Anda di halaman 1dari 57

INFEKSI RESPIRATORIK

Dr. Elsye Souvriyanti, dr, M.Kes, SpA


SISTEM RESPIRASI

 Influenza 4A  ARDS 3B
 Pertusis  SARS
 Faringitis  Flu burung
 Tonsilitis  Difteri
 Aspirasi
 Laringitis
 Status asmatikus
 Asma bronkial
 Bronkhiolitis akut
 Bronkhitis akut
 Pneumoni aspirasi
 Pneumonia,
Bronkhopneumonia
 TB paru tanpa komplikasi
SISTEM RESPIRASI

 Abses peritonsilar 3A
 Pseudo-croup acute epiglotitis
 TB paru dengan HIV
INFEKSI RESPIRATORI AKUT
 Mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga
parenkim paru
 Akut : sampai 14 hari

 INFEKSI RESPIRATORI ATAS :


rinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, otitis media

 INFEKSI RESPIRATORI BAWAH :


epiglotitis, croup, bronkitis, bronkiolitis, pneumoni
INFEKSI RESPIRATORIK

EPIGLOTITIS
EPIGLOTITIS
 Infeksi sangat serius epiglotis & struktur supraglotis
menyebabkan obstruksi napas akut  kematian
 Jarang, perlu dipikirkan pada anak yg sesak hebat
disertai stridor dan penampilan yg toksik
 Insidens : usia 2-7 tahun
puncak usia 3,5 tahun
ETIOLOGI
 Haemophilus influenzae tipe B (terbanyak)
 S.aureus
 S.pneumonia
 C.albicans
 Virus
 Trauma (thermal injury)
GEJALA KLINIS

 Demam tinggi mendadak & berat


 Nyeri tenggorok
 Sesak napas
 Gejala obstruksi sal.respiratori progresif (dalam
bbrp jam dapat menjadi obstruksi total dan
menyebabkan kematian)
 Pada anak besar : didahului nyeri tenggorok dan
disfagia, sniffing position
(badan bungkuk ke depan, mulut terbuka & leher ekstensi)
DIAGNOSIS

 Epiglotis besar, bengkak, warna merah ceri terlihat


dengan pemeriksaan langsung atau dg laringoskop
 Radiologis : gambaran thumb sign
 Jangan periksa dengan spatula karena
menyebabkan laringospasme & obstruksi total
akut, aspirasi sekret, henti kardiorespirasi
 Tidak boleh dalam posisi telentang  perubahan
posisi epiglottis akibat gravitasi
THUMB SIGN
DIAGNOSIS BANDING

KARAKTERISTIK EPIGLOTITIS CROUP


USIA Semua usia 6 bln-6 thn
AWITAN Mendadak Perlahan
LOKASI Supraglotis Subglotis
SUHU TUBUH Demam tinggi Demam tidak tinggi
DISFAGIA Berat Ringan / (-)
DISPNEA Ada Ada
DROOLING Ada Ada
BATUK Jarang Khas
RONTGEN Thumb sign Steeple sign
TATALAKSANA
 Intubasi nasotrakeal / trakeostomi
 Antibiotika :
Sefalosporin generasi III
 Sefotaxim : 7-10 hari, bebas demam 2 hr
 Seftriakson : 5 hari dosis tunggal
INFEKSI RESPIRATORIK

CROUP
(LARINGOTRAKEOBRONKITIS AKUT)
CROUP
 Penyakit yang mengenai laring, infra/subglotis,
trakea, bronkhus
 Karakteristik : sindrom klinis yg ditandai dg
 suara serak

 batuk menggonggong

 stridor inspirasi

 dengan atau tanpa obstruksi jalan napas


PEMBAGIAN

 VIRAL CROUP
- gejala prodromal infeksi respiratori selama
3-5 hari

 SPASMODIC CROUP
- terdapat faktor atopi
- tanpa gejala prodromal
- tiba-tiba obstruksi, biasa menjelang malam
- serangan sebentar  normal kembali
BERDASARKAN DERAJAT KEGAWATAN

 RINGAN
- batuk keras menggonggong kadang- kadang
- stridor (-)
- retraksi ringan dinding dada

 SEDANG
- batuk menggonggong sering timbul
- stridor (+)
- retraksi dinding dada sedikit
- tidak ada gawat napas
 BERAT
- gejala ditambah dg stridor ekspirasi
- retraksi dinding dada
- tidak ada gawat napas

 GAGAL NAPAS MENGANCAM


- batuk tidak jelas
- stridor (sangat jelas sewaktu istirahat)
- gangguan kesadaran, letargi
EPIDEMIOLOGI
 Usia 6 bulan – 6 tahun
 Puncak usia 1 – 2 tahun
 Laki-laki : perempuan = 3 : 2
ETIOLOGI

 Human parainfluenzae virus (HPIV) 1-4 (60%


kasus)
 Virus Influensa A & B
 Adenovirus
 RSV
 Virus campak
MANIFESTASI KLINIS

 Demam tidak tinggi 12 – 72 jam, hidung berair,


nyeri menelan, batuk ringan
 Batuk nyaring, suara parau dan kasar
 Sesak,stridor inspirasi, retraksi, gelisah, bertambah
berat pada malam hari
 Gejala puncak 24 – 48 jam pertama
 Perbaikan : 1 minggu
DIAGNOSIS

KARAKTERISTIK VIRAL CROUP SPASMODIC CROUP


USIA 6 bln – 6 thn 6 bln-6 thn
G. PRODROMAL Ada Tidak jelas
STRIDOR Ada Ada
BATUK Sepanjang waktu Terutama malam hari
DEMAM Ada (tinggi) Bisa ada, tidak tinggi
LAMA SAKIT 2-7 hari 2-4 jam
RW KELUARGA Tidak ada Ada
PREDISP. ASMA Tidak ada Ada
DIAGNOSIS BANDING
 Epiglotitis akut
 Laringitis difteri
 Laringitis
 Laringotrakheitis akut
 Benda asing
 Edema angioneurotik akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 LABORATORIUM :
Tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan dengan
gejala klinis

 RADIOLOGIS :
Gambaran steeple sign (seperti menara) 
penyempitan columna subglotis
STEEPLE SIGN
TATALAKSANA
 Indikasi rawat :
- usia < 6 bulan
- stridor progresif
- stridor pada saat istirahat
- gejala gawat napas
- hipoksemia
- gelisah, sianosis
- gangguan kesadaran
- demam tinggi, tampak toksik
- tidak respons terhadap terapi
TERAPI

 Inhalasi
- Racemic epineprin  nebulisasi 20 menit
- L-epineprin
 Kortikosteroid  mengurangi edema
 Intubasi endotrakeal
 Kombinasi oksigen-helium
 Antibiotika
- bila ada infeksi sekunder oleh bakteri
- Sefalosporin generasi II atau III
PROGNOSIS

 Self limiting disease terkadang cenderung menjadi


berat dan fatal
 Prognosis baik
INFEKSI RESPIRATORIK

BRONKITIS AKUT
BRONKITIS AKUT
 Infeksi mengenai trakea, bronkus utama &
menengah yang menimbulkan gejala batuk
 Dapat membaik tanpa terapi selama 2 minggu
ETIOLOGI
 Virus (terbanyak)
 M pneumoniae
 Bordetella pertusis
 C. diptheriae
BRONKITIS AKUT VIRUS
 Etiologi :
- Rhinovirus
- RSV
- Virus influenza
- Adenovirus
- Virus rubeola
- Paramyxovirus
- Zat iritan
- Polusi lingkungan
GEJALA KLINIS
 Disertai rinitis dan faringitis
 Batuk muncul 3-4 hari setelah rinitis
 Auskultasi dada tidak khas, bisa terdapat ronki dan
wheezing
 Gambaran radiologis normal atau corakan bronkial
meningkat
 Gejala hilang 10 – 14 hari
TATALAKSANA
 Terapi suportif
 Dapat sembuh tanpa terapi
 Antibiotika : bila ada infeksi sekunder oleh bakteri
 Obat penekan batuk tidak perlu
 Bila ada wheezing dapat diberikan bronkodilator
β2-agonis
BRONKITIS AKUT BAKTERI
 Lebih jarang
 Etiologi : S aureus, S pneumoniae, H influenzae, M
pneumoniae
 Gejala batuk
 Laboratorium terdapat infiltrasi limfosit dan leukosit
PMN
 Diagnosis pasti ; kultur sekresi mukus
INFEKSI RESPIRATORIK

BRONKIOLITIS
BRONKIOLITIS
 Penyakit IRA bawah yang ditandai dengan inflamasi
pada bronkiolus

 ETIOLOGI :
- RSV (95%)
- Adenovirus
- Virus influenza
- Virus Parainfluenza
- Rhinovirus
- Mikoplasma
EPIDEMIOLOGI
 Paling sering usia 2-24 bulan puncak usia 2-8 bulan
 Faktor predisposisi :
- strain virus
- tempat penitipan anak
PATOFISIOLOGI
 Infeksi virus pada epitel bersilia bronkhiolus 
respons inflamasi akut  terjadi obstruksi
bronkhiolus akibat edema, sekresi mukus, timbunan
debris  menyebabkan hambatan aliran udara 
air trapping, hiperinflasi, atelektasis
GEJALA KLINIS
 Gejala awal seperti IRA atas akibat virus seperti :
pilek ringan, batuk, demam
 1-2 hari kemudian batuk disertai sesak napas
 Dapat ditemukan :
 wheezing
 sianosis
 merintih (grunting)
 napas berbunyi
 muntah setelah batuk
 rewel
 penurunan napsu makan
PEMERIKSAAN FISIS
 Takipnea
 Takikardi
 Suhu > 38,50C
 Konjungtivitis ringan
 Faringitis
 Obstruksi sal.napas bawah akibat respons
inflamasi menyebabkan ekpirasi memanjang
hingga wheezing, napas cuping hidung, retraksi
intercostal
 Dapat ditemukan ronki, sianosis, apnea
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pem darah rutin kurang bermakna(hasil normal)
 Foto rontgen toraks : gambaran hiperinflasi dan
infiltrat, dapat ditemukan gambaran atelektasis
DIAGNOSIS BANDING
 Asma
 Bronkitis
 Gagal jantung kongestif
 Edema paru
 Pneumonia
TATALAKSANA
 Terapi suportif : pemberian oksigen, kecukupan
cairan, tunjangan respirasi bila perlu
 Bronkodilator : masih kontroversi, kombinasi α
adrenergik dan agonis β adrenergik
 Kortikosteroid
 Ribavirin
INFEKSI RESPIRATORIK

PNEUMONIA
PNEUMONIA
 Masalah utama kesehatan anak di negara
berkembang, penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak ˂ 5 tahun
 Merupakan inflamasi yang mengenai parenkim
paru
ETIOLOGI
 Neonatus & bayi kecil :
Strep grup B dan bakteri gram negatif seperti E
coli, Pseudomonas sp, Klebsiella sp
 Bayi besar dan balita :
S pneumoniae, H influenzae tipe B, S aureus
 Anak besar dan remaja :
bisa juga ditemukan M pneumoniae
 Negara maju : penyebab utama infeksi virus
 Negara berkembang : penyebab utama bakteri
 Secara klinis sulit dibedakan infeksi oleh virus atau
bakteri
PATOLOGI
 STADIUM HEPATISASI MERAH
konsolidasi jaringan paru  serbukan sel PMN,
fibrin, eritrosit, cairan edema, kuman di alveoli
 STADIUM HEPATISASI KELABU
terjadi fagositosis cepat oleh lekosit PMN
 STADIUM RESOLUSI
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang
GAMBARAN KLINIS
 Gejala infeksi umum :
demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, mual muntah, diare
 Gejala gangguan respiratori
batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah perifer lengkap : leukositosis predominan
PMN
 CRP (+)
 Uji serologis tidak rutin dilakukan
 Pemeriksaan mikrobiologis dilakukan pada
pneumonia berat
 Toraks foto : bercak infiltrat
PEDOMAN DIAGNOSIS WHO
BAYI < 2 BULAN

 PEUMONIA
- napas cepat >60x/menit atau sesak napas
- harus rawat dan diberikan antibiotik

 BUKAN PNEUMONIA
- tidak ada napas cepat atau sesak napas
- tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simtomatis
PEDOMAN DIAGNOSIS WHO
BAYI DAN ANAK 2 BULAN – 5 TAHUN
 PEUMONIA BERAT
- sesak napas
- harus rawat dan diberikan antibiotik

 PNEUMONIA
- bila tidak ada sesak napas
- ada napas cepat dengan laju napas :
- >50x/men untuk usia 2 bln – 1 tahun
- >40x/men untuk usia > 1-5 tahun

 BUKAN PNEUMONIA
- tidak ada napas cepat atau sesak napas
- tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, cukup
diberikan pengobatan simtomatis
TATALAKSANA
 Sebagian besar tidak perlu rawat inap
Antibiotika : amoksisilin, kotrimoksazol
 Bila dirawat :
 Terapi suportif : cairan intravena, terapi oksigen,
koreksi gangguan asam basa elektrolit dan gula
darah
 Antibiotika : golongan beta laktam atau
kloramfenikol
TATALAKSANA
 Kriteria rawat inap :
 Bayi:
 Saturasi oksigen <92%, sianosis
 Frekuensi napas >60 x/menit
 Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
 Tidak mau minum/menetek
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
TATALAKSANA
 Kriteria rawat inap :
 Anak:
 Saturasi oksigen <92%, sianosis
 Frekuensi napas >50 x/menit
 Distres pernapasan
 Grunting
 Terdapat tanda dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
 Neonatus & bayi kecil : antibiotika iv sesegera
mungkin  kombinasi beta-laktam/klavulanat dg
aminoglikosid atau sefalosporin generasi III
 Balita dan anak besar : beta-laktam dengan atau
tanpa klavulanat, pada kasus berat kombinasi
beta-laktam/klavulanat dg makrolid atau
sefalosporin generasi III

Anda mungkin juga menyukai