Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu
fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan
dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini
mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya operasional
harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru, maka
permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih setelah alat
beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada
permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung dari fluidanya.
Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien perpindahan panasnya. Harga
koefisien perpindahan panas untuk suatu alat penukar kalor selalu mengalami
perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat dapat berfungsi sesuai dengan
perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas mencapai harga
minimum.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar. Alat penukar memiliki
banyak jenis salah satunya yaitu plate type heat exchanger dan jacketed vessel with
coil and stirrer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem kerja plate type heat exchanger ?
2. Bagaimana sistem kerja jacketed vessel with coil and stirrer ?
3. Apa keunggulan dan kelemahan dari kedua jenis heat exchanger tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sistem kerja pada plate type heat exchanger
2. Untuk mengetahui sistem kerja jacketed vessel with coil and stirrer
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari kedua jenis heat
exchanger
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alat Penukar Kalor
Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam
proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida
panas menuju fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan
dan mendinginkan fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida
dimasukan terlebih dahulu ke dalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai
dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, heat exchanger
merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi, misalnya dalam
industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri makanan-minuman
dan lain-lain.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah
hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat
berlangsung lewat tiga cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri
berlainan adanya. Adapun perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan :
a. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
b. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
c. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi
dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung.
Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase
panas ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust,
1980).Berdasarkan kontak dengan fluida, alat penukar kalor tersebut dapat
dibedakan menjadi dua macam, antara lain :
a. Alat penukar kalor kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam
suatu bejana atau ruangan. Salah satu contohnya adalah deaerator.
b. Alat penukar kalor kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau
peralatan jenis lainnya. Salah satu contohnya adalah kondensor.
Berdasarkan tipe aliran di dalam alat penukar panas ini, ada 4 macam aliran yaitu:
1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)
2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)
Selain itu, alat penukar kalor ini juga memiliki 4 jenis antara lain :
1. Tubular Heat Exchanger
2. Plate Heat Exchanger
3. Shell and Tube Heat Exchanger
4. Jacketed Vessel

2.2 Plate Type Heat Exchanger (Alat Penukar Kalor Tipe Plat)
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri
atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang
dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan
oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat persegi
panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media yang satu
disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain karena
adanya sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu hubungan
ruang yang satu dan yang lainnya dimungkinkan. Pelat-pelat yang dibentuk sesuai
kebutuhan dan umumnya terbuat dari baja (stainless steel type 304, 316, 317) atau
logam lainnya.
Alat penukar panas pelat terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat
lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu
perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat )
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk
dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang
dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti stainless
steel atau tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur permukaan
plate saling berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit antara dua
plate yang berdekatan. Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti berlapis-
lapis, susunan plate-plate tersebut tertekan dan bersama-sama membentuk saluran
alir untuk fluida. Area total untuk perpindahan panas tergantung pada jumlah plate
yang dipasang bersama-sama seperti gambar dibawah :

Gambar 2.1 Plate Type Heat Exchanger dengan Aliran Countercurrent


2.2.1 Mekanisme Kerja Plate Type Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang kemudian
akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan adanya
medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana
pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan
medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas melintas
diantara setiap plate genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head
dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium pemanas
di dalam pelat biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan.
Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran atas dan mengalir kebawah
melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada dibawah, sedangkan
medium pemanas akan masuk melalui saluran yang berkebalikan dari produk,
yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke atas melewati pelat, sehingga
aliran pengeluaran medium pemanas akan berada diatas. Arah aliran yang
berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan dapat lebih cepat
berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium pemanas
dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas karena
tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah menjadi
panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam tergantung
dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel. Pada rangkaian
seri produk yang masuk dan keluar akan melewati ports pada bagian front head
yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan medium pemanas akan
masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu masuk melewati ports pada
bagian front head dan keluar melalui ports pada bagian belakangnya.

2.2.5 Tipe – Tipe Plate Type Heat Exchanger


a. Heat exchanger Tipe Plat dengan Gasket
Heat exchanger tipe ini termasuk tipe yang banyak dipergunakan pada dunia
industri, bisa digunakan sebagai pendingin air, pendingin oli, dan sebagainya.
Prinsip kerjanya adalah aliran dua atau lebih fluida kerja diatur oleh adanya gasket-
gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing fluida dapat
mengalir di plat-plat yang berbeda.
Gambar 2.2 Plate Type Heat Exchanger Tipe Gasket
Gasket berfungsi utama sebagai pembagi aliran fluida agar dapat mengalir ke
plat-plat secara selang-seling. Gambar di bawah ini menunjukkan desain gasket
sehingga di satu sisi plat fluida 1 masuk ke area plat yang (a), sedangkan gasket
yang lain mengarahkan fluida 2 agar masuk ke sisi plat (b).

Gambar 2.3 Desain Gasket Untuk Pendistribusian Fluida Kerja


Heat exchanger tipe ini termasuk tipe yang cukup murah dengan koefisien
perpindahan panas yang baik. Selain itu tipe ini juga mudah dalam hal
perawatannya, karena proses bongkar-pasang yang lebih mudah jika dibandingkan
tipe lain seperti shell & tube. Namun di sisi lain, tipe ini tidak cocok jika digunakan
pada aliran fluida dengan debit tinggi,selain itu heat exchanger tipe ini tidak cocok
digunakan pada tekanan dan temperatur kerja fluida yang tinggi, hal ini berkaitan
dengan kekuatan dari material gasket yang digunakan.
b. Welded Plate Heat Exchanger (WPHE)
Satu kelemahan yang paling mendasar dari heat exchanger plat dengan
gasket, adalah adanya penggunaan gasket tersebut. Hal tersebut membatasi
kemampuan heat exchanger sehingga hanya fluida-fluida jenis tertentu yang dapat
menggunakan heat exchanger tipe ini. Untuk mengatasi hal tersebut, digunakanlah
heat exchanger tipe plat yang menggunakan sistem pengelasan sebagai pengganti
sistem gasket. Sehingga heat exchanger tipe ini lebih aman jika digunakan pada
fluida kerja dengan temperatur maupun tekanan kerja tinggi. Hanya saja tentu heat
exchanger tipe ini menjadi kehilangan kemampuan fleksibilitasnya dalam hal
bongkar-pasang dan perawatan.

Gambar 2.4 Desain Welded Plate Heat Exchanger


c. Spiral Plate Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini menggunakan desain spiral pada susunan platnya,
dengan menggunakan sistem sealing las. Aliran dua fluida di dalam heat exchanger
tipe ini dapat berbentuk tiga macam yakni (1) dua aliran fluida spiral mengalir
berlawanan arah (counterflow), (2) satu fluida mengalir spiral dan yang lainnya
bersilangan dengan fluida pertama (crossflow), (3) satu fluida mengalir secara spiral
dan yang lainnya mengalir secara combinasi antara spiral dengan crossflow.

Gambar 2.5 Spiral Plate Heat Exchanger

Heat exchanger tipe ini sangat cocok digunakan untuk fluida dengan
viskositas tinggi atau juga fluida yang mengandung material-maerial pengotor
yang dapat menimbulkan tumpukan kotoran di dalam elemen heat exchanger. Hal
ini disebabkan karena desainnya yang satu lintasan, sehingga apabila terjadi
penumpukan kotoran di satu titik, maka secara alami kecapatan aliran fluida pada
titik tersebut akan meningkat, sehingga kotoran tadi akan terkikis sendiri oleh
fluida kerja tersebut. Karena kelebihan inilah sehingga heat exchanger tipe ini
sangat cocok untuk digunakan pada fluida kerja dengan viskositas sangat tinggi,
fluida slurries (semacam lumpur), air limbah inidustri, dan sejenisnya.

d. Lamella Heat Exchanger


Lamella heat exchanger tersusun atas sebuah shell berbentuk silindris dengan
elemen berdesain khusus berada di dalamnya. Elemen dengan desain khusus ini
disebut dengan Lamella. Di antara elemen lamella dengan sisi shell dibatasi dengan
sistem sealing berupa gasket. Untuk lebih memahami desain heat exchanger tipe
ini, mari perhatikan gambar berikut.

Gambar 2.6 Desain Lamella Heat Exchanger

Lamella Heat Exchanger memiliki berat total yang lebih ringan daripada
heat exchanger tipe shell & tube dengan beban kerja yang sama. Tipe ini juga dapat
bekerja pada temperatur yang tinggi apabila gasket yang digunakan tepat, yakni
hingga 500 oC jika menggunakan gasket berbahan non-asbestos. Penggunaan heat
exchanger tipe ini biasanya ada pada industri kertas, industri kimia, serta industri
lain yang sejenisnya.
e. Printed-Circuit Heat Exchanger
Heat exchanger tipe selanjutnya ini berdesain khusus seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah. Proses pembuatannya menggunakan berbagai
jenis plat dari material stainless steel, titanium, tembaga, aluminium, atau yang
lainnya, dengan jalan mirip proses kimia pada pembuatan sirkuit PCB rangkaian
elektronika. Heat exchanger tipe ini cocok digunakan pada pemrosesan kimia,
pemrosesan bahan bakar, mesin pendingin, industri separasi udara, komponen
pendingin kompresor, dan lain sebagainya.
Gambar 2.7 Printed-Circuit Heat Exchanger
f. Panelcoil Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini menggunakan semacam pipa yang dipasangkan ke
sebidang plat dengan proses pengelasan, stamping, atau proses roll-bond sehingga
didapatkan sebuah desain heat exchanger yang diberi istilah panelcoil. Material
yang digunakan untuk panelcoil umumnya adalah baja karbon, staenless steel,
titanium, nikel, dan monel. Penggunaan heat exchanger tipe ini ada pada industri
farmasi, industri fiber, industri kimia, industri makanan, dan juga pada penyerap
panas tenaga matahari.

Gambar 2.8 Panelcoil Heat Exchanger


2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Plate Type Heat Exchanger
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat yang
kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi

Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and
Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sifat Termodinamika dan Kinetika Reaksi
    Sifat Termodinamika dan Kinetika Reaksi
    Dokumen2 halaman
    Sifat Termodinamika dan Kinetika Reaksi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Dokumen2 halaman
    Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 009 Susana
    009 Susana
    Dokumen8 halaman
    009 Susana
    Awal JaNuary Saragi
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen19 halaman
    Laporan
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 2012-2-02003-MN Bab2001
    2012-2-02003-MN Bab2001
    Dokumen23 halaman
    2012-2-02003-MN Bab2001
    noor latifah
    Belum ada peringkat
  • Sifat Termodinamika
    Sifat Termodinamika
    Dokumen1 halaman
    Sifat Termodinamika
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 6 Bab 3
    6 Bab 3
    Dokumen10 halaman
    6 Bab 3
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
    PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
    Dokumen2 halaman
    PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen8 halaman
    Makalah
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen8 halaman
    Makalah
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen4 halaman
    Skripsi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Tangpeng
    BAB IV Tangpeng
    Dokumen13 halaman
    BAB IV Tangpeng
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Dokumen18 halaman
    Bab 1-3
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Translate Perengkahan 4
    Translate Perengkahan 4
    Dokumen15 halaman
    Translate Perengkahan 4
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 009 Susana
    009 Susana
    Dokumen8 halaman
    009 Susana
    Awal JaNuary Saragi
    Belum ada peringkat
  • Perengkahan Katalitik
    Perengkahan Katalitik
    Dokumen6 halaman
    Perengkahan Katalitik
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Baru Goes To Acc
    Bab 4 Baru Goes To Acc
    Dokumen7 halaman
    Bab 4 Baru Goes To Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Boiler pertama-WPS Office
    Boiler pertama-WPS Office
    Dokumen14 halaman
    Boiler pertama-WPS Office
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Oleo
    BAB IV Oleo
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Oleo
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen8 halaman
    Document
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab I, K
    Bab I, K
    Dokumen2 halaman
    Bab I, K
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah Papk
    Makalah Papk
    Dokumen20 halaman
    Makalah Papk
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Combustion
    Ringkasan Combustion
    Dokumen17 halaman
    Ringkasan Combustion
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Si O2
    Si O2
    Dokumen5 halaman
    Si O2
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat