KONSEP MEDIS
A. Definisi
yang signifikan pada kualitas hidup seseorang. Pengertian fraktur sendiri adalah
rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar yang dapat diserap
oleh tulang (Indonesia, 2016). Pengertian lain dari fraktur adalah suatu gangguan
dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang (Black & Hawks, 2014).
cruris dst).
a. Fraktur komplit adalah patahan pada seluruh garis tengah tulang dan
tulang.
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada
jaringan subkutan.
ekstensif
Fraktur distal radius merupakan salah satu fraktur yang paling sering
kejadian fraktur pada orang dewasa. Abraham Colles merupakan orang yang
bahwa fraktus distal radius merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi
pada distal dan radius (Colles’ Fracture). Colles’ Fracture secara khusus
diartikan sebagai cidera pada metapisis atau persimpangan cortico-cancellous
(kedalaman 2-3 cm dari permukaan articular ) dari radius distal yang mempunyai
dorsal, radial tilt, pergeseran radial, supinasi dan impaksi (Meena, Sharma,
styloid radial, medial dorsal dan medial volar . Fraktur ini hanya sedikit
perpisahan yang lebar atau rotasi fragmen medial dorsal dari volar.
Terdapat cidera saraf dari kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur yang
B. Etilogi
1. Trauma atau benturan langsung pada tulang : kecelakaan lalu lintas/ jatuh
usia
C. Manifestasi Klinik
D. Komplikasi
1. Atritis post trauma, akan memburuk dari waktu ke waktu (Lameijer &
Dusseldorp, 2017)
2. Robekan tendon
4. Syok hipovolemik
5. Sindrom kompartement
3. Delayed union.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu teknik khususnya
seperti:
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
trauma.
rudapaksa.
rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
3. Pemeriksaan lain-lain
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
fraktur.
tulang
F. Penatalaksanaan
Indikasi tatalaksana non operatif : fraktur yang stabil serta pasien usia
pemasangan cast.
1. Imobilisasi cast/ gips
2. Operasi
Kehilangan reduksi
yang hilang)
(displaced)
Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak
stabil dari volar dan medial kolum dari distal radius. Distal radius plate
dorsal medial, volar medial dan radial styloid. Prinsip dari penanganan
pengeroposan (osteoporosis
PINNING PERCUTANEUS
sampai 3 minggu.
rendah.
Spanning fiksasi eksternal
selama penyembuhan.
fluoroskopi intraoperatif.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
2) Keluhan Utama
menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
6) Riwayat Psikososial
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
masyarakat.
a) Aktivitas istirahat
mungkin segera setelah fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder
b) Sirkulasi
hivopolemia)
c) Neurosensori
krepitasi.
d) Nyeri / kenyamanan
Tak ada nyeri akibat kerusakan saraf spasme atau kram otot (setelah
imobilisasi)
e) Keamanan
f) Penyuluhan
pengetahuan terbatas.
B. Diagnosa Keperawatan
b. Nyeri akut berhubungan dengan refleksi spasme otot, gerakan fragmen tulang
jaringan, imobilisasi
f. Risiko infeksi
informasi
pembentukan kalus.
Intervensi :
1) Letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat
tidur ortopedik.
R : Imobilisasi Pasien
b. Nyeri akut berhubungan dengan refleksi spasme otot, gerakan fragmen tulang
Intervensi :
2) Kaji kwalitas nadi perifer, distal, aliran kapiler, warna kulit pada fraktur.
Kriteria evaluasi ; Tidak ada dipsnea/ apnea, RR dan GDA dalam batas normal
Intervensi :
5) Observasi sputum
Intervensi :
5) Bantu posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk / latihan nafas
dalam.
f. Risiko infeksi.
1) Kaji kulit apabila ada luka terbuka , benda asing, kemerahan, perdarahan
imobilisasi
Tujuan : Agar tidak ada tanda-tanda yang mengubah diagnosa menjadi aktual
Intervensi :
informasi
Intervensi :
3) Beri informasi yang penting dan benar kepada pasien tentang terapi sesuai
intruksi
secara mandiri
Intervensi :
aktivitas perawatannya.
perawatan diri.
WEB OF CAUTION
Trauma
(Cidera / Benturan ) Patologis
FRAKTUR
Perdarahan Hb
Diskontuinitas General
fragmen tulang Fragmen Anastesi
Hematoma Hipoksemia
tulang
Lepasnya Lipid melukai Penurunan
Nyeri Akut v Aliran darah ke daerah
pd sumsum jaringan G3 Perfusi kesadaran
distal berkurang
tulang kulit Jaringan
cerebral
Kerusakan Resiko
Terabsorbsi Jaringan neuromuskular trauma
masuk ke aliran kulit tidak
darah utuh
Risiko terhadap Peningkatan
G3 Perfusi peristaltic
Emboli disfungsi Jaringan usus
Kerusakan neuromuskuler perifer
Oklusi arteri paru Integritas
Jaringan Kembung
Hambatan Mobilitas
fisik Anoreksia
Nekrosis Jaringan
paru
Luka terbuka
Resiko Infeksi Nutrisi Kurang
port de entry
kuman dari kebutuhan
Luas permukaan G3 pertukaran
Penurunan laju tubuh
paru menurun gas
difusi
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. (A. Suslia &
P. P. Lestari, Eds.) (8th ed.). Singapura: Elsevier.
Frykman, G. (1967). Fracture of the distal radius including sequelae--shoulder-
hand-finger syndrome, disturbance in the distal radio-ulnar joint and
impairment of nerve function. A clinical and experimental study.
Indonesia, D. K. M. B. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
(D. Yasmara, Nursiswati, & R. Arafat, Eds.). EGC.
Lameijer, C. M. H. J., & Dusseldorp, D. I. Van. (2017). Prevalence of
posttraumatic arthritis and the association with outcome measures following
distal radius fractures in non ‑ osteoporotic patients : a systematic review.
Archives of Orthopaedic and Trauma Surgery.
https://doi.org/10.1007/s00402-017-2765-0
Meena, S., Sharma, P., Sambharia, A. K., & Dawar, A. (2014). Family Practice
Fractures of Distal Radius : An Overview, 3(4). https://doi.org/10.4103/2249-
4863.148101
Melone, C. J. (1984). Articular Fractures of The Distal Radius.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. (A. Suslia &
P. P. Lestari, Eds.) (8th ed.). Singapura: Elsevier.
Frykman, G. (1967). Fracture of the distal radius including sequelae--shoulder-
hand-finger syndrome, disturbance in the distal radio-ulnar joint and
impairment of nerve function. A clinical and experimental study.
Indonesia, D. K. M. B. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
(D. Yasmara, Nursiswati, & R. Arafat, Eds.). EGC.
Lameijer, C. M. H. J., & Dusseldorp, D. I. Van. (2017). Prevalence of
posttraumatic arthritis and the association with outcome measures following
distal radius fractures in non ‑ osteoporotic patients : a systematic review.
Archives of Orthopaedic and Trauma Surgery.
https://doi.org/10.1007/s00402-017-2765-0
Meena, S., Sharma, P., Sambharia, A. K., & Dawar, A. (2014). Family Practice
Fractures of Distal Radius : An Overview, 3(4). https://doi.org/10.4103/2249-
4863.148101
Melone, C. J. (1984). Articular Fractures of The Distal Radius.