Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA :

RATNA SARI DEWI SIREGAR

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Contextual Teaching and Learning (CTL)”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi.Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Medan, Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) ................................ 3
B. Latar Belakang Contextual Teaching and Learning (CTL).......................... 4
C. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)............................. 6
D. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)................................ 7
E. Sintaks Contextual Teaching and Learning (CTL)....................................... 9
F. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional........... 10
G. Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)........ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13


A. Kesimpulan ................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita
sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari
masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum,
fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang
banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di
dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal
informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta
didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi
mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas,
2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab
guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran
yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat
dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran
adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) ?

1
2. Bagaimana latar belakang Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
3. Bagaimana karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
4. Apa sajakah komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
5. Bagaimana sintaks Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
6. Bagaimana perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan
tradisional?
7. Apa kelebihan dan kelemahan Contextual Teaching and Learning
(CTL)?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Contextual Teaching and Learning (CTL)
2. Mengetahui latar belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)
3. Mengetahui karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
4. Mengetahui komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
5. Mengetahui sintaks Contextual Teaching and Learning (CTL)
6. Mengetahui perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan
tradisional
7. Mengetahui kelebihan dan kelemahan Contextual Teaching and Learning
(CTL)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)


Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti
“hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. (KUBI, 2002 : 519).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.

2
Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL
bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya,
akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran CTL siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan
mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui
pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh yang tidak
hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga
psikomotor. Selain itu, materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk
ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam
mengarungi kehidupan nyata.

B. Latar Belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Latar belakang filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai
digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget.
Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistemology
Giambatista Vico (Suparno, 1997). Vico mengungkapkan: “ Tuhan adalah
pencipta alam smesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya.” Mengetahui

3
menurut Vico berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Artinya
seseorang dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsure-unsur
apa yang membangun sesuatu itu. Oleh karena itu menurut Vico, pengetahuan
itu tidak lepas dari orang (subyek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur
konsep dari subyek yang mengamati. Selanjutnya teori filsafat
konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang
proses belajar bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah
hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu. Pengetahuan hasil dari
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa
agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang
dari kerja Piaget, Vygotzky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002:8)
Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skemata. Skemata terbentuk karena
pengalaman. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang
telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi).
Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk
dalam struktur kognitif anak sangat berpengaruh terhadap beberapa model
pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual pengetahuan itu
akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan
menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan
mudah dilupakan dan tidak fungsional.
2. Latar Belakang Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk
karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL
berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar

4
terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah
peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus dan Respons. Belajar tidak
sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti
emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak,
pada dasarnya adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang dalam
diri seseorang. Sebagai peristiwa mental perilaku manusia tidak semata-mata
merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya
faktor pendorong yang ada dibelakang gerakan fisik itu. Mengapa demikian?
Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya.
Kebutuhan itulah yang mendorong manusia untuk berperilaku. Dari asumsi
dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus
dipahami tentang belajar dalam konteks CTL menurut Sanjaya (2005:114)
antara lain:
1) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena
itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula
pengetahuan yang mereka peroleh.
2) Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang
dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak,
kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau
performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan
mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir.
3) Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan
masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya
perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara
kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan
4) Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara
bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar
tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.

5
5) Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari kenyataan.
Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang
memiliki makna untuk kehidupan anak (Real World Learning).

C. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)


Terdapat enam karakteristik penting dalam proses pembelajaran CTL, yaitu:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang
akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan
baru ini diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai
dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan
detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk
proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
6. Bekerjasama ( collaborating ) untuk membantu siswa bekerja secara
efektif dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana

6
berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang
ditimbulkannya (Budiningsih.2005: 79).

D. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)


Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada
7 ,antara lain :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan
diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan
hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek
yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada
pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa
langkah sistematis, yaitu :
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e. Membuat kesimpulan.
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu.
Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
f. Menggali pemahaman siswa.

7
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang
lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok
belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil
belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antarteman atau
antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang
pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah
hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses
modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa
yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup
penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar
dari pembelajaran yang teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya
verbalisme.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari
atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di
terima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam
struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan
yang dimilikinya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh
guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa
benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki
pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan

8
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses
belajar bukan kepada hasil belajar.

E. Sintaks Contextual Teaching and Learning (CTL)


Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah
sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

F. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional


1. Pendekatan Kontekstual
 Menyandarkan pada pemahaman makna.
 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
 Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang
disimulasikan.
 Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
 Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan
masalah (melalui kerja kelompok).
 Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

9
 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif.
 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut
merugikan.
 Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting.
 Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
2. Pendekatan Tradisional
 Menyandarkan pada hafalan.
 Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
 Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
 Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas
kehidupan.
 Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan.
 Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan
buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja
individual).
 Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
 Perilaku dibangun atas kebiasaan.
 Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
 Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
 Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan
hukuman.
 Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
 Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
 Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan.

G. Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif
dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih
kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

10
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan
oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.
2. Kelemahan dari model pembelajaran CTL :
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya
berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak
percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini
akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena
dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti
setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman
yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model
CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya
dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini
peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih
menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi,

11
mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di
lapangan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
beberapa hal berikut ini:
1. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
2. Terdapat enam karakteristik penting dalam proses pembelajaran CTL, yaitu:
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam
rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge),
pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), melakukan
refleksi (reflecting knowledge),dan bekerjasama ( collaborating ).
3. Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada
7 ,antara lain: konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Quesrioning), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian nyata (Authentic
Assessment).
4. Langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut :
membangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya. Kemudian melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topic dan kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya, ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
lalu hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Lakukan refleksi di akhir
pertemuan dan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
5. Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional secara
umum yaitu pendekatan kontekstual lebih menekankan pada pemahaman

12
makna, hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.Sedangkan
pendekatan tradisional menyandarkan pada hafalan, hasil belajar diukur
melalui test/ujian saja.
6. Kelebihan pendekatan CTL secara umum yaitu pembelajaran menjadi lebih
bermakna , riil , lebih produktif serta siswa dituntut berfikir kritis dan kreatif.
Sedangkan kelemahannya yaitu kurang efisien karena membutuhkan waktu
yang lama serta peran guru tidak terlalu penting lagi .

B. Saran
Dari makalah yang telah di buat, penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan metode,
strategi, dan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa mudah
memahami pelajaran/materi yang disampaikan.
2. Tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, namun siswa juga
harus aktif dalam mencari pengetahuan melalui pengalaman siswa itu
sendiri serta penerapan pada keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

13
Paul,Suparno.1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta:Kanisius
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta :Kencana
http://gakuseishinsetsu.wordpress.com/2013/03/31/model-pembelajaran-
konstektual/
//PDRTJS_settings_1036222_post_228={“id”:1036222,”unique_id”:”wp-post-
228″,”title”:”Model Pembelajaran Konstektual”,”permalink”

14

Anda mungkin juga menyukai