Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS

A. Deskripsi
Pada hari Rabu, 22 Januari 2020 di ruangan IGD Luka Bakar, saya mengamati tindakan
pembersihan luka bakar ( GV) pada Ny. S, umur 82 tahun dengan diagnose luka bakar
derajat 2a dan 2b, dengan luas luka bakar 34 %. Pencucian atau pembersihan luka bakar
berlangsung kurang lebih 45 menit. Sebelum dilakukan tindakan tersebut, terlebih dahulu
perawat mengkonfirmasi kepada pasien terlebih dahulu dan memastikan kembali kondisi
pasien. Setelah itu perawat mempersiapkan alat-alat yang diperlukan serta obat-obatan
serta cairan yang diperlukan untuk mencuci luka pasien. Terlebih dahulu yang mereka
lakukan adalah menghangatkan cairan NaCl 0.9 % yang digunakan untuk mencuci luka
bakar. Setelah semuanya siap kemudian mahasiswa membawa pasien ke ruang tindakan
untuk kemudian dilakukan tindakan pencucian luka. Pada saat dilakukan pencucian luka
tampak luka bakar pada wajah, kedua tangan dan kaki. Tampak slough pada luka bakar,
luka masih tampak pucat. Luka dicuci dengan menggunakan sabun dan cairan NaCl 0.9 %
yang telah dihangatkan dan dibilas kembali dengan menggunakan cairan NaCl 0.9 % juga
yang telah dihangatkan. Setelah itu luka dikeringkan dengan cara di tekan perlahan-lahan
menggunakan kasa, setelah dipastikan kering kemudian dioleskan salep Burnasin pada
semua area luka bakar dan dibalut dengan menggunakan kasa kering. Semua tindakan pada
saat pencucian luka dilakukan dengan prinsip steril.
B. Perasaan (perasaan saat menghadapi kasus tersebut)
Saat saya melihat tindakan pencucian luka, perasaan saya sangat bersemangat karena hal
ini merupakan proses pembelajaran untuk melihat apakah ada teknik terbaru dalam melihat
bagaimana cara mencuci luka bakar, terlebih pada luka bakar dengan derajat dan persentasi
luka bakar yang besar. Yang menarik bagi saya adalah penggunaan NaCl 0.9 % yang
terlebih dahulu dihangatkan sebelum digunakan untuk mencuci luka pasien.
C. Evaluasi (sisi positif dan negative dari kasus tersebut)
1. Positif
Sisi positif drai kasus tersebut adalah selama tindakan pencucian luka, pasien sering
kali mengatakan badannya terasa dingin. Dengan menggunakan NaCl 0.9 % yang
dihangatkan, kemungkinan besar diharapakan bisa membantu pasien tidak kedinginan
selama proses pencucuian luka.
2. Negatif
Selama saya mengobservasi proses perawatan luka, saya tidak melihat sisi negatif dari
penggunaan NaCl 0.9 % yang dihangatkan terhadap luka itu sendiri. Tetapi mungkin
sedikit membutuhkan persiapan waktu yang sedikit lebih lama. Hal yang harus
diperhatikan juga, pengontrolan tingkat kehangatan cairan yang digunakan.
Dikhawatirkan jika terlalu hangat atau cenderung panas, bisa berbahaya dan
memperparah kondisi luka pasien.
D. Analisa
1. Mengapa menarik?
Hal ini mejadi menarik karena pengalaman saya, proses pencucian luka cukup
menggunakan NaCl 0.9 % yang tidak dihangatkan. Jadi ini merupakan pengalaman
baru.
2. Mengapa bisa terjadi?
Berdasarkan penjelasan yang saya dapatkan dari perawat di ruangan, hal tersebut
dilakukan tujuannya untuk kenyamanan pasien karena biasanya pasien tersebut kaget
jika menggunakan air dingin dan menurut perawat yang ada pada saat itu hal tersebut
untuk mengurangi hipotermi pada pasien.
3. Bagaimana hubungan dengan kompetensi?
Menurut sumber-sumber yang saya dapatkan, tidak menjelaskan secara spesifik tujuan
penggunaan NaCl 0.9 % yang dihangatkan pada saat pencucian luka bakar. Bahkan
dijelaskan pada beberapa sumber tersebut penggunaan NaCl 0.9% saja sudah cukup
digunakan untuk proses pencucian luka bakar.
E. Kesimpulan
Indikasi dilakukan penghangatan pada cairan NaCl 0.9 % sebelum dilakukan pencucian
luka pada pasien sejauh ini masih belum mempunyai alasan yang jelas berdasarkan
beberapa sumber dan penelitian yang telah dilakukan terkait dengan perawatan luka bakar.
Kemungkinan besar hal ini dilakukan untuk pertimbangan kenyamanan pasien tetapi tidak
berhubungan langsung dengan efektifitasnya terhadap perbaikan luka. Hal ini mungkin
dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya berkaitan dengan teknik perawatan luka bakar
ke depannya.
Rencana tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan yaitu hal ini akan menjadi bahan evaluasi terhadap diri
saya bagaimana dalam penatalaksanaan pasien dengan luka bakar yang tepat berdasarkan
evidence bace practice.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ovens L, Irving S. Advances in wound cleansing: an integrated approach. Wounds UK


2018; 14(1): 58–63. Journal
2. Collier M, Hofer P. Taking wound cleansing seriously to minimize risk. Wounds UK 2017;
13(1): 58–64. Journal
3. Gabriel A. Wound irrigation. Medscape. Updated 14 December 2017. Available
from: https://emedicine.medscape.com/article/1895071-overview [accessed April 27
2018]
4. Queirós P, Santos E, Apóstolo J, Cardoso D, Cunha M, Rodrigues M. The effectiveness of
cleansing solutions for wound treatment: a systematic review protocol. JBI Database of
Systematic Reviews and Implementation Reports 2013; 11(5): 169–181. Journal
5. Lindfors J. A comparison of an antimicrobial wound cleanser to normal saline in reduction
of bioburden and its effect on wound healing. Ostomy Wound Manage 2004; 50(8): 28–
41. PubMed
6. Wound Healing and Management Node Group. Evidence summary: Wound management
– chlorhexidine. Journal of the Australian Wound Management Association 2017; 25: 49–
51. Journal
7. Cornish L, Douglas H. Cleansing of acute traumatic wounds: tap water or normal saline.
Wounds UK 2016; 12(4): 30–35. Journal
8. Gannon R. Fact file: Wound cleansing: sterile water or saline? Nursing Times. 27 February
2007. Available at: https://www.nursingtimes.net/clinical-archive/wound-care/fact-file-
wound-cleansing-sterile-water-or-saline/201829.article [accessed April 2018]
9. Kramer A, Dissemond J, Kim S, et al. Consensus on wound antisepsis: update 2018. Skin
Pharmacol Physiol 2018; 31: 28–58. DOI: 10.1159/000481545. PubMed
10. Fernandez R, Griffiths R. Water for wound cleansing. Cochrane Database Syst Rev 2012;
(2): CD003861. DOI: 10.1002/14651858.CD003861.pub3. Journal

Anda mungkin juga menyukai