Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


4.1.1 Kurva Standarisasi Larutan Etanol
Dari percobaan yang dilakukan, langkah pertama yang dilakukan adalah
mengukur konsentrasi campuran etanol dan air menggunakan hand refractometer
dalam satuan oBrix. Instrument refraktometer hanya dapat mengukur konsentrasi
etanol dalam satuan ˚Brix. Untuk itu dilakukan kalibrasi antara %etanol dengan
nilai ˚Brix tersebut. % v/v ini dapat digunakan untuk menghitung fraksi mol dari
etanol. Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1 Hubungan Komposisi Etanol dengan oBrix
o Fraksi Mol
Komposisi Etanol (𝒙𝒇) Brix
0,23 7 0,0886
0,33 11 0,1392
0,43 12 0,2003
0,53 14 0,2757
0,63 15 0,3708

Setelah diperoleh data – data komposisi dengan hand refractometer,


selanjutnya data tersebut di plot, setiap data yang didapatkan akan membentuk
persamaan regresi linier di mana variabel y adalah ˚Brix sedangkan x adalah
%etanol, yang menghubungkan antara komposisi etanol (% v/v) VS oBrix, dapat
dilihat pada Gambar 4.1 berikut :
16
14
12
10
˚Brix

8 y = 628,63x3 - 536,11x2 + 162,18x - 3,4245


6 R² = 0,9801
4
2
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
Fraksi Mol

Gambar 4.1 Kurva Standar Larutan Etanol

19
20

Dapat dilihat dari kurva standar yang terbentuk pada Gambar 4.1
menunjukkan bahwa konsentrasi etanol (% v/v) berbanding lurus dengan oBrix.
Semakin tinggi konsentrasi etanol (% v/v) yang digunakan, maka nilai oBrix akan
semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena oBrix merupakan satuan yang
menunjukkan konsentrasi etanol dalam campuran etanol dan air. Sehingga apabila
fraksi volume etanol semakin besar maka oBrix yang dihasilkan juga semakin besar.
Namun batas kemampuan refraktometer hanya dapat mengukur %etanol <80%,
Sehingga pada kondisi konsentrasi sangat tinggi refraktometer ini tidak dapat
mengukur %etanol sampel secara tepat.
Dari Gambar 4.1 diperoleh persamaan linear yaitu y = 19x + 3,63. Persamaan
inilah yang digunakan untuk mensubstitusikan nilai oBrix sebagai nilai y, sehingga
didapatkan nilai x yang dijadikan sebagai konsentrasi etanol fasa cair setelah
keadaan kesetimbangan. Dari kurva juga diperoleh nila R2 = 0,9304. Nilai R2
merupakan gradien atau garis lurus yang menyatakan tingkat ketelitian dari data
yang diperoleh. Untuk standar penelitian biasanya nilai R 2 berkisar antara 0,98
hingga 1,00. Namun dalam percobaan didapat nilai R2 hanya sebesar 0,9304, jauh
dari nilai standar. Kesalahan ini disebabkan karena ketidaktelitian dalam
pembacaan skala oBrix pada alat hand refractometer, sehingga secara tidak
langsung mempengaruhi nilai R2.

4.2.1 Hubungan Fraksi Etanol dengan oBrix pada Titik Kesetimbangan


Setelah diperoleh persamaan linear dari kurva standar kemudian campuran
etanol dan air yang sudah diketahui komposisinya dimasukkan ke labu didih leher
2, aliran kondensor dan pemanas dihidupkan secara bersamaan. Hasil yang
diperoleh antara komposisi etanol dan oBrix pada titik kesetimbangan dapat dilihat
pada Tabel 4.2 berikut.
21

Tabel 4.2 Hubungan Komposisi Etanol dengan oBrix pada Titik Kesetimbangan
Konsentrasi
Komposisi Temperatur Konsentrasi
Etanol
Umpan 𝒙𝒇 Kesetimbangan Waktu Etanol Cair,
Distilat, 𝒙𝑫
(% Volume) (K) 𝒙𝒘 (oBrix)
(oBrix)
0,23 371 24ꞌ 4 2
0,33 370 23 ꞌ54ꞌꞌ 5 8
0,43 369 23 ꞌ 6 9
0,53 362,5 20 ꞌ30ꞌꞌ 9 7
0,63 355,5 16 ꞌ15ꞌꞌ 14 9

Berdasarkan data hasil percobaan dapat dilihat bahwa semakin besar


konsentrasi etanol dalam umpan akan menyebabkan penurunan temperatur
kesetimbangan. Hal ini disebabkan oleh titik didih etanol lebih rendah daripada titik
didih air sehingga campuran etanol-air akan menyebabkan temperatur
kesetimbangan semakin rendah. Semakin besar konsentrasi etanol yang
divariasikan semakin besar pula konsentrasi etanol di distilat begitupun konsentrasi
cairan. Namun bertambahnya konsentrasi etanol akan menurunkan suhu
kesetimbangan secara signifikan. Secara langsung juga mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai suhu kesetimbangan tersebut. Suhu kesetimbangan
dapat tercapai hanya dengan energi yang lebih sedikit.
Kemudian dari data yang diperoleh dimasukkan ke persamaan linear sehingga
didapatkan nilai x yang dijadikan sebagai konsentrasi etanol fasa cair setelah
keadaan kesetimbangan. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Fraksi Mol Etanol Cair dan Uap pada Titik Kesetimbangan
Fraksi
Fraksi Fraksi
Mol
Komposisi Temperatur Mol Mol
Etanol
Umpan 𝒙𝒇 Kesetimbangan Waktu Etanol Etanol
Distilat,
(%Volume) (K) Cair, 𝒙𝒘 Uap, 𝒚𝒅
𝒙𝑫
(mol) (mol)
(mol)
0,23 371 24ꞌ 0,0552 0,0380 0,0812
0,33 370 23 ꞌ54ꞌꞌ 0,0648 0,0992 0,1977
0,43 369 23 ꞌ 0,0751 0,1136 0,2231
0,53 362,5 20 ꞌ30ꞌꞌ 0,1136 0,0865 0,1762
0,63 355,5 16 ꞌ15ꞌꞌ 0,3046 0,1136 0,2259
22

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat adanya hubungan yang berbanding


lurus antara komposisi umpan dengan fraksi mol cairan distilat (𝑥𝑑 ) dan fraksi mol
uap distilat (𝑦𝑑 ) serta berbanding terbalik antara komposisi umpan dengan
temperatur kesetimbangan. Dari Tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa nilai 𝑥𝑤 dan 𝑥𝑑
sama. Hal ini karena 𝑥𝑤 merupakan konsentrasi etanol dalam bentuk fase cair yang
terdapat di dalam labu didih atau disebut sebagai bottom product yang merupakan
nilai 𝑥𝑑 . Sedangkan 𝑥𝑑 yang diperoleh pada percobaan adalah konsentrasi etanol
dibagian top product yang diuji dalam bentuk cairan dengan alat hand
refractometer yang menunjukkan nilai 𝑦𝑑 . Meningkatnya konsentrasi etanol
kesetimbangan merupakan pengaruh dari konsentrasi etanol mula-mula yang
merupakan variabel independen. Selanjutnya setelah diperoleh fraksi mol masing –
masing, untuk menentukan tekanan uap murni komponen dapat dilakukan dengan
persamaan Antoine yaitu, ln Psat = A – (B/(T+C), dimana A, B dan C adalah
konstanta. Hasil tekanan uap murni etanol dan uap air dapat dilihat pada Tabel 4.4
berikut.
Tabel 4.4 Data P sat Air dan Etanol tiap Temperatur

𝒙𝑭 T (Kelvin) P1sat Air (mmHg) P2sat Etanol (mmHg)


0,23 371 703,4583 1573,2
0,33 370 678,3993 1518,8
0,43 369 654,086 1466
0,53 362,5 513,0549 1158,5
0,63 355,5 390,5019 889,24

Fraksi mol etanol yang diperoleh pada percobaan kemudian dibandingkan


dengan fraksi mol etanol literatur, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Kemudian
berdasarkan data tersebut dapat dibuat grafik fraksi mol etanol percobaan dan
literatur vs temperatur kesetimbangan, dapat dilihat pada Gambar 4.2. Suatu
campuran dari dua atau lebih cairan yang volatil, masing-masing cairan
memberikan kontribusi parsial kepada tekanan uap keseluruhan. Pada saat
penjumlahan dari tekanan parsial ini sebanding dengan tekanan atmosfir (tekanan
diatas campuran) yaitu 760 mmHg yang menyebabkan campuran akan menguap
sedangkan pada percobaan ini diperoleh tekanan total sebesar 652,119 mmHg. Hal
23

ini dikarenakan tekanan uap masing-masing komponen berhubungan dengan fraksi


mol dari masing-masing komponen sehingga kemungkinan pada saat mengukur
dengan hand refractometer terdapat etanol yang menguap sehingga mempengaruhi
fraksi mol yang dihasilkan.
Tabel 4.5 Hubungan Komposisi Etanol dengan oBrix pada Titik Kesetimbangan
Percobaan Literatur
Temperatur Fraksi Mol Fraksi Mol Fraksi Mol Fraksi Mol
Kesetimbangan Etanol Cair, Etanol Uap Etanol Etanol Uap,
(oC) 𝒙𝒘 Distilat, 𝒚𝒅 Cair, 𝒙𝒘 𝒚𝒅
(mol) (mol) (mol) (mol)
98 0,0552 0,0380 0,021 0,1984
97 0,0648 0,0992 0,0314 0,2662
96 0,0751 0,1136 0,0417 0,326
89,5 0,1136 0,0865 0,1511 0,5929
82,5 0,3046 0,1136 0,4467 0,7614
[Sumber : Geankoplis, 1997]

105

100

95
Temperatur oC

90

85 Xw Percobaan

80 Yd Percobaan
Xw Literatur
75
Yd Literatur
70

65
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Fraksi Mol x dan y


Percobaan dan Literatur

Gambar 4.2 Kurva Hubungan Temperatur Tehadap Fraksi Mol x dan y Percobaan
dan Literatur

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara fraksi mol etanol percobaan dan literatur, baik fasa uap
maupun cair terhadap temperatur. Semakin tinggi temperatur maka fraksi mol
etanol akan semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh titik didih etanol lebih
24

rendah daripada titik didih air sehingga campuran etanol-air akan menyebabkan
temperatur kesetimbangan semakin rendah. Untuk perbandingan secara
keseluruhan, nilai fraksi mol etanol pada percobaan berkisar diantara harga fraksi
mol etanol literatur.
Keadaan kesetimbangan uap cair dapat dinyatakan dalam bentuk kurva
kesetimbangan uap cair. Kurva ini merupakan nilai K (konstanta kesetimbangan)
vs T (temperatur kesetimbangan). Konstanta kesetimbangan merupakan
perbandingan fraksi komponen etanol pada fasa distilat dengan fasa cair (Y1/X1).
Fraksi mol etanol dapat dihitung dengan data konsentrasi % v/v etanol, mol jenis
dari etanol dan mol jenis dari air serta mol molekul masing masing senyawa. Pada
praktikum yang telah dilakukan didapatkan data K pada Tabel 4.6 dan selanjutnya
digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan pada Gambar 4.3.

Tabel 4.6 Konstanta Kesetimbangan (K) Percobaan dan Literatur


Percobaan Literatur
Temperatur Temperatur
Kesetimbangan K Kesetimbangan K
(oC) (oC)
98 2,136 98 9,528
97 1,994 97 8,818
96 1,965 96 8,108
89,5 2,036 89,5 4,252
82,5 1,989 82,5 1,626
[Sumber : Geankoplis, 1997]
Dari data K hasil interpolasi dari literatur kemudian dibandingkan dengan
nilai K hasil percobaan, kurva dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut :
25

12

10

8
Nilai K

6
K literatur
4 K Percobaan

0
80 85 90 95 100
Temperatur (oC)

Gambar 4.3 Kurva Hubungan Nilai K Percobaan dan Literatur terhadap


Temperatur

Hasil percobaan dan literatur terdapat kecenderungan yang sama dimana nilai
K akan semakin besar dengan kenaikan temperatur kesetimbangan. Keadaan ini
didukung secara teoritis dari hukum raoult yang menyatakan bahwa Y1/X1
sebanding dengan P2sat. Perbedaan nilai K yang didapatkan disebabkan karena tidak
optimalnya proses kondensasi dan menyebabkan hilangnya komponen etanol dari
sistem melaui penguapan. Akibatnya terjadi penyimpangan pada komposisi
kompenen kondisi kesetimbangan. Beberapa faktor lain juga disebabkan dalam
penanganan etanol yang kurang tepat ketika akan mengukur oBrix nya dengan alat
hand refractometer. Namun secara umum proses percobaan telah menunjukkan
kondisi sebenarnya dari kesetimbangan uap cair.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sifat Termodinamika-1
    Sifat Termodinamika-1
    Dokumen2 halaman
    Sifat Termodinamika-1
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Dokumen2 halaman
    Lembar Kendali Responsi Dan Asistensi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 009 Susana
    009 Susana
    Dokumen8 halaman
    009 Susana
    Awal JaNuary Saragi
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen19 halaman
    Laporan
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 2012-2-02003-MN Bab2001
    2012-2-02003-MN Bab2001
    Dokumen23 halaman
    2012-2-02003-MN Bab2001
    noor latifah
    Belum ada peringkat
  • Sifat Termodinamika
    Sifat Termodinamika
    Dokumen1 halaman
    Sifat Termodinamika
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 6 Bab 3
    6 Bab 3
    Dokumen10 halaman
    6 Bab 3
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab 22
    Bab 22
    Dokumen2 halaman
    Bab 22
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen8 halaman
    Makalah
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen8 halaman
    Makalah
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen4 halaman
    Skripsi
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Tangpeng
    BAB IV Tangpeng
    Dokumen13 halaman
    BAB IV Tangpeng
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Dokumen18 halaman
    Bab 1-3
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Translate Perengkahan 4
    Translate Perengkahan 4
    Dokumen15 halaman
    Translate Perengkahan 4
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • 009 Susana
    009 Susana
    Dokumen8 halaman
    009 Susana
    Awal JaNuary Saragi
    Belum ada peringkat
  • Perengkahan Katalitik
    Perengkahan Katalitik
    Dokumen6 halaman
    Perengkahan Katalitik
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Plate Type HE
    Plate Type HE
    Dokumen12 halaman
    Plate Type HE
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Boiler pertama-WPS Office
    Boiler pertama-WPS Office
    Dokumen14 halaman
    Boiler pertama-WPS Office
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Oleo
    BAB IV Oleo
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Oleo
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen8 halaman
    Document
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab I, K
    Bab I, K
    Dokumen2 halaman
    Bab I, K
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Makalah Papk
    Makalah Papk
    Dokumen20 halaman
    Makalah Papk
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Combustion
    Ringkasan Combustion
    Dokumen17 halaman
    Ringkasan Combustion
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Acc
    BAB IV Acc
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Acc
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat
  • Si O2
    Si O2
    Dokumen5 halaman
    Si O2
    Retno dwi Astutik
    Belum ada peringkat