Anda di halaman 1dari 12

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PELAPORAN KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam rangka


meningkatkan produktivitas ekonomi nasional yang
berdaya saing Internasional dapat dicapai dengan adanya
dukungan perekonomian inklusif yang diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945;
b. bahwa produktivitas ekonomi nasional yang berdaya
saing internasional dapat diukur dengan tingkat
kesehatan entitas yang salah satunya melalui Laporan
Keuangan yang berintegritas dan kredibel;
c. bahwa menjaga integritas dan kredibilitas Laporan
Keuangan yang tidak menyesatkan, diperlukan suatu
sistem pelaporan keuangan yang terintegrasi dengan
seluruh pemangku kepentingan yang efektif dan efisien;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Pelaporan
Keuangan;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PELAPORAN KEUANGAN.


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :


1. Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur yang
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
2. Standar Akuntansi Keuangan, yang selanjutnya disebut Standar, adalah
acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
3. Dewan Standar Akuntansi Keuangan, yang selanjutnya disebut Dewan
Standar, adalah lembaga yang diberikan wewenang untuk menyusun dan
menetapkan Standar Akuntansi Keuangan.
4. Entitas Pelapor adalah entitas yang diwajibkan oleh Undang-Undang ini
untuk menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kepada Otoritas
Pelaporan Keuangan.
5. Otoritas Pelaporan Keuangan adalah unit dalam Kementerian Keuangan
yang ditunjuk dan/atau dibentuk oleh Menteri Keuangan untuk
menjalankan tugas, fungsi dan wewenang di bidang pelaporan keuangan.
6. Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi profesi Akuntan yang bersifat
nasional.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan.

BAB II
LAPORAN KEUANGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
1. Entitas Pelapor wajib menyusun laporan keuangan.
2. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disusun
sesuai dengan Standar yang ditetapkan oleh Dewan Standar.
3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
sekurang-kurangnya setahun sekali.
Bagian Kedua
Entitas Pelapor
Pasal 3
1. Entitas Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah :
a. entitas dengan akuntabilitas publik;
b. badan usaha milik negara;
c. badan usaha milik daerah;
d. badan layanan umum;
e. perusahaan penanaman modal asing;
f. bentuk usaha tetap (BUT);
g. entitas nirlaba;
h. perusahaan induk dan anak perusahaannya; atau
i. wajib pajak badan dengan kriteria tertentu.

2. Entitas dengan akuntabilitas publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a adalah :
a. entitas yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam
proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. entitas yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat.

3. Wajib Pajak Badan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf j
adalah Wajib Pajak Badan yang memenuhi kriteria yang akan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
Cakupan Laporan Keuangan
Pasal 4
1. Ruang lingkup laporan keuangan adalah seluruh laporan yang telah
ditetapkan dalam Standar.
2. Untuk Entitas Pelapor tertentu, laporan keuangan dapat dilengkapi
dengan laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Bagian Keempat
Penyusun Laporan Keuangan
Pasal 5
1. Laporan keuangan wajib disusun oleh orang yang memiliki kompetensi
di bidang akuntansi.
2. Laporan Keuangan yang diterbitkan wajib ditandatangani oleh pimpinan
Entitas Pelapor yang salah satunya memiliki kompetensi dibidang
akuntansi.
3. Pimpinan Entitas Pelapor yang menandatangani laporan keuangan
bertanggung jawab atas laporan keuangan yang diterbitkan.
4. Kompetensi di bidang akuntansi yang harus dimiliki penyusun laporan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

BAB III
WAJIB AUDIT
Bagian Kesatu
Laporan Keuangan yang Wajib Diaudit
Pasal 6
1. Laporan keuangan yang disusun oleh Entitas Pelapor tertentu wajib
untuk diaudit oleh Akuntan Publik.
2. Entitas Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. entitas dengan akuntabilitas publik;
b. badan usaha milik negara;
c. perusahaan daerah;
d. badan layanan umum;
e. perusahaan penanaman modal asing;
f. bentuk usaha tetap (BUT);
g. entitas nirlaba;
h. perusahaan induk dan anak perusahaannya; atau
i. wajib pajak badan dengan kriteria tertentu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Entitas Pelapor sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV
KEWAJIBAN ENTITAS PELAPOR
Bagian kesatu
Pendaftaran Entitas Pelapor
Pasal 7
1. Entitas Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) wajib
terdaftar dalam Daftar Perusahaan yang diselenggarakan oleh instansi
yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai
wajib daftar perusahaan.
2. Instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan Daftar
Perusahaan beserta perubahannya kepada Otoritas Pelaporan Keuangan
secara periodik.
3. Ketentuan mengenai penyampaian Daftar Perusahaan beserta
perubahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Kewajiban Entitas Pelapor
Pasal 8
1. Entitas Pelapor wajib menyampaikan laporan keuangan yang telah
disusun kepada Otoritas Pelaporan Keuangan.
2. Entitas Pelapor yang termasuk dalam kriteria laporan keuangannya wajib
diaudit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), wajib
menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan Publik.
3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan setelah tutup buku.

BAB V
OTORITAS PELAPORAN KEUANGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
1. Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang ini, dibentuk Otoritas
Pelaporan Keuangan.
2. Otoritas Pelaporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Bagian Kedua
Fungsi, Tugas dan Wewenang Otoritas Pelaporan Keuangan
Pasal 10
Otoritas Pelaporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 memiliki
fungsi:
a. melakukan penelaahan atas laporan keuangan yang disampaikan oleh
entitas pelapor;
b. melakukan pembinaan terhadap entitas pelapor;
c. melakukan pengawasan terhadap Entitas Pelapor;
d. mengevaluasi standar dan proses penyusunan standar; dan
e. sebagai pusat data dan informasi laporan keuangan.

Pasal 11
Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
Otoritas Pelaporan Keuangan memiliki tugas:
a. menerima dan menelaah laporan keuangan yang telah disampaikan oleh
entitas pelapor; dan
b. melakukan tindak lanjut atas hasil penelaahan laporan keuangan.

Pasal 12
Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b
Otoritas Pelaporan Keuangan memiliki tugas:
a. melakukan upaya pembinaan terhadap entitas pelapor yang:
1. tidak menyampaikan laporan keuangan;
2. laporan keuangannya disusun tidak sesuai Standar; atau
3. penyusun laporan keuangannya tidak memenuhi kualifikasi.
b. melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan penyusunan laporan
keuangan.

Pasal 13
Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c
Otoritas Pelaporan Keuangan memiliki tugas:
a. melakukan pemeriksaan terhadap Entitas Pelapor; dan
b. meminta penjelasan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaporan
keuangan Entitas Pelapor.

Pasal 14
Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 huruf d
Otoritas Pelaporan Keuangan memiliki tugas:
a. melakukan kajian terhadap penerapan Standar; dan
b. memberikan pertimbangan kepada Dewan Standar tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan produk dan proses yang terjadi dalam
penyusunan Standar
Pasal 15
Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 huruf e
Otoritas Pelaporan Keuangan memiliki tugas:
a. membangun dan mengelola pusat data dan informasi laporan keuangan;
dan
b. menyediakan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan.

Pasal 16
Untuk menjalankan tugasnya, Otoritas Pelaporan Keuangan memiliki
wewenang:
a. mengakses laporan keuangan dan dokumen pendukungnya;
b. mewajibkan Entitas Pelapor untuk melakukan perbaikan terhadap
laporan keuangan dan/atau proses penyusunan laporan keuangan; dan
c. meminta keterangan dan/atau dokumen dari pihak-pihak yang berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan Entitas Pelapor;
d. meminta instansi yang berwenang untuk mengenakan sanksi kepada
Entitas Pelapor dan/atau pihak-pihak yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan Entitas Pelapor;
e. dalam kondisi tertentu untuk melindungi kepentingan publik bisa
melakukan tindakan yang diperlukan terkait Standar pelaporan
keuangan; dan
f. menetapkan informasi yang dapat diakses oleh publik.

Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Otoritas Pelaporan
Keuangan, tata organisasi dan tata kerja Otoritas Pelaporan Keuangan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VI
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Pasal 19
1. Standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disusun dan ditetapkan
oleh Dewan Standar.
2. Dewan Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan
merupakan organ dari Asosiasi Profesi Akuntan.
3. Penyusunan dan penetapan Standar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit meliputi :
a. penyusunan draf standar;
b. uji publik terhadap draf standar;
c. penetapan dan pemberlakuan standar; dan
d. penerbitan standar.
4. Uji publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan
dengan:
a. meminta pertimbangan kepada Otoritas Pelaporan Keuangan;
b. mempublikasikan draf standar;dan/atau
c. meminta pertimbangan kepada masyarakat.
5. Keanggotaan Dewan Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit terdiri dari unsur profesi akuntansi, akademisi dan Entitas
Pelapor.

BAB VII
ASOSIASI PROFESI AKUNTAN
Pasal 20
1. Menteri menetapkan hanya 1 (satu) Asosiasi Profesi Akuntan untuk
menjalankan kewenangan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
2. Asosiasi Profesi Akuntan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. berbentuk badan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. mempunyai kantor perwakilan dan pengurus paling sedikit pada 30
(tiga puluh) provinsi di Indonesia;
c. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
d. mempunyai susunan pengurus yang telah disahkan oleh rapat
anggota;
e. memiliki program dan infrastruktur untuk menyelenggarakan ujian
sertifikasi akuntan profesional serta pendidikan dan PPL bagi
anggotanya;
f. memiliki kode etik dan standar profesi bagi anggotanya; dan
g. memiliki alat kelengkapan organisasi dan mekanisme untuk
menegakkan disiplin anggotanya.
3. Asosiasi Profesi Akuntan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.

BAB VIII
PIHAK YANG BERHAK MENERIMA LAPORAN KEUANGAN
Pasal 22
Pihak-pihak yang berhak menerima laporan keuangan dari entitas pelapor
adalah :
a. Otoritaspelaporan keuangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2;
b. lembaga yang memayungi entitas; dan
c. pemangku kepentingan terkait lainnya.

Penjelasan :
(1) Yang dimaksud dengan lembaga yang memayungi entitas adalah lembaga
selain Otoritas Pelaporan Keuangan yang memberikan kewajiban bagi
entitas pelapor untuk menyerahkan laporan keuangan, sebagai contoh :
- emiten atau bank yang memiliki kewajiban untuk menyerahkan laporan
keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
- Perusahaan Terbuka yang memiliki kewajiban untuk menyerahkan
Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan kepada Kementerian
Perdagangan.
(2) Yang dimaksud dengan pemangku kepentingan terkait lainnya adalah
pihak-pihak diluar entitas yang memiliki kepentingan atas informasi
keuangan entitas, misalnya pemegang saham, investor, kreditor, dan
sebagainya

BAB IX
PENGGUNA INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
Pasal 23
1. Laporan keuangan yang diserahkan oleh entitas pelapor kepada Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1) dapat dipublikasikan
secara terbatas kepada masyarakat.
2. Laporan keuangan yang diserahkan oleh entitas pelapor kepada Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1) dapat diberikan kepada
instansi pemerintah lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
terkait.
3. Laporan keuangan yang diberikan kepada masyarakat akan dikenakan
biaya atas permintaan informasi laporan keuangan tersebut.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya atas permintaan informasi laporan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara publikasi, pembatasan
pemberian informasi laporan keuangan, tata cara pemberian informasi
laporan keuangan atas permintaan masyarakat dan instansi pemerintah
terkait lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VIII
KEDALUWARSA
Pasal 33
Laporan keuangan dan bukti pendukung dari laporan keuangan wajib
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun sejak diterbitkan.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 34
1. Otoritas Pelaporan Keuangan berwenang memberikan sanksi
administratif kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran
ketentuan administratif dalam Undang-Undang ini.
2. Pelanggaran ketentuan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah berupa pelanggaran terhadap Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat
(1), Pasal 20,Pasal 21 ayat (1), Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24.
3. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. rekomendasi;
b. denda;
c. peringatan tertulis;
d. pembekuan registrasi;dan/atau
e. pencabutan registrasi.
4. Otoritas Pelaporan Keuangandapat mengusulkan kepada otoritas atau
lembaga terkait mengenai sanksi terhadap entitas pelapor.
5. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dapat diberikan
secara tersendiri atau bersamaan dengan sanksi administratif lainnya.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksiadministratif
dan besaran denda diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 35
Penerimaan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) huruf b
dan ayat (4) merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 36
1. Penyusun laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(1) yang melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi,
dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan informasi laporan
keuangan yang membawa dampak material dipidana dengan pidana 5
(lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
2. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh korporasi, pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi berupa
pidana denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Entitas pelapor wajib mendaftar ke Otoritas Pelaporan Keuangan paling
lambat 1 (satu) tahun sejak Otoritas Pelaporan Keuangan diangkat dan
ditetapkan oleh Menteri.
b. Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dinyatakan tetap berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
1. Semua Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan Undang-
Undang ini ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang- Undang
ini diundangkan.
2. Semua Peraturan Menteri sebagai peraturan pelaksanaan Undang-
Undang ini ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang
ini diundangkan

Pasal 39

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang


Undang ini dengan penempatannya pada Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal xx xxx xxx
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
XXXX
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal xx xxxx xxxx
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

XXX XXXX

Anda mungkin juga menyukai