Anda di halaman 1dari 6

ANALISA TINDAKAN

NAMA : AHMAD KADIR

NIM : R014191003

A. Tindakan
Tindakan yang dianalisa adalah tindakan perawatan luka ulkus diabetik pada
pasien
Nama : Tn S
Tanggal lahir : 05 Juni 1955
Diagnosa medis : DM Type II dan Diabetic foot wagnes IV pedis

B. Justifikasi terhadap tindakan


Ulkus diabetik memungkinkan masuknya bakteri sehingga menghambat proses
penyembuhan luka sehingga diperlukan perawatan luka untuk meningkatkan proses
penyembuhan serta mencegah masuknya bakteri dan terjadi perluasan pada luka.

C. Teori singkat tindakan


Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi penyakit diabetes,yang
merupakan luka terbuka pada lapisan kulit epidermis, dermis, dan hypodermis yang
biasanya terjadi di telapak kaki. Proses penyembuhannya luka cenderung lambat serta
ulkus pada kulit dapat mengakibatkan hilangnya epidermis hingga dermis dan bahkan
lemak subkutan (Angale, 2013). Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada ulkus
adalah dengan melakukan perawatan luka dengan baik sehingga dapat mengurangi
resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi
biaya pemeliharaan kesehatan.
Tujuan perawatan luka:
Tujuan dilakukannya perawatan luka adalah untuk menurunkan nyeri,
meningkatkatkan proses penyembuhan, dan mencegah masuknya bakteri dan perluasan
luka.
Alat yang digunakan
1. Sarung tangan
2. Pinset, com, klem, dan gunting
3. Kasa steril
4. Cairan pembersih
5. Antiseptic
6. Pengalas
7. Elastis verban
Prinsip perawatan luka
1. Perawatan luka dilakukan apabila luka kotor, luka basah atau sesuai dengan
instruksi
2. Perhatikan teknik aseptic dan antiseptic
3. Balutan sesuai dengan kondisi luka, untuk ulkus diabetik kondisi luka yang
lembab dan bersih dapat merangsang percapatan proses granulasi.
Hal yang perlu untuk diperhatikan antara lain luas dan kondisi luka, cairan yang
keluar, proses ganulasi, bau, nyeri, dan jaringan nekrotik.

SOP perawatan luka :


Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Menempatkan alat ke dekat pasien

Tahap Orientasi
1. Mengucapakan salam dan menyapa klien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
4. Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan

Tahap Kerja
1. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
2. Melakukan komunikasi terapeutik sebelum selama dan sesusah dilakukan
perawatan
3. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
4. Mencuci tangan dengan handwash saat mengganti sarung tangan
5. Gunakan sarung tangan dan lakukan pergantian sarung tangan saat mencuci,
mengkaji, dan membalut luka (Sekurangnya 3 kali)
6. Membuka balutan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya perdarahan atau
trauma pada luka
7. Lakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun, bilas dengan cairan non
toksit lalu keringkan
8. Bersihkan tepi luka dan kulit sekitar luka
9. Lakukan pengkajian luka dengan seksama sesuai prosedur dan format
pengkajian luka
10. Bila terdapat jaringan nekrosis ( berwarna kuning atau hitam), lakukan
debridement (dengan gunting atau pisau)
11. Berikan topical terapi yang sesuai berdasarkan warna luka, banyak eksudat
dan ada tidaknya infeksi.
12. Mengeringkan luka dengan kasa kering
13. Membalut luka sesuai dengan kondisi luka
- Balutan basah kering
- Balutan kering
- Balutan modern (menggunakan balutan produk pabrik)
14. Menutup luka
15. Kaji pergerakan dan rasa nyaman klien setelah dibalut

Tahap Terminasi
1. Bersihkan dan rapikan alat
2. Mengevaluasi respon klien
3. Merencanakan tindak lanjut
4. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik)
5. Melakukan dokumentasi tindakan hasil

D. Hasil tindakan
Hasil dari tindakan yaitu telah dilakukannya perawatan luka pada kaki sebelah
kiri dengan kolaborasi bersama dokter penaggung jawab. Kondisi luka masih basah dan
banyak pus serta jaringan mati sehingga membutuhkan pengambilan sampel untuk
dilakukan pemeriksaan kultur. Jaringan yang telah nekrosis dilakukan pengguntingan
serta mengelearkan pus dengan memberikan sedikit tekanan pada daerah luka.
Tindakan dimulai dengan persiapan alat yang akan digunakan dan
memperhatikan prinsip bersih dan steril. Setelah itu melakukan komunikasi dengan
pasien tentang posisi yang nyaman selama dilakukannya perawatn luka. Balutan
dilepaskan secara perlahan dan kasa yang mengeras serta melengket pada luka disiram
dengan cairan natrium clorida 0,9% untuk memudahkan pengangkatan atau pelepasan
balutan. Tehnik mencuci luka dilakukan dengan memasukkan kaki yang luka kedalam
wadah yang telah disediakan yang berisi sabun dan air bersih. Selanjutnya setelah luka
dibersihkan kembali dibilas dengan air bersih dan mengeringkan luka dengan kasa yang
telah disediakan. Luka kembali ditutup dengan kasa sesuai dengan ukuran luka serta
dibalut dengan elastis verban untuk agar luka terbalut dengan rapi. Setelah semua
prosedur dilakukan alat dibereskan dan kembali memberikan posisi yang nyaman untuk
pasien.
E. Analisa tindakan
Perawatan luka yang dilakukan sebagian besar telah sesuai, proses berbeda pada
penggantian sarung tangan yang digunakan, dimana sarung tangan yang digunakan
pada saat membuka balutan tetap digunakan pada saat mencuci luka. Penggantian
sarung tangan dilakukan saat proses akhir dimana saat akan dilakukan pemasangan
elastis verban. Tehnik membersihkan luka dengan menggunakan sabun batang yang
dilarutkan kedalam air bersih kemudian kaki yang luka dimasukkan kedalam wadah.
Pus pada luka masih sangat banyak serta beberapa jaringan nekrosis sehingga
dibutuhkan untuk pengguntingan jaringan tersebut. Pada saat dilakukan perawatan
prinsip aseptic masih tidak terlalu diperhatikan terlihat dari jenis wadah yang
digunakan, serta air yang digunakan untuk mencuci luka dimana menggunakan air yang
tersedia di kamar mandi pasien bukan air matang atau bersih lainnya. Proses mencuci
luka dengan merendam kaki didalam suatu wadah dimana air yang telah bercampur
dengan pus tetap digunakan untuk membasuh luka sampai jumlah pus yang keluar dari
luka habis. Sesuai dengan prinsip perawatan luka seharusnya luka dibersihkan dengan
cara irigasi sehingga air yang telah digunakan tidak terpakai lagi sehingga prinsip
bersih masih tetap dipertahankan.
F. Hambatan
Pada saat dilakukan perawatan pada luka tidak ditemukan hambatan yang
berarti, pasien dan keluarga kooperatif selama dilakukannya tindakan sehingga
memudahkan petugas dalam melakukan perawatan. Alat dan bahan juga tersedia dan
lengkap sehingga tidak ada kendala yang didapatkan.
G. Kesimpulan dan saran
Prinsip dalam prosedur tindakan perawatan luka atau pencucian luka
berhubungan dengan pemilihan tekhnik sesuai dengan jenis luka. Luka kering (tidak
mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok
secara perlahan menggunakan kasa steril yang dibasahi dengan air steril atau natrium
clorida 0,9 %. Luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu
disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl
0,9 %. Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi,
karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka,
menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan
antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas
warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.
Daftar Pustaka

Agale, S. V., 2013. Chronic Leg Ulcers: Epidemiology, Aetiopathogenesis, and Management.
Ulcers, pp. 1-9
Sulastri. (2014). Analisisperewatan luka ulkus kaki diabetikum dengan menggunakan madu
pada pasein DM Type 2 di Rs Gatot subroto. Universitas Indonesia.
Singh, S., Pai, D.R, & Yuhhui, C. Diabetic foot ulcer-Diagnosis and management. Clinical
research on foot & ankle 1:120. doi:10.4172/2329-910x.1000120
Syaputra, A (2018). Perbedaan Kondisi Luka Sebelum Dan Setelah Perawatan Dengan
Menggunakan Teknik Modern Dressingpada Penderita Ulkus Diabetikumdi Klinik
Griya Afiat makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Uinam. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai