Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Struma (gondok)


Sub pokok bahasan : pencegahan pada penyakit gondok
Waktu : 15 menit
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat : RSUD provinsi NTB ruang tanjung Aan kamar 3031

I. Tujuan Intruksional umum :


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan ini keluarga mampu memahami
tentang penyakit gondok (struma)

II. Tujuan instruksional khusus :


Setelah mengikuti penyuluhan ini pasien dan keluarga pasien diharapkan
dapat :
1. Menyebutkan pengertian dan penyebab struma (gondok)
2. Mengetahui tanda dan gejala struma (gondok)
3. Mengetahui cara pencegahan struma (gondok)

III. Materi
Terlampir

IV. Media
- Leaflet
- flipchart

V. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
VI. Strategi pembelajaran
No Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan pasien
1. Pembukaan 3 Menit - Memberikan salam - Membalas salam
- Menjelaskan tujuan tentang - Memberikan respon
pemberian penkes dan mendengarkan.
2 Inti 7 menit  Menjelaskan materi  Memperhatikan dan
 Menyebutkan pengertian mendengarkan
dan penyebab Sruma materi yang
 Menyebutkan tanda dan disampaikan.
gejala struma
 Menjelaskan cara
pencagahan struma

 Memberikan kesenpatan  Bertanya tentang hal


bertanya yang belum jelas
 Menjawab pertanyaan  Mendengarkan
3 Penutup 5 menit  Menyimpulkan materi  Bersama perawat
menyimpulkan
materi
 Mengevaluasi dengan  Menjawab
cara memberikan pertanyaan pertanyaan dengan
kepada keluarga pasien benar
tentang materi yang telah di
berikan.
 Menjelaskan bahwa  Membalas salam
kegiatan penkes telah selesai
dan mengucapkan salam
penutup
VII. Evaluasi
Bentuk : Somatif
Waktu : 2 Menit
Soal evaluasi :
1. Apa pengertian dan penyebab penyakit struma (gondok)?
2. Sebutkan tanda – tanda penyakit struma (gondok)!
3. Sebutkan cara pencegahan penyakit struma (gondok)!

VIII. Referensi
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.

Chalampa, Bams. 2010. Askep pada Penyakit Goiter. Disitasi dari


http://bamschalampa-askep.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-pada-
penyakit-goiter.html. pada tanggal 11 Januari 2013.

Rahza, Putri. 2010. Patofisiologi Goiter Gondok. Disitasi


dari http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/patofisiologi-goiter-
gondok.html. pada tanggal 11 Januari 2013

Santoso, Agung. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Struma. Disitasi


dari http://nersgoeng.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pasien-
struma.html. pada tanggal 11 Januari 2013

MATERI PENYULUHAN
STRUMA (GONDOK)

A. DEFINISI
Struma (gondok) disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada
leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid
dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya.
Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan yodium yang
ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko Moelianto, 1993).

B. ETIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik
glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid)
seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara
berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan
tumor/neoplasma.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyebab Goiter adalah:
1) Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).
Tiroiditis Hasimoto’s juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat
adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan
TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis
otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan
genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering
ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto,
kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi
beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang
masih berfungsi.
Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein,
yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan
TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar
memproduksi sebuah gondok.

2) Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap


hipertiroidisme baik yodium radioaktif maupun pembedahan
cenderung menyebabkan hipotiroidisme.

3) Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.

4) Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat


dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid

5) Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium


dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada
defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium
yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar
TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa).
6) Kurang iodium dalam diet, sehingga kinerja kelenjar tiroid
berkurang dan menyebabkan pembengkakan. Yodium sendiri
dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan
diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar.
Kelenjar tersebut diantaranya:
a. Choroid
b. Ciliary body
c. Kelenjar mammae
d. Plasenta
e. Kelenjar air ludah
f. Mukosa lambung
g. Intenstinum tenue
h. Kelenjar gondok
Sebagian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar
gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang,
dipastikan seseorang akan mengidap penyakit gondok.

7) Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker)


Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki
satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan
pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar
perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal
yang besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil
sebagai nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid
meskipun kurang dari 5 persen dari nodul adalah kanker. Sebuah
gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.
Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan
hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini
antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau
terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua
pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi,
terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi
iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid
karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

8) Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid,
Tiroiditis. Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.

9) Kehamilan, Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu


gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama :
1. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah
benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
2. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi
batang tenggorokan).
4. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara serak.
6. Distensi vena leher.
7. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8. Kelainan fisik (asimetris leher)

Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :


1. Tingkat peningkatan denyut nadi
2. Detak jantung cepat
3. Diare, mual, muntah
4. Berkeringat tanpa latihan
5. Agitasi
D. PENCEGAHAN
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola
perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium
2. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti
ikan laut
3. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam
beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan
garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari
makanan
4. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara
ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan
garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi
dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa,
yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan
yodida dalam sediaan air minum.
5. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di
daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya
adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun,
termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis
berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai
umur dan kelamin.
6. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%)
diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak
di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
7. Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan
yang mengandung goitrogenik glikosida agent yang dapat menekan
sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kankung, dan
kubis.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu
penyakit, mengupa yakan orang yang telah sakit agar sembuh,
menghambat progresifitas penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara
yaitu :
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan
penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi
atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul,
perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah
nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan ada saat
pasien diminta untuk menelan dan palpasi pada permukaan
pembengkakan.
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta
untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan
pada tengkuk penderita.
c. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan
perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid
diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur
dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar
tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator
fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya
kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan
autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal
penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan
yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
d. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudka n untuk melihat struma telah
menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).
e. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran
gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan
ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang
mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan
yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan
kemungkinan karsinoma.
f. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif
125 131
bernama technetium-99m dan yodium /yodium ke dalam
pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu
kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan
dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang
utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak
menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi
biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan
pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah
intrepertasi oleh ahli sitologi.
A. PENGERTIAN 2. Kelainan fisik ( leher tidak simetris)
Struma adalah reaksi adaptasi 3. Perasaan sesak di daerah
terhadap kekurangan yodium yang tenggorokan.
ditandai dengan pembesaran kelenjar 4. Kesulitan bernapas (sesak napas),
tyroid. (Djoko Moelianto, 1993). batuk, mengi (karena tekanan
batang tenggorokan).
B. PENYEBAB 5. Kesulitan menelan (karena tekanan
 Autoimun dari esofagus).
 Efek pengobatan 6. Suara serak.
 Obat-obatan 7. pembesaran vena leher.
 Peningkatan TSH (Tyroid 8. Pusing ketika lengan diangkat di

PROGRAM STUDI ILMU stimulating hormone) atas kepala


KEPERAWATAN  Kekurangan yodium
 Tumor Dapat juga terdapat gejala lain,
 Kerusakan genetic diantaranya :
 Kehamilan 1. Tingkat peningkatan denyut nadi
2. Detak jantung cepat
C. TANDA – TANDA 3. Diare, mual, muntah
Gejala utama : 4. Berkeringat tanpa latihan
1. Pembengkakan, mulai dari ukuran 5. Agitasi/gelisah
sebuah nodul kecil untuk sebuah
benjolan besar, di bagian depan
leher tepat di bawah Adam’s apple.
D. CARA PENCEGAHAN Kemudian tinggal
membagi/menambahkan sesuai
banyakny air yang akan diabatisasi.
Abatisasi di ulang tiap 3 bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai