ternak digital timbangan Digital menggunakan Analisis Uji T.
great scale XK-3190A7 dengan kapasitas 3000 Menurut Hadi (1996). Rumus Uji T adalah
kg dan dengan tingkat ketelitian 1 kg. sebagai berikut :
Data pengukuran tubuh. Pengukuran
tubuh dilakukan saat sapi berdiri tegak pada
bidang datar (posisi ternak “parallelogram”). √
Lingkar dada diukur dalam satuan cm
yang diambil dengan cara mengikuti lingkaran Keterangan:
dada atau tubuh tepat di belakang kaki depan
Mxdan My = Mean dari sampel x dan sampel
ternak dengan menggunakan pita ukur. Data y
bobot badan diperoleh dengan cara menimbang Ʃ b2 = jumlah deviasi dari mean
sapi, dengan memasukan sapi ke dalam kandang
perbedaan
jepit yang sudah dilengkapi dengan timbangan
N = Jumlah sampel/ subyek
ternak. Penafsiran umur ditentukan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN berkurang setelah 4 tahun pertumbuhan
mulaitetap (Pane, 1993).
Hasil Pengukuran Lingkar Dada dan Bobot
Badan Sapi Brahman Cross (BX). Pemeliharaan sapi potong untuk
Ukuran-ukuran linear tubuh merupakan penggemukan dapat dilakukan dengan
suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang menggunakan system pemeliharaan intensif,
pertambahannya satu sama lain saling semi intensif dan ekstensif. Phillips (2001)
berhubungan secara linear, Kadarsih (2003) menjelaskan bahwa system pemeliharaan
menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang intensif merupakan system dimana sapi
dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas dipelihara dalam kandang dengan pemberian
sapi antara lain panjang badan, tinggi badan, pakan konsentrat berprotein tinggi dan juga
lingkar dada. dapat ditambah dengan memberikan hijauan.
Sistem pemeliharaan semi intensif adalah sapi
Dalam penelitian ini jumlah sapi yang selain dikandangkan juga digembalakan
akan diteliti sebanyak 30 ekor sapi Brahman dipadang rumput, sedangkan system ekstensif
Cross (BX). Dibawah ini disajikan nilai rata – pemeliharaannya di padang penggembalaan
rata lingkar dada dan bobot badan sapi Brahman dengan pemberian peneduh untuk istirahat sapi.
Cross (BX).
Uji-T Hasil Pendugaan Bobot Badan Sapi
Tabel 4.1 Data Lingkar Dada dan Bobot Badan Brahman Cross (BX)Antara Rumus Shoorl
Sapi Brahman Cross (BX). Dengan Timbangan Digital.
Penelitian-penelitian terhadap
Umur Lingkar Bobot penggunaan pita ukur untuk menghitung bobot
dada badan sapi sudah banyak dilakukan. Salah satu hasil
Jumlah 652 4692 8776 penelitian yang masih relevan adalah penelitian
bulan yang telah dilakukan oleh Schoorl (Suwarno,
Rata - 21,73 156,4 292,53 1958). Sapi yang diukur dengan menggunakan
rata bulan rumus Schoorl adalah sapi dewasa, sedangkan
Sumber : data primerdiolah (2016) untuk pedet rumus ini kurang tepat, karena
factor penambahan 22 untuk lingkar dada pada
Dari pengukuran lingkar dada dan bobot sapi yang sedang tumbuh terlalu besar.
badan pada sapi Brahman Cross (BX) di Tabel 4.2Uji-T Hasil Pendugaan Bobot
Kelompok Ternak Sumber Jaya yang bertempat Badan Sapi Brahman Cross (BX) antara Rumus
di KecamatanTikung Kabupaten Lamongan Shoorl Dengan Timbangan Digital.
yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran
1.
Schoor T.Digit b2 T table
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa l al (T0.05df 26)
sapi – sapi Brahman Cross (BX) yang digunakan (x) (y) √
oleh peneliti adalah sapi yang masih muda atau
masih berumur kurang dari 2 tahun, yang
Jumla 9554 8776 105, 76,26 2,056
memiliki rata – rata lingkar dada 156,4 cm dan
h 47
bobot badan rata – rata 292,53 kg.

Pada umur – umur muda pertumbuhan Sumber : data primerdiolah (2016)


berlangsung lebih cepat dibandingkan dewasa
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui
bahkan pada umur dewasa pertumbuhan relative
bahwa nilai T hitung( t ) lebih besar disbanding
konstan. Pertumbuhan paling cepat pada waktu
dengan nilai T tabel ( t0,05 ) sebesar (t=76,26 ≥
pedet lahir sampai umur 2 tahun kemudian 2
t0,05 = 2,056 ) yang artinya tolak H0 dan terima
sampai 4 tahun, kecepatan pertumbuhan mulai
H1.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan lingkar dada sapi. Selanjutnya dengan
yang signifikan dengan hasil perhitungan rumus menggunakan rumus, bobot badan sapi dapat
Schoorl terhadap bobot badan sebenarnya. diukur (Santoso, 2003).
Besarnya nilai penyimpangan tersebut selaras Tabel 4.3Uji-T Hasil Pendugaan Bobot
dengan yang dikemukakan (Sitorus, 1979) Badan Sapi Brahman Cross (BX) antara Pita
bahwa hasil rumus Schoorl lebih besar sekitar Ukur Dengan Timbangan Digital.
1,5-32,6% dari bobot badan sebenarnya.
Kandungan nutrisi dan komposisi kimia
bahan pakan yang masuk saluran pencernaan Pit T.Dig b2 T
merupakan factor utama yang mempengaruhi a ital tabl
pertumbuhan (Soeparno, 1994). Kekurangan uk (y) √ e
pakan merupakan kendala besar dalam proses ur (T0.0
pertumbuhan. Terlebih apabila dalam pakan (x) 5df
tersebut banyak zat-zat pakan untuk 26)
pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti
protein, mineral dan vitamin (Sugeng, 2003). Juml 94 8776 147, 52,5 2,05
Dalam pemberian pakan harus dilakukan ah 06 86 6
secara kontinyu sepanjang waktu. Pemberian
pakan yang tidak kontinyu akan menimbulkan Sumber : data primer diolah (2016).
perubahan terhadap sapi-sapi yang dipelihara di
daerah tropis, termasuk di Indonesia. BerdasarkanTabel 4.3 di atas diketahui
Pertumbuhan sapi-sapi yang dipelihara di daerah bahwa nilai T hitung( t ) lebih besar disbanding
tropis sering mengalami kurva naik turun yang dengan nilai T tabel ( t0,05 ) sebesar (t=76,26 ≥
sangat tajam. Pertumbuhan dan pertambahan t0,05 = 2,056 ) yang artinya tolak H0 dan terima
berat badannya sangat cepat ketika pada musim H1.
penghujan, karena mendapat makanan yang Hal ini menunjukkan perbedaan yang
cukup, sedangkan pada musim kemarau signifikan dengan hasil perhitungan Pita ukur
pertumbuhan dan berat badannya sangat terhadap bobot badan sebenarnya. Ketidak
menurun secara drastis. Selama musim kemarau cocokan bobot yang sebenarnya dengan bobot
daya cerna hijauan berkurang. Hal ini hidup pita ukur pada sapi – sapi Indonesia telah
disebabkan oleh hilangnya energy, mineral dan dilaporkan oleh Wachyudar yang diacu dalam
protein yang terkandung dalam hijauan akibat (Suardi, 1993). Menurut yang bersangkutan
kekurangan air. Hijauan yang diberikan kepada pendugaan bobot hidup dengan pita ukur
ternak menjadi tidak memenuhi syarat, bahkan menghasilkan bobot hidup yang sangat nyata
volume pemberiannya seringkali sangat lebih tinggi dari bobot yang sebenarnya.
berkurang. Akibatnya adalah pertumbuhannya Skor kondisi tubuh merupakan suatu
terhambat, sapi yang sudah dewasa berat system penilaian secara umum yang telah
badannya dapat menurun atau kurus, dikembangkan untuk mendugarataan kondisi
perkembangbiakannya mundur karena sapi dalam suatu pemeliharaan merupakan
fertilitasnya ikut menurun, prosentase karkasnya definisi skor kondisi tubuh. Menurut Encinias
sangat rendah (Sugeng, 2003). dan Lardy (2000), skor kondisi tubuh merupakan
metode penilaian secara visual yang
Uji-T Hasil Pendugaan Bobot Badan Sapi mempertimbangkan frame size atau bentuk
Brahman Cross (BX)Antara Pita Ukur tubuh (Phillips, 2001).
Dengan Timbangan Digital.
Secara umum, bobot badan sapi dapat KESIMPULAN DAN SARAN
diketahui dengan melakukan penimbangan. 1. Kesimpulan
Namun bisa juga menggunakan alat pengukur Berdasarkan penelitian yang telah
lainnya walaupun hasilnya tidak setepat selesai dilakukan diketahui bahwa terdapat
timbangan sapi, yaitu pita ukur. Cara penyimpangan pendugaan bobot badan yang
menggunakan alat ini adalah dengan mengukur signifikan antara penggunaan rumus Schoorl
dengan Timbangan Digital di Kelompok Ternak Direktorat Jenderal Peternakan,
Sumber Jaya Kecamatan Tikung Kabupaten Departemen Pertanian.
Lamongan, dengan diketahui bahwa nilai T Gafar, S. 2007. Memilih dan memilah hewan
hitung (t) lebih besar dibanding dengan nilai T qurban.
tabel (t0,05) yaitu = ( t = 76,26 ≥ t0 = 2,056 ) yang Hadi, Sutrisno.1996. Statistik cetakan keenam
artinya tolak H0 dan terima H1. Penyimpangan belas jilid dua. Andi Offset. Yogyakarta.
pendugaan bobot badan yang signifikan juga Hassen, A., D.E Wilson, G.H Rouse and R.G
terdapat antara penggunaan Pita Ukur dengan Tait. 2004. Use of Linear and Non
Timbangan Digital dengan diketahui bahwa nilai Linear Growth Curves to Describe
T hitung (t) lebih besar dibanding dengan nilai T Body Weight Changes of Young
tabel( t0,05) yaitu = ( t = 52,5 ≥ t0 = 2,056 ) yang Angus and Heifers. Iowa State
artinya tolak H0 dan terima H1. Jadi pengukuran University Animal Industry Report.
yang lebih mendekati dengan bobot badan A.S Leaflet R1869.Kadarsih, S. 2003.
sesungguhnya adalah dengan menggunakan Pita Peranan Ukuran Tubuh Terhadap
Ukur. BadanSapi Bali di Provinsi Bengkulu.
2. Saran J. penelitian UNIB. 9 (1): 45-48.
Untuk penelitian selanjutanya Kadarsih, S. 2003. Peranan Ukuran Tubuh
disarankan untuk menggunakan jenis sapi selain Terhadap BadanSapi Bali di Provinsi
sapi Brahman Cross (BX) dan dapat pula Bengkulu. J. penelitian UNIB. 9 (1):
membedakan jenis kelaminnya supaya bisa 45-48.Minish, G. L. and D. G. Fox,
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. 1979. Beef Production and
Management. Reston
DAFTAR PUSTAKA Publishing Co., Inc. A Prentice-Hall
Akbar, Muhammad. 2008. Pendugaan Bobot Co., Reston, Virginia.
Badan Sapi Persilangan Limousin Minish, G.1. andD.G.Fox, 1979. Beef
berdasarkan Panjang Badan dan Production and Management. Reston
Lingkar Dada. Fakultas Peternakan. Publishing Co. Inc. A Prentice Hall
Universitas Brawijaya. Malang. Co. Reston. Virginia.
Basya, S. 2009. Penggemukan Sapi. Penebar Murtidjo, B.A. 1992. Beternak Sapi Potong.
Swadaya, Jakarta. Kanisius, Yogyakarta.
Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu Peternakan. Murtidjo, B.A. 1993. Beternak Sapi Potong.
Edisi Ke-empat. Terjemahan Kanisius, Yogyakarta.
B.Srigandono. UGM Press, Nasir, M. 1998. Metode Penelitian, Ghalia
Yogyakarta. Indonesia. Jakarta.
Blakely J. David H.D. 1994. Ilmu Peternakan. Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT
Gajah Mada University Press, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yogyakarta. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan
Encinias, A. M. and G. Lardy. 2000. Body Ternak Ruminansia. Universitas press,
condition scoring I: managing your Jakarta.
cow herd through body condition Phillips, C.J.C. 2001. Pinciples of Cattle
scoring. Ext. Publ. AS-1026. North Production. CABI Publishing.
Dakota State University. London.
Fivet Animal Health.Rondo Tape Measure. Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong
Zimbabwe. (diakses pada tanggal 10 dan Kerja. UniversitasDiponegoro,
Agustus 2016). Semarang.
Gunawan, Abubakar, G.T. Prambudi, D. Nista, Rusman. 2012. Kebutuhan Sapi Potong di
A. Purwadi, K. Karim, A. Karnaen, Indonesia tahun 2013. Wakil menteri
W. Ediyati, P. Djajadiredja, dan P.P. pertanian Republik Indonesia.
Putro. 2008. Petunjuk Pemeliharaan Santoso, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan
Sapi Brahman Cross. BPTU Sapi Sapi. Cetakan Ke-empat. Penebar
Dwiguna dan Ayam Sembawa. Swadaya, Jakarta.
Sitorus, S. 1979. Ketepatan Pemakaian Pita
Ukur pada Penentuan Bobot Badan
Sapi Potong Peranakan Ongole di
Pasar Ternak Plaosan, Magetan.
Lembaran LPP No. 3 halaman 1-4.
Bogor.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging.
Cetak Ke-dua. Gajah Mada University
press, Yogyakarta.
Suardi, 1993. Hubungan bobot hidup yang
sebenarnya denga nbobot hidup yang
diduga dengan pita ukur pada sapi
local. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas. Padang.
Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sugeng, B. Y. 2003. Sapi Potong. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Supriyono. 1998. Ilmu Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Suwarno, R. 1958. Mempraktekan Pelajaran
Pertumbuhan pada Hewan Relasi
antara Lingkar Dada, Panjang Badan
dan Berat Badan. HameraZoa,
Archipel, Bogor.
Turner, H.N. 1981. Animal genetic resources.
Int. Goat and Sheep Res. 1(4):243.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne, 1978. An
Introduction to Animal Husbandry in
The Tropics, Second Edition, ELBS
and Longman Group Limited,
London.
Williamson G., and W.J.A. Payne, 1993.
Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis, Cetakan Pertama,
Diterjemahkan SGN. Djiwa
Darmadja. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Yusuf, M. 2004. Hubungan Antara Ukuran
Tubuh Dengan Bobot Badan Sapi Bali
di Daerah Bima NTB. Skripsi Fakultas
Peternakan Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai