ADMINISTRASI komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
KEUANGAN NEGARA tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Diterbitkan oleh:
CV PUSTAKA SETIA
Jl. BKR (Lingkar Selatan) No. 162–164
Telp.: (022) 5210588 Faks.: (022) 5224105
E-mail: pustaka_seti@yahoo.co.id
BANDUNG 40253
(Anggota IKAPI Jawa Barat)
4
melalui kebijaksanaan fiskal. Dalam hal ini, kebijaksanaan
pemerintah yang semula terbatas hanya mengenai keuangan, kini
kebijaksanaan tersebut berkembang menjadi kebijaksanaan dalam
bidang keuangan untuk menyejahterakan masyarakat.
Agar penyelenggaraan fungsi negara berjalan sesuai dengan
harapan, pemerintah harus mempunyai sistem administrasi
keuangan negara yang baik dan akuntabel agar tidak terjadi
kebocoran, baik dalam penerimaan keuangan maupun
pengeluaran penggunaannya.
Administrasi keuangan negara sangat penting untuk
dipelajari dan dipahami secara mendalam oleh mahasiswa dan
masyarakat. Oleh karena itu, kehadiran buku Administrasi Keuangan
PENGANTAR PENULIS Negara diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan berkaitan
dengan mata kuliah Administrasi Keuangan Negara.
BAB 3
BAB 1 PENYUSUNAN RANCANGAN DAN PENGESAHAN APBN 183
PEMBAHASAN UMUM KEUANGAN NEGARA ................. 11 A. Dasar Penyusunan dan Cara Membuat APBN ................... 183
A. Pengertian Keuangan Negara ................................................. 11 B. Kegiatan Pokok Penyusunan Rancangan APBN ................ 184
B. Dasar Hukum Keuangan Negara ........................................... 18 C. Rancangan Undang-Undang APBN ..................................... 187
C. Ruang Lingkup Keuangan Negara ........................................ 21 D. Instansi Terkait dalam Penyusunan RAPBN ....................... 191
D. Pengelolaan Keuangan Negara .............................................. 23 E. Pengesahan Rancangan UU APBN ....................................... 193
E. Pertanggungjawaban Keuangan Negara ............................. 27
F. Pengawasan Keuangan Negara ............................................. 31 BAB 4
G. Hubungan Negara dengan Keuangan Negara .................... 34 PENERIMAAN KEUANGAN NEGARA .................................. 197
A. Sumber-sumber Penerimaan Negara ..................................... 197
B. Perpajakan di Indonesia ........................................................... 200
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang- 5. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan
undang. Pemeriksa Keuangan;
6. Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang ditetapkan setiap tahun. Kecuali ditolak Dewan Perwakilan
Pada dasarnya setiap pengurusan dan/atau setiap pemberian Menurut UUD 1945 Pasal 23 ayat (5) disebutkan bahwa untuk
kepercayaan mengandung unsur tanggung jawab bagi penerima memeriksa tanggung jawab keuangan negara diadakan suatu Badan
kepercayaan. Oleh karena itu, setiap pengurusan pada hakikatnya Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan undang-
harus dihubungkan dengan pertanggungjawaban. undang. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi, fungsi memeriksa tanggung
Sejak tahun anggaran 1980/1981, tanggung jawab bendaharawan jawab pemerintah tentang keuangan negara ini bagi BPK merupakan
uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD) hanya terbatas fungsi konstitusional.
pada keselamatan penyimpanan dan pengeluaran uang yang
dikelolanya. Adapun tanggung jawab penggunaan UYHD sepenuhnya BPK yang bertugas memeriksa tanggung jawab pemerintah
berada di tangan pejabat operasional, yaitu kepala-kepala kantor/ tentang keuangan negara adalah suatu badan yang terlepas dari
satuan kerja untuk anggaran belanja rutin dan pemimpin proyek untuk pengaruh dan kedudukan pemerintah, dan melaksanakan
anggaran belanja pembangunan. pemeriksaan dari luar tubuh pemerintah mengenai penguasaan dan
pengurusan keuangan negara dalam rangka tanggung jawab
pemerintah terhadap lembaga tertinggi negara, yaitu terhadap
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
F. Pengawasan Keuangan Negara
Dalam menjalankan tugasnya, BPK mempunyai tiga fungsi,
Pengawasan tidak lepas kaitannya dengan pemeriksaan karena yaitu fungsi operatif, fungsi pertimbangan (rekomendasi), dan fungsi
pemeriksaan pada hakikatnya bagian dari pengawasan, yang peradilan (yudikatif). Dalam fungsi operatif, pemeriksaan yang
keduanya saling berkaitan. Pemeriksaan adalah tindakan dilakukan oleh BPK bersifat represif-eksternal. Pemeriksaan ini
membandingkan mengenai hal-hal yang telah dikerjakan menurut meliputi pemeriksaan seluruh kekayaan negara di tingkat Pusat/
kenyataan dan seharusnya. Apabila menurut kenyataan dan Departemen/Lembaga dan di daerah, terutama pertanggung-
seharusnya telah sesuai, berarti pekerjaan itu telah benar dikerjakan. jawabannya (post audit) yang belum atau baru sebagian. Oleh karena
Ada dua bentuk pengawasan, yaitu sebagai berikut. itu, sifat pemeriksaan ini dinamakan represif. Selain itu, BPK juga
merupakan suatu badan yang terlepas dari pengaruh kekuasaan
1. Pengawasan preventif, berupa ketentuan-ketentuan yang berlaku
pemerintah dan melakukan pemeriksaan dari luar tubuh pemerintah,
atau prosedur-prosedur yang harus dilalui dalam menyeleng-
pemeriksaan ini bersifat ekstern.
garakan pekerjaan.
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 23 UndangUndang Dasar 1945
sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang
Undang Dasar 1945;
2. UndangUndang Perbendaharaan Indonesia (Indische
Comptabiliteitswet, Staatsblad 1925 Nomor 448) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 1968
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53,
A. Landasan Yuridis Anggaran Pendapatan dan Belanja Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);
Negara
Landasan yuridis yang mengatur pelaksanaan APBN yaitu MEMUTUSKAN
sebagai berikut.
Menetapkan :
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMAN
NOMOR 42 TAHUN 2002
PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
TENTANG
BELANJA NEGARA
PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA NEGARA
Pasal 2 Pasal 4
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam suatu tahun Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengatur
anggaran mencakup: penyediaan uang dan penyaluran dana untuk membiayai anggaran
a. pendapatan negara yaitu semua penerimaan negara yang belanja negara sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam
berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara melaksanakan Undangundang tentang Anggaran Pendapatan dan
bukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luar Belanja Negara.
negeri selama tahun anggaran yang bersangkutan;
b. belanja negara yaitu semua pengeluaran negara untuk Pasal 5
membiayai belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah
melalui dana perimbangan selama tahun anggaran ber (1) Menteri/pimpinan lembaga yang menguasai bagian anggaran
sangkutan; mempunyai kewenangan otorisasi dan bertanggungjawab atas
c. defisit belanja negara yaitu selisih kurang antara pendapatan penggunaan anggaran di lingkungan departemen/lembaga yang
negara dengan belanja negara; dipimpinnya.
d. pembiayaan defisit yaitu semua jenis pembiayaan yang (2) Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara,
digunakan untuk menutup defisit belanja negara yang departemen/lembaga membuat dokumen anggaran berupa surat
bersumber dari pembiayaan dalam dan luar negeri; keputusan otorisasi (SKO) atau dokumen anggaran lainnya yang
e. surplus pendapatan negara yaitu selisih lebih antara diberlakukan sebagai SKO.
pendapatan negara dengan belanja negara. (3) Dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO
(2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui antara lain untuk:
rekening Kas Negara pada bank sentral dan atau lembaga a. pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja rutin dimuat
keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. dalam daftar isian kegiatan (DIK);
b. pelaksanaan belanja pembangunan dimuat dalam daftar
Pasal 3 isian proyek (DIP).
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah ditetapkan (4) Menteri/pimpinan lembaga pada setiap awal tahun anggaran
dengan undangundang dirinci lebih lanjut ke dalam bagian menetapkan pejabat yang diberi wewenang sebagai:
anggaran dengan Keputusan Presiden. a. penandatangan SKO;
(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran rutin, departemen/lembaga (5) Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan DIK yang telah
membuat DIK atau dokumen anggaran lainnya yang disahkan kepada :
diberlakukan sebagai SKO sesuai dengan contoh dan petunjuk a. Direktorat Jenderal/unit eselon I dan kantor/satuan kerja;
teknis yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. dan
(2) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai b. Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan pada
SKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengan lembaga.
departemen/ lembaga, ditandatangani oleh : (6) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran
a. Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk atas menyampaikan DIK yang telah disahkan kepada :
nama menteri/pimpinan lembaga untuk DIK yang dibuat a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;
di Pusat;
b. Direktur Jenderal Anggaran;
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabat
c. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),
yang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga untuk
Direktorat Jenderal Anggaran;
DIK yang dibuat di daerah.
d. Kepala kantor wilayah/perwakilan departemen/lembaga
yang bersangkutan;
(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam DIP atau dokumen anggaran a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;
lainnya yang diberlakukan sebagai SKO diputuskan oleh : b. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
a. Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggaran (Bappenas);
berdasarkan usulan dari menteri/ pimpinan lembaga atau c. Direktur Jenderal Anggaran;
pejabat yang ditunjuk, untuk yang dibuat di pusat. d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),
b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran Direktorat Jenderal Anggaran;
berdasarkan usulan dari Kepala Kantor Wilayah
(1) Berdasarkan revisi DIP atau dokumen anggaran lainnya yang Pasal 46
diberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusun PO oleh :
(1) Sisa pekerjaan berdasarkan surat perjanjian/kontrak yang belum
a. pejabat eselon I/pejabat lain dibawahnya yang ditunjuk
dibayar sampai dengan akhir tahun anggaran, ditampung dalam
pada departemen/lembaga yang membawahkan proyek
DIP tahun anggaran berikutnya atas beban bagian anggaran
bersangkutan untuk DIP yang dibuat di pusat;
departemen/lembaga bersangkutan.
b. Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur
atau pejabat yang ditunjuk untuk proyek yang direvisi di (2) Dalam hal sumber pembiayaan berasal dari bantuan luar negeri,
daerah. sisa pekerjaan berdasarkan SPK dan atau surat perjanjian/
kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari sisa
(2) Departemen/lembaga menyampaikan revisi PO proyekproyek
dana bantuan luar negeri yang bersangkutan.
yang direvisi di pusat kepada :
a. Direktur Jenderal Anggaran; dan
b. Pemimpin proyek yang bersangkutan. Pasal 47
(3) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur atau Dalam hal target/sasaran proyek telah tercapai, sisa alokasi dana
pejabat yang ditunjuk menyampaikan revisi PO proyekproyek proyek yang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri tidak dapat
yang direvisi di daerah kepada : dipergunakan lagi.
a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;
b. Atasan langsung bendaharawan melakukan pemeriksaan kas BPKP melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran
bendaharawan sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan sekali; negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
lembaga, Kepala BPKP, unit pengawasan daerah/desa wajib
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan
pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya
anggaran pendapatan dan belanja negara.
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Diundangan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2002
Pasal 74
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan
Keputusan Presiden ini, ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. ttd
Direktur Jenderal Anggaran.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002
Pasal 75
NOMOR 73
Selama petunjuk pelaksanaan ketentuanketentuan dalam
Keputusan Presiden ini belum ditetapkan, petunjuk pelaksanaan yang
Salinan sesuai dengan aslinya
ada sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Presiden ini,
Deputi Sekretaris Kabinet
tetap berlaku.
Bidang Hukum dan Perundangundangan,
Lambock V. Nahattands
Pasal 76
Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka Keputusan Dari penjelasan beberapa pasal tersebut dapat disimpulkan
Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah rencana
Pendapatan dan Belanja Negara, dinyatakan tidak berlaku. kerja yang disusun oleh pemerintah, dituangkan dalam nilai mata
uang, dan ditetapkan oleh undangundang, yang meliputi:
Berdasarkan uraian Pasal 77 dan 78 ICW 1925 dapat Berikut ini skema pejabat/petugas yang terkait dalam
disimpulkan bahwa yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 77 pelaksanaan anggaran.
ICW 1925 tersebut tidak dapat disebut bendaharawan.
c. Penggolongan Bendaharawan
Di Indonesia bendaharawan digolongkan sebagai berikut.
1. Bendaharawan barang, yaitu bendaharawan yang bertugas
menyimpan barang persediaan (barang komptabel) di gudang
yang selanjutnya didistribusikan ke unitunit lain.
Bendaharawan barang diperlukan oleh departemen tertentu
yang melakukan pembelian secara terpusat dalam jumlah yang
besar. Selanjutnya, bendaharawan barang mendistribusikan ke
unitunitnya.
2. Bendaharawan uang, yaitu bendaharawan yang mengurus uang
dan kertas berharga. Bendaharawan ini dibagi menjadi
bendaharawan umum dan bendaharawan khusus. Bendaharawan
umum adalah bendaharawan yang mengelola penerimaan dan
pengeluaran, yaitu Kantor Kas Negara atau kantorkantor yang
melaksanakan tugas kas negara seperti Bank Indonesia, bankbank
pemerintah, dan Giro Pos.
Pengelolaan Pengelolaan 1. Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah masuk dan
Administratif/Umum Kebendaharaan/Khusus keluar dari buku Kas Bendaharawan Umum, seperti Kantor Kas
Negara atau badan yang ditunjuk sebagai Kas Negara.
Oleh Oleh
2. Semua penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh
Perwakilan RI di luar negeri.
Bendaharawan Bendaharawan
Otorisator Ordonator Finansial Barang
3. Semua pemindahan uang yang dilakukan pada rekening
rekening tertentu, yang ditetapkan oleh menteri keuangan
(misalnya, rekening Bendahara Umum Negara/BUN).
Bendaharawan Bendaharawan
Umum Khusus 4. Semua penerimaan dan pengeluaran yang diperhitungkan
antarbagian anggaran yang terjadi selama tahun anggaran
Kantor Kas tersebut.
Negara
Bendaharawan
Bendaharawan Pengeluaran
Penerimaan
E. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Bank
Indonesia (APBN)
Setelah APBN ditetapkan secara terperinci dengan undang
Rutin undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan
Penerimaan presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam
Giro Pos Biasa
pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan presiden
tersebut, terutama menyangkut halhal yang belum diperinci dalam
Proyek UndangUndang APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat
Penyetor
Tetap/Berkala dan kantor daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji
dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang
Sumber: M. Ichsan (1989) menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain itu, penuangan
tersebut meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk provinsi/
kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan
D. Tahun Anggaran perusahaan/badan yang menerima.
Tahun anggaran yang berlaku di Indonesia saat ini dimulai dari Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan
tanggal 1 April tahun tertentu dan berakhir pada tanggal 31 Maret pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah
Tata Cara Penyelenggaraan Buku Kas Umum 11. Pejumlahan lajur penerimaan Pada waktu penutupan buku
dan lajur pengeluaran penjumlahan pos-pos sebelah
Cara Mengerjakan yang
penerimaan sama dengan
No. Uraian penjumlahan pos-pos sebelah
Seharusnya
pengeluaran.
1 2 3
12. Hubungan saldo buku Saldo buku pada saat penutupan
1. Penerimaan/Pengeluaran Semua penerimaan/pengeluaran dengan saldo kas sama dengan saldo kas. Bila terjadi
uang/Surat Berharga harus dicatat dalam buku umum selisih kurang bendaharawan harus
dan dalam buku kepala/Register mengganti, bila terjadi selisih lebih
2. Catatan dalam buku-buku Catatan dalam buku kas umum harus di setor ke kas negara.
kepala/Register adalah catatan yang pertama
setelah itu baru dalam Buku 13. Pencacatan selisih kurang Bila selisih kurang atau selisih lebih
Kepala/register atau selisih lebih harus dicatat dalam buku kas
umum.
3. Halaman pertama Buku Kas Pada halaman pertama Buku Kas
Umum Umum di catat jumlah halaman, 14. Pencatatan saldo pada awal Saldo buku waktu penutupan buku
diberi tanggal dan ditandatangani bulan kas umum pada akhir bulan
pemegang kas. merupakan pos pertama buku kas
umum pada awal bulan berikutnya.
4. Halaman-halaman Buku Kas Setiap halaman Buku Kas Umum di
Umum beri nomor urut dan diparaf 15. Uang-uang lain yang Uang-uang lain yang dikuasai
bendaharawan disimpan di Brand Kast bendaharawan dan disimpan dalam
5. Halaman terakhir Buku Kas Pemeriksaan kas oleh atasan satu brand Kast,
Umum langsung atau pemeriksa fungsional penerimaan/pengeluaran harus
dicatat pada halaman terakhir Buku dicatat, dalam buka kas umum.
Kas Umum
c. Penyetoran
b. Penerimaan dan Penagihan Pada prinsipnya setelah membukukan dan menerima uang dari
Prosedur penerimaan dan penagihan atas pendapatan negara wajib setor, bendaharawan harus menyetor penerimaan tersebut ke
menurut Keputusan Presiden 29 tahun 1984 tentang Pelaksanaan Kantor Kas Negara atau bank yang ditunjuk pemerintah dalam
APBN yang masih berlaku sampai tahun 1988 adalah sebagai berikut. jangka waktu yang ditentukan oleh peraturan yang berlaku.
1. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Menurut Keppres Nomor 29 tahun 1984, masalah penyetoran
Anggaran, Bendaharawan dan Badanbadan lain yang ditetapkan sebagai berikut.
melakukan pembayaran untuk barang dan jasa belanja negara 1. Orang atau Badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan
dan/atau belanja daerah ditetapkan sebagai wajib pungut Pajak uang negara menyetor seluruhnya selambatlambatnya dalam
Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya melaksanakan pemungutan waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya kepada:
dan menerima uang Pajak Penghasilan dan pajak lainnya yang a. Kantor Kas Negara (KKN) atau ke dalam rekening Kas
merupakan sumber pendapatan/penerimaan dalam negeri. Negara pada Bank Indonesia, Bank Pemerintah lainnya atau
Giro Pos.
2. Departemen/Lembaga:
b. Rekening pada bank di luar negeri atas nama Perwakilan
a. mengadakan intesifikasi penerimaan anggaran yang menjadi
RI di luar negeri c.q. Menteri Keuangan sepanjang mengenai
wewenang dan tanggung jawabnya baik mengenai
penerimaan anggaran di luar negeri.
jumlahnya maupun kecepatan penyetorannya;
b. mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutang 2. Bendaharawan penerima/penyetor berkala menyetor seluruh
negara; penerimaan anggaran yang telah dipungutnya dalam waktu
yang ditentukan, sekurangkurangnya sekali seminggu.
c. melakukan penuntutan/pemungutan ganti rugi atas
kerugian yang diderita oleh negara; 3. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran,
Bendaharawan dan Badanbadan lainnya sebagai wajib pungut
d. mengintensifkan pemungutan sewa atas penggunaan
pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya menyetor seluruh
barangbarang milik negara oleh pihak ketiga;
penerimaan pajak yang dipungutnya dalam jangka waktu sesuai
e. melakukan penuntutan/pemungutan denda yang telah
dengan ketentuan yang berlaku ke Kantor Kas.
diperjanjikan;
Negara atau ke dalam Rekening Kas Negara pada Bank
f. untuk menerima non tax (bukan pajak) yang sudah jelas Indonesia, bank milik pemerintah lainnya atau Giro Pos dengan
seperti tagihan negara, sewa rumah dan sebagainya yang
uang tunai dan/atau cek giro yang ditarik sendiri oleh pemungut
telah diatur dalam Surat Keputusan, maka Departemen/
yang bersangkutan.
Lembaga dapat meminta bantuan Kantor Perbendaharaan
Administrasi Keuangan Negara 101 102 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
b. Pelaporan 4) Dalam hal ini pengawasan dilakukan oleh para pejabat yang
karena fungsinya harus melakukan pengawasan melekat oleh
Pelaksanaan bantuan luar negeri menimbulkan penerimaan bagi
Inspektur Jenderal Departemen yang bersangkutan/Satuan
pemerintah, berupa nilai lawan bantuan tersebut. Penerimaan rupiah
Pengawas Intern Lembaga yang bersangkutan.
bantuan ini ditatausahakan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia
melaporkan kepada Pemerintah c.q. Departemen Keuangan, tentang 5) Bappenas; Departemen Keuangan. Pengawasan oleh instansi ini
seluruh bantuan yang telah disepakati (commitment), ditandatangani, dilakukan sesuai dengan peran dan tanggung jawab instansi
dan dilaksanakan. Setiap tahun Pemerintah RI melaporkan dalam yang bersangkutan dalam mata rantai pemanfaatan bantuan
sidang IGGI penggunaan bantuan secara finansial ataupun luar negeri.
perkembangan proyek secara teknis dan ekonomis.
6) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Berdasarkan laporan ini, donor melakukan evaluasi terhadap Pengawasan oleh BPKP dilakukan sesuai dengan wewenang dan
kemajuan yang dicapai. Atas dasar hasil evaluasi ini donor akan tanggung jawabnya seperti diatur dalam Keputusan Presiden
melakukan tanggapan pada pemenuhan jumlah bantuan yang 31 tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
diperlukan dalam tahun anggaran berikutnya. Pembangunan.
Administrasi Keuangan Negara 103 104 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2. Departemen/lembaga tidak diperkenankan melakukan pejabat/petugas sebagai atasan langsung dari bendaharawan
pengeluaran atas beban Anggaran Belanja Negara untuk dan bendaharawan.
tujuan lain daripada yang ditetapkan dalam Anggaran Penetapan pejabat/petugas sebagai atasan langsung
Belanja Negara. bendaharawan dan sebagai bendaharawan dilakukan pada
3. Pengeluaran atas bebas Anggaran Belanja Negara dilakukan setiap awal tahun anggaran oleh menteri/ketua lembaga.
berdasarkan bukti atas hak yang sah untuk memperoleh
Adapun tugastugas yang menjadi tanggung jawab bendaharawan
pembayaran.
di antaranya adalah sebagai berikut.
4. Pengeluaran atas beban Anggaran Belanja Negara
dilakukan dengan penerbitan Surat Keputusan Otorisasi a) Mengajukan kepada KPN (Kantor Perbendaharaan Negara),
(SKO), yang dalam hal ini DIK dan DIP berfungsi sebagai Surat Permintaan Pembayaran (SPP), baik untuk belanja rutin
Surat Keputusan Otorisasi. maupun belanja pembangunan. SPP tersebut dapat berupa
permintaan uang untuk dipertanggungjawabkan (UUDP = Bon
b. Tahapan dan faktor-faktor pelaksanaan belanja negara sementara), yang nantinya merupakan Beban Sementara, atau
permintaan pembayaran dengan Beban Tetap setelah
Unsurunsur yang harus ada dalam pelaksanaan Anggaran
bendaharawan menerima tagihan yang memenuhi syarat dari
Belanja Negara adalah sebagai berikut.
pihak penagih.
1) Adanya UU APBN, Keppres Perincian Anggaran, DIK dan DIP
b) Menerima dan menguasai uang yang ada dan menyimpannya
Dengan UU APBN, Keppres Perincian Anggaran, DIK dan DIP di tempat yang aman (brand kas).
merupakan sarana persetujuan tersedianya dana (uang) untuk
c) Menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan peraturan
pelaksanaan belanja negara.
perundangundangan yang berlaku.
UU APBN dan Keppres tentang perincian anggaran
d) Membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pelaksanaan anggaran,
merupakan sarana persetujuan tersedianya dana yang bersifat
baik anggaran rutin maupun pembangunan untuk kemudian
nasional untuk satu tahun anggaran tertentu, sedangkan DIK
diketahui oleh atasan langsungnya (kepala kantor/pimpro), dan
dan DIP merupakan sarana persetujuan tersedianya dana untuk
selambatlambatnya tiap tanggal 10 bulan berikutnya me
masingmasing unit organisasi menurut lokasi.
nyampaikan:
Adapun penyediaan dana untuk: (1) SPJ rutin ke Kantor Perbendaharaan Negara (KPN);
a) kegiatan RUTIN yang dimuat dalam DIK; (2) SPJ pembangunan asli ke Direktorat Jenderal masingmasing
b) proyekproyek yang dimuat dalam DIP; Departemen dan tembusannya ke Inspekiorat Jenderal dan
c) kegiatan dan proyek yang tidak dimuat dalam DIK dan DIP KPN.
dimuat dalam Surat Keputusan Otorisasi (SKO) yang e) Menyampaikan Laporan Keadaan Kas Rutin (LKKR)/Laporan
selanjutnya kegiatan dan proyek ini disebut kegiatan atau Keadaan Kas Pembangunan (LKKP) selambatlambatnya
proyek NonDIK/DIP. tanggal 10 bulan berikutnya ke Kantor Perbendaharaan Negara
2) Adanya Pejabat Petugas yang Ditunjuk sebagai Bendaharawan (KPN), yang sebelumnya telah disetujui oleh atasan langsungnya.
dan Atasan Langsung Bendaharawan. Setelah ada UU APBN, Setelah mengetahui tugastugas dari bendaharawan, perlu
Keppres Perincian Anggaran, DIK dan DIP harus ditetapkan diketahui tugastugas yang menjadi tanggung jawab dari atasan
Administrasi Keuangan Negara 105 106 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
langsung (pimpinan proyek untuk anggaran pembangunan dan UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA
kepala kantor untuk anggaran rutin), yaitu: NOMOR 1 TAHUN 2004
a) menguji kebenaran dan sahnya tagihan sebelum memerintahkan TENTANG
bendaharawan untuk melakukan pembayaran atau mengajukan PERBENDAHARAAN NEGARA
Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
b) menyetujui Surat Permintaan Pembayaran (SPPR dan SPPP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
beserta buktibukti pengeluaran;
c) menyelenggarakan pembukuan;
Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara
d) menyetujui dan mengirimkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) untuk mewujudkan tujuan bernegara
ke instansi yang berkaitan; menimbulkan hak dan kewajiban negara yang
e) menyetujui Laporan Keadaan Kas Rutin (LKKR)/Laporan perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
Keadaan Kas Pembangunan/LKKP yang dibuat bendaharawan keuangan negara;
untuk dikirim ke KPN; b. bahwa pengelolaan keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
f) membuat dan menyampaikan bahan/laporan untuk tata buku
anggaran dan perhitungan anggaran secara tertib dan teratur Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
perlu dilaksanakan secara terbuka dan
kepada Biro Keuangan Departemen/Lembaga;
bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya
g) menyelenggarakan pengawasan terhadap pelaksanaan kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam
anggaran rutin dan pembangunan yang menjadi wewenangnya; Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
h) mengadakan pemeriksaan kas terhadap bendaharawan (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
sedikitnya 3 (tiga) bulan sekali; Daerah (APBD);
i) pemimpin proyek bertanggung jawab baik dari segi keuangan c. bahwa dalam rangka pengelolaan dan
maupun segi fisik untuk proyek yang dipimpinnya sesuai dengan pertanggungjawaban keuangan negara
DIP dan POnya. diperlukan kaidahkaidah hukum administrasi
keuangan negara yang mengatur perbendaharaan
Selain itu, kepala kantor bertanggung jawab, baik terhadap segi negara;
keuangan maupun efisiensi pelaksanaan kegiatan rutin yang menurut
Daftar Isian Kegiatan (DIK) menjadi tugas kantor yang bersangkutan. d. bahwa Undangundang Perbendaharaan
Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad
Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah
beberapa kali diubah dan ditambah terakhir
F. Dasar Hukum Pembendaharaan Negara dengan Undangundang Nomor 9 Tahun 1968
Landasan yuridis pembendaharaan negara adalah Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara, yaitu 1968 Nomor 53), tidak dapat lagi memenuhi
sebagai berikut. kebutuhan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara;
Administrasi Keuangan Negara 107 108 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan membayar seluruh pengeluaran negara.
huruf d di atas perlu dibentuk Undangundang
3. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat
tentang Perbendaharaan Negara;
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23, dan Pasal 23C seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran
UndangUndang Dasar Negara Republik Indo negara pada bank sentral.
nesia Tahun 1945;
4. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
2. Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan daerah.
Lembaran Negara Nomor 4286);
5. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/
Dengan Persetujuan Bersama bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang
dan ditetapkan.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 6. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
MEMUTUSKAN: Pemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERBENDAHARAAN dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
NEGARA berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku atau
akibat lainnya yang sah.
BAB I
7. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
KETENTUAN UMUM Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang
Bagian Pertama dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
Pengertian lainnya berdasarkan peraturan perundangundangan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah.
Pasal 1 8. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar
Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang
Dalam Undangundang ini yang dimaksud dengan:
dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang
1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggung undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab
jawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan lainnya yang sah.
yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
9. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar
2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang Pemerintah Daerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah
ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
Administrasi Keuangan Negara 109 110 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
perundangundangan yang berlaku, perjanjian, atau 19. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung
berdasarkan sebab lainnya yang sah. jawab atas pengelolaan keuangan kementerian negara/lembaga
yang bersangkutan.
10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya 20. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/
yang sah. lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara.
11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau 21. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas
yang sah. melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai
Bendahara Umum Daerah.
12. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan 22. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat
kerja perangkat daerah. berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan barang milik negara/daerah. 23. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
14. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
untuk dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
barangbarang negara/daerah.
24. Bank Sentral adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang
15. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas Undang Dasar 1945 Pasal 23D.
untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara.
16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas Bagian Kedua
untuk melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
Ruang Lingkup
17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
Pasal 2
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan Angka 1, meliputi:
kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah. a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;
18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan c. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada e. pengelolaan kas;
kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah
f. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
daerah.
g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
Administrasi Keuangan Negara 111 112 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
h. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen (7) Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
keuangan negara/daerah; pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan
i. peyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/ denda dan/atau bunga.
APBD;
j. penyelesaian kerugian negara/daerah;
BAB II
k. pengelolaan Badan Layanan Umum;
PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA
l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka Bagian Pertama
pelaksanaan APBN/APBD. Pengguna Anggaran
Pasal 4
Bagian Ketiga (1) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/
Asas Umum Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang
Pasal 3 dipimpinnya.
(1) Undangundang tentang APBN merupakan dasar bagi (2) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Pemerintah Pusat untuk melakukan penerimaan dan Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
pengeluaran negara. dipimpinnya, berwenang :
a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
(2) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi
Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan dan b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;
pengeluaran daerah. c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan negara;
(3) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup utang dan piutang;
tersedia. e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja;
(4) Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan
lainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian
dengan APBN. dan perintah pembayaran;
g. menggunakan barang milik negara;
(5) Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan
lainnya yang sesuai dengan program pemerintah daerah, h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
dibiayai dengan APBD. barang milik negara;
i. mengawasi pelaksanaan anggaran;
(6) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya
mendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;
anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
pemerintah.
Administrasi Keuangan Negara 113 114 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 5 Bagian Kedua
Administrasi Keuangan Negara 115 116 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
dalam rangka pembayaran pajak; f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara. APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang
telah ditunjuk;
(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah Bendahara Penerimaan/Pengeluaran
Bendahara Umum Daerah.
Pasal 10
(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Daerah berwenang: (1) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota
mengangkat Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas
a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; pendapatan pada kantor/satuan kerja di lingkungan
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; kementerian negara/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah.
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan (2) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota
dan pengeluaran kas daerah; mengangkat Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas
Administrasi Keuangan Negara 117 118 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun
pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/ anggaran berikutnya.
lembaga/satuan kerja perangkat daerah. (2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui
(3) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran Rekening Kas Umum Negara.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah Pejabat
Fungsional.
Pasal 13
(4) Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh
(1) APBD dalam satu tahun anggaran meliputi:
dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa
Bendahara Umum Negara. a. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih;
(5) Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik
b. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan,
pengurang nilai kekayaan bersih;
pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak
c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/ penjualan tersebut.
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun
BAB III anggaran berikutnya.
PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN (2) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah.
BELANJA NEGARA/DAERAH
Bagian Pertama
Bagian Kedua
Tahun Anggaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Pasal 11
Pasal 14
Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember. (1) Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan
kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan
dokumen pelaksanaan anggaran untuk masingmasing
Pasal 12 kementerian negara/lembaga.
(1) APBN dalam satu tahun anggaran meliputi : (2) Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan
a. hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
kekayaan bersih; berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.
b. kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang (3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana
nilai kekayaan bersih; dimaksud pada ayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai,
c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana
tiaptiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.
Administrasi Keuangan Negara 119 120 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(4) Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi
pada ayat (2) dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan wewenang dan tanggung jawabnya.
Layanan Umum dalam lingkungan kementerian negara yang
(2) Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah
bersangkutan.
pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan
(5) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh pemerintah.
Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan
(3) Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja
lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa
perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk
Keuangan.
membiayai pengeluaran.
(4) Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain
Pasal 15 sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/
(1) Setelah APBD ditetapkan, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah atau jasa oleh negara/daerah adalah hak negara/daerah.
memberitahukan kepada semua kepala satuan kerja perangkat
daerah agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran
Bagian Keempat
untuk masingmasing satuan kerja perangkat daerah.
Pelaksanaan Anggaran Belanja
(2) Kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran untuk satuan kerja perangkat daerah Pasal 17
yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang
ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota. (1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan
kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan
(3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana anggaran yang telah disahkan.
dimaksud pada ayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai,
fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan (2) Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut
untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/
tiaptiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan. Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/
perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
(4) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Pejabat ditetapkan.
Pengelola Keuangan Daerah disampaikan kepada Kepala satuan
kerja perangkat daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 18
Administrasi Keuangan Negara 121 122 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a. menguji kebenaran material suratsurat bukti mengenai hak Pasal 20
pihak penagih;
(1) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBD dilakukan
b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/ oleh Bendahara Umum Daerah.
kelengkapan sehubungan dengan ikatan/ perjanjian
pengadaan barang/jasa; (2) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk:
c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan
d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran
oleh Pengguna Anggaran;
pengeluaran yang bersangkutan;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD
e. memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.
yang tercantum dalam perintah pembayaran;
(3) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran
pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawab atas
daerah;
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan
surat bukti dimaksud. e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran
yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Pasal 19
(1) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan Pasal 21
oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara. (1) Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima.
(2) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara (2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/
Umum Negara berkewajiban untuk: lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan
persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN (3) Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang
persediaan yang dikelolanya setelah:
yang tercantum dalam perintah pembayaran;
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum
negara;
dalam perintah pembayaran;
e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. (4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila
persyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi.
Administrasi Keuangan Negara 123 124 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(5) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan
pembayaran yang dilaksanakannya. yang telah ditetapkan dalam APBN.
(6) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 23
Administrasi Keuangan Negara 125 126 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
penerimaan dan/atau pengeluaran negara untuk mendukung Pasal 28
kegiatan operasional kementerian negara/lembaga.
(1) Pokokpokok mengenai pengelolaan uang negara/daerah diatur
(2) Penunjukan badan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi
dilakukan dalam suatu kontrak kerja. dengan bank sentral.
(3) Badan lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/
berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala kepada daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan
Bendahara Umum Negara mengenai pelaksanaan penerimaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dan/atau pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggung oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
jawabnya.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnya
Pasal 27 diatur dengan peraturan daerah.
Administrasi Keuangan Negara 127 128 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(2) Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk BAB V
menatausahakan penerimaan satuan kerja perangkat daerah
PENGELOLAAN PIUTANG DAN UTANG
di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.
Bagian Pertama
Pengelolaan Piutang
Bagian Ketiga
Pengelolaan Uang Persediaan untuk Keperluan Kementerian Pasal 33
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (1) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah
kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan
Pasal 31
Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan
(1) Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untuk dalam Undangundang tentang APBN.
keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan kementerian
(2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah
negara/lembaga yang bersangkutan setelah mendapat
kepada lembaga asing sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan
persetujuan dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
dalam Undangundang tentang APBN.
Negara.
(3) Tata cara pemberian pinjaman atau hibah sebagaimana
(2) Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam
pemerintah.
rangka pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/
lembaga.
Pasal 34
(3) Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara
dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan (1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan,
rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1). belanja, dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar
setiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat
waktu.
Pasal 32
(2) Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan
(1) Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan seluruhnya dan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan
rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di perundangundangan yang berlaku.
lingkungan satuan kerja perangkat daerah.
(2) Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk
Pasal 35
mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam
rangka pelaksanaan pengeluaran satuan kerja perangkat Piutang negara/daerah jenis tertentu mempunyai hak
daerah. mendahulu sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang
berlaku.
Administrasi Keuangan Negara 129 130 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 36 (2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang
menyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh :
(1) Penyelesaian piutang negara/daerah yang timbul sebagai akibat
hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, a. Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan
kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undangundang. b. Presiden untuk jumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan
(2) Penyelesaian piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
menyangkut piutang negara ditetapkan oleh:
c. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
a. Menteri Keuangan, jika bagian piutang negara yang tidak
untuk jumlah lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
disepakati tidak lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
rupiah).
miliar rupiah);
b. Presiden, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati (3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang
lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) menyangkut piutang Pemerintah Daerah, ditetapkan oleh :
sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); a. Gubernur/bupati/walikota untuk jumlah sampai dengan
c. Presiden, setelah mendapat pertimbangan Dewan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
Perwakilan Rakyat, jika bagian piutang negara yang tidak b. Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan Dewan
disepakati lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp
rupiah). 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (4) Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat
yang menyangkut piutang Pemerintah Daerah ditetapkan oleh: (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan undangundang.
a. Gubernur/bupati/walikota, jika bagian piutang daerah (5) Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/
yang tidak disepakati tidak lebih dari Rp5.000.000.000,00 daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) serta
(lima miliar rupiah); dalam Pasal 36 ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan
b. Gubernur/bupati/walikota, setelah mendapat pemerintah.
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, jika
bagian piutang daerah yang tidak disepakati lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Bagian Kedua
(4) Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat Pengelolaan Utang
(2) dan ayat (3), ditetapkan dengan undangundang. Pasal 38
(1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa
Pasal 37 atas nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang negara
atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun
(1) Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau
dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang negara/
dalam Undangundang APBN.
daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
undangundang.
Administrasi Keuangan Negara 131 132 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat BAB VI
diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD. PENGELOLAAN INVESTASI
(3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Pasal 41
Anggaran Belanja Negara. (1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk
(4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.
yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta (2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung.
Daerah/BUMN/BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah. (3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah.
Pasal 39 (4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/
daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
(1) Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang daerah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan (5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/
Daerah tentang APBD. daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku (2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah melakukan
pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang milik
untuk pembayaran kewajiban bunga dan pokok pinjaman
daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur/
negara/daerah.
bupati/walikota.
Administrasi Keuangan Negara 133 134 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang berdasarkan ketentuan perundangundangan, yang
bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak
secara ekonomis.
Pasal 44 c. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/
atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00
Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib (seratus miliar rupiah).
mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang
(2) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau
berada dalam penguasaannya dengan sebaikbaiknya.
bangunan yang bernilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus
Pasal 45 miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
(1) Barang milik negara/daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan (3) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau
tugas pemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan. bangunan yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan
(2) Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan
Menteri Keuangan.
dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan
sebagai modal Pemerintah setelah mendapat persetujuan DPR/
DPRD. Pasal 47
Administrasi Keuangan Negara 135 136 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
c. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/ (6) Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi
atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dengan
(lima miliar rupiah). peraturan pemerintah.
(2) Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan yang bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima
BAB VIII
miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan
gubernur/bupati/walikota. LARANGAN PENYITAAN UANG DAN BARANG MILIK
NEGARA/DAERAH DAN/ATAU YANG DIKUASAI
NEGARA/DAERAH
Pasal 48
Pasal 50
(1) Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara
lelang, kecuali dalam halhal tertentu. Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap:
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada
peraturan pemerintah. pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
b. uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;
Pasal 49 c. barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada
instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
(1) Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai
Pemerintah Pusat/Daerah harus disertifikatkan atas nama d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/
pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang daerah;
bersangkutan. e. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang
(2) Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.
status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.
(3) Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak BAB IX
dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok
PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan
APBN/APBD
pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/
walikota untuk kepentingan penyelenggaraan tugas Bagian Pertama
pemerintahan negara/daerah. Akuntansi Keuangan
(4) Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada
pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah Pasal 51
Pusat/Daerah. (1) Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku
(5) Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikan Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi
jaminan untuk mendapatkan pinjaman. atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk
transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
Administrasi Keuangan Negara 137 138 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(2) Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat (4) Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada
daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi gubernur/bupati/walikota dari segi hak dan ketaatan kepada
atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang
transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung dilakukannya.
jawabnya.
(3) Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal 54
digunakan untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah
Pusat/Daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. (1) Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan
material kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota atas
pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam
Bagian Kedua penguasaannya.
Penatausahaan Dokumen (2) Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal
dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan
Pasal 52 kegiatan yang berada dalam penguasaannya.
Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang
berkaitan dengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan
Bagian Keempat
dan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku. Laporan Keuangan
Pasal 55
Bagian Ketiga (1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan
Pertanggungjawaban Keuangan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden
dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
Pasal 53 APBN.
(1) Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung (2) Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
jawab secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara/ a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Bendahara Umum Daerah. Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan
(2) Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dari segi Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri
hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan laporan keuangan Badan Layanan Umum pada
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya. kementerian negara/lembaga masingmasing.
(3) Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Presiden b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan disampaikan kepada Menteri Keuangan selambatlambatnya
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya. 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Administrasi Keuangan Negara 139 140 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
c. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara c. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku
menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat; Bendahara Umum Daerah menyusun Laporan Arus Kas
d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam Pemerintah Daerah;
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun d. Gubernur/bupati/walikota selaku wakil pemerintah daerah
ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara. dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah.
(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling (3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. disampaikan gubernur/bupati/walikota kepada Badan
Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun
(4) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
anggaran berakhir.
Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan
APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian (4) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna
intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa
diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. pengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja
telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi
instansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.
pemerintahan.
Pasal 56
Bagian Kelima
(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah menyusun laporan keuangan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
pemerintah daerah untuk disampaikan kepada gubernur/
Pasal 57
bupati/ walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD. (1) Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
akuntansi pemerintahan dibentuk Komite Standar Akuntansi
(2) Dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Pemerintahan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :
a. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna (2) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan bertugas menyusun
Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik untuk
menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan
realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan kaidahkaidah akuntansi yang berlaku umum.
keuangan; (3) Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masa
b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a kerja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
disampaikan kepada kepala satuan kerja pengelola dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Presiden.
keuangan daerah selambatlambatnya 2 (dua) bulan setelah
tahun anggaran berakhir;
Administrasi Keuangan Negara 141 142 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAB X diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu
PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
diketahui.
Pasal 58 (2) Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku yang nyatanyata melanggar hukum atau melalaikan
Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)
pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau
menyeluruh. pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung
jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.
(2) Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah. (3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin
diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian
negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera
BAB XI mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian
PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH kerugian sementara kepada yang bersangkutan.
Pasal 59
Pasal 61
(1) Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan
(1) Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung
melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera
atau kepala satuan kerja perangkat daerah kepada gubernur/
diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundangundangan
bupati/walikota dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa
yang berlaku.
Keuangan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
(2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain kerugian daerah itu diketahui.
yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada
kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.
yang nyatanyata melanggar hukum atau melalaikan
(3) Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)
kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti dapat segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/
rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/ atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung
lembaga/ satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.
terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.
(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin
diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian
Pasal 60 daerah, gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan segera
mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian
(1) Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung
kerugian sementara kepada yang bersangkutan.
atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan
Administrasi Keuangan Negara 143 144 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 62 Pasal 66
(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara (1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/
daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau
(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah
meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan unsur pidana,
beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris,
Badan Pemeriksa Keuangan menindaklanjutinya sesuai dengan
terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang
peraturan perundangundangan yang berlaku.
berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara pejabat lain yang bersangkutan.
terhadap bendahara diatur dalam undangundang mengenai
(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris
pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.
untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3
Pasal 63 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan
pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri
bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak
bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
gubernur/bupati/walikota.
yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal
Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi
peraturan pemerintah. tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian
negara/daerah.
Pasal 64
Pasal 67
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang
telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat (1) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah sebagaimana
dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. diatur dalam Undangundang ini berlaku pula untuk uang dan/
Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi. atau barang bukan milik negara/daerah, yang berada dalam
penguasaan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas
Pasal 65 pemerintahan.
Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau (2) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah dalam
pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika Undangundang ini berlaku pula untuk pengelola perusahaan
dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut negara/daerah dan badanbadan lain yang menyelenggarakan
atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak pengelolaan keuangan negara, sepanjang tidak diatur dalam
dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan. undangundang tersendiri.
Administrasi Keuangan Negara 145 146 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAB XII (4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan
dengan jasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan
PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
Negara/Daerah.
Pasal 68 (5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau
(1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan sumbangan dari masyarakat atau badan lain.
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan (6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan
(2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/ Layanan Umum yang bersangkutan.
daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan
sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Layanan Umum diatur dalam peraturan pemerintah.
Umum yang bersangkutan.
(3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat
BAB XIII
dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis
dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang KETENTUAN PERALIHAN
pemerintahan yang bersangkutan.
Pasal 70
(4) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah daerah
dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan (1) Jabatan fungsional bendahara sebagaimana dimaksud dalam
pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat Pasal 10 dibentuk selambatlambatnya 1 (satu) tahun sejak
daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang Undangundang ini diundangkan.
bersangkutan. (2) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pasal 69 12 dan Pasal 13 Undangundang ini dilaksanakan selambat
lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama pengakuan
(1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dan anggaran tahunan. dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis
(2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kas.
Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian (3) Penyimpanan uang negara dalam Rekening Kas Umum Negara
yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta pada Bank Sentral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
laporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/ dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuh
pemerintah daerah. selambatlambatnya pada tahun 2006.
(3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana (4) Penyimpanan uang daerah dalam Rekening Kas Umum Daerah
kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat pada bank yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam
(1) dan ayat (2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan Pasal 27 dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah secara penuh selambatlambatnya pada tahun 2006.
yang bersangkutan.
Administrasi Keuangan Negara 147 148 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 71 Undangundang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
(1) Pemberian bunga dan/atau jasa giro sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) mulai dilaksanakan pada saat
penggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat Utang Disahkan di Jakarta
Negara sebagai instrumen moneter.
pada tanggal 14 Januari 2004
(2) Penggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat Utang
Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan mulai PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
tahun 2005.
ttd
(3) Selama Surat Utang Negara belum sepenuhnya menggantikan
Sertifikat Bank Indonesia sebagai instrumen moneter, tingkat MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
bunga yang diberikan adalah sebesar tingkat bunga Surat Utang
Negara yang berasal dari penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia. Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Januari 2004
BAB XIV SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KETENTUAN PENUTUP
ttd
Pasal 72
Pada saat berlakunya Undangundang ini, Undangundang BAMBANG KESOWO
Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW),
Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa kali
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004
diubah, terakhir dengan Undangundang Nomor 9 Tahun 1968
NOMOR 5
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 73
Pasal 74
Administrasi Keuangan Negara 149 150 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
PENJELASAN 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor
ATAS 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) Undangundang
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Perbendaharaan Indonesia tersebut tidak dapat lagi memenuhi
NOMOR 1 TAHUN 2004 kebutuhan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan
TENTANG tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi.
PERBENDAHARAAN NEGARA Oleh karena itu, Undangundang tersebut perlu diganti dengan
undangundang baru yang mengatur kembali ketentuan di
I. UMUM bidang perbendaharaan negara, sesuai dengan tuntutan
perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern.
1. Dasar Pemikiran
Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan 2. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan
tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang Negara
perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Undangundang tentang Perbendaharaan Negara ini
Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 administrasi keuangan negara. Dalam Undangundang
perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung Perbendaharaan Negara ini ditetapkan bahwa Perbendaharaan
jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat, yang Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Sebagai landasan hukum pengelolaan keuangan negara Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam Undangundang
tersebut, pada tanggal 5 April 2003 telah diundangkan Undang Perbendaharaan Negara ini diatur ruang lingkup dan asas umum
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. perbendaharaan negara, kewenangan pejabat perbendaharaan
Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 ini menjabarkan lebih negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah,
lanjut aturanaturan pokok yang telah ditetapkan dalam pengelolaan uang negara/daerah, pengelolaan piutang dan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 utang negara/daerah, pengelolaan investasi dan barang milik
ke dalam asasasas umum pengelolaan keuangan negara. Sesuai negara/daerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban
dengan ketentuan dalam Pasal 29 Undangundang Nomor 17 APBN/APBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dalam rangka kerugian negara/daerah, serta pengelolaan keuangan badan
pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara yang layanan umum.
ditetapkan dalam APBN dan APBD, perlu ditetapkan kaidah
Sesuai dengan kaidahkaidah yang baik dalam pengelolaan
kaidah hukum administrasi keuangan negara.
keuangan negara, Undangundang Perbendaharaan Negara ini
Sampai dengan saat ini, kaidahkaidah tersebut masih menganut asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, dan
didasarkan pada ketentuan dalam Undangundang asas spesialitas. Asas kesatuan menghendaki agar semua
Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW) Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu
Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa dokumen anggaran. Asas universalitas mengharuskan agar
kali diubah, terakhir dengan Undangundang Nomor 9 Tahun
Administrasi Keuangan Negara 151 152 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam negara/lembaga berwenang dan bertanggung jawab atas
dokumen anggaran. Asas tahunan membatasi masa berlakunya penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi
anggaran untuk suatu tahun tertentu. Asas spesialitas mewajibkan masingmasing.
agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan
peruntukannya. Demikian pula Undangundang Perbendaharaan
dan para menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan
Negara ini memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas,
anggaran. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan menjamin
serta menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan
terselenggaranya salinguji (check and balance) dalam proses
anggaran.
pelaksanaan anggaran perlu dilakukan pemisahan secara tegas
Ketentuan yang diatur dalam Undangundang Perbendaharaan antara pemegang kewenangan administratif dengan pemegang
Negara ini dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan kewenangan kebendaharaan. Penyelenggaraan kewenangan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka administratif diserahkan kepada kementerian negara/lembaga,
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah sementara penyelenggaraan kewenangan kebendaharaan
diberikan kewenangan yang luas, demikian pula dana yang diserahkan kepada Kementerian Keuangan. Kewenangan
diperlukan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. Agar administratif tersebut meliputi melakukan perikatan atau
kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan sebaik tindakantindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya
baiknya untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan
diperlukan kaidahkaidah sebagai ramburambu dalam pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian
pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu Undangundang negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan
Perbendaharaan Negara ini selain menjadi landasan hukum tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau menagih
dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.
pada tingkat pemerintahan pusat, berfungsi pula untuk
Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
Negara dan pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa
daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bendahara Umum Negara bukanlah sekedar kasir yang hanya
berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara
3. Pejabat Perbendaharaan Negara
tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran
Sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang tersebut. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah pengelola keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu berfungsi
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan, dan manajer
keuangan pada hakikatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) keuangan.
Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/
Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek
pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational
rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat
Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.
terjadinya penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda
Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian Keuangan dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis
berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan atau post-audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan
kewajiban negara secara nasional, sementara kementerian fungsional. Dengan demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip
pengendalian intern yang sangat penting dalam proses
Administrasi Keuangan Negara 153 154 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
pelaksanaan anggaran, yaitu adanya pemisahan yang tegas berada dalam kelompok profesi manajemen oleh para
antara pemegang kewenangan administratif (ordonnateur) dan profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan kembali
pemegang fungsi pembayaran (comptable). Penerapan pola pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip
pemisahan kewenangan tersebut, yang merupakan salah satu prinsip pemerintahan yang baik (good governance) yang sesuai
kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara, telah dengan lingkungan pemerintahan.
mengalami “deformasi” sehingga menjadi kurang efektif untuk Dalam Undangundang Perbendaharaan Negara ini juga
mencegah dan/atau meminimalkan terjadinya penyimpangan diatur prinsipprinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan
dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara. Oleh fungsifungsi pengelolaan kas, perencanaan penerimaan dan
karena itu, penerapan pola pemisahan tersebut harus dilakukan pengeluaran, pengelolaan utang piutang dan investasi serta
secara konsisten. barang milik negara/daerah yang selama ini belum mendapat
perhatian yang memadai.
4. Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di
Dalam rangka pengelolaan uang negara/daerah, dalam
lingkungan pemerintahan
Undangundang Perbendaharaan Negara ini ditegaskan
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan kewenangan Menteri Keuangan untuk mengatur dan
keuangan negara, dirasakan pula semakin pentingnya fungsi menyelenggarakan rekening pemerintah, menyimpan uang
perbendaharaan dalam rangka pengelolaan sumber daya negara dalam rekening kas umum negara pada bank sentral,
keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien. Fungsi serta ketentuan yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi
perbendaharaan tersebut meliputi, terutama, perencanaan kas pemanfaatan dana pemerintah. Untuk meningkatkan
yang baik, pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran transparansi dan akuntabilitas pengelolaan piutang negara/
dan penyimpangan, pencarian sumber pembiayaan yang paling daerah, diatur kewenangan penyelesaian piutang negara dan
murah dan pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash) daerah. Sementara itu, dalam rangka pelaksanaan pembiayaan
untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan. ditetapkan pejabat yang diberi kuasa untuk mengadakan utang
negara/daerah. Demikian pula, dalam rangka meningkatkan
Upaya untuk menerapkan prinsipprinsip pengelolaan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan investasi dan barang milik
keuangan yang selama ini lebih banyak dilaksanakan di dunia negara/daerah dalam Undangundang Perbendaharaan Negara
usaha dalam pengelolaan keuangan pemerintah, tidaklah ini diatur pula ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan
dimaksudkan untuk menyamakan pengelolaan keuangan sektor investasi serta kewenangan mengelola dan menggunakan barang
pemerintah dengan pengelolaan keuangan sektor swasta. Pada milik negara/daerah.
hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik.
Dalam kedudukannya yang demikian, negara tunduk pada 5. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
tatanan hukum publik. Melalui kegiatan berbagai lembaga Anggaran
pemerintah, negara berusaha memberikan jaminan kesejahteraan Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam
kepada rakyat (welfare state). pengelolaan keuangan negara, laporan pertanggungjawaban
Namun, pengelolaan keuangan sektor publik yang dilakukan keuangan pemerintah perlu disampaikan secara tepat waktu dan
selama ini dengan menggunakan pendekatan superioritas negara disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan. Se
telah membuat aparatur pemerintah yang bergerak dalam hubungan dengan itu, perlu ditetapkan ketentuan yang
kegiatan pengelolaan keuangan sektor publik tidak lagi dianggap mengatur mengenai halhal tersebut agar:
Administrasi Keuangan Negara 155 156 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses Akuntansi Pemerintahan yang independen yang terdiri dari para
akuntansi; profesional. Agar komite dimaksud terjamin independensinya,
Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan komite harus dibentuk dengan suatu keputusan Presiden dan harus
standar akuntansi keuangan pemerintahan, yang terdiri dari bekerja berdasarkan suatu due process. Selain itu, usul standar yang
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan disusun oleh komite perlu mendapat pertimbangan dari Badan
Arus Kas disertai dengan catatan atas laporan keuangan; Pemeriksa Keuangan. Bahan pertimbangan dari Badan Pemeriksa
Keuangan digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan. Hasil
Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggung
penyempurnaan tersebut diberitahukan kepada Badan Pemeriksa
jawaban setiap entitas pelaporan yang meliputi laporan
Keuangan, dan selanjutnya usul standar yang telah disempurnakan
keuangan pemerintah pusat, laporan keuangan kementerian
tersebut diajukan oleh Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam
negara/lembaga, dan laporan keuangan pemerintah daerah;
peraturan pemerintah.
Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan
Rakyat Daerah selambatlambatnya 6 (enam) bulan setelah pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan
tahun anggaran yang bersangkutan berakhir; akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SAP) yang
Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga
dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi
pemeriksa ekstern yang independen dan profesional
Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/
sebelum disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat;
lembaga.
Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik
keuangan yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan Selain itu, perlu pula diatur agar laporan pertanggung
Pemerintah (Government Finance Statistics/GFS) sehingga jawaban keuangan pemerintah dapat disampaikan tepat waktu
dapat memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi kepada DPR/DPRD. Mengingat bahwa laporan keuangan
fiskal, pengelolaan dan analisis perbandingan antarnegara pemerintah terlebih dahulu harus diaudit oleh Badan Pemeriksa
(cross country studies), kegiatan pemerintahan, dan penyajian Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD, BPK
statistik keuangan pemerintah. memegang peran yang sangat penting dalam upaya percepatan
penyampaian laporan keuangan pemerintah tersebut kepada
Pada saat ini laporan keuangan pemerintah dirasakan masih DPR/DPRD. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Pasal 30 dan
kurang transparan dan akuntabel karena belum sepenuhnya Pasal 31 Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang sejalan Keuangan Negara yang menetapkan bahwa audit atas Laporan
dengan standar akuntansi sektor publik yang diterima secara Keuangan Pemerintah harus diselesaikan selambatlambatnya 2
internasional. Standar akuntansi pemerintahan tersebut sesuai (dua) bulan setelah Laporan Keuangan tersebut diterima oleh BPK
dengan ketentuan Pasal 32 Undangundang Nomor 17 Tahun dari Pemerintah. Selama ini, menurut Pasal 70 ICW, BPK diberikan
2003 tentang Keuangan Negara menjadi acuan bagi Pemerintah batas waktu 4 (empat) bulan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Pusat dan seluruh Pemerintah Daerah di dalam menyusun dan
menyajikan Laporan Keuangan. 6. Penyelesaian Kerugian Negara
Standar akuntansi pemerintahan ditetapkan dalam suatu Untuk menghindari terjadinya kerugian keuangan negara/
peraturan pemerintah dan disusun oleh suatu Komite Standar daerah akibat tindakan melanggar hukum atau kelalaian
Administrasi Keuangan Negara 157 158 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
seseorang, dalam Undangundang Perbendaharaan Negara ini terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan
diatur ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara/ keuangan kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.
daerah. Oleh karena itu, dalam Undangundang
Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum dilakukan
Perbendaharaan Negara ini ditegaskan bahwa setiap kerugian
oleh Menteri Keuangan, sedangkan pembinaan teknis dilakukan
negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum
oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan
atau kelalaian seseorang harus diganti oleh pihak yang bersalah.
yang bersangkutan.
Dengan penyelesaian kerugian tersebut negara/daerah dapat
dipulihkan dari kerugian yang telah terjadi.
Setiap tahun, sebelum anggaran dilaksanakan Pemerintah
Sehubungan dengan itu, setiap pimpinan kementerian dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan
negara/ lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah wajib undangundang mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja
segera melakukan tuntutan ganti rugi setelah mengetahui bahwa Negara melalui siklus anggaran.
dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah yang bersangkutan terjadi kerugian. Pengenaan ganti Undangundang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh (APBN) merupakan perintah kepada pelaksana, pedoman, batas
Badan Pemeriksa Keuangan, sedangkan pengenaan ganti dan sekaligus program kerja pemerintah dalam melaksanakan
kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan tugastugas negara di segala bidang.
bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan\lembaga/
gubernur/bupati/walikota.
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat G. Dasar-dasar Anggaran Pemerintah
lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/
daerah dapat dikenai sanksi administrative dan/atau sanksi 1. Anggaran
pidana apabila terbukti melakukan pelanggaran administratif Anggaran (budget) adalah daftar atau pernyataan yang terperinci
dan/atau pidana. tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam
jangka waktu satu tahun (Suparmoko, 2000). Menurut Syamsi (1994),
7. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum anggaran adalah hasil perencanaan yang berkaitan dengan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat bermacammacam kegiatan secara terpadu, yang dinyatakan dalam
dapat dibentuk Badan Layanan Umum yang bertugas satuan uang dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan kedua
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah hasil
barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka perencanaan yang berupa daftar mengenai bermacammacam
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan kegiatan terpadu, baik yang berkaitan dengan penerimaan maupun
bangsa. Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan pengeluaran yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka
negara yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan waktu tertentu, umumnya adalah satu tahun (Yuswar J.B., 2005).
sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan
Umum yang bersangkutan. Berkenaan dengan itu, rencana kerja 2. Fungsi Anggaran
dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Menurut Musgrave (1989), anggaran memiliki tiga fungsi utama,
Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak yaitu sebagai berikut.
Administrasi Keuangan Negara 159 160 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah yang mengadakan pembuatan program, dan penganggaran dari suatu “organisasi”
alokasi terhadap sumber dana untuk mengadakan barang yang diikat dalam suatu sistem secara menyeluruh. “Organisasi”
kebutuhan perseorangan dan sarana yang dibutuhkan untuk dapat berupa perusahaan swasta dan instansi pemerintah.
kepentingan umum. Semua itu diarahkan agar terjadi
Tujuan sistem penganggaran adalah membantu pimpinan
keseimbangan antara uang yang beredar dan barang serta jasa
organisasi dalam pengambilan keputusan untuk mengalokasikan
dalam masyarakat.
sumber daya dan dana yang menjadi wewenangnya ke dalam
b. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah untuk menyeimbangkan, program pembangunan dan kegiatan rutin agar lebih efisien dan
menyesuaikan pembagian pendapatan, dan menyejahterakan efektif.
masyarakat.
d. Sistem penganggaran dasar nol (zero base budgeting system), yaitu
c. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah untuk meningkatkan sistem penganggaran yang di dalamnya setiap program
kesempatan kerja serta stabilisasi harga barangbarang pembangunan kegiatan diuji secara keseluruhan pada setiap kali
kebutuhan masyarakat dan menjamin selalu meningkatnya penyusunan anggaran baru, tanpa memerhatikan yang telah
pertumbuhan ekonomi yang mantap. berlaku sebelumnya.
Administrasi Keuangan Negara 161 162 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Manfaat dari penggunaan sistem penganggaran dasar nol, yaitu: d. Fleksibilitas, prinsip yang memungkinkan pemerintah
a. digunakan atau merupakan perbaikan rencana dan mengajukan rencana tambahan dan perubahan anggaran.
perbaikan anggaran; e. Prealabel. Pengajuan anggaran dan persetujuannya oleh badan
b. mengukur kemampuan pimpinan dalam mengevaluasi, perwakilan harus mendahului pelaksanaan anggaran.
mengukur, menentukan skala prioritas dan mengenal
f. Kecermatan. Anggaran harus diperkirakan secara cermat dan
kelemahan kegiatan yang diatur dari peninjauan kembali
teliti.
sehingga perbaikan dapat ditentukan dan diambilnya;
g. Kelengkapan (universalitas). Semua pengeluaran dan penerimaan
c. pengembangan tim manajemen menjadi lebih tangguh
dimuat dalam anggaran.
karena semua pimpinan di berbagai bidang dan tingkatan
dilibatkan dalam penyusunan sistem penganggaran dasar h. Komprehensif. Anggaran disusun untuk semua aktivitas
nol. pemerintah.
i. Terperinci. Setiap anggaran diklasifikasikan pada kelompok yang
4. Prinsip Penyusunan Anggaran telah ditentukan. Prinsip ini memudahkan penerapan asas
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan spesialisasi kuantitatif, yaitu asas bahwa tiaptiap kelompok
suatu anggaran (Soejipto dan Seno, 1987) adalah sebagai berikut. tidak boleh melampaui batas anggaran dan digunakan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
a. Keterbukaan. Di negara demokrasi, pembahasan anggaran
antara pemerintah dan DPR merupakan pengikutsertaan rakyat j. Anggaran berimbang. Pengeluaran harus didukung oleh
melalui wakilwakilnya dalam menentukan kebijaksanaan penerimaan.
anggaran negara. k. Pendapatan yang ajeg, kontinu. Pendapatan rutin diusahakan
b. Periodik. Suatu anggaran disusun untuk periode tertentu, dapat menutup belanja rutin, sedangkan pendapatan
biasanya untuk satu tahun. pembangunan diperuntukkan bagi belanja pembangunan.
c. Pembebanan anggaran pengeluaran dan menguntungkan l. Anggaran yang setiap tahun ada kenaikan. Adanya tabungan
anggaran penerimaan. Pengeluaran dan penerimaan pemerintah (pendapatan dalam negeri dikurangi dengan
keuntungan anggaran bergantung pada basis akuntansi yang pengeluaran rutin) dan pendapatan pembangunan (bantuan
dianut, yaitu: program dan proyek) yang secara relatif cenderung menurun.
1) asas kewajiban, yaitu anggaran dibebani pada saat kontrak Secara garis besar, dasar hukum dari administrasi keuangan
ditandatangani (asas ini khusus untuk pengeluaran); negara, yaitu UndangUndang Nomor 17 tahun 2003, yang
2) asas aktual, yaitu anggaran dibebani untuk pengeluaran secara terperinci sebagai berikut:
yang seluruhnya dibayar dan menguntungkan anggaran
Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18,
untuk penerimaan yang seluruhnya diterima;
Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22D, Pasal 23,
3) asas kas, yaitu anggaran dibebani pada saat terjadinya Pasal 23A, Pasal 23B, Pasal 23C, Pasal 23D, Pasal 23E, dan Pasal
pengeluaran dari kas negara dan sebaliknya anggaran 33 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UndangUndang Dasar 1945
penerimaan diuntungkan pada saat telah adanya sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang
penerimaan pada kas negara. Undang Dasar 1945.
Administrasi Keuangan Negara 163 164 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
H. Kebijaksanaan Dasar APBN penerimaan. Anggaran dinamis berarti adanya peningkatan secara
terusmenerus besarnya tabungan pemerintah. Dengan demikian,
Sebagai negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, peranan tabungan pemerintah sebagai sumber utama untuk
dan menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, membiayai pengeluaran pembangunan semakin meningkat.
sistem pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan Anggaran fungsional dalam anggaran tertuju pada pengertian bahwa
pokok yang ditetapkan dalam UndangUndang Dasar. Dalam fungsi dari pinjaman luar negeri adalah untuk membiayai
UndangUndang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan, disebutkan pengeluaran pembangunan. Anggaran penerimaan pembangunan
bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap (pinjaman luar negeri) tidak untuk pengeluaran rutin. Dengan
tahun dengan undangundang, dan ketentuan mengenai pajak dan demikian, semakin besar jumlah tabungan pemerintah, semakin kecil
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta peranan atau fungsi dari pinjaman luar negeri.
macam dan harga mata uang yang ditetapkan dengan undang
undang. Hal lain mengenai keuangan negara sesuai dengan amanat Sesuai dengan amanat GBHN yang bertekad untuk memperbesar
Pasal 23C diatur dengan undangundang. kemampuan membangun atas dasar kekuatan sendiri, yaitu sebagian
besar kebutuhan dana investasi yang semakin membesar itu harus
Selama ini dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara bersumber dari dalam negeri, peningkatan penerimaan dalam negeri,
masih digunakan ketentuan perundangundangan yang disusun selain untuk mendukung peningkatan laju pembangunan, juga
pada masa pemerintahan kolonial HindiaBelanda yang berlaku diarahkan untuk semakin memperbaiki struktur sumber pembiayaan
berdasarkan Aturan Peralihan UndangUndang Dasar 1945, yaitu anggaran negara dan memperkecil sumber dana dari luar negeri,
Indische Comptabiliteistwet yang lebih dikenal dengan ICW (Stbl. 1925 khususnya pinjaman luar negeri.
No. 448), selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran
Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir UndangUndang Kebijakan keuangan negara sebagai bagian dari kebijakan
No. 9 tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 ekonomi makro meliputi kebijakan penerimaan negara, kebijakan
dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) (Stbl. pengeluaran rutin, dan kebijakan pengeluaran pembangunan.
1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445) dan Reglement voor het Kebijakan penerimaan negara meliputi:
AdministrateBeheer (RAB) (Stbl. 1933 No. 381). Sementara itu, dalam 1. pengembangan perpajakan;
pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara 2. peningkatan kesadaran masyarakat membayar pajak;
diberlakukan Ien verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer 3. penyempurnaan sistem dan tata cara pelaksanaan pajak
(IAR) (Stbl 1933 No. 320). Peraturan Perundangundangan tersebut penghasilan;
tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi
4. peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai;
dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan
pemerintahan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, meskipun 5. peningkatan penerimaan pajak bumi dan bangunan;
berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara 6. peningkatan penerimaan bea masuk;
materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang 7. peningkatan penerimaan bea cukai;
undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan. 8. peningkatan penerimaan pajak ekspor;
Pemerintah Indonesia sejak zaman Orde Baru dalam menyusun 9. efektivitas penerimaan bea materai dan lelang;
APBN menggunakan konsep anggaran berimbang, dinamis, dan 10. peningkatan penerimaan bukan pajak;
fungsional. Anggaran berimbang dimaksudkan sebagai terjadinya
11. pengelolaan pinjaman luar negeri secara berhatihati.
perimbangan antara anggaran pengeluaran dan anggaran
Administrasi Keuangan Negara 165 166 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Kebijakan pengeluaran rutin pemerintah meliputi berbagai Baik anggaran pendapatan maupun anggaran pengeluaran
upaya dan tindakan berikut: harus sebanding, seperti dua sisi ujung tali yang mempunyai bentuk
1. peningkatan efektivitas alokasi pengeluaran rutin; dan isi yang sama besarnya. Jika salah satunya besar atau salah satu
ujungnya kecil, tidak dapat disambungkan dengan sempurna. Hal
2. optimalisasi belanja pegawai;
ini menunjukkan betapa penting dan strategisnya kedua unsur
3. pengendalian belanja barang;
tersebut serta menjadi mutlak tentang keberadaannya.
4. pembatasan pemberian subsidi;
Berdasarkan ungkapan tersebut, jelas bahwa antara pendapatan
5. peningkatan kemajuan dan pemerataan pembangunan daerah.
dan pengeluaran harus diciptakan sedemikian rupa agar terjadi
Adapun pokokpokok kebijakan pengeluaran pembangunan keseimbangan. Pengeluaran tidak boleh lebih besar daripada
meliputi upaya dan tindakan berikut: pendapatan. Idealnya pendapatan lebih besar dari pengeluaran.
Dengan demikian, seluruh program dapat dijalankan dengan
1. pengembangan sumber daya manusia;
semestinya, bahkan menambah program sesuai dengan yang
2. pembangunan sarana dan prasarana ekonomi; dibutuhkan dari kelebihan anggaran.
3. dukungan atas pembangunan daerah;
Anggaran belanja negara dipergunakan sebagai pedoman untuk
4. pengentasan penduduk dari kemiskinan; membiayai tugastugas negara di segala bidang untuk jangka waktu
5. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; tertentu, umumnya satu tahun mendatang. Karena tugastugas
6. efisiensi dan efektivitas pengeluaran pembangunan; negara diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat banyak
7. pelestarian fungsi lingkungan hidup. (rakyat), wajar apabila masyarakat dibebani biaya untuk
penyelenggaraan tugastugas negara tersebut. Untuk mendapatkan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua sumber pembiayaan tugastugas negara tersebut, rakyat dikenakan
bentuk dan jenis program yang dicanangkan oleh pemerintah harus pungutan berupa pajak, bea, cukai, dan pungutan lainnya. Untuk
berlandaskan pendapatan yang diterima. Secara otomatis belanja memperkirakan besarnya sumber pembiayaan, di antaranya berupa
negara (pengeluaran), seimbang dengan pandapatan (penerimaan). pajak dan pungutan lain, dibuat Rencana Anggaran Pendapatan.
Perencanaan yang matang dalam penganggaran, akan selaras dengan
program yang dicanangkan. Dengan demikian, kedudukan APBN 2. Fungsi Anggaran Negara
menjadi penting dan sentral dalam penyelenggaraan semua sektor Tiga fungsi anggaran negara, yaitu sebagai berikut.
kehidupan.
a. Fungsi Hukum (Formal)
APBN yang ditetapkan sebagai undangundang berarti
I. Unsur dan Fungsi Anggaran Negara RI
mempunyai fungsi hukum (formal), yang berarti badan legislatif
(Dewan Perwakilan Rakyat) memberikan kuasa kepada badan
1. Unsur Anggaran Negara
eksekutif (Pemerintah) untuk melaksanakan kegiatan dan proyek
Unsur penting anggaran Negara Republik Indonesia terdiri atas yang ditetapkan dalam anggaran, yang sumber pembiayaannya
dua unsur, yaitu anggaran pengeluaran atau disebut anggaran berasal dari anggaran pendapatan. Di samping itu, sebagai fungsi
belanja negara dan anggaran pendapatan negara. hukum, anggaran merupakan alat untuk membatasi ruang gerak
pemerintah sehingga pengeluaran yang akan dilaksanakan
Administrasi Keuangan Negara 167 168 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
pemerintah tidak boleh melampaui batas anggaran. Pembatasan ini Fungsi anggaran negara merupakan perpaduan kedaulatan
dikemukakan dalam Pasal 24 ICW yang menyebutkan, rakyat yang dilaksanakan oleh presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat. Presiden adalah pelaksana kedaulatan rakyat di bidang
“Tidak boleh ada pengeluaran, yang merupakan anggaran
pemerintahan negara sehingga berwenang mengajukan rancangan
lebih dari yang ditentukan di dalam anggaran, atau
anggaran negara. Adapun Dewan Perwakilan Rakyat adalah
dilaksanakan di luar anggaran.”
pelaksana kedaulatan rakyat di bidang legislasi, khususnya di bidang
b. Fungsi Materiil anggaran negara.
Anggaran negara berfungsi materiil berarti anggaran negara Kerja sama kedua lembaga negara tersebut merupakan
merupakan rencana (planning) yang diwujudkan dalam nilai mata konstruksi hukum yang tecermin dalam UUD 1945, khususnya pada
uang, pada satu pihak berisi jumlah pengeluaran (belanja) negara pembahasan dan pengesahan rancangan anggaran negara menjadi
setinggitingginya untuk membiayai kegiatan dan proyek pemerintah anggaran negara. Setelah anggaran negara disetujui oleh Dewan
untuk masa satu tahun mendatang, pada pihak lain, berisi jumlah Perwakilan Rakyat, legitimasi yuridis diberikan kepada presiden
dari sumber pendapatan negara, yang diperkirakan akan dapat untuk melaksanakannya secara konstitusional. Pemberian anggaran
diterima selama masa satu tahun mendatang untuk menutup negara kepada presiden selaku kepala pemerintahan negara dibantu
pengeluaran negara. oleh para menteri negara. Pada akhir tahun anggaran presiden wajib
memberikan pertanggungjawaban di hadapan Dewan Perwakilan
Walaupun ditentukan dengan undangundang, bagi pemerintah
Rakyat.
anggaran negara tersebut tetap berfungsi sebagai rencana. Apabila
antara rencana dan realisasinya tidak cocok karena terjadi perubahan Fungsi anggaran negara juga ditujukan pada penguasaan dan
keadaan, rencana tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan. pelaksanaan anggaran negara oleh presiden bersama pembantunya.
Penyesuaian tersebut tetap memerhatikan fungsi hukum dari Presiden menguasai dan melaksanakan anggaran negara karena
anggaran, yakni dengan diadakan pembahasan antara pemerintah kedudukannya sebagai Chief Financial Officer (CFO). Para menteri
dan DPR, yang akhirnya menghasilkan undangundang tentang selaku pembantu presiden kedudukannya sebagai Chief Operational
tambahan dan perubahan APBN. Officer (COO), kecuali menteri keuangan yang berkedudukan sebagai
Chief Operational Officer dan Chief Financial Officer karena memperoleh
c. Fungsi Kebijaksanaan mandat dan delegasi dari presiden.
Anggaran negara berfungsi kebijaksanaan berarti meng Anggaran negara yang berwujud keuangan negara dikelola oleh
gambarkan kebijaksanaan yang akan dijalankan oleh pemerintah bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lainnya.
untuk masa satu tahun mendatang. Dalam pengelolaannya wajib dilakukan berdasarkan ketentuan
Anggaran negara merupakan bentuk tindakan atau perbuatan peraturan perundangundangan yang berlaku, termasuk memper
hukum yang dilakukan oleh presiden bersama Dewan Perwakilan tanggungjawabkan dalam waktu yang ditentukan. Ketika dalam
Rakyat. Sebagai bentuk tindakan atau perbuatan hukum, anggaran pertanggungjawaban terdapat penyalahgunaan keuangan negara
negara memiliki fungsi yang berbedabeda bergantung pada sudut yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, diancam dengan sanksi
pandang yang digunakan. Fungsi anggaran negara dapat dikaji dari administrasi ataupun sanksi pidana.
aspek hukum tata negara dan hukum administrasi karena proses
penyusunan, pengesahan, dan substansi yang dikandung mengacu
pada kedua cabang ilmu hukum tersebut.
Administrasi Keuangan Negara 169 170 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
J. Kegiatan Anggaran Negara Komponen ketiga dan keempat sejak Orde Baru tidak ditetapkan
dengan undangundang (tidak termasuk dalam APBN). Walaupun
Kegiatan anggaran diawali dari Penyusunan Rancangan demikian, dalam memberikan laporan semester I kepada Dewan
UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perwakilan Rakyat, pemerintah diwajibkan menyampaikan laporan
dan diakhiri dengan Pengesahan Perhitungan Anggaran Negara realisasi jumlah pemberian kredit dan realisasi tentang penerimaan
(Pertanggungjawaban Anggaran Negara) oleh Dewan Perwakilan dan pengeluaran devisa selama semester I.
Rakyat. Secara garis besar, tahapan kegiatan anggaran negara
menurut Haryono Sumodirjo adalah sebagai berikut: Dengan adanya pembagian anggaran rutin dan anggaran
pembangunan, bentuk sederhana dari anggaran negara saat ini adalah
1. penyusunan Rancangan UndangUndang APBN;
bagian sisi kiri yang merupakan kelompok anggaran pendapatan/
2. pembahasan (Pengesahan) Rancangan UndangUndang APBN; penerimaan negara dan sisi kanan yang merupakan kelompok
3. pelaksanaan UndangUndang APBN; Anggaran Belanja Negara.
4. pengawasan Pelaksanaan UndangUndang APBN; Selanjutnya, dengan adanya pembagian anggaran rutin dan
5. pengesahan Perhitungan Anggaran Negara (Pertanggung anggaran pembangunan, dalam APBN sisi kiri, yakni anggaran
jawaban Anggaran Negara). pendapatan/penerimaan terdiri atas:
1. anggaran pendapatan/penerimaan rutin (dalam APBN
Jika kita melihat kembali isi Pasal 23 ayat (1) sampai dengan
sekarang istilah penerimaan rutin diganti dengan istilah
ayat (5) UndangUndang Dasar 1945, terdapat tiga lembaga yang
penerimaan dalam negeri);
terkait dalam memegang peranan dalam siklus kegiatan anggaran
2. anggaran pendapatan pembangunan.
negara, yaitu pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
Badan Pemeriksa Keuangan (BAPEKA). Adapun sisi kanan, anggaran belanja negara terdiri atas:
Tahap pertama dan ketiga yang memegang peranan adalah 1. anggaran belanja rutin;
pemerintah (eksekutif), sedangkan untuk tahap kedua dan kelima 2. anggaran belanja pembangunan.
yang memegang peranan adalah Dewan Perwakilan Rakyat atau
legislatif, dan tahap keempat yang memegang peranan adalah Badan Sebelum memasuki pembahasan mengenai siklus anggaran
Pengawasan Keuangan. Anggaran negara merupakan bentuk negara secara terperinci, berikut ini dijelaskan beberapa hal yang
tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh Presiden berkaitan dengan pengertian siklus anggaran negara, yaitu sebagai
bersama Dewan Perwakilan Rakyat. berikut.
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah
K. Bentuk dan Komposisi Pokok APBN taksiran atau perkiraan jumlah pendapatan penerimaan negara
yang diperlukan pemerintah untuk membiayai rencana belanja/
Anggaran negara yang lengkap terdiri atas empat komponen pengeluaran pemerintah untuk satu periode tertentu (lazimnya
pokok, yaitu: satu tahun) yang akan datang, yang ditetapkan dengan undang
1. Anggaran Rutin; undang.
2. Anggaran Pembangunan; 2. Rancangan/rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
3. Anggaran Kredit; (RAPBN) adalah Rancangan APBN yang disusun oleh pemerintah
4. Anggaran Devisa. beserta aparatnya untuk diajukan ke sidang Dewan Perwakilan
Administrasi Keuangan Negara 171 172 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Rakyat (DPR) dalam rangka dimintakan persetujuannya dan 5. Anggaran pembangunan adalah bagian dari APBN yang terdiri
selanjutnya diundangkan di dalam Lembaran Negara. atas sumber penerimaan pembangunan yang berasal dari utang/
bantuan luar negeri dan belanja/pengeluaran pembangunan.
3. APBN umumnya digolongkan dalam empat penggolongan, yaitu
sebagai berikut. 6. Belanja rutin adalah pengeluaran pemerintah untuk menunjang
a. Penggolongan secara fungsional (menurut tugasnya) dan tugas rutin pemerintah yang bersifat habis pakai (konsumtif) dan
berkaitan dengan masalah tujuan penggunaannya. noninvestasi.
Pengeluaran/belanja negara dapat digolongkan menurut: 7. Tabungan Pemerintah adalah selisih antara penerimaan rutin
1) sektor pertanian; (penerimaan dalam negeri) dikurangi belanja (pengeluaran)
2) sektor industri; rutin.
3) sektor perhubungan dan pariwisata; 8. Belanja pembangunan adalah pengeluaran pemerintah yang
4) sektor agama, dan seterusnya. nonkonsumtif, berbentuk investasi (proyekproyek), baik
berbentuk fisik maupun nonfisik.
b. Penggolongan secara organik (menurut kelompok organisasi
departemen/lembaga) dan berkaitan dengan masalah 9. Daftar Usulan Kegiatan (DUK) adalah daftar kegiatan yang
departemen/lembaga yang bertanggung jawab. Sebagai bersifat rutin, yang diusulkan untuk mendapatkan biaya
contoh, pengeluaran/belanja negara yang digolongkan anggaran rutin. Jadi, DUK adalah dokumen untuk menyusun
menurut: anggaran rutin, DUK disusun oleh setiap departemen/lembaga
(bagian anggaran).
1) Departemen Keuangan;
2) Departemen Perdagangan, dan seterusnya. 10. Daftar Isian Kegiatan (DIK) adalah daftar kegiatan rutin yang
telah ditelaah sehingga sebelum tahun anggaran baru dimulai
c. Penggolongan menurut objek dan jenisnya berkaitan dengan telah memperoleh persetujuan (ditandatangani) pejabat yang
jenis penerimaan atau pengeluaran negara. Misalnya, berwenang di departemen/lembaga, kemudian dikirim ke
penerimaan rutin negara berupa: Direktorat Jenderal Anggaran (Departemen Keuangan) untuk
1) penerimaan pajak; memperoleh pengesahan. DIK dibuat setelah DUK ditelaah,
2) penerimaan bukan pajak (non-tax) atau pengeluaran ru APBN diundangkan dan ditetapkan Keputusan Presiden tentang
tin negara menurut mata anggaran: perincian anggaran. DIK digunakan untuk melaksanakan
a. belanja pegawai; anggaran rutin.
b. belanja barang. 11. Surat Keputusan Otorisasi (SKO) sama dengan DIK yang telah
d. Penggolongan secara ekonomis (menurut sifatnya) berkaitan disahkan atau DIP yang telah disahkan (lihat pengertian DIP).
dengan barang yang bersifat habis pakai/konsumtif untuk SKO merupakan suatu kuasa untuk melakukan tindakan atas
menunjang kegiatan rutin pemerintah atau untuk investasi nama negara yang mempunyai akibat keuangan. SKO hanya
pemerintah. Misalnya, pembagian APBN dalam anggaran dapat diterbitkan jika kegiatan/proyek yang dimaksud telah
rutin dan anggaran pembangunan. tersedia anggarannya.
4. Anggaran rutin adalah bagian dari APBN yang terdiri atas 12. Daftar Usulan Proyek (DUP) adalah daftar proyek yang
anggaran/sumber penerimaan rutin atau penerimaan dalam diusulkan untuk dibiayai dengan anggaran pembangunan. DUK
negeri dan anggaran belanja atau pengeluaran rutin. adalah dokumen untuk menyusun anggaran pembangunan.
Administrasi Keuangan Negara 173 174 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
13. Daftar Isian Proyek (DIP) adalah daftar proyek yang telah presiden. Dalam proses pembahasannya, Dewan Perwakilan Rakyat
ditelaah oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tidak wajib menyetujui rancangan undangundang anggaran negara
(Bappenas) dan Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal menjadi undangundang. Ketika dalam pembahasan rancangan
Anggaran) sehingga sebelum tahun anggaran dimulai telah undangundang anggaran negara dianggap belum memenuhi tuntutan
memperoleh persetujuan (ditandatangani) pejabat yang perkembangan ke depan, Dewan Perwakilan Rakyat berwenang
berwenang dalam departemen/lembaga, kemudian dikirim ke menolaknya. Dengan demikian, presiden mengajukan rancangan
Menteri Keuangan dan Bappenas untuk memperoleh undangundang anggaran negara yang telah mengantipasi
pengesahan. Jadi, DIP disusun berdasarkan hasil pembahasan perkembangan ke depan untuk kepentingan negara sehingga tidak
DUP, APBN yang telah diundangkan dan ditetapkannya memperoleh penolakan dari Dewan Perwakilan Rakyat.
Keputusan Presiden tentang perincian anggaran. DIP digunakan
untuk melaksanakan anggaran pembangunan. 2. Keberlakuannya
14. Petunjuk operasional (PO) adalah dokumen yang disusun setelah Apabila memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
DIP disahkan dan diterima kembali oleh masingmasing rancangan undangundang tersebut berubah menjadi undang
departemen/lembaga yang memuat petunjukpetunjuk tentang undang dan wajib diundangkan dalam lembaran negara agar
pelaksanaan proyek tersebut. dianggap secara hukum telah diketahui keberlakuannya. Undang
undang anggaran negara memiliki jangka waktu berlaku hanya satu
tahun, berbeda dengan undangundang lainnya yang masa
L. Sifat Hukum Anggaran Negara berlakunya tidak ditentukan.
Jika dikaji oleh ilmu hukum bidang perundangundangan, Setelah satu tahun keberlakuan undangundang anggaran
anggaran negara memiliki sifat hukum berbeda dengan undang negara, presiden kembali berwenang mengajukan rancangan
undang lainnya. Sifat hukum anggaran negara yang membedakan undangundang anggaran negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat
dengan undangundang lainnya adalah sebagai berikut. untuk mendapatkan persetujuan menjadi undangundang. Dewan
Perwakilan Rakyat tidak wajib memberikan persetujuan terhadap
1. Proses Pembentukannya rancangan undangundang anggaran negara yang diajukan oleh
presiden. Jika terjadi penolakan, berarti presiden berkewajiban
Pembentukan undangundang anggaran negara berbeda dengan memberlakukan undangundang anggaran negara tahun lalu agar
pembentukan undangundang lainnya. Berdasarkan ketentuan Pasal
tidak terjadi kekosongan atau kevakuman hukum terhadap
23 ayat (2) UUD 1945, presiden memperoleh kewenangan
pembiayaan pemerintahan negara ke depan.
berdasarkan atribusi untuk mengajukan rancangan undangundang
anggaran negara. Dewan Perwakilan Rakyat tidak berwenang
3. Kemampuan Mengikat
mengajukan rancangan undangundang anggaran negara, kecuali
rancangan undangundang lainnya. Hal ini dilatarbelakangi bahwa Suatu undangundang berlaku setelah memperoleh persetujuan
presiden bersamasama pembantunya lebih banyak mengetahui Dewan Perwakilan Rakyat dan diundangkan dalam lembaran
kebutuhan negara dibandingkan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. negara. Berlakunya suatu undangundang berarti telah memenuhi
persyaratan ke dalam undangundang, dalam arti formal dan
Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat hanya membahas
materiil. Dalam arti undangundang itu mengikat secara umum,
rancangan undangundang anggaran negara yang diajukan oleh
misalnya UndangUndang Pajak Penghasilan yang mengikat pejabat
Administrasi Keuangan Negara 175 176 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
pajak selaku pihak yang menegakkannya dan wajib pajak yang menyentuh dan melibatkan rakyat banyak. Tokoh sentral dalam
penghasilannya dapat dikenakan pajak. penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara adalah rakyat
selaku pemegang kedaulatan di negara. Akuntabilitasnya terletak
Adapun undangundang anggaran negara, sebagaimana
pada rakyat banyak. Dewan Perwakilan Rakyat adalah mandataris
dikemukakan oleh Arifin, P. Suryaatmadja di depan sidang pleno
dari rakyat banyak, para konstituen mereka. Hubungan rakyat
Mahkamah Konstitusi pada bulan Februari 2006, tidak tergolong
dengan Dewan Perwakilan Rakyat adalah hubungan mandatarium,
undangundang dalam arti materiil (wet in materiele zin), tetapi hanya
bukan hubungan delegasi. Rakyat tidak kehilangan kewenangan dan
dapat dipandang sebagai undangundang dalam arti formal (wet in
kedaulatannya ketika diwakili para anggota dewan di parlemen.
formelen zin). UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Rakyat berhak mengikuti proses pembahasan dan perdebatan di
Negara tidak memenuhi persyaratan yang dapat dikategorikan ke
Senayan. Rakyat banyak memiliki kesadaran public budget karena
dalam undangundang dalam arti materiil karena tidak bersifat
menyangkut kepentingan mereka. Rakyat juga melakoni pelaksanaan
mengikat umum. Undangundang anggaran pendapatan dan belanja
anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditetapkan dan
negara hanya mengikat pemerintah dan aparat bagianbagiannya
disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (sumber: kata sambutan H.M.
sebagai penerima yang diberi otorisasi anggaran oleh Dewan
Laica Marzuki, tertanggal 24 Maret 2006).
Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, UndangUndang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tidak dapat djadikan dasar gugatan Keraguan H.M. Laica Marzuki tersebut merupakan beban dan
atau keberatan karena tidak mempunyai kekuatan hukum. Dari tanggung jawab bagi mereka yang berkecimpung di bidang hukum
penelitian yang diadakan terhadap UndangUndang Anggaran keuangan negara. Ketika UndangUndang Anggaran Pendapatan
Pendapatan dan Belanja Negara, undangundang tersebut hanya dan Belanja Negara diberlakukan, presiden menguasai dan
memuat jumlah penerimaan dan pengeluaran, serta saldo lebih atau melaksanakannya dalam bentuk otorisasi dan pengawasan dilakukan
saldo kurang, tidak mengandung materi muatan yang bersifat oleh rakyat banyak selaku pemilik kedaulatan di negara ini.
mengatur, tetapi mengikat pemerintah berupa otorisasi anggaran Pengawasan itu berujung pada pertanggungjawaban saat terjadi
pendapatan dan belanja negara (sumber: kata sambutan H.M. Laica penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran negara. Sebenarnya
Marzuki, tertanggal 24 Maret 2006). undangundang anggaran negara merupakan undangundang yang
tergolong dalam undangundang dalam arti formal (wet informelen
Dalam kaitan itu, H.M. Laica Marzuki mempertanyakan apakah
zin) ataupun dalam arti materiil (wet in materielen zin) karena adanya
benar bahwa UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja
keterlibatan pengawasan dari rakyat banyak selaku pemilik
Negara tidak tergolong undangundang dalam arti materiil (wet in
kedaulatan.
materielen zin), yang tidak mengikat dan menjangkau rakyat banyak
selaku pemegang kedaulatan tertinggi di negeri ini? Selaku hakim, ia
meragukan bahwa undangundang anggaran pendapatan dan
belanja negara hanya mengikat presiden (pemerintah) serta M. Perubahan dan Pergeseran Anggaran Negara
dipandang tidak mengikat dan menjangkau rakyat banyak. Benarkah Setelah anggaran negara dikuasai oleh presiden sebagai kepala
UndangUndang Pendapatan dan Belanja Negara tidak tergolong pemerintahan negara, pelaksanaannya bergantung pada
undangundang dalam arti materiil (wet in materielen zin)? Undang perkembangan negara pada waktu itu. Jika stabilitas negara tidak
Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dibuat bagi mengalami gangguan, seperti keamanan dalam negeri ataupun
kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, tidak benar perkembangan ekonomi tidak mengalami pasangsurut, anggaran
jika penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara tidak negara tidak memerlukan perubahan. Dalam arti terdapat kesesuaian
Administrasi Keuangan Negara 177 178 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
antara perencanaan penerimaan dan pengeluaran negara yang dimaksudkan agar perubahan anggaran negara tidak berada dalam
tertuang dalam anggaran negara. Hal ini mencerminkan kepastian keadaan kedaluwarsa sehingga pemanfaatannya berguna bagi
hukum terhadap anggaran negara yang memuat pendapatan negara kemaslahatan bangsa ke depan.
dan belanja negara berada dalam kesesuaian dengan perencanaan
Selain perubahan anggaran negara, dikenal pula pergeseran
yang telah ditentukan. Akan tetapi, jika dalam pelaksanaan anggaran
anggaran negara. Pergeseran anggaran negara adalah tindakan untuk
negara terdapat ketidaksesuaian perencanaan penerimaan dengan
menyesuaikan anggaran negara dalam pelaksanaannya dengan
pengeluaran, berarti anggaran negara mengalami gangguan. Untuk
faktorfaktor yang memengaruhinya, seperti gelombang tsunami di
mengatasi gangguan tersebut, anggaran negara harus disesuaikan
Aceh, gempa bumi di Jawa Tengah, dan banjir bandang di Kabupaten
dengan mengubah anggaran negara. Perubahan ini harus disesuaikan
Sinjai Sulawesi Selatan.
dengan perkembangan keadaan dan/atau perubahan dalam bentuk
undangundang. Pergeseran anggaran negara dapat dilakukan dengan undang
undang ataupun peraturan perundangundangan di bawah undang
Ketentuan pada Pasal 27 ayat (3) UUKN yang menegaskan
undang. Pergeseran anggaran negara yang dilakukan dengan
penyesuaian anggaran pendapatan dan belanja negara dengan
undangundang melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat karena
perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama
dibutuhkan persetujuannya. Jika dalam pelaksanaan anggaran
Dewan Perwakilan Rakyat dengan pemerintah pusat dalam rangka
negara terjadi keadaan darurat yang memerlukan pembiayaan
penyesuaian prakiraan perubahan atas anggaran pendapatan dan
secepatnya, pemerintah wajib melakukan upaya penanggulangan
belanja negara tahun anggaran yang bersangkutan apabila terjadi:
seketika, walaupun pendanaannya untuk itu belum tersedia dalam
1. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi anggaran negara. Dana yang digunakan untuk menanggulangi
yang digunakan dalam anggaran pendapatan dan belanja keadaan darurat tersebut dapat diperoleh dari pos anggaran yang
negara; belum digunakan. Pendanaan yang digunakan untuk menanggulangi
2. perubahan pokokpokok kebijakan fiskal; keadaan darurat tersebut dapat diusulkan dalam rancangan
3. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran perubahan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
belanja; Sementara itu, pergeseran anggaran negara dengan peraturan
4. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun perundangundangan di bawah undangundang tidak memerlukan
sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam arti pergeseran
berjalan. anggaran negara tidak membutuhkan keterlibatan Dewan Perwakilan
Rakyat. Hal ini merupakan ruang lingkup kewenangan eksekutif
Rancangan perubahan anggaran negara diajukan oleh presiden dalam memberikan persetujuan pergeseran anggaran negara. Pejabat
dalam bentuk rancangan undangundang anggaran pendapatan dan yang berwenang memberikan persetujuan pergeseran anggaran
belanja negara untuk mengantisipasi perkembangan yang dialami negara adalah direktur jenderal anggaran atau kepala kantor wilayah
oleh negara pada saat berlangsungnya pelaksanaan anggaran negara. direktorat jenderal anggaran.
Rancangan itu diajukan untuk mendapatkan persetujuan Dewan
Pergeseran anggaran negara tidak boleh dilakukan ketika tidak
Perwakilan Rakyat sebelum berakhir tahun anggaran yang
berada dalam keadaan force majeur terhadap suatu kegiatan yang
bersangkutan, yang pada umumnya dilakukan pada bulan Juli atau
memerlukan pembiayaan yang secara mendesak dan harus
bulan Agustus tahun anggaran negara yang bersangkutan. Hal ini
ditanggulangi secara seketika saat itu. Pelaksanaan pergeseran
Administrasi Keuangan Negara 179 180 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
anggaran negara merupakan freis ermessen yang berada pada
pengelola keuangan negara, baik tingkat pusat maupun daerah yang
pembiayaannya bersumber dari anggaran negara. Kebijakan itu tetap
berada dalam lingkup koridor hukum, artinya freis ermessen tidak
boleh dilakukan ketika menyimpang atau bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
N. Kedudukan APBN
Kedudukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
diarahkan pada sendisendi kehidupan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) merupakan wadah rencana operasional pembangunan
menurut jangka waktu yang telah ditentukan.
Kedudukan APBN dalam pembangunan negara adalah sebagai:
1. rencana pembangunan yang diatur sedemikian rupa menurut
kemampuan anggaran yang tersedia serta untuk jangka waktu
tertentu;
2. penyusunan program yang konkret dalam mencapai tujuan
pembangunan, terutama untuk menyejahterakan rakyat dengan
adil dan merata;
3. penetapan anggaran untuk pelaksanaan program;
4. usaha mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi seluruh
pelaksanaan program pembangunan berikut anggaran yang
dipergunakan.
Administrasi Keuangan Negara 181 182 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahap penyusunan rancangan APBN pembahasannya meliputi:
1. rancangan Undang-Undang APBN;
2. instansi-instansi yang berkaitan dalam penyusunan rancangan
APBN;
3. cara-cara membuat rancangan APBN;
4. kegiatan pokok penyusunan rancangan APBN;
BAB 3 5. rincian materi rancangan APBN.
Administrasi Keuangan Negara 183 184 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
1. Permintaan Sumbangan Anggaran Wakil dari tiap-tiap eselon untuk mempersiapkan usul DUK dan DUP
departemen/lembaga yang bersangkutan, menyampaikan usul DUK
Sebelum permintaan sumbangan anggaran dilakukan
dan DUP kepada menteri/ketua lembaga untuk memperoleh
Departemen Keuangan (Dit.Jen. Anggaran) menyusun kebijakan
persetujuan.
anggaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penyusunan
kebijaksanaan anggaran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan DUK dan DUP yang telah disetujui dan ditandatangani
pelaksanaan APBN tahun yang lalu, perkembangan perekonomian disampaikan kepada Dit.Jen. Anggaran (untuk DUK) kepada
internasional dan perekonomian internasional serta perekonomian Bappenas serta Dit.Jen. Anggaran (untuk DUP) oleh menteri/ketua
dalam negeri agar dihasilkan perencanaan yang baik tersebut. lembaga.
Direktorat Jenderal Anggaran berdasarkan kebijakan di atas
3. Penelitian dan Pembahasan DUK dan DUP
mempersiapkan konsep prosedur kebijaksanaan anggaran yang baru
untuk diajukan kepada Menteri Keuangan. Konsep tersebut setelah Setelah menerima DUK (untuk anggaran rutin), Direktorat
ditelaah oleh Menteri Keuangan kemudian ditandatangani dan Jenderal Anggaran bersama wakil dari departemen/lembaga meneliti
memerintahkan Dit.Jen. Anggaran untuk diedarkan pada semua dan membahas DUK tersebut. Selain itu, Bappenas dan Dit.Jen.
departemen/lembaga. Anggaran meneliti dan membahas DUP yang diterima bersama wakil
dari departemen/lembaga. Dari penelitian dan pembahasan tersebut
Selanjutnya, Dit.Jen. Anggaran menyampaikan surat edaran
dihasilkan plafond (batas tertinggi) sementara sebagai dasar untuk
tentang penyusunan anggaran kepada para menteri/ketua lembaga.
menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Surat edaran tersebut berisi permintaan sumbangan anggaran dengan
cara mengisi Daftar Usulan Kegiatan (DUK) untuk anggaran rutin 4. Penyusunan RAPBN
dan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk anggaran pembangunan
Dit.Jen. Anggaran dan Bappenas mempersiapkan Rancangan
disertai petunjuk cara pengisian DUK oleh Departemen Keuangan
APBN dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan dan Ketua
dan cara pengisian DUP oleh Departemen Keuangan dan Bappenas.
Bappenas untuk dimintakan persetujuan. Rancangan yang telah
2. Penyusunan dan Penyampaian DUK/DUP disetujui dan ditandatangani menteri keuangan diajukan di Sidang
Kabinet. Setelah itu, Sidang Kabinet meneliti dan membahas lalu
Setelah menerima/mempelajari Surat Edaran Menteri Keuangan,
menyetujui RAPBN, mempersiapkan dokumen anggaran lainnya bagi
menteri/ketua lembaga meneruskan kepada Biro Perencanaan/
kepala negara. Dari pembahasan dan persetujuan RAPBN tersebut
Keuangan yang ada di tiap-tiap departemen/lembaga untuk
diperoleh plafond (batas tertinggi) yang definitif.
dilaksanakan. Biro Perencaraan/Keuangan kemudian menyusun
konsep instruksi penyusunan anggaran di tiap-tiap departemen/ Kepala negara menyampaikan RAPBN (satuan anggaran) dan
lembaga untuk diajukan kepada Menteri/Ketua Lembaga yang Nota Keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
bersangkutan. Instruksi yang telah ditandatangani oleh Menteri/ dibahas dan dimintakan persetujuan.
Ketua Lembaga diedarkan kepada unit/unit/eselon bawahannya RAPBN yang disusun berlandaskan asas Bruto yang masing-
hingga eselon yang rendah, agar menyampaikan usul anggaran untuk masing departemen/lembaga dalam mengajukan usulan anggaran,
pengisian DUK dan DUP kepada Biro Perencanaan/Keuangan. yakni dalam mengisi Daftar Usulan Kegiatan (DUK) di samping
Biro Perencanaan/Keuangan melakukan peninjauan dan mencantumkan perkiraan jumlah belanja/pengeluaran yang
pembahasan atas usul anggaran yang diterima dari tiap-tiap eselon. diusulkan, juga mencantumkan taksiran penerimaan bukan pajak
(non tax) yang dikelola oleh tiap-tiap departemen/lembaga. Adapun
Administrasi Keuangan Negara 185 186 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
pengelolaan penerimaan pajak hanya dipegang oleh Departemen c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menangani Bea Masuk dan
Keuangan (Direktorat Jenderal Pajak). Cukai.
Administrasi Keuangan Negara 187 188 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
7) Penerimaan khusus, yaitu penerimaan yang dapat berupa Selain dapat bersifat “bantuan tanpa syarat” yang dikenal
bagian laba perusahaan negara/bank negara kepada sebagai grant atau hadiah, bantuan luar negeri juga dapat bersifat
pemerintah. “bantuan bersyarat” yang dikenal dengan istilah loan atau pinjaman.
Administrasi Keuangan Negara 189 190 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
3. kredit anggran proyek yang masih ada sisanya, dan sisa 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
anggaran lebih; 2. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
4. batas waktu pengajuan Anggaran Belanja Tambahan; 3. Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia;
5. perhitungan anggaran; 4. Badan Pemeriksa Keuangan;
6. tidak berlakunya beberapa pasal ICW; 5. Mahkamah Agung Republik Indonesia;
7. mulai berlakunya APBN. 6. Kejaksaan Agung Republik Indonesia;
7. Kepresidenan;
8. Sekretariat Negara termasuk Menteri-menteri Negara;
D. Instansi Terkait dalam Penyusunan RAPBN
9. Lembaga Pemerintah Non Departemen;
Penyusunan rancangan anggaran negara melibatkan semua 10. Departemen Dalam Negeri;
departemen karena penyusunan tersebut dimulai dengan
11. Departemen Luar Negeri;
penyusunan anggaran oleh tiap-tiap departemen. Setiap departemen
12. Departemen Hankam;
hanya dapat mengajukan satu anggaran, yang meliputi anggaran
rutin dan anggaran pembangunan, yang dikenal dengan istilah 13. Departemen Kehakiman;
“Bagian Anggaran”. 14. Departemen Penerangan;
Terdapat beberapa jenis belanja (pengeluaran) negara yang 15. Departemen Keuangan;
bersifat nasional, seperti cicilan serta bunga utang, subsidi untuk daerah 16. Bagian Pembiayaan dan Perhitungan;
otonom yang tidak dapat dibebankan pada salah satu departemen 17. Departemen Perdagangan;
selain departemen keuangan. Dengan demikian, departemen keuangan 18. Departemen Pertanian;
selain menyusun bagian anggaran, juga menyusun bagian anggaran 19. Departemen Perindustrian;
khusus yang dikenal dengan “Bagian Anggaran Pembiayaan” dan
20. Departemen Pertambangan dan Energi;
perhitungan yang dikenal dengan “Bagian Anggaran”.
21. Departemen Pekerjaan Umum;
Setelah penyusunan bagian anggaran dilaksanakan oleh tiap-
22. Departemen Perhubungan;
tiap departemen, instansi yang berkaitan dalam pembahasan
penentuan jumlah tertinggi (plafond) adalah menteri keuangan dan 23. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;
aparat Direktorat Jenderal Anggaran, yakni untuk perencanaan 24. Departemen Kesehatan;
anggaran rutin, sedangkan untuk perencanaan anggaran pembangunan 25. Departemen Agama;
yang memegang peranan utama selain menteri keuangan adalah 26. Departemen Tenaga Kerja;
Bappenas. 27. Departemen Sosial;
APBN memiliki 31 bagian anggaran, yang terdiri atas 21 bagian 28. Departemen Koperasi;
anggaran untuk departemen yang sekarang disebut dengan 29. Departemen Kehutanan;
kementerian, 9 bagian untuk lembaga dan 1 bagian anggaran khusus.
30. Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi;
Semua bagian tersebut yaitu:
31. Departemen Transmigrasi.
Administrasi Keuangan Negara 191 192 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
E. Pengesahan Rancangan UU APBN d) Lampiran IV memuat Anggaran Belanja Pembangunan
sampai dengan sub sektor.
1. Dasar Hukum
Angka-angka anggaran yang tercantum dalam lampiran III
Rancangan UU APBN didasarkan pada Pasal 23 ayat (1) UUD dan lampiran IV (Anggaran Belanja Rutin dan Belanja
1945 beserta penjelasannya, yakni sebagai berikut.
Pembangunan) karena hanya memuat angka anggaran sampai
a. Pasal 23 ayat (1) menyebutkan, Anggaran Pendapatan dan dengan subsektor dan belum terperinci sampai angka kegiatan atau
Belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-undang. proyek, untuk maksud pelaksanaan belum banyak mempunyai arti.
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran Oleh karena itu, untuk tahapan pelaksanaan anggaran masih
yang diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan diperlukan perincian angka anggaran sampai mata anggaran.
anggaran tahun yang lalu. Perincian anggaran ditetapkan dengan Keputusan Presiden tentang
Perincian Anggaran Rutin dan Keputusan Presiden tentang
b. Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
Perincian Anggaran Pembangunan yang ditetapkan oleh presiden
c. Pasal 23 menyatakan bahwa dalam hal menetapkan pendapatan setelah adanya Undang-Undang APBN.
dan belanja kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat
daripada kedudukan pemerintah. b. Satuan II, berupa ulangan ringkas
Pentingnya anggaran negara sebagaimana dalam Pasal 23 ayat Ulangan ringkas dibagi atas belanja rutin dan belanja
(1) beserta penjelasannya, Presiden menyampaikan RAPBN dan pembangunan. Belanja rutin digolongkan ke dalam lima golongan,
Nota Keuangan kepada DPR sebagai perwujudan pelaksanaan yaitu:
ketentuan Undang-Undang Dasar. a) belanja pegawai;
b) belanja barang;
2. Materi yang Dibahas
c) belanja pemeliharaan;
Tahap akhir penyusunan RAPBN adalah penyampaian d) belanja perjalanan dinas;
presiden/pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
e) subsidi dan bantuan;
hal-hal berikut.
Adapun belanja pembangunan digolongkan ke dalam tujuh
a. Satuan Anggaran golongan, yaitu:
Satuan Anggaran dikenal pula dengan nama Naskah Anggaran, a) gaji dan upah;
yang terdiri atas:
b) tanah;
1. Satuan I, berupa Rancangan Undang-Undang Anggaran c) bahan-bahan;
Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN), RUU APBN
d) peralatan dan mesin;
terdiri atas 4 lampiran, yaitu:
e) biaya perjalanan;
a) Lampiran I memuat Anggaran Pendapatan Rutin.
f) biaya konstruksi;
b) Lampiran II memuat Anggaran Pendapatan Pembangunan.
g) pengeluaran lain-lain.
c) Lampiran III memuat Anggaran Belanja Rutin sampai
dengan Sub Sektor.
Administrasi Keuangan Negara 193 194 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
3. Satuan III, berupa Perincian Anggaran sampai dengan Mata
Anggaran, yang ditetapkan oleh Keppres Perincian Anggaran
Rutin dan Keppres Perincian Anggaran Pembangunan, dilakukan
setelah RUU APBN diundangkan. Dengan adanya Keppres
Perincian Anggaran ini, pelaksanaan dan pengawasan APBN
dapat dimulai.
b. Nota Keuangan
Nota keuangan adalah buku yang berisi informasi mengenai data
ekonomi keuangan; kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan
negara pada tahun anggaran lampau, tahun sekarang, dan yang akan
datang. Nota keuangan merupakan salah satu bahan untuk
pembahasan dan dengar pendapat di DPR, serta disampaikan dengan
amanat presiden kepada DPR setiap awal bulan Januari.
Administrasi Keuangan Negara 195 196 Penyusunan Rancangan dan Pengesahan APBN
perparkiran, dan beban jasa. Sumber keuangan lainnya adalah
bantuan (grant) dari unit pemerintah lain, seperti federal dan donasi
dari pihak lain yang diterima oleh pemerintah. Sumber daya, yang
umumnya kas, digunakan oleh dana umum untuk membelanjai
operasi, seperti penggajian, pemerolehan material dan supplies,
pemeliharaan, dan aktivitas lain. Sumber keuangan dana umum sama
1. dalam jangka pendek dan menengah, upaya difokuskan pada 1. memberikan insentif perpajakan bagi investor dan pengusaha
peningkatan jumlah Wajib Pajak; potensial;
2. melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya 2. melakukan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah
membayar pajak dengan memaparkan manfaat ekonomis yang untuk menghilangkan tumpang tindih dalam pemungutan
diperoleh dari uang pajak; pajak;
3. menargetkan wajib pajak perseorangan sekitar 9-10 juta orang, 3. meningkatkan asas keadilan dalam perpajakan, yaitu:
dengan data dan asumsi sebagai berikut: a. pajak yang bersifat progresif sebaiknya dipertahankan,
a. jumlah keluarga di Indonesia 51,3 juta, keluarga miskin 9,5 b. dalam menentukan tarif pajak perlu dipertimbangkan
juta, keluarga petani gurem 13,7 juta, jumlah keluarga dampaknya terhadap berbagai lapisan masyarakat yang
potensial menjadi Wajib Pajak 28,1 juta, terkena pajak.
b. jika sepertiga dari keluarga potensial tersebut dapat didata
Orientasi pemungutan pajak dilaksanakan karena bertujuan
dan didaftar sebagai Wajib Pajak, sedikitnya sekitar 9-10 juta
menyejahterakan masyarakat. Semua cara pembiayaan pengeluaran
keluarga terdaftar sebagai Wajib Pajak perseorangan.
BAB 5 dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Semakin besar dan banyak
kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran pemerintah
yang bersangkutan. Akan tetapi, hendaknya kita menyadari bahwa
Dari sisi objek, keuangan negara akan meliputi seluruh hal dan e. Penerimaan Daerah;
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk berbagai f. Pengeluaran Daerah;
kebijakan dan kegiatan yang terselenggara dalam bidang fiskal, g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
moneter, dan/atau pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
Selain itu, segala sesuatu berupa uang ataupun barang yang dapat serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
dijadikan milik negara berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara atau daerah;
kewajiban tersebut. h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
Dari sisi subjek, keuangan negara meliputi negara, dan/atau rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, kepentingan umum;
dan badan lain yang berkaitan dengan keuangan negara. Adapun i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
keuangan negara dari sisi proses mencakup seluruh rangkaian fasilitas yang diberikan pemerintah.
2. Fungsi anggaran. Berkenaan dengan fungsi anggaran, DPR e. Kepentingan tertinggi partai harus didahulukan di atas
mempunyai hak budget sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat kepentingan partai.
(2) UUD 1945 Perubahan Ketiga yang menyebutkan bahwa 3. Fungsi pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh DPR
RUU APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR terdiri atas dua hal, yaitu:
dengan memerhatikan pertimbangan DPD (Abdullah Zaini, a. pengawasan terhadap pemerintah dalam melaksanakan
2003: 77-80). DPR sesuai dengan hak budget-nya dapat Undang-Undang;
menyetujui ataupun tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan
b. pengawasan terhadap pemerintah dalam melaksanakan
oleh pemerintah dan mengadakan pembahasan. Pembahasan
APBN. Pengawasan DPR terhadap pemerintah dalam
RUU APBN secara bersama oleh DPR dan presiden selain dalam
melaksanakan APBN dapat dilakukan melalui dua hal,
rangka melaksanakan fungsi legislasi juga dimaksudkan agar
yaitu:
DPR dapat mengetahui dan mengidentifikasi dengan jelas bahwa
1. melalui rapat kerja yang dilakukan oleh komisi-komisi
terhadap alokasi yang dicantumkan dalam RAPBN tersebut tidak
DPR dengan departemen pemerintahan. Dalam rapat
terjadi penyelewengan. Selain itu, DPR juga mempunyai hak
kerja tersebut, DPR dapat mengadakan pembahasan
untuk mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
mengenai berbagai hal dengan pemerintah. Selain itu,
penerimaan dan pengeluaran dalam RUU APBN. Dalam konteks
DPR juga membahas hasil dengar pendapat komisi-
optimalisasi peranan DPR dalam penganggaran, khususnya
komisi dengan masyarakat, NGO, dan akademisi.
pada tahap penyusunan dan penetapan APBN, Abdullah Zaini
Fungsi pengawasan dan fungsi penganggaran akan
menggarisbawahi beberapa hal berikut.
Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah, Berdasarkan pengamatan empiris dari negara-negara maju
di antaranya sebagai berikut. (Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang), Wagner menyatakan bahwa
dalam suatu perekonomian jika pendapatan per kapita meningkat,
secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Akan
1. Model Pembangunan tentang Pengeluaran Pembangunan
tetapi, Wagner menyadari bahwa dengan tumbuhnya perekonomian
Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang hubungan antara industri dengan industri, hubungan industri dengan
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan masyarakat, dan sebagainya menjadi semakin kompleks.
Salah satu wujud dari pengeluaran negara adalah pemberian H. Kebijakan Subsidi
subsidi. Subsidi ini disebut juga pajak negatif karena pada umumnya
Salah satu bentuk pengeluaran pemerintah berupa transfer atau
yang disebut pajak itu berupa pemerintah menarik uang, sedangkan
subsidi yang juga diartikan sebagai pajak yang negatif. Hal ini akan
subsidi sebaliknya, yaitu memberikan uang. Pemberian subsidi
menambah pendapatan penerima subsidi atau mengalami peningkatan
diberikan dalam dua hal, yaitu:
pendapatan riil apabila mereka mengonsumsi atau membeli barang-
1. subsidi berupa uang; barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual rendah.
2. subsidi berupa barang dengan harga yang lebih rendah, yaitu Subsidi terdiri atas subsidi dalam bentuk uang dan subsidi
konsumen dapat membeli barang tertentu dengan harga yang innatura. Pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk uang
lebih rendah daripada harga biasanya. Misalnya, pegawai negeri sebagai tambahan penghasilan kepada konsumen atau dapat pula
mendapat jatah beras dengan harga lebih rendah dengan memberikan subsidi dalam bentuk penurunan harga barang. Dengan
pemotongan gaji. demikian, dalam mengonsumsi suatu barang konsumen hanya
diwajibkan untuk membayar kurang dari harga barang yang
sebenarnya dan selisihnya akan ditanggung oleh pemerintah agar
G. Pertumbuhan Pengeluaran Negara tidak merugikan produsen barang tersebut. Misalnya, pemerintah
sanggup memberikan subsidi dalam bentuk penurunan harga barang
1. Pertumbuhan Pengeluaran Absolut sebanyak 40% sehingga konsumen akan membayar barang tersebut
Pengeluaran pemerintah secara absolut telah meningkat dengan harga 60%.
sepanjang sejarah, sebagaimana yang terjadi di Indonesia setiap tahun Subsidi barang terjadi apabila pemerintah menyediakan jenis
pemerintah meningkatkan pengeluaran keuangan negara secara barang tertentu dengan jumlah yang tertentu pula kepada konsumen
absolut. Misalnya, anggaran untuk biaya pendidikan setiap tahun tanpa dipungut bayaran atau dengan pembayaran, tetapi di bawah
ditingkatkan. harga pasar. Subsidi jenis ini disebut subsidi innatura (in kind subsidy),
yaitu subsidi yang dikaitkan dengan jenis barang tertentu.
2. Hubungan Pertumbuhan Pengeluaran terhadap GNP
Berikut pengaruh subsidi barang dengan jumlah tertentu:
Pertumbuhan ekonomi secara absolut menghasilkan kenaikan
pendapatan per kapita dalam dolar secara konstan. Pemerintah tidak 1. mengurangi jumlah pembelian untuk barang-barang yang
hanya menumbuhkembangkan produktivitas berbagai perusahaan disubsidikan, tetapi konsumsi total bertambah;
PENGELOLAAN KEUANGAN 2.
3.
profesionalitas;
proporsionalitas;
NEGARA 4. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;
5. pemeriksanaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri.
A. Pengertian Pengelolaan Keuangan Negara Pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan keuangan
negera/pemerintah harus memerhatikan dan menerapkan asas-asas
Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan hukum tertentu agar pelayanan dan pengelolaan keuangan negara
pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan meningkat.
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
Sebelum UUKN berlaku, ada beberapa asas yang digunakan
pengawasan, dan pertanggungjawaban.
dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu asas-asas pengelolaan
Prinsip dasar dalam pengelolaan keuangan negara merupakan keuangan pemerintah yang terdiri atas:
bagian dari pelaksanaan pemerintahan, dengan memaksimalkan
1. asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan
keuangan yang tersedia, yang diorientasikan pada pembiayaan
belanja pemerintah disajikan dalam satu dokumen anggaran;
seluruh kegiatan (program) yang telah ditetapkan.
2. asas universalitas, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi
Menurut C.S.T. Kansil, untuk mewujudkan good governance keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran;
dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu
3. asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab
tahun tertentu;
Kemudian, pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola a. Menteri Keuangan, apabila bagian piutang negara yang tidak
pendapatan, belanja, dan kekayaan negara wajib mengusahakan agar disepakati tidak lebih dari Rp 10.000.000.000,00;
setiap piutang negara diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu. Jika b. Presiden, apabila bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih
piutang negara tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu, dari Rp10.000.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000.000,00;
penyelesaiannya dilakukan menurut ketentuan peraturan perundang-
c. Presiden setelah mendapat pendapat pertimbangan Dewan
undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
Perwakilan Rakyat apabila bagian piutang negara yang tidak
perlindungan hukum terhadap piutang negara yang berada pada
disepakati lebih dari Rp 100.000.000.000.00.
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, atau lembaga asing.
Mengenai tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang
Piutang negara jenis tertentu memiliki hak mendahului sesuai negara, diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam arti pemerintah
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Piutang berwenang mengatur tata cara penyelesaian dan penghapusan
tersebut antara lain piutang pajak dan piutang yang diatur dalam piutang negara yang menjadi pedoman untuk itu. Dengan demikian,
undang-undang tersendiri. Penagihan dan pembayaran terhadap tanpa peraturan pemerintah, penyelesaian dan penghapusan piutang
piutang negara jenis tertentu harus didahulukan daripada piutang negara tidak dapat terselesaikan atau terhapuskan.
yang bersifat keperdataan.
Penyelesaian piutang negara yang disebabkan oleh hubungan 2. Pengelolaan Utang Negara
keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai Utang negara merupakan bagian dari pengelolaan keuangan
piutang negara yang penyelesaiannya diatur tersendiri dalam negara, yang kedudukannya tidak berbeda dengan pengelolaan
undang-undang. Penyelesaian piutang negara sebagai bagian piutang negara. Utang negara harus dikelola dengan benar
piutang yang tidak disepakati adalah selisih antara jumlah tagihan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tidak
piutang menurut pemerintah dengan jumlah kewajiban yang diakui menimbulkan kesulitan pada masa depan. Utang negara adalah
oleh debitur, yang ditetapkan oleh: jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat, yang dapat dinilai
a. Menteri Keuangan, apabila bagian piutang negara yang tidak dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
disepakati tidak lebih dari Rp10.000.000.000,00; berlaku atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
6. Pejabat Lain
Keuangan negara boleh pula dikelola oleh pejabat lain. Penjelasan
pada Pasal 59 ayat (2) UUP3KN secara tegas menentukan bahwa
pejabat lain meliputi pejabat negara dan pejabat penyelenggara
pemerintahan yang tidak berstatus pejabat negara, tidak termasuk
bendahara dan pegawai negeri bukan bendahara. Contoh pejabat
lain adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat, staf Komisi
Pemberantasan Korupsi, atau staf pada Mahkamah Agung Republik
Indonesia.
Pejabat lain sebagai pengelola keuangan negara harus diangkat
oleh atasannya. Pengelolaan keuangan negara harus berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
PEMERIKSAAN KEUANGAN Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
(UUBPK) adalah:
Pasal 23E
E. Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
Dasar hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diatur dalam keuangan Pemerintahan diadakan satu Badan Pemeriksa
UUD 1945 Pasal 23: Keuangan yang bebas dan mandiri.
(1) Anggaran pendapatan dan belanja Pemerintahan sebagai wujud (2) Hasil pemeriksaan keuangan Pemerintahan diserahkan kepada
dari pengelolaan keuangan Pemerintahan ditetapkan setiap Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran kewenangannya.
rakyat.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
(2) Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.
Pemerintahan diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama
Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan Pasal 23 F
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
anggaran pendapatan dan belanja Pemerintahan yang diusulkan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh
dan Belanja Pemerintahan tahun yang lalu.
anggota.
PENINGKATAN PAJAK daerah harus lebih kreatif dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerahnya untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam
pembelanjaan APBD-nya. Sumber penerimaan daerah yang
DAN RETRIBUSI DAERAH potensial harus digali secara maksimal, tetapi dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk di antaranya
pajak daerah dan retribusi daerah yang sejak lama menjadi unsur
PAD yang utama.
Untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan
perpajakan daerah, di antaranya dengan menetapkan Undang-
Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan
retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah
A. Pajak dan Retribusi Daerah sebagai Sumber daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya
Pendapatan Daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Meskipun baru
satu tahun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana
Pada era otonomi daerah saat ini daerah diberi kewenangan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan
lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 serta peraturan perundang-
Tujuannya untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada undangan pendukung lainnya, berbagai macam respons timbul dari
masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan daerah-daerah, di antaranya bahwa pemberian keleluasaan yang
mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran diberikan pada pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD melalui
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan Undang-Undang
persaingan yang sehat antardaerah dan mendorong timbulnya Nomor 34 tahun 2000 telah memperlihatkan hasil yang
inovasi. menggembirakan, yaitu sejumlah daerah berhasil mencapai
Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah peningkatan PAD-nya secara signifikan. Akan tetapi, kreativitas
diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya pemerintah daerah yang berlebihan dan tidak terkontrol dalam
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan memungut pajak daerah dan retribusi daerah akan menimbulkan
Administrasi Keuangan Negara 305 306 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
dampak yang merugikan bagi masyarakat dan dunia usaha, yang sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Oleh sebab itu, Undang-Undang tambahan (extra burden) yang berlebihan sehingga merugikan
Nomor 34 tahun 2000 tetap memberikan batasan kriteria pajak daerah masyarakat secara menyeluruh (dead-weight loss).
dan retribusi yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip tersebut, perpajakan
daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut, khususnya
B. Prinsip dan Kriteria Perpajakan Daerah yang terjadi di banyak negara sedang berkembang, yaitu sebagai
berikut.
Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda
diupayakan tidak berbenturan dengan pungutan pusat (pajak 1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, yang berarti
ataupun bea dan cukai) karena hal tersebut akan menimbulkan perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar
duplikasi pungutan yang akan mendistorsi kegiatan perekonomian. daripada ongkos pemungutannya.
Hal tersebut telah diantisipasi dalam Undang-Undang Nomor 18 2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi
tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana terlalu besar, kadang-kadang meningkat secara drastis, dan ada
diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000, dalam Pasal saatnya menurun secara tajam.
2 ayat (4), yang menyatakan bahwa objek pajak daerah bukan
merupakan objek pajak pusat. 3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip
keuntungan (benefit) dan kemampuan untuk membayar (ability
Prinsip umum perpajakan daerah yang baik pada umumnya to pay).
tetap sama, yaitu harus memenuhi kriteria umum tentang perpajakan
daerah sebagai berikut. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah,
1. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya pemberian kewenangan untuk mengadakan pemungutan pajak
dapat mudah naik-turun mengikuti naik/turunnya tingkat selain mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan yang berlaku
pendapatan masyarakat. secara umum, seyogianya harus mempertimbangkan ketepatan pajak
sebagai pajak daerah. Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang
2. Adil dan merata secara vertikal, artinya sesuai dengan tingkatan
akan mendukung pemberian kewenangan pada daerah dalam rangka
kelompok masyarakat dan horizontal, artinya berlaku sama bagi
pembiayaan desentralisasi. Untuk itu, pemerintah daerah dalam
setiap anggota kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang
melakukan pungutan pajak harus tetap “menempatkan” sesuai
kebal pajak.
dengan fungsinya.
3. Administrasi yang fleksibel, artinya sederhana, mudah dihitung,
Fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fungsi
dan pelayanan yang memuaskan bagi Wajib Pajak.
budgeter dan fungsi regulator. Fungsi budgeter apabila pajak sebagai
4. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat sehingga timbul alat untuk mengisi kas negara yang digunakan untuk membiayai
motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar pajak. kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Adapun fungsi regulator
5. Non-distorsi terhadap perekonomian: implikasi pajak atau apabila pajak dipergunakan sebagai alat mengatur untuk mencapai
pungutan yang hanya menimbulkan pengaruh minimal terhadap tujuan, misalnya pajak minuman keras dimaksudkan agar rakyat
perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak
menimbulkan beban bagi konsumen ataupun produsen. Jangan ekspor dimaksudkan untuk mengekang pertumbuhan ekspor
Administrasi Keuangan Negara 307 308 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
komoditas tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk besar. Idealnya, hasil penerimaan harus elastis sepanjang waktu
tersebut di dalam negeri (Bohari, 2004: 134-135). dan tidak terlalu berfluktuasi.
Teresa Ter-Minassian (1997) mengemukakan beberapa kriteria 7. Pajak yang diserahkan pada daerah seharusnya relatif mudah
dan pertimbangan yang diperlukan dalam pemberian kewenangan diadministrasikan atau perlu pertimbangan efisiensi secara
perpajakan pada tingkat pemerintahan pusat, provinsi, dan ekonomi berkaitan dengan kebutuhan data, seperti identifikasi
kabupaten/kota, yaitu sebagai berikut. jumlah pembayar pajak, penegakkan hukum (law-enforcement),
dan komputerisasi.
1. Pajak yang dimaksudkan untuk tujuan stabilisasi ekonomi dan
cocok untuk tujuan distribusi pendapatan seharusnya tetap 8. Pajak dan retribusi berdasarkan prinsip manfaat dapat
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. digunakan secukupnya pada semua tingkat pemerintahan, tetapi
penyerahan kewenangan pemungutannya pada daerah akan
2. Basis pajak yang diserahkan pada daerah seharusnya tidak
tepat sepanjang manfaatnya dapat dilokalisasi bagi pembayar
terlalu mobile. Pajak daerah yang sangat mobile akan mendorong
pajak lokal.
pembayar pajak merelokasi usahanya dari daerah yang beban
pajaknya tinggi ke daerah yang beban pajaknya rendah.
Sebaliknya, basis pajak yang tidak terlalu mobile akan
mempermudah daerah untuk menetapkan tarif pajak yang
C. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi
berbeda sebagai cerminan dari kemampuan masyarakat. Untuk Daerah
alasan ini, pajak konsumsi di banyak negara yang diserahkan Di negara-negara yang menganut paham hukum, segala sesuatu
pada daerah hanya karena pertimbangan wilayah daerah yang yang berkaitan dengan pajak harus ditetapkan dalam peraturan
cukup luas (seperti provinsi di Kanada). Dengan demikian, basis perundang-undangan. Dengan demikian, pemungutan pajak kepada
pajak yang mobile merupakan persyaratan utama untuk rakyat harus disertai dengan perangkat peraturan perundang-
mempertahankan di tingkat pemerintah yang lebih tinggi undangan yang disebut dengan hukum pajak (Bohari, 2004: 31). Di
(pusat/provinsi). Indonesia, dalam Undang-Undang Dasar 1945 dicantumkan Pasal
3. Basis pajak yang distribusinya sangat timpang antardaerah 23A yang mengatur tentang dasar hukum pemungutan pajak oleh
seharusnya diserahkan pada pemerintah pusat. negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
4. Pajak daerah seharusnya visible, artinya pajak seharusnya jelas
undang.
bagi pembayar pajak daerah, objek dan subjek pajak, dan
besarnya pajak terutang dapat dengan mudah dihitung sehingga Muqadim (1999: 43) menyatakan bahwa pengaturan
dapat mendorong akuntabilitas daerah. kewenangan pengenaan pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 yang mulai
5. Pajak daerah seharusnya tidak dapat dibebankan kepada
berlaku pada tahun 1998 dianggap kurang memberikan peluang pada
penduduk daerah lain karena akan memperlemah hubungan
daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam
antar-pembayar pajak dengan pelayanan yang diterima (pajak
undang-undang tersebut memberikan kewenangan pada daerah,
adalah fungsi dari pelayanan).
namun harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sehingga
6. Pajak daerah seharusnya menjadi sumber penerimaan yang ketika Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 berlaku belum ada
memadai untuk menghindari ketimpangan fiskal vertikal yang satu pun daerah yang mengusulkan pungutan baru karena hal
Administrasi Keuangan Negara 309 310 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
tersebut dianggap sulit dilakukan. Selain itu, pengaturan agar Perda Pemerintah daerah kabupaten/kota diberi kewenangan untuk
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat memungut tujuh jenis pajak, yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak
pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi otonomi hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, ajak pengambilan
daerah. Dengan diubahnya Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 bahan galian golongan C, dan pajak parkir.
menjadi Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 diharapkan pajak
Jenis pajak kabupaten/kota tidak bersifat limitatif. Artinya,
daerah dan retribusi daerah akan menjadi salah satu PAD yang
kabupaten/kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber-
penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
sumber keuangannya selain yang ditetapkan secara eksplisit dalam
pembangunan daerah. Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000, dengan menetapkan sendiri
peraturan pemerintah pendukungnya, yaitu PP Nomor 65 tahun 2001
jenis pajak yang bersifat spesifik dan memerhatikan kriteria yang
tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi
ditetapkan dalam undang-undang tersebut, yaitu:
Daerah menjelaskan perbedaan antara jenis pajak daerah yang
1. bersifat pajak dan bukan retribusi;
dipungut oleh provinsi dan jenis pajak yang dipungut oleh
kabupaten/kota. Pajak provinsi ditetapkan sebanyak empat jenis 2. objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/
pajak, yaitu: kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup
rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (PKB
kabupaten/kota yang bersangkutan;
dan KAA);
3. objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
kepentingan umum;
Air (BBNKB dan KAA);
4. objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan/atau
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
objek pajak pusat;
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
5. potensinya memadai;
Permukaan (P3ABT dan AP).
6. tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif;
Jenis pajak provinsi bersifat limitatif. Artinya, provinsi tidak dapat 7. memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat;
memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan, dan hanya dapat
8. menjaga kelestarian lingkungan.
menambah jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam undang-undang. Adanya pembatasan jenis pajak Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak kabupaten/
yang dapat dipungut oleh provinsi berkaitan dengan kewenangan kota ditetapkan dengan peraturan daerah, tetapi tidak boleh lebih
provinsi sebagai daerah otonom yang terbatas, yang hanya meliputi tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam undang-
kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas daerah undang tersebut. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang
kabupaten/kota dan kewenangan yang tidak atau belum dapat dipungut oleh provinsi dan yang dipungut oleh kabupaten/kota
dilaksanakan daerah kabupaten/kota, serta kewenangan bidang diharapkan tidak adanya pengenaan pajak berganda.
pemerintahan tertentu. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya
Dalam rangka pengawasan, Perda tentang pajak dan retribusi
provinsi dapat tidak memungut jenis pajak yang telah ditetapkan
yang diterbitkan oleh pemerintah daerah harus disampaikan kepada
tersebut jika hasilnya dipandang kurang memadai. Berkaitan dengan
pemerintah pusat paling lambat lima belas hari sejak ditetapkan.
besarnya tarif, berlaku definitif untuk pajak provinsi yang ditetapkan
Dalam hal Perda dimaksud bertentangan dengan kepentingan umum
secara seragam di seluruh Indonesia dan diatur dalam PP Nomor 65
dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
tahun 2001.
Administrasi Keuangan Negara 311 312 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
pemerintah pusat melalui menteri dalam negeri dengan pertimbangan Penerimaan Maksimum. Model Leviathan dapat dikembangkan untuk
menteri keuangan dapat membatalkan Perda dimaksud dalam kurun menganalisis hubungan lebih lanjut antara tarif dan dasar pengenaan
waktu satu bulan sejak diterimanya peraturan dimaksud. Ketentuan pajak untuk mencapai Total Penerimaan Pajak Maksimal.
tersebut diatur dalam Pasal 5A dan Pasal 25A Undang-Undang
Nomor 34 tahun 2000 juncto Pasal 80 ayat (2) PP Nomor 65 tahun
2001 dan Pasal 17 ayat (2) PP Nomor 66 tahun 2001. Akan tetapi, E. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam
walaupun Perda tersebut telah dibatalkan oleh pemerintah pusat, Mendukung Pembiayaan Daerah
pemerintah daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah
Agung (MA) segera setelah mengajukannya kepada pemerintah Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk
berdasarkan PP Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. Permasalahan yang
D. Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah dihadapi oleh daerah pada umumnya berkaitan dengan penggalian
sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan
Penggalian sumber-sumber keuangan daerah, khususnya yang salah satu komponen dari PAD, belum memberikan kontribusi yang
berasal dari pajak daerah pada dasarnya perlu memerhatikan dasar signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Menurut
pengenaan pajak dan tarif pajak. Pemerintah daerah cenderung Laporan Studi Dampak Krisis Ekonomi terhadap Keuangan Daerah
menggunakan tarif yang tinggi agar diperoleh total penerimaan pajak di Indonesia LPEM Universitas Indonesia bekerja sama dengan Clean
daerah yang maksimal. Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi, secara Urban Project, RTI (1999), untuk mengantisipasi desentralisasi dan
teoretis tidak selalu menghasilkan total penerimaan maksimum. Hal proses otonomi daerah, tampaknya pungutan pajak dan retribusi
ini bergantung pada respons wajib pajak, permintaan dan penawaran daerah masih belum dapat diandalkan oleh daerah sebagai sumber
barang yang dikenakan tarif pajak lebih tinggi (Brennan, Geoffrey pembiayaan desentralisasi. Banyak permasalahan yang terjadi di
dan Buchanan, James, 1980: 20-22). Formulasi model ini dikenal daerah berkaitan dengan penggalian dan peningkatan PAD, terutama
sebagai Model Leviathan. Dengan asumsi bahwa biaya administrasi disebabkan oleh hal-hal berikut.
perpajakan dianggap tidak signifikan dan ceteris-paribus level
1. Relatif rendahnya basis pajak dan retribusi daerah. Berdasarkan
pelayanan publik yang dibiayai dari penerimaan pajak, dan hanya
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000, daerah kabupaten/kota
kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh besaran pajak, menghasilkan
dimungkinkan untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru.
Total Penerimaan Pajak Maksimum yang ditentukan oleh
Akan tetapi, melihat kriteria pengadaan pajak baru sangat ketat,
kemampuan Wajib Pajak untuk menghindari beban pajak, baik legal
khususnya kriteria pajak daerah tidak boleh tumpang tindih
maupun ilegal dengan mengubah economic behavior dari Wajib Pajak.
dengan pajak pusat dan pajak provinsi, diperkirakan daerah
Model Leviathan memberikan pelajaran bahwa peningkatan memiliki basis pungutan yang relatif rendah dan terbatas, serta
penerimaan pajak daerah tidak harus dicapai dengan mengenakan sifatnya bervariasi antardaerah. Rendahnya basis pajak ini bagi
tarif pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan pengenaan tarif pajak sebagian daerah berarti memperkecil kemampuan manuver
yang lebih rendah dikombinasikan dengan struktur pajak yang keuangan daerah dalam menghadapi krisis ekonomi.
meminimalkan penghindaran pajak dan respons harga serta kuantitas
2. Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.
barang terhadap pengenaan pajak sehingga akan dicapai Total
Sebagian besar penerimaan daerah masih berasal dari bantuan
Administrasi Keuangan Negara 313 314 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
pusat. Berdasarkan upaya pemungutan pajak, banyaknya kewenangan penuh kepada pemerintah pusat untuk mengumpulkan
bantuan dan subsidi ini mengurangi “usaha” daerah dalam pajak potensial (yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu),
pemungutan PAD-nya dan lebih mengandalkan kemampuan seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan bea masuk.
“negosiasi” daerah terhadap pusat untuk memperoleh tambahan Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa distribusi kewenangan
bantuan. perpajakan antara daerah dan pusat sangat timpang, yaitu jumlah
3. Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih penerimaan pajak yang dipungut oleh daerah hanya sebesar 3,39%
rendah. Hal ini mengakibatkan pemungutan pajak cenderung dari total penerimaan pajak (pajak pusat dan pajak daerah).
dibebani oleh biaya pungut yang besar. PAD masih tergolong Ketimpangan dalam penguasaan sumber-sumber penerimaan pajak
memiliki tingkat buoyancy yang rendah. Salah satu penyebabnya tersebut memberikan petunjuk bahwa perimbangan keuangan antara
adalah diterapkannya sistem “target” dalam pungutan daerah. pemerintah pusat dan daerah di Indonesia dari sisi revenue assignment
Sebagai akibatnya, beberapa daerah lebih condong memenuhi masih terlalu “sentralistis”.
target tersebut meskipun dari sisi pertumbuhan ekonomi
sebenarnya pemasukan pajak dan retribusi daerah dapat
melampaui target yang ditetapkan. F. Optimalisasi Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah
dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan
4. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang
Daerah
lemah. Hal ini mengakibatkan kebocoran yang sangat berarti bagi
daerah. Selama ini peranan PAD dalam membiayai kebutuhan Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu
pengeluaran daerah sangat kecil dan bervariasi antardaerah, berotonomi, yaitu terletak pada kemampuan keuangan daerah.
yaitu kurang dari 10% hingga 50%. Sebagian besar daerah Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan
provinsi hanya dapat membiayai kebutuhan pengeluarannya kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,
kurang dari 10%. mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai
5. Variasi dalam penerimaan diperparah dengan sistem bagi hasil untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.
(bagi hasil didasarkan pada daerah penghasil sehingga hanya Kebergantungan pada bantuan pusat harus seminimal mungkin
menguntungkan daerah tertentu). Demikian pula, distribusi sehingga PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi
pajak antardaerah sangat timpang karena basis pajak bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan
antardaerah sangat bervariasi (rasio PAD tertinggi dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat
terendah mencapai 600). Peranan pajak dan retribusi daerah mendasar dalam sistem pemerintahan negara.
dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi juga Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber PAD
terjadi karena adanya perbedaan yang sangat besar dalam perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah.
jumlah penduduk, keadaan geografis (berdampak pada biaya Oleh sebab itu, diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan
yang relatif mahal), dan kemampuan masyarakat sehingga objek pendapatan.
mengakibatkan biaya penyediaan pelayanan kepada masyarakat
sangat bervariasi. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat
segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap
Tidak signifikannya peran PAD dalam anggaran daerah tidak objek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada, terutama
lepas dari sistem tax assignment di Indonesia yang masih memberikan melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan
Administrasi Keuangan Negara 315 316 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
efektivitas dan efisiensi sumber atau objek pendapatan daerah, akan 4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya
meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus melakukan perluasan pemungutan. Tindakan yang dilakukan oleh daerah, antara lain
sumber atau objek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses, memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan
dan waktu yang panjang. Dukungan teknologi informasi secara administrasi pajak dan meningkatkan efisiensi pemungutan dari
terpadu untuk mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena setiap jenis pemungutan.
sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini cenderung 5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang
tidak optimal. Masalah ini tecermin pada sistem dan prosedur lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
pemungutan yang masih konvensional dan masih banyaknya sistem koordinasi dengan instansi terkait di daerah. Selanjutnya,
berjalan secara parsial sehingga besar kemungkinan informasi yang ekstensifikasi perpajakan juga dapat dilakukan, yaitu melalui
disampaikan tidak konsisten, versi data yang berbeda, dan data tidak kebijaksanaan pemerintah untuk memberikan kewenangan
up to date. Permasalahan pada sistem pemungutan pajak cukup perpajakan yang lebih besar pada daerah pada masa mendatang.
banyak, misalnya dalam hal data wajib pajak/retribusi, penetapan Oleh sebab itu, perlu adanya perubahan dalam sistem perpajakan
jumlah pajak jumlah tagihan pajak, dan target pemenuhan pajak Indonesia melalui sistem pembagian langsung atau beberapa
yang tidak optimal. basis pajak pemerintah pusat yang lebih tepat dipungut oleh
Secara umum, upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah.
daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui Berkaitan dengan hal tersebut, ada gagasan yang berkembang
optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi di kalangan para pakar internasional, akademisi, ataupun praktisi
daerah, antara lain sebagai berikut. di bidang desentralisasi fiskal untuk menambahkan taxing power
1. Memperluas basis penerimaan. Tindakan yang dilakukan untuk kepada pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari gambaran
memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah, consolidated revenues APBD dan APBN (APBD kabupaten/kota +
yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial, antara provinsi + penerimaan dalam negeri dalam APBN), dalam hal ini
lain mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah porsi PAD hanya sebesar 5,30% dari total consolidated revenues, pada
pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki pihak lain pengeluaran yang menjadi tanggung jawab daerah sekitar
penilaian, dan menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis 30% dari consolidated expenditures. Gambaran porsi PAD terhadap
pungutan. total consolidated revenues yang hanya 5,30% menunjukkan betapa
sentralistisnya sisi penerimaan antara kabupaten/kota dan provinsi
2. Memperkuat proses pemungutan. Upaya yang dilakukan dalam
di satu pihak dan Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN pada
memperkuat proses pemungutan, antara lain mempercepat
pihak lain. Sebagai perbandingan yang sama, masing-masing untuk
penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan
developing countries, transition countries, dan OECD countries rata-rata
peningkatan SDM.
sebesar 9,27%, 16,59%, dan 19,13%. Keadaan ini kurang mendukung
3. Meningkatkan pengawasan. Hal ini dapat ditingkatkan dengan akuntabilitas dari penggunaan anggaran daerah, yakni keterbatasan
melakukan pemeriksaan secara mendadak dan berkala, dana transfer dari pusat untuk membiayai kebutuhan daerah idealnya
memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap dapat ditutup oleh daerah dengan menyesuaikan basis pajak atau
penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta tarif pajak daerahnya.
meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan Dengan demikian, perlu dicarikan upaya untuk meningkatkan
oleh daerah. taxing power daerah, antara lain melalui pengalihan sepenuhnya
Administrasi Keuangan Negara 317 318 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
beberapa pajak pusat kepada daerah (artinya, daerah sepenuhnya demikian karena jika pemerintah mengurangi pengeluarannya,
menetapkan basis pajak, tarif ataupun administrasi pemungutannya), tindakan ini akan menyulitkan atau memperberat jalannya
pengalihan sebagian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kepada perekonomian karena menurunnya pengeluaran pemerintah berarti
daerah dan lain-lain kebijakan sharing tax dan piggy backing system. menurunnya pendapatan masyarakat sebagai objek pajak
Kabupaten/kota perlu diberikan tambahan pendapatan dengan selanjutnya memperkecil penerimaan pemerintah. Di samping itu,
memberikan kewenangan penuh memungut pajak sampai dengan pada masa depresi banyak dana masyarakat (swasta) yang
besaran tertentu. PBB dan BPHTB dapat dialihkan menjadi pajak menganggur sehingga peningkatan dalam pengeluaran pemerintah
daerah dan pemerintah kabupaten/kota diberi wewenang untuk tidak akan mengurangi investasi sektor swasta melalui kenaikan
menetapkan dasar pengenaan pajak (tax-base) dan tarif sampai tingkat bunga.
dengan batas tertentu terhadap kedua jenis pajak tersebut, walaupun
Menurut Suparmoko (2003), kebijakan fiskal dalam
untuk sementara waktu administrasinya akan tetap dilakukan oleh
perkembangannya dapat dibedakan menjadi empat macam atas
pemerintah pusat. Kebijakan ini diharapkan dapat menghilangkan
dasar berikut.
upaya daerah untuk menggali sumber-sumber PAD yang berdampak
distortif terhadap perekonomian. 1. Pembiayaan Fungsional (Functional Finance)
Berdasarkan sisi kewenangan yang menjadi tanggung jawab Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat tidak
daerah, Indonesia termasuk negara yang melaksanakan desentralisasi langsung terhadap pendapatan nasional, terutama untuk
dengan proses yang big-bang. Hal ini dapat dilihat dari pergeseran meningkatkan kesempatan kerja (employment). Dalam hal ini pajak
expenditure assignment yang dilaksanakan oleh daerah pada tahun digunakan untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk
1990-an sebesar 16,59% dari Total Consolidated Expenditure meningkatkan penerimaan pemerintah sehingga ketika ada
(APBD+APBN) meningkat menjadi 27,78% pada tahun 2001. pengangguran, pajak tidak diperlukan. Pinjaman akan digunakan
Potensi ekonomi daerah sangat menentukan upaya meningkatkan sebagai alat untuk menekan inflasi melalui pengurangan dana yang
kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggaraan rumah tersedia dalam masyarakat. Apabila pajak ataupun pinjaman tidak
tangganya. Walaupun demikian, otonomi daerah dalam kerangka tepat, ditempuhlah pencetakan uang. Dengan demikian, pengeluaran
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak hanya diukur dari jumlah pemerintah dan perpajakan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang
PAD yang dapat dicapai, tetapi juga memerhatikan peningkatan pajak terpisah. Walaupun demikian, ada kekhawatiran bahwa tanpa ada
daerah dan retribusi daerah berperan mengatur perekonomian hubungan langsung antara keduanya akan ada bahayanya karena
masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kemungkinan pengeluaran pemerintah semakin berlebihan.
daerah.
2. Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach)
Dalam pendekatan ini, hubungan langsung antara pengeluaran
G. Kebijakan Fiskal dan Macamnya pemerintah dan perpajakan selalu dipertahankan. Akan tetapi,
penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat untuk memperkecil
Dasar pikiran dalam kebijakan fiskal adalah bahwa pemerintah
ketidakstabilan ekonomi sehingga pada suatu saat dapat terjadi defisit
tidak dapat disamakan dengan individu dalam pengaruh dari
ataupun surplus. Alvin Hansen menyarankan bahwa pada masa
tindakan masing-masing terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
depresi akan terdapat banyak pengangguran sehingga pengeluaran
Pada umumnya para individu akan mengurangi pengeluaran apabila
pemerintah harus ditingkatkan.
penerimaannya menurun, sedangkan pemerintah tidak harus berbuat
Administrasi Keuangan Negara 319 320 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
Dalam perkembangan pemikiran lebih lanjut, untuk jangka 4. Anggaran Belanja Seimbang (Balanced Budget Approach)
panjang diperlukan penggunaan anggaran belanja yang seimbang
Kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan anggaran
dengan catatan bahwa pada masa depresi ditempuh anggaran
dalam jangka panjang dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan
belanja defisit, sedangkan pada masa inflasi ditempuh anggaran
masyarakat terhadap pemerintah. Pada masa depresi, pengeluaran
belanja surplus.
perlu ditingkatkan yang diikuti dengan peningkatan penerimaan
Dalam perkembangan yang lebih jauh lagi, pendekatan ini sehingga tidak akan memperbesar utang negara.
selalu berusaha mempertahankan adanya anggaran belanja yang
seimbang tanpa defisit anggaran belanja. Oleh sebab itu, pada masa
depresi, penerimaan dan pengeluaran pemerintah, serta pajak akan H. Tujuan Kebijakan Fiskal
ditingkatkan, tetapi jangan sampai menimbulkan deflasi.
Sebaliknya, pada masa inflasi, pajak akan dimanfaatkan sebaik- Tujuan umum yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah
kestabilan ekonomi. Artinya, tetap mempertahankan laju
baiknya untuk mencegah timbulnya akibat inflasi yang tidak
diinginkan. pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran yang
berarti pada satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget) umum pada pihak lain. Tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan
nasional riil terus meningkat pada laju yang dimungkinkan oleh
Penyesuaian otomatis dalam penerimaan dan pengeluaran perubahan teknologi dan tersedianya faktor-faktor produksi, dengan
pemerintah terjadi sedemikian rupa sehingga membawa tetap mempertahankan kestabilan harga-harga umum. Kestabilan
perekonomian menjadi stabil tanpa campur tangan pemerintah ekonomi tidak berarti kestabilan harga untuk semua sektor
yang disengaja. Dengan stabilisasi otomatis, pengeluaran perekonomian karena perubahan harga relatif diperlukan bagi
pemerintah akan ditentukan berdasarkan perkiraan manfaat dan penyesuaian dalam perubahan teknologi, preferensi konsumen, dan
biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak sehingga tersedianya faktor produksi agar penggunaan optimum dari semua
menimbulkan surplus pada periode kesempatan kerja penuh. Jika sumber daya ekonomi dapat terealisasi. Suparmoko (2003)
terdapat kemunduran dalam kegiatan usaha, program pengeluaran menyatakan bahwa tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah
pemerintah dan perpajakan tidak akan diubah. Akan tetapi, pengangguran dan stabilitas harga.
penerimaan dari pajak akan menurun, terutama dari pajak
pendapatan. Pada pihak lain jumlah pengeluaran pemerintah akan Penurunan yang tajam dalam harga-harga umum akan
meningkat, terutama yang dikaitkan dengan gaji, pensiun, bantuan mendorong timbulnya pengangguran karena sektor usaha swasta
sosial, dan sebagainya. Akibatnya, defisit dalam anggaran belanja akan kehilangan harapan untuk mendapatkan keuntungan.
pemerintah muncul dan kembali mendorong perkembangan sektor Sebaliknya, harga-harga umum yang terus meningkat juga akan
swasta hingga tercapainya kesempatan kerja penuh. Sebaliknya, mengakibatkan inflasi yang melemahkan sektor usaha swasta karena
pada masa inflasi ada kenaikan dalam penerimaan pemerintah yang investasi produktif umumnya berubah menjadi investasi dalam
berasal dari pajak pendapatan dan tidak perlu banyak tunjangan barang-barang tahan lama, seperti rumah, tanah, dan sebagainya.
pengangguran sehingga akan ada surplus anggaran belanja. Dalam jangka panjang, inflasi akan berakibat pada kurangnya
Dengan demikian, peranan built in flexibility dapat ditingkatkan kepercayaan masyarakat pada pemerintahnya.
dengan penambahan pengeluaran pemerintah pada proyek-proyek
pekerjaan umum.
Administrasi Keuangan Negara 321 322 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
I. Kebijakan Moneter
Kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketidakstabilan
ekonomi adalah dengan kebijakan moneter, yaitu dengan pengetatan
jumlah kredit (tight money policy) atau dengan memperlonggar
perkreditan (easy money policy) yang diberikan oleh bank-bank umum.
Pada umumnya, bank sentral berperan dalam memengaruhi jumlah
uang yang beredar dengan cara mengubah tingkat bunga dan deking
(legal reserve requirement) atau membeli dan/atau menjual surat
berharga. Pada masa depresi bank sentral menambah jumlah uang
beredar dengan politik pasar terbuka, yaitu dengan membeli obligasi
negara, yang selanjutnya dapat menekan tingkat bunga dan
memperbesar deking bank-bank umum sehingga bank-bank umum
dapat memperluas pemberian kreditnya. Dengan demikian, investasi
dalam perekonomian diharapkan meningkat.
Apabila perekonomian mengalami inflasi, pengeluaran investasi
dan konsumsi akan dikekang dengan politik pasar terbuka melalui
penjualan obligasi negara sehingga menyerap uang yang beredar dan
mengurangi deking bank-bank umum. Selanjutnya, hal tersebut akan
mengurangi penciptaan kredit oleh bank-bank yang berkaitan dan
jumlah uang beredar akan turun.
Dengan demikian, kombinasi antara kedua kebijakan tersebut
perlu dan diperlukan tindakan-tindakan langsung untuk
menanggulangi inflasi atau deflasi yang sudah akut, seperti politik
harga, pengawasan harga, penjatahan, dan sebagainya.
Administrasi Keuangan Negara 323 324 Peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan/pengadaan barang/jasa).
2. Dana perimbangan, yaitu berupa:
a. dana bagi hasil (dari pajak, kehutanan, pertambangan umum,
perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas
bumi, dan pertambangan panas bumi);
BAB 10 b. dana alokasi umum (DAU) yang bersumber dari pendapatan
bersih dalam negeri;
c. dana alokasi khusus (DAK) yang bersumber dari luar poin
PENGELOLAAN KEUANGAN a dan poin b.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, yaitu berupa:
PEMERINTAH DAERAH a. dana hibah;
b. dana darurat;
c. dana penyesuaian dan dana otsus;
d. bantuan dari daerah yang lebih atas (provinsi) atau daerah
lain.
3. Penetapan RAPBD menjadi APBD. Demikian pula dari segi global, proses globalisasi yang tidak dapat
4. Pelaksanaan APBD. dibendung mensyaratkan adanya efisiensi, profesionalisme, dan daya
saing yang tinggi. Batas di antara wilayah menjadi semakin semu.
5. Perubahan APBD (jika perlu).
Pertimbangan perbandingan (comparative advantage) digantikan
6. Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). dengan pertimbangan keuntungan (competitive advantage). Kegiatan
7. Perhitungan (pertanggungjawaban) APBD. yang lebih menguntungkan dan memberikan manfaat akan menjadi