Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah

dimulai sejak tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau

kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan

kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah

tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya, penduduk

mengembangkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dan

melaksanakan survailans berbasis masyarakat (Kemenkes RI, 2010).

Pengembangan desa siaga merupakan salah satu strategi dalam

mewujudkan Indonesia sehat. Desa siaga merupakan gambaran masyarakat

yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai

ancaman terhadap kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan potensi

setempat secara gotong royong menuju desa sehat (Misnaniarti, 2011)

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki kriteria dan tingkatan yang perlu

dicapai, pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya,

Purnama dan Mandiri. Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu

desa maka semakin tinggi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut yang

ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan


masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan

(Ismawati, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan desa siaga ?

2. Bagaimana pendekatan pengembangan desa siaga ?

3. Bagaimana pembinaan dan peningkatan desa siaga ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pelaksanaan desa siaga.

2. Untuk mengetahui pendekatan pengembangan desa siaga.

3. Untuk mengetahui pembinaan dan peningkatan desa siaga.


BAB II

PEMBAHASAN

A. KEMITRAAN DESA SIAGA

Hubungungan Antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan,

keterbukaan dan saling menguntungkan untuk tujuan bersama berdasarkan

prinsip & peran masing-masing.

Filosofi Kemitraan dalam DESA SIAGA: membangun kerjasama yg

kuat diantara mitra tuk mencapai tujuan bersama yaitu mengembangkan desa

siaga aktif di lingkungan masyarakat

Penting kemitraan dalam Desa Siaga Suatu model yang Efektif untuk

kerjasama terpadu Menggalakkan dan memperluas kapabilitas, Membantu

kesinambungan perhatian terhadap isu, kesehatan pada tingkat masyarakat

dan nasional, Mengaktifkan partisipasi pihak swasta Menggabungkan

keahlian dan sumber daya dari berbagai sektor/mitra

B. DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

1. definisi desa dan siaga aftif

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi

masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan,

secara mandiri.

Desa siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduk nya memiliki

kesiap sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan

kesehatan, secara mandir

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari

Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006.

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut

dengan nama lain atau kelurahan, yang Penduduknya dapat mengakses

dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan

setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana

kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan

Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan UKBM

dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi

pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan

perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta

penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau

Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen :

a. Pelayanan kesehatan dasar

b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan

mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan

kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan

lingkungan
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Tujuan Desa dan keluarahan Siaga aktif

a. Tujuan Umum

Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang

peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi

permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga

derajat kesehatannya meningkat.

b. Tujuan Khusus

1) Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif di setiap tingkat pemerintah

2) Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku

kepentingan pusat, provinsi kabupaten, kota, kecamatan, desa,

dan kelurahan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif

3) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

dasar di desa dan kelurahan.

4) Mengembangkan UKBM yang dapat melaksanakan surveilans

berbasi masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu,

pertumbuhan anak, lingkungan dan perilaku).

5) Meningaktkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun

sumber daya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan


swasta/dunia usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif.

6) Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah

Tangga di desa atau kelurahan.

3. Landasan Hukum Pelaksanaan Desa Siaga dan kelurahan siaga aktif yaitu

sebagai berikut :

a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/

Menkes/SK/VII/2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan

Desa Siaga.

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan.

f. Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader

Pemberdayaan Masyarakat.

4. Sasaran Desa dan kelurahan Siaga aktif

a. Sasaran Desa Siaga

1) Sasaran LangsungWanita usia Subur, Ibu pra hamil, Ibu Hamil,

Ibu Bersalin, Ibu Nipas, Bayi dan seluruh anggota masyarakat

lainnya dan keluarganya.


b. Sasaran Tidak Langsung

1) Pemerintah daerah dan semua Dinas, Badan dan Lembaga terkait

di Kabupaten/Kota

2) Tokoh Masyarakat Informasi dan ulama, pembuka masyarakat di

tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa

3) Institusi Masyarakat disemua tingkat seperti organisasi profesi

(IBI, POGI, IDAI dll), LSM, PKK, dll. Dan diharapkan dapat

berpungsi :

a) Sebagai pembuat kebijakan dan strategi serta Melaksanakan

pembinaan,Koordinasi dan pembiayaan

b) Untuk membantu menciptakan mekanisme/Sistem

kewaspadaan Masyarakat dan mencegah 3 terlambaat

c) Untuk membantu mencegah mekanisme/sisitem kewaspadaan

masyarakat dan mencegah 3 terlambat dan memberikan

informasi tentang Kabupaten/Desa Siaga.

5. Kriteria Desa Siaga

a. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat

terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari

keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan

b. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif


c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar

yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari

d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan :

1) Surveilans berbasis masyarakat

2) Penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan

3) Penyehatan lingkungan

e. Tercapainya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa

atau Kelurahan serta dari masyarakat dan dunia usaha

f. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam

kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

g. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga

di desa atau kelurahan.

6. Tahapan Desa dan kelurahan siaga aktif

a. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama :

1) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan , tetapi belum

berjalan

2) Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/ kader kesehatan

Desa/kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang

3) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari

4) Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif


5) Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/KelurahanSiaga aktif

dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum

ada sumber dana lainnya

6) Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif

organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/kelurahan Siaga

Aktif

7) Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau keurahan yang

melandasi dan mengatur pengembangan Desa / Kelurahan Siaga

Aktif

8) Kurang dari 20 persen rumah tangga di desa/kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

b. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya :

1) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang

berjalan, tetapi belum secara rutin setiap triwulan.

2) Sudah memiliki Kader pemberdayaan Masyarakat / kader

kesehatan Desa dan kelurahan Siaga Aktif antara 3-5 orang.

3) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan setiap

hari.

4) Sudah memiliki posyandu dan 2 UKBM lainnya yang aktif.

5) Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa dan

kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau


kelurahan serta satu sumber dana lainnya baik dari masyarakat

ataupun dunia usaha.

6) Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas

dalam kegiatan Desa atau Kelurahan Siaga aktif.

7) Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang

melandasi dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif , tetapi belum direalisasikan.

8) Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

c. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama :

1) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang

berjalan secara rutin, setiap triwulan.

2) Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat / kader

kesehatan desa dan kelurahan siaga aktif antara 6-8 orang.

3) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

4) Sudah memiliki posyandu dan 3 UKBM lainnya yang aktif.

5) Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan desa dan

kelurahan siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau

kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan

dunia usaha.

6) Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas

dalam kegiatan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.


7) Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau

kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan desa

/kelurahan siaga aktif.

8) Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

d. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri :

1) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa / Kelurahan yang berjalan

secara rutin setiap bulan.

2) Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/ kader kesehatan

Desa/Kelurahan Siaga Aktif lebih dari Sembilan orang.

3) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

4) Sudah memiki posyandu dan lebih dari 4 (UKBM) lainnya yang

aktif dan berjejaring.

5) Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau

kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan

dunia usaha.

6) Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua

ormas dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif .

7) Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau

kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan

desa/kelurahan siaga aktif.


8) Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA / KELURAHAN SIAGA

AKTIF

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1. Forum Ada, tetapi Berjalan, tapi Berjalan Berjalan

Desa/ belum belum rutin setiap setiap bualan

Kelurahan berjalan setiap triwulan

triwulan

2. KPM/Kader Sudah ada Sudah ada 3- Sudah ada 6- Sudah ada 9

Kesehatan minimal 2 5 orang 8 orang orang atau

orang lebih

3. Kemudahan Ya Ya Ya Ya

akses

pelayanan

kesehatan

dasar

4. Posyandu Posyandu Posyandu & Posyandu & Posyandu &

& UKBM ya, UKBM 2 UKBM 3 UKBM 4 UKBM


lainnya aktif lainnya lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif

tidak aktif

5. Dukungan Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada

dana untuk dana dari dana dari dana dari dana dari

kegiatan pemerintah pemerintah pemerintah pemerintah

kesehatan di Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan

Desa dan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan

Kesehatan : serta satu serta dua serta dua serta dua

- Pemerintah sumber sumber dana sumber dana sumber dana

Desa dan dana lainnya lainnya lainnya

Kelurahan lainnya

Masyara

kat

- Dunia

Usaha

6. Peran serta Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran

masyarakat aktif aktif aktif aktif

dan masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat

Organisasi dan tidak dan peran dan peran dan peran

kemasyarakat ada peran aktif satu aktif dua aktif lebih

an aktif ormas ormas ormas dari dua

ormas
7. Peraturan Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah

Kepala Desa direalisasikan direalisasikan direalisasikan

atau

Peraturan

Bupati/Walik

ota

8. Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan

PHBS di PHBS PHBS PHBS PHBS

Rumah kurang dari minimal 20% minimal dari minimal dari

Tangga 20% rumah rumah tangga 40% rumah 70% rumah

tangga yang yang ada tangga yang tangga yang

ada ada ada

Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut diatas,

maka Desa Siaga dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan

harus dievaluasi untuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan

Kelurahan Siaga atau sudah dapat dimasukan ke dalam salah satu dari

tingkatan/kategori Desa atau Kelurahan Siaga Aktif. Evaluasi ini

dilakukan dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang disusun bersama

oleh Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Kesehatan.

7. Kegiatan dalam Desa dan kelurahan Siaga aktif

a. Persiapan
1) Persiapan Petugas Pelaksana :

a) Pelatihan bidan

b) Pelatihan tokoh masyarakat ( toma) dan kader

2) Persiapan Masyarakat :

a) Pembentukan Forum Masyarakat Desa (FMD)

b) Survey Mawas Diri (pendataan keluarga/lapangan– rembuk

desa)

c) Musyawarah Masyarakat Desa (di awal pembentukan).

b. Pelaksanaan

1) Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kewenangan bidan, bila

tidak dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas Pembantu atau

Puskesmas.

2) Kader dan toma melakukan surveilance (pengamatan sederhana)

berbasis masyarakat tentang kesehatan ibu anak, gizi, penyakit,

lingkungan dan perilaku.

3) Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah

kesehatan desa termasuk tindak lanjut penemuan pengamatan

sederhana untuk meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat dan

menyepakati upaya pencegahan dan peningkatan.

4) Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pertemuan dan

kegiatan yang dilakukan oleh jejaring penyebaran informasi

kesehatan di desa (Jejaring Promosi Kesehatan), pelaksanaan kelas

ibu, kelas remaja, pertemuan dalam rangka swa-medikasi, dsb.


5) UKBM misalnya pelaksanaan Posyandu, Posbindu, Warung Obat,

Upaya Kesehatan Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor

darah, dsb.), dana sehat serta UKBM lain sesuai kebutuhan dan

kesepakatan.

6) Gerakan masyarakat dalam kesiagaan bencana dan

kegawatdaruratan, Kesehatan Lingkungan, PHBS dan Keluarga

Sadar Gizi. (5)

c. Pemantauan dan Evaluasi

Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat

(4) indikatornya yaitu masukan, proses, keluaran dan dampak. Uraian

dan format yang dapat dipakai untuk memantau dan menilai

keberhasilan Desa Siaga tercantum dalam lampiran.

8. Langkah-langkah dalam Pendekatan Pengembangan Desa Siaga

a. Pengembangan Tim Petugas

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan

lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para

petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas

teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa

berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat

konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau

output dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan
fungsinya, serta siap kerjasama dalam satu tim untuk melakukan

pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.

b. Pengembangan Tim di Masyarakat

Tujuan langkash ini adalah untuk mepersiapkan para petugas,

tokoh masyarakat, serta masyarakat (Forum Kesehatan Desa), agar

mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk

mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan

advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau

memberikan dukungan, baik berupa kebijakan, agar mereka mau

memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu

maupun dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa

Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada

tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar meraka memahami dan

mebdukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna

menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.

Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,

dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan

persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan

masyarakat di bidang kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil

Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga

Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya,


hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap

pertemuan dan kesepakatan. (5)

c. Survei Mawas Diri

Survei Mawas Diri (SMD) atau Tela’ah Mawas Diri (TMD) atau

Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka

masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya.

Survei harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat

dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan

mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya,

serta bangkit niat atau tekat untuk mencari solusinya, termasuk

membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan

kesehatan dasar kepada masyarakat Desa. Untuk itu, sebelumnya perlu

dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.

Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah-

masalah kesehatan serta daftar potensi di Desa yang dapat

didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,

termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.

d. Musyawarah Masyarakat Desa

Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan

upaya membangun Poskesdes dikaitkan dengan potensi yang dimiliki

Desa. Disamping itu juga perlu untuk menyusun rencana jangka

panjang pengembangan Desa Siaga.


Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari

tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa

Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-

tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat

mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung

pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan

advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD

disampaikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi,

serta harapan masyarakat.

Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan

prioritas, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes

dan pengembangan Desa Siaga.

e. Pelaksanaan Kegiatan

Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan

kegiatan sebagai berikut :

1) Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga

Pemilihan pengurus dam kader Desa Siaga dilakukan melalui

pertemuan khusus para pimpinan formal Desa dan tokoh

masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan

secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan

kriteria yang berlaku, dan difasilitasi oleh Puskesmas.(5)

2) Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga


Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan

kader Desa yang telah ditetapkan perlu diberika orientasi atau

pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman orientasi/ pelatihan yang

berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan

dilaksanakan di desa dalam rangka. Pengembangan Desa Siaga

(sebagaimana telah dirumuskan dalam rencana operasional), yaitu

meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan

pengelolaan Poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM lain

serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat,

Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan

lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih

dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawat-

daruratan sehari-hari, kesiap siagaan bencana, kejadian luar biasa

(KLB), warung obat Desa (WOD), diversifikasi pertanian tanaman

pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat

Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS), dan lain-lain. (5)

3) Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain.

Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan

dari polindes yang sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka

perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja alternatif lain

pembangunan Poskesdes.Dengan demikian diketahui bagaimana


Poskesdes tersebut akan diadakan membangun baru dengan

fasilitas dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari

donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat atau

memodifikasi bangunan lain yang ada. Bila mana Poskesdes sudah

berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk

UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman

kepada panduan yang berlaku.

4) Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga

Dengan telah adanya Poskesdes, maka Desa yang

bersangkutan telah ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa

Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan

Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans

berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan

penanggulangan kegawat daruratan dan bencana, pemberantasan

penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan

KLB, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju

kadarzi dan PHBS, penyehatan lingkungan serta pelayanan

kesehatan dasar (bila diperlukan).

Selain itu diselenggarakan pula pelayanan UKBM lain seperti

Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang

berlaku.

Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh

Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk


perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara

lintas sektoral. (5)

5) Pembinaan Dan Peningkatan

Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka

untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring

kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan

jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM

secara Internal di dalam Desa sendiri dan atau Temu jejaring antar

Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain

memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan

wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya

adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan

program-program pembangunan yang bersasaran Desa.

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga

adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka

pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi

kebutuhan pada kader agar tidak drop out, kader-kader yang

memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologisnya

harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan

kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani

dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk


memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian

gaji/intensif atau fasilitas agar dapat berwirausaha.

Untuk dapat dilihat perkembangan Desa Siaga, perlu

dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu,

kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya

dalam buku register UKBM (contohnya: atau RIAD dalam Sistem

Informasi Posyandu).

9. Indikator keberhasilan Desa dan kelurahan Siaga aktif Keberhasilan

pelaksanaan Desa Siaga dapat diukur berdasarkan 3 indikator di bawah ini,

antara lain :

a. Indikator masukan (input)

Meliputi :

1) Ada atau tidaknya forum masyarakat desa

2) Ada atau tidaknya sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi desa

yang tidak punya akses Puskesmas/pustu : ada atau tidaknya

poskesdes dan bangunannya)

3) Ada atau tidaknya UKBM lain

4) Ada atau tidaknya tenaga kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat)

5) Adanya kader minimal 2 orang

6) Ada atau tidaknya dana untuk kesehatan masyarakat desa.

b. Indikator Proses (Process)

Meliputi :
1) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.

2) Berfungsi atau tidaknya pelayanan kesehatan dasar atau poskesdes

a) Adanya kelompok Tabulin/Dasolin

b) Adanya sistem transportasi rujukan di desa, ambulan desa

c) Adanya kelompok donor darah desa/calon donor darah

d) Adanya Posyandu Siaga : buka setiap bulan

3) Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada

4) Berfungsi atau tidaknya sistem kesiap siagaan dan penanggulangan

kegawat daruratan dan bencana. Adanya sistem rujukan berbasis

masyarakat/sistem tanggap bencana

5) Berfungsi atau tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat :

a) Adanya notifikasi & pemetaan ibu hamil dan sistem waspada

(oleh Desa Wisma)

b) Surveilance penyakit

6) Ada atau tidaknya kegiatan promosi kesehatan untuk KADARZI

dan PHBS.

c. Indikator Keluaran (out put)

Meliputi :

1) Cakupan Persalinan oleh Nakes

2) Cakupan Rujukan Bumil, Bulin, Bufas dan BBL

3) Cakupan Bumil, Bulin, Bufas dan BBL Risiko yang di tangani

4) Cakupan Komplikasi Kebidanan dan BBL yang ditangani


5) Cakupan pelayanan kesehatan dasar atau poskesdes.

d. Cakupan pelayanan UKBM lain

1) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa (KLB)

yang dilaporkan.

2) Cakupan rumah tangga yang mendapat promosi kesehatan untuk

KADARZI dan PHBS.

Anda mungkin juga menyukai