Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Pengaduk Paddle
Tabel 4.1 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,1 × 2 cm2) dengan Tangki
Tanpa Sekat (Tinggi Fluida 220)
Paddle Kecil dengan Tangki Tanpa Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.09 M
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 0.1 0.011 0,219 4,77x10 1,6x105
200 20,993 0.2 0.022 0.461 8,51x10-3 1,69x105
210 21,980 1.3 0.033 0,725 1,15x10-2 1,77x105

Tabel 4.2 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,1 × 2 cm2) dengan Tangki
Bersekat (Tinggi Fluida 220)
Paddle Kecil dengan Tangki Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.09 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-2
190 19,887 1,6 0.176 3,5 7,5x10 1,6x105
200 20,993 1,65 0.182 3,79 7x10-2 1,69x105
210 21,980 1.7 0.187 4,11 6,6x10-2 1,77x105

Tabel 4.3 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,1 × 2 cm2) dengan Tangki
Tanpa Sekat (Tinggi Fluida 270)
Paddle Kecil dengan Tangki Tanpa Sekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.09 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 0,2 0,022 0,438 9,4x10 1,6x105
200 20,993 0,5 0,055 1,151 2,13x10-2 1,69x105
210 21,980 0,7 0,077 1,692 2,7x10-2 1,77x105
Tabel 4.4 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,1 × 2 cm2) dengan Tangki
Bersekat (Tinggi Fluida 270)
Paddle Kecil dengan Tangki Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.09 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-2
190 19,887 1,7 0,187 3,72 8x10 1,6x105
200 20,993 1,75 0,1925 4,029 7,4x10-2 1,69x105
210 21,980 1,8 0,198 4,35 6,9x10-2 1,77x105

Tabel 4.5 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,5 × 6,2 cm2) dengan Tangki
Tanpa Sekat (Tinggi Fluida 220)
Paddle Sedang dengan Tangki Tanpa Sekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.12 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 0,1 0,011 0,219 1,12x10 2,86x105
200 20,993 0,3 0.033 0,691 3,03x10-3 3,01x105
210 21,980 0,5 0.055 1,209 4,58x10-3 31,16x105

Tabel 4.6 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,5 × 6,2 cm2) dengan Tangki
Bersekat (Tinggi Fluida 220)
Paddle Sedang dengan Tangki Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.12 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-2
190 19,887 1,7 0,187 3,718 1,9x10 2,86x105
200 20,993 1,75 0,193 4,029 1,77x10-2 3,01x105
210 21,980 1,8 0,198 4,352 1,65x10-2 31,16x105
Tabel 4.7 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,5 × 6,2 cm2) dengan Tangki
Tanpa Sekat (Tinggi Fluida 270)
Paddle Sedang dengan Tangki Tanpa Sekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.12 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Gaya, f
Putaran Putaran T(Nm- W Number, Number,
(N)
(rpm) (rad/sek) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 0,1 0,011 0,219 1,1x10 2,86x105
200 20,993 0,2 0.022 0,461 2x10-3 3,01x105
210 21,980 0,5 0.055 1,209 4,6x10-3 31,16x105

Tabel 4.8 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (6,1 × 2 cm2) dengan Tangki
Bersekat (Tinggi Fluida 270)
Paddle Sedang dengan Tangki Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.12 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-2
190 19,887 1,75 0,187 3,828 1,96x10 2,86x105
200 20,993 1,75 0,192 4,144 1,82x10-2 3,01x105
210 21,980 1,8 0.198 4,472 1,69x10-2 31,16x105

Tabel 4.9 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (7,5 × 4,7 cm2) dengan
Tangki Tanpa Sekat (Tinggi Fluida 220 cm)
Paddle Besar dengan Tangki Tanpa Sekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.13 M
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 0,5 0,055 1,094 3,75x10 3,35x105
200 20,993 0,55 0.061 1,266 3,72x10-3 3,53x105
210 21,980 0,6 0.066 1,461 3,68x10-3 371x105
Tabel 4.10 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (7,5 × 4,7 cm2) dengan
Tangki Bersekat (Tinggi Fluida 220 cm)
Paddle Besar dengan Tangki Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.13 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-2
190 19,887 1,70 0,187 3,718 1,27x10 3,35x105
200 20,993 1,75 0.193 4,029 1,18x10-2 3,53x105
210 21,980 1,8 0.198 4,352 1,1x10-2 371x105

Tabel 4.11 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (7,5 × 4,7 cm2) dengan
Tangki Tanpa Sekat (Tinggi Fluida 270 cm)
Paddle Besar dengan Tangki Tanpa Sekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.13 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 1,2 0,132 2,625 9x10 3,35x105
200 20,993 1,25 0.138 2,878 8,5x10-3 3,53x105
210 21,980 1,3 0.143 3,143 8x10-3 371x105

Tabel 4.12 Pengukuran Terhadap Pengaduk Paddle (7,5 × 4,7 cm2) dengan
Tangki Bersekat (Tinggi Fluida 270 cm)
Paddle Besar dengan Tangki Bersekat
Ukuran 7,5 cm x 4,6
d= 0.13 m
cm
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-2
190 19,887 1,7 0,187 3,718 1,3x10 3,35x105
200 20,993 1,8 0.198 4,144 1,2x10-2 3,53x105
210 21,980 1,85 0.203 4,472 1,1x10-2 371x105
4.1.2 Pengaduk Impeller Propeller
Tabel 4.13 Pengukuran Terhadap Impeller Propeller dengan Tangki Tanpa Sekat
(Tinggi Fluida 220 cm)
Propeller dengan Tangki Tanpa Sekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 1,98x105
200 20,993 0 0 0 0 2,09 x105
210 21,980 0 0 0 0 2,19 x105

Tabel 4.14 Pengukuran Terhadap Impeller Propeller dengan Tangki Bersekat


(Tinggi Fluida 220 cm)
Propeller dengan Tangki Bersekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 1,98x105
200 20,993 0 0 0 0 2,09 x105
210 21,980 0 0 0 0 2,19 x105

Tabel 4.15 Pengukuran Terhadap Impeller Propeller dengan Tangki Tanpa Sekat
(Tinggi Fluida 270 cm)
Propeller dengan Tangki Tanpa Sekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 1,98x105
200 20,993 0 0 0 0 2,09 x105
210 21,980 0 0 0 0 2,19 x105
Tabel 4.16 Pengukuran Terhadap Impeller Propeller dengan Tangki Bersekat
(Tinggi Fluida 270 cm)
Propeller dengan Tangki Bersekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 1,98x105
200 20,993 0 0 0 0 2,09 x105
210 21,980 0 0 0 0 2,19 x105

4.1.3 Pengaduk Impeller Turbin


Tabel 4.17 Pengukuran Terhadap Turbin dengan Tangki Tanpa Sekat (Tinggi
Fluida 220)
Propeller dengan Tangki Tanpa Sekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 2,86x105
200 20,993 0 0 0 0 3,01 x105
210 21,980 0 0 0 0 3,16 x105

Tabel 4.18 Pengukuran Terhadap Turbin dengan Tangki Bersekat (Tinggi Fluida
220)
Propeller dengan Tangki Bersekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 2,86x105
200 20,993 0,2 0,022 0,46 2,01x10-3 3,01 x105
210 21,980 0,2 0,022 0,48 1,83 x10-3 3,16 x105
Tabel 4.19 Pengukuran Terhadap Turbin dengan Tangki Tanpa Sekat (Tinggi
Fluida 270 cm)
Propeller dengan Tangki Tanpa Sekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
190 19,887 0 0 0 0 2,86x105
200 20,993 0 0 0 0 3,01 x105
210 21,980 0 0 0 0 3,16 x105

Tabel 4.20 Pengukuran Terhadap Turbin dengan Tangki Bersekat (Tinggi Fluida
270 cm)
Propeller dengan Tangki Bersekat
Propeller Daun Tiga d= 0.08 m
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Putaran Putaran Gaya, f T(Nm- W Number, Number,
(rpm) (rad/sek) (N) 2) (watts) Po Re
-3
190 19,887 0,3 0,033 0,65 3,35 x10 2,86x105
200 20,993 0,3 0,033 0,69 3,029x10-3 3,01 x105
210 21,980 0,3 0,033 0,72 2,747x10-3 3,16 x105

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Pola Aliran Paddle
Pada percobaan tangki berpengaduk ini, fluida yang digunakan adalah air
dengan beberapa tipe impeller yaitu paddle, propeller dan turbin. Pada tangki
dimasukkan beberapa potongan plastik kecil yang bewarna yang berfungsi untuk
mempermudah dalam mengamati pola aliran yang terbentuk pada saat
pengadukan. Posisi penggunaan pengaduk yang digunakan yaitu pada bagian
center tangki. Laju putaran (rpm) yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 190,
200 dan 210 rpm, dengan tinggi fluida yaitu 220 dan 270 cm.
Pada percobaan ini, digunakan 3 variasi daun paddle dengan ukuran yaitu
6,1 x 2 cm, 6,5 x 6,2 cm dan 7,5 x 4,7 cm. Pada saat pengadukan menggunakan
impeller jenis paddle tanpa sekat seperti Gambar 4.1a, pola aliran yang terbentuk
adalah pola aliran radial pola aliran tangensial yaitu pola aliran yang menciptakan
zona sirkulasi dibagian atas dan bawah tangki, dan pada aliran ini terbentuknya
vortex pada bagian atas permukaan fluida karena tidak terdapatnya sekat pada
tangki sehingga terbentuknya cekungan pada bagian tengah pola aliran fluida.
Pada Paddle yang tak bersekat dan dengan kecepatan tinggi akan terbentuk
vortex, semakin tinggi kecepatan putaran maka akan semakin besar vortex pada
tangki.
Pada penggunaan pengaduk paddle untuk tangki bersekat seperti Gambar
4.1b, pola aliran yang terbentuk adalah pola aliran radial yaitu pola aliran yang
menciptakan zona sirkulasi dibagian atas dan bawah tangki, dan pada aliran ini
tidak terbentuknya vortex pada bagian atas permukaan fluida karena terdapatnya
sekat pada tangki (Harnby, dkk, 2001). Sekat pada tangki berkontribusi terhadap
turbulensi dengan mencegah terbentuknya pusaran (Walas, 1990).

Gambar 4.1 Pola Aliran Pengaduk Paddle (a) tanpa sekat, (b)dengan sekat

4.2.2 Pola Aliran Pengaduk Propeller


Pada percobaan ini digunakan pengaduk propeller dengan jenis propeller
marine yang memiliki tiga daun baling-baling pencampur. Propeller marine
biasanya digunakan dalam kecepatan yang relative tinggi, hingga 1800 rpm dan
dengan cairan viskositas rendah (hingga 4000 cP). Pada tangki tanpa sekat seperti
Gambar 4.2a, pola aliran yang terbentuk adalah pola aliran aksial, dan pada aliran
ini terbentuknya vortex pada bagian atas permukaan fluida karena tidak
terdapatnya sekat pada tangki sehingga terbentuknya cekungan pada bagian
tengah pola aliran fluida. Pada penggunaan pengaduk propeller untuk tangki
bersekat seperti Gambar 4.2b, pola aliran yang terbentuk adalah pola aliran aksial
yaitu pola aliran yang sejajar dengan sumbu pengaduk, dan pada aliran ini tidak
terbentuknya vortex pada bagian atas permukaan fluida karena terdapatnya sekat
pada tangki (Harnby, dkk, 2001). Sekat pada tangki berkontribusi terhadap
turbulensi dengan mencegah terbentuknya pusaran (Walas, 1990).

Gambar 4.2 Pola Aliran Pengaduk Propeller (a) tanpa sekat,(b) dengan sekat

4.2.3 Pola Aliran Turbin


Pada percobaan ini digunakan pengaduk turbin dengan bilah vertical datar.
Pengaduk turbin biasanya digunakan untuk pencampuran dengan viskositas
100,000 cP atau lebih. Pada tangki tanpa sekat seperti Gambar 4.3a, pola aliran
yang terbentuk adalah pola aliran radial yaitu pola aliran yang menciptakan zona
sirkulasi dibagian atas dan bawah tangki, dan pada aliran ini terbentuknya vortex
pada bagian atas permukaan fluida karena tidak terdapatnya sekat pada tangki
sehingga terbentuknya cekungan pada bagian tengah pola aliran fluida. Pada
penggunaan pengaduk turbin untuk tangki bersekat seperti Gambar 4.3b, pola
aliran yang terbentuk adalah pola aliran radial yaitu pola aliran yang menciptakan
zona sirkulasi dibagian atas dan bawah tangki, dan pada aliran ini tidak
terbentuknya vortex pada bagian atas permukaan fluida karena terdapatnya sekat
pada tangki (Harnby, dkk, 2001). Sekat pada tangki berkontribusi terhadap
turbulensi dengan mencegah terbentuknya pusaran (Walas, 1990).
Gambar 4.3 Pola Aliran Pengaduk Turbine (a) tanpa sekat, (b) dengan sekat

4.2.4 Hubungan Daya Pengaduk dengan Adanya Sekat dan Tanpa Sekat
4.500
4.000
3.500
3.000
Daya (Watt)

2.500
2.000 Paddle Tanpa Sekat
1.500 Paddle Dengan Sekat

1.000
0.500
0.000
19.500 20.000 20.500 21.000 21.500 22.000 22.500
Laju Putaran (rad/s)

Gambar 4.4 Hubungan Laju Pengaduk Tanpa Sekat dan dengan Sekat Vs Daya

Sekat (baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada dinding
tangki. Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah memecah pusaran
air saat terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu, posisi sumbu
pengaduk pada tangki bersekat berada di tengah. Namun pada umumnya
pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan seiring dengan meingkatnya
kecepatan pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya
pengadukan. Sekat pada tangki juga membentuk distribusi konsentrasi yang lebih
baik di dalam tangki, karena pola aliran yang terjadi terpecah lebih besar mampu
menghasilkan pencampuran yang lebih baik.
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa semakin cepat laju putaran
pengadukan maka semakin besar daya pengadukan. Hal ini dikarenakan daya
yang terkonsumsi dipengaruhi oleh laju putaran pengaduk dan diameter pengaduk.
Daya pengaduk juga dipengaruhi oleh diameter pengaduk, dimana semakin besar
diameter pengaduk, maka semakin besar pula daya yang dihasilkan (Geankoplis,
1993). Daya yang dibutuhkan tangki bersekat lebih besar daripada tangki tanpa
sekat. Sekat dibutuhkan untuk mengurangi pola aliran tangensial yang membentuk
vortex, namun dengan adanya sekat maka kebutuhan daya yang dibutuhkan pun
lebih besar. Saat proses pengadukan berjalan, buffle akan menjadi hambatan bagi
aliran fluida yang menyebabkan adanya daya dorong fluida ke tengah menuju
poros pengadukan karena terkena sekat. Dengan begitu daya yang dibutuhkan
untuk pengaduk lebih besar karena gaya yang dihasilkan oleh laju perputaran
pengaduk juga meningkat. Gaya yang dihasilkan oleh laju perputaran pengaduk
berpengaruh terhadap rumus nilai kebutuhan daya. Apabila tidak terdapat sekat,
pengaduk membutuhkan kecepatan putaran yang lebih besar untuk menghasilkan
gaya pada pengaduk. Dengan adanya sekat gaya yang dihasilkan untuk perputaran
pengadukan lebih besar, karena dengan adanya sekat diperlukan energi lebih besar
untuk memecahkan atau menahan vorteks yang terbentuk, sehingga gaya yang
dihasilkan lebih besar.

4.2.5 Hubungan Laju Putaran dan Bilangan Reynold pada masing masing
pengaduk
Setiap jenis pengaduk yang digunakan akan menghasilkan daya yang
berbeda terhadap fluida yang digunakan, hal ini dapat dikeranakan perbedaan pola
aliran yang dihasilkan oleh setiap jenis pengaduk yang berbeda. Pola aliran yang
dibentuk oleh tipe impeller pada propeller adalah aksial, paddle dan turbin
membentuk aliran radial. Aliran aksial adalah aliran yang bersirkulasi pada arah
parallel (sejajar) dengan poros, sehingga tidak menghasilkan daya yang besar
untuk melakukan rotasi atau putaran pada fluida yang diaduk. Pada aliran dengan
pola radial, fluida akan mengalami pergerakan yang tegak lurus terhadap dinding
dari tangki berpengaduk tersebut, sehingga daya yang dihasilkan juga tidak besar,
karena perputaran dari aliran hanya tegak lurus saja. Sedangkan, pada pola aliran
tangensial terjadi perputaran atau rotasi pada arah singgung terhadap lintasan
lingkar di sekililing poros, dengan demikian akan ada pergerakan yang
membutuhkan daya untuk fluida tersebut berputar.
350000

300000

250000

200000
NRe

Paddle
150000
Propeller
100000 Turbin
50000

0
19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5
Laju Purataran (rad/s)

Gambar 4.5 Hubungan laju putaran dengan Bilangan Reynold

Pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa kenaikan laju putaran dalam
percobaan ini berbanding lurus dengan naiknya bilangan Reynold. Dalam
percobaan ini bilangan Reynold yang paling tinggi yaitu pada pengaduk turbin
yang disebabkan karena pengaruh diameter pengaduk yang lebih besar daripada
pengaduk paddle dan propeller. Hal ini dikarenkan diameter pengaduk turbin
lebih besar dari pengaduk paddle dan propeller

4.2.5 Hubungan Laju Pengaduk dengan Tinggi Fluida Tanpa Sekat dan
dengan Sekat Vs Daya pada Paddle
Pada percobaan ini digunakan tinggi fluida yaitu, 220 cm, dan 270 cm. Pada
Gambar 4.6 dapat di lihat hubungan antara tinggi fluida pada pengaduk paddle
dengan sekat dan tanpa sekat terhadap daya yang dihasilkan. Pada Gambar 4.6
terlihat jelas bahwa semakin tinggi fluida, maka daya yang dibutuhkan akan
semakin besar baik itu pada pengaduk paddle dengan sekat ataupun tanpa sekat.
Hal ini terjadi karena adanya kenaikan volume air, dimana beban yang diputar
oleh pengaduk akan meningkat. Sehingga menyebabkan gaya yang dibutuhkan
oleh pengaduk juga semakin besar.

5
4.5
4
3.5 Tinggi Fluida 220 cm
Daya (Watt)

3 (Tanpa Sekat)
2.5 Tinggi Fluida 270 cm
(Tanpa Sekat)
2
Tinggi Fluida 220 cm
1.5
(Sekat)
1
Tinggi Fluida 270 CM
0.5 (Sekat)
0
19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5
Laju Putaran (rad/s)

Gambar 4.6 Hubungan Laju Pengaduk dengan Tinggi Fluida Tanpa Sekat dan
dengan Sekat Vs Daya pada Paddle

Anda mungkin juga menyukai

  • Sifat Termodinamika dan Kinetika Reaksi
    Sifat Termodinamika dan Kinetika Reaksi
    Dokumen2 halaman
    Sifat Termodinamika dan Kinetika Reaksi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Dokumen2 halaman
    Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 009 Susana
    009 Susana
    Dokumen8 halaman
    009 Susana
    Awal JaNuary Saragi
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen19 halaman
    Laporan
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 2012-2-02003-MN Bab2001
    2012-2-02003-MN Bab2001
    Dokumen23 halaman
    2012-2-02003-MN Bab2001
    noor latifah
    Belum ada peringkat
  • Sifat Termodinamika
    Sifat Termodinamika
    Dokumen1 halaman
    Sifat Termodinamika
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 6 Bab 3
    6 Bab 3
    Dokumen10 halaman
    6 Bab 3
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
    PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
    Dokumen2 halaman
    PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen8 halaman
    Makalah
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen8 halaman
    Makalah
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen4 halaman
    Skripsi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Oleo
    BAB IV Oleo
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Oleo
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Dokumen18 halaman
    Bab 1-3
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Translate Perengkahan 4
    Translate Perengkahan 4
    Dokumen15 halaman
    Translate Perengkahan 4
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 009 Susana
    009 Susana
    Dokumen8 halaman
    009 Susana
    Awal JaNuary Saragi
    Belum ada peringkat
  • Perengkahan Katalitik
    Perengkahan Katalitik
    Dokumen6 halaman
    Perengkahan Katalitik
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Plate Type HE
    Plate Type HE
    Dokumen12 halaman
    Plate Type HE
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Boiler pertama-WPS Office
    Boiler pertama-WPS Office
    Dokumen14 halaman
    Boiler pertama-WPS Office
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen8 halaman
    Document
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Baru Goes To Acc
    Bab 4 Baru Goes To Acc
    Dokumen7 halaman
    Bab 4 Baru Goes To Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab I, K
    Bab I, K
    Dokumen2 halaman
    Bab I, K
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah Papk
    Makalah Papk
    Dokumen20 halaman
    Makalah Papk
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Combustion
    Ringkasan Combustion
    Dokumen17 halaman
    Ringkasan Combustion
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Si O2
    Si O2
    Dokumen5 halaman
    Si O2
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat