Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS 2

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI PERSALINAN:


KETUBAN PECAH DINI”

Dosen Pembimbing:
Ni Ketut Alit Armini, S. Kp., M. Kes

Disusun oleh:
Kelompok 4 (A3)
1. Nur Fadhilahturrokhmah (131711133020)
2. Santi Oktavia (131711133021)
3. Indah Noer Aini (131711133058)
4. Iga Rahma Azhari (131711133113)
5. Nurhikmah Inge Dwi Lestari (131711133117)
6. Nia Ramadhani (131711133154)
7. Salsabilla Raisya Nugrahanti (131711133155)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Komplikasi Persalinan:
Ketuban Pecah Dini”

Dalam penyusunan makalah ini penulis melibatkan bantuan dari berbagai


pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Tanpa bantuan semua pihak mungkin penulis akan sulit
dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis meminta maaf apabila dalam menyusun
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir perkataan, penulis berharap semoga makalah yang berjudul


“Asuhan Keperawatan Pada Komplikasi Persalinan: Ketuban Pecah Dini”
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca maupun penulis.

Surabaya, 2 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tentang Ketuban ...................................................................................... 4
2.2 Definisi Ketuban Pecah Dini .................................................................... 5
2.3 Etiologi Ketuban Pecah Dini .................................................................... 6
2.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini ............................................................ 7
2.5 Web og Caution KPD ............................................................................... 9
2.6 Manifestasi Klinis................................................................................... 11
2.7 Komplikasi ............................................................................................. 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 12
2.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................13

BAB 3. TINJAUAN KASUS


3.1 Kasus ...................................................................................................... 15
3.2 Asuhan Keperawatan .............................................................................. 15
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.
4.2 Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................... Error! Bookmark not defined.

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari suatu
keadaan normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi, karena gangguan langsung dari persalinan. Adapun
komplikasi persalinan yang signifikan yaitu Ketuban Pecah Dini (KPD),
Persalinan Preterm, Vasa Previa, Prolaps Tali Pusat, Kehamilan Postmatur,
Persalinan Disfungsional, Distoria Bahu, Ruptur Uterus, Plasenta Akreta,
Inversi Uterus, dan Perdarahan Pascapartum Dini.
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur yang
mengakibatkan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, sehingga
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
pada ibu. Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo,
2010).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan
80% kematian pada ibu. Pola penyebab langsung terjadinya kematian pada ibu
yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%)
hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus
tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak
35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD
berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

1
Ketuban pecah dini adalah kondisi di mana kantung ketuban pecah
sebelum waktu persalinan dimulai. Kondisi ini dapat terjadi baik sebelum
janin matang dalam kandungan (sebelum minggu ke-37 masa kehamilan),
maupun setelah janin matang. Dampak dari ketuban pecah dini sendiri adalah
keguguran, beresiko bayi lahir secara prematur, bayi terlilit tali pusar, dan bayi
mengalami infeksi.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan
multipel, trauma, hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada ketuban pecah dini sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusat, korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).
Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan
dan perawatan secara benar yang diharapkan kerjasama antara keluarga ibu
dan penolong persalinan. Dengan demikian akan menurunkan atau
memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di atas penulis
merasa tertarik untuk mendalami tentang Ketuban Pecah Dini serta asuhan
keperawatan yang tepat pada kasus tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang terbentuk adalah:
1. Apa pengertian dan fungsi dari ketuban?
2. Bagaimana pengertian dasar dari Ketuban Pecah Dini?
3. Apa saja penyebab dari Ketuban Pecah Dini?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari Ketuban Pecah Dini?
5. Bagaimana petofisiologi dari Ketuban Pecah Dini?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk Ketuban Pecah Dini?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ketuban Pecah Dini?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi dari ketuban.
2. Menjelaskan pengertian dasar dari Ketuban Pecah Dini.
3. Menyebutkan dan menjelaskan penyebab dari Ketuban Pecah Dini.

2
4. Menyebutkan dan menjelaskan tanda dan gejala dari Ketuban Pecah Dini.
5. Menjelaskan tentang patofisiologi dari Ketuban Pecah Dini.
6. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan untuk Ketuban Pecah
Dini.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada Ketuban Pecah Dini.

1.4 Manfaat
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan ada komplikasi persalinan:
ketuban pecah dini (KPD).

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tentang Ketuban

2.1.1 Pengertian Ketuban

Ketuban adalah suatu membrane yang membungkus fetus, termasuk


golongan membrane ekstra-embrional, strukturnya tipis, namun cukup kuat
untuk melapisi karion yang berisi embrio yang kelak akan tumbuh menjadi
fetus, dengan cairan amnion disekitarnya (Harjono, 1996).

2.1.2 Fisiologi Ketuban

Ketuban terdiri dari selaput ketuban dan cairan ketuban yang memiliki
fungsi sebagai berikut:

a. Selaput Ketuban atau Membrane Amnion


Selaput ketuban berupa kantong yang mempunyai tebal 0,02-0,5
mm. Menurut Cunningham (2006), terdapat lima lapisan yang terdiri dari
eptitelium, membrane basal, lapisan kompakta, lapisan fibroblastic, dan
lapisan spongiosum. Fungsi selaput ketuban adalah sebagai pembungkus
ketuban dan menutupi pembukaan dorsal janin.
Selaput ketuban mengelilingi ruang amnion dan tersusun dari dua
lapisan yaitu amnio dan karion. Selaput ini berfungsi menahan cairan
amnion, sekresi subsrat tertentu ke cairan dan uterus, dan mencegah
infeksi asenden dari traktus genitalis ke janin. Amnion dan karion mulai
berkembang dan tumbuh terus sampai kira-kira 28 minggu kehamilan.
b. Cairan Ketuban (Likuor Amnii)
Cairan ketuban merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga
amnion yang diliputi oleh selaput janin (Wiknjosastro, 2005). Rongga
amnion sendiri mulai terbentuk pada hari ke 10-20 setelah
pembuahan.cairan ini akan menumpuk di dalam rongga amnion yang
jumlahnya meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan sampai
menjelang aterm, dimana akan terjadi penurunan volume cairan amnion

4
pada banyak kehamilan normal. Volume air ketuban bertambah banyak
dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minggu,
volumenya mencapai ± 50 ml, pada usia 20 minggu antara 350-400 ml,
dan pada usia kehamilan mencapai 36-38 minggu volume air ketuban
menjapai kira-kira 1000 ml. Selanjutnya volumenya akan berkurang
mencapai 500 ml pada kehamilan posterm (Siswosudarmo, 2008).
Air ketuban sendiri berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai
bau yang khas, agak amis dan manis. Air ketuban terdiri atas 98% air,
sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti
benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi), sel-sel
epitel, dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi). Protein
ditemukan rata-rata 2,6% gram per liter, sebagian besar sebagai albumin.
Menurut Wiknjosastro (2005), fungsi dari cairan ketuban ini antara lain:

1) Melindungi janin terhadap trauma dari luar.


2) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas.
3) Melindungi suhu tubuh janin.
4) Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks
membuka.
5) Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan cairan yang
steril, dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi
kurang mengalami infeksi.

2.2 Definisi Ketuban Pecah Dini


Menurut WHO, Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu Rupture of the
membranes Before theon setoflabour. Ketuban Pecah Dini didefenisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah prematur (Prawirorahardjo, 2010). Ketuban yang
pecah spontan 1 jam sebelum dimulainya persalinan diartikan sebagai pecah
dini. Ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Penatalaksanaan pasien

5
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan
Respiration Dystress Syndrome (RDS).
Ketuban Pecah Dini (Premature Rupture of Membranes/
PROM) mengacu kepada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu
dan ditampilkan dengan adanya pecah ketuban sebelum awal persalinan.
Sedangkan ketuban pecah dini preterm (Preterm Premature Rupture of
Membranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban sebelum kehamilan 37
minggu dan sebelum onset persalinan. Serta ada juga pecah ketuban
berkepanjangan yang artinya setiap pecahnya ketuban yang berlangsung
selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada awal persalinan.
Pecahnya ketuban tersebut kemungkinan memiliki berbagai penyebab, namun
banyak yang percaya infeksi intrauterin menjadi salah satu faktor predisposisi
utama.

2.3 Etiologi Ketuban Pecah Dini


Sampai saat ini etiologi pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini
belum diketahui. Pada 20% kasus, pecahnya ketuban merupakan tanda
pertama akan dimulainya persalinan (Oxorn, 2010). Ada beberapa hal yang
menjadi penyebab pecahnya ketuban secara dini. Menurut Manuaba (2009),
penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten, yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis yang selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

6
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.

Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:

a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
b. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

2.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

Kekuatan selaput ketuban ditentukan oleh keseimbangan sintesa dan


degradasi matriks ekstraseluler. Bila terjadi perubahan di dalam selaput
ketuban, seperti penurunan kandungan kolagen, perubahan sruktur kolagen
dan peningkatan aktivitas kolagenolitik maka KPD dapat terjadi. Degradasi
kolagen yang terjadi diperantarai oleh Matriks Metalloproteinase (MMP) dan
dihambat oleh Penghambat Matriks Metalloproteinase (TIMP) serta
penghambat protease. Keutuhan selaput ketuban terjadi karena kombinasi dari
aktivitas MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi.
Mikroorganisme yang menginfeksi host dapat membentuk enzim protease
disertai respon imflamasi dari host sehingga mempengaruhi keseimbangan
MMP dan TIMP yang menyebabkan melemahnya ketegangan selaput ketuban
dan pecahnya selaput ketuban.

7
Infeksi bakteri dan respon inflamasi juga merangsang produksi
prostaglandin oleh selaput ketuban yang diduga berhubungan dengan ketuban
pecah dini preterm karena menyebabkan irritabilitas pada uterus dan terjadi
degradasi kolagen membran. Beberapa jenis bakteri tertentu dapat
menghasilkan fosfolipase A2 yang melepaskan prekursor prostaglandin dari
membran fosfolipid. Respon imunologis terhadap infeksi juga menyebabkan
produksi prostaglandin oleh sel korion akibat perangsangan sitokin yang
diproduksi oleh monosit. Sitokin juga terlibat dalam induksi enzim
Siklooksigenase II yang berfungsi mengubah asam arakhidonat menjadi
prostaglandin. Prostaglandin mengganggu sintesis kolagen pada selaput
ketuban dan meningkatkan aktivitas MMP-1 dan MMP-3.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan


terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami
devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya
kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga
ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan
adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu ensim proteolotik dan
kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.

Ketuban pecah secara dini biasanya terjadi karena berkurangnya


kekuatan membran dan peningkatan tekanan intra unterine ataupun karena
sebab keduanya. Kemungkinan tekanan intrauterine yang kuat adalah
penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban. Hubungan serviks inkompeten dengan kejadian
KPD adalah bahwa cervik yang inkompeten adalah leher rahim yang tidak
mempunyai kelenturan, sehingga tidak kuat menahan kehamilan.

8
2.6 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Manuaba (2009),


antara lain :

1. Terjadi pembukaan premature servik.


2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi.
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin
berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi
yang mengeluarkan enzim preteolitk dan kolagenase

Tanda-tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Nugraha (2010),


antara lain :

1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes


melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Biasanya agak keruh dan
bercampur dengan lanugo (rambut halus pada janin) serta
mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi).
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.
4. Bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

11
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini (KPD)
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
(Prawirohardjo, 2010)
a. Persalinan Premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang
dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah secara
dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis dan pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis.
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, maka akan terjadi oligohidramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Semakin
sedikit air ketuban, maka keadaan janin semakin gawat.
d. Sindrom Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin akan terhambat, kelainan disebabkan kompresi
muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi,
bau dan PHnya.

12
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah prematur terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009).

2.9 Penatalaksanaan Medis


Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas,
infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan
potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah prematur memerlukan
tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan
prematuritas dan infeksi dalam rahim. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat
memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1
kg.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-
tanda persalinan. Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut Manuaba
(2009) adalah :
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru
yang sehat.
2) Karena kejadian ketuban pecah dini akan menimbulkaninfeksi dalam
rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, maningitis
janin, dan persalinan prematuritas, maka diperlukan pemberian
profilaksis antibiotika.

13
3) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
4) Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu
berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
5) Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan penjelasan terhadap ibu
dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak
mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu
dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
6) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
7) Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu
6-24 jam bila tidak terjadi his spontan.

14
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Ny. T berusia 27 tahun datang ke IGD RS Bangkalan pada tanggal 15
Juni 2019 pukul 07.30 dengan keluhan vagina terasa nyeri dengan skala 5,
klien tampak meringis kesakitan, wajah pucat berkeringat dan klien
mengatakan vagina terasa kencang. Klien juga mengatakan terdapat cairan
bening yang merembes dari vagina sejak pukul 03.00 WIB. Klien merupakan
rujukan dari Puskesmas Bangkalan dengan diagnosa rujukan G1P0A0 37
minggu dan curiga KPD. Di RS Bangkalan dilakukan pemeriksaan VT dan
test lakmus, kemudian diperoleh haril perubahan warna lakmus dari merah
menjadi biru yang diindikasikan bahwa positif KPD, sehingga pasien harus
opname untuk dilakukan obesrvasi dan pemberian antibiotik profilaksis serta
kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Hasil dari inspeksi vagina
terlihat cairan ketuban yang masih merembes. Klien tampak gelisah terhadap
kondisi janin yang dikandungnya, dan kilen sering bertanya kepada petugas
kesehatan apakah kondisi janinnya baik-baik saja.

3.2 Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian

No. Register : 128.XXX


Tanggal MRS : 15 Juni 2019
Tgl & Jam Pengkajian : 15 Juni 2019 jam 08.00 WIB
Diagnosa Medis : G1P0A0 36 minggu dengan KPD
Sumber Pembiayaan : BPJS

IDENTITAS Biodata pasien


Nama : Ny. T
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

15
St. Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Alamat : Madura
Biodata Wali
Nama : Tn. X
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Sebagai suami
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Tani
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Alamat : Madura
RIWAYAT Keluhan Utama
KESEHATAN - Klien mengeluh nyeri di bagian vagina dengan
skala 5 dan keluar cairan bening dari vagina
(merembes).
Riwayat Kesehatan Sekarang
- Ibu G1P0A0 37 minggu datang ke IGD RS
Bangkalan rujukan dari Puskesmas Bangkalan
pada tanggal 15 Juni 2019 pukul 07.30 dengan
keluhan vagina terasa nyeri dengan skala 5, klien
mengatakan vagina terasa kencang, klien juga
mengatakan terdapat cairan bening yang
merembes dari vagina sejak pukul 03.00
Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak ada riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat Kehamilan
- Kehamilan ini merupakan hasil perkawinan yang
ke-1 dengan status perkawinan yang sah.

16
Riwayat Obsentri : G1P00
- Usia Menarche : 14 tahun
- Siklus : 28 hari (teratur)
- Lamanya : 7 hari
- Keluhan haid : Dismenorhea
- HPHT : 01 – 10 – 2018
- Usia kehamilan : 37 minggu
- Taksiran partus : 08 – 07 – 2019
- ANC : 7 kali
- Riwayat pemakaian kontrasepsi: klien belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi.

Riwayat Ginekologi
- Klien tidak pernah mengalami penyakit kelamin
atau penyakit menular seksual.
POLA Pola Pemenuhan Nutrisi
AKTIVITAS - Klien mengatakan makan 3x/sehari dengan porsi
SEHARI-HARI tidak habis.
- Klien mengatakan mengalami penurunan napsu
makan.
- Makanan yang dikonsumsi nasi, sayur, lauk dan
buah-buahan.
- Klien hanya minum air putih sebanyak 3
gelas/hari
- Klien tidak mengonsumsi susu ibu hamil

Pola Istirahat dan Tidur


- Sebelum masuk ke RS klien mengatakan bisa
tidur nyenyak di malam hari (8 jam) dan tidur
siang (1 jam) tetapi satu hari sebelum masuk RS
klien klien mengalami gangguan tidur, klien
mengatakan nyeri di bagian kemaluannya.

17
Pola Eliminasi
- Sebelum masuk RS: BAB 1x/hari, konsitensi
lunak, warna kuning kecoklatan dan tidak ada
keluhan, BAK 7-8x / hari, warna kuning jernih
dan tidak ada keluhan.
- Setelah masuk RS: Klien mengatakan belum bisa
BAB dan BAK sebanyak 3x dengan warna
kuning jernih dan jumlah yang sedikit.
Personal Hygiene
- Klien mandi 2x/hari secara mandiri.
- Keadaan mulut dan gigi bersih dan tidak ada
karies gigi.
- Klien mampu menggunakan baju dan berdandan
sendiri.
- Selama haid, klien menggunakan pembalut merk
softex dan mengganti pembalut 2x/hari.
Pola Presepsi dan Manajemen Kesehatan
- Klien mengatakan selama ini ia memeriksakan
kandungannya di puskesmas Bangkalan. Klien
pernah sekali dating ke RS Bangkalan untuk
melakukan tes USG pada bulan April.
PEMERIKSAA Pemeriksaan Fisik : 15 Juni 2019 pukul 08.30 WIB
N FISIK Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran pasien : Composmentis
GCS : 15 ( E 4, V5, M6)
BB : 67 kg
TB : 151 cm
Tanda-Tanda Vital
- TD : 100/60 mmHg
- RR : 18x/menit
- N : 86x/menit
- T : 36,5˚C

18
- Akral : Hangat
- CRT : < 2 detik
Heat to Toe
1. Kepala
- Rambut: Keadaan rambut bersih, kulit
rambut bersih, rambut rontok, dan tidak ada
kutu rambut.
- Mata: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis
(-), pupil isokor (+).
- Hidung: Keadaan hidung bersih tidak ada
secret.
- Telinga: Simetris kanan dan kiri, tidak ada
serumen dan masih berfungsi dengan baik.
- Mulut: Mukosa bibir lembab, mulut bersih
dan tidak ada karies gigi.
- Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
2. Trorax
Paru-Paru
I : Bentuk dada simetris, tidak ada gerak
yang tertinggal, tidak ada retraksi, dan
iktus kardis tidak terlihat. Frekuensi
pernapasan 22x/menit.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan.
P : Bunyi sonor
A : Bunyi napas vesikuler
Payudara
- Putting susu menonjol, teraba kencang,
keadaan payudara bersih, areola berwarna
hitam gelap, produksi asi tidak ada.
3. Abdomen
Ginekologi : pembesaran tidak ada, benjolan

19
tidak ada, asites tidak ada, nyeri tekan tidak ada,
luka tidak ada, peristatik normal 10x/menit
prenatal.
- Inspeksi : terdapat striae gravidarum dan
linea nigra
- Palpas :
1. Leopod I : Fundus uteri teraba di
pertengahan proxesus xipoideus dan
pusat dan TFU 28 cm.
2. Leopod II : Bagian kanan terapa
punggung, dan bagian kiri teraba bagian-
bagian kecil seperi tangan dan kaki.
3. Leopod III : Teraba kepala di bagian
bawah dan kepala belum memasuki PAP
4. Leopod IV : Penurunan kepala pada
bagian PAP 5/5
5. DJJ janin : 12-12-13
6. Lain-lain : Nyeri (skala 5) dan
kencang masih dirasakan, His 2x/10
menit.
4. Genitalia
Ginekologi :
- Tidak ada keputihan, perdarahan, laserasi
maupun luka prenatal.
- Pembukaan : belum ada pembukaan
- Penipisan : < 25 %
- Presentasi : Kepala
- Idang hodge : hodge 1
- Ketuban : + merembes pervaginam
- Perdarahan : -
- Miksi : 3x/hari, warna kuning jernih
- Defekasi : 1x/hari, konsistensi lembek

20
5. Ekstremitas
- Atas : Tidak ada memar dan lesi, tidak ada
pembengkakan, warna kulit coklat
kekuningan.
- Bawah : Tidak ada memar dan lesi, tidak
ada varises, tidak ada pembengkakan dan
warna coklat kekuningan.
PEMERIKSAA Pemeriksaan pH Cairan Ketuban (15 Juni 2019)
N - Warna lakmus berubah menjadi biru (positif
PENUNJANG cairan ketuban)
Pemeriksaan USG ( 20 April 2019 – Data Pasien)
- Indeks Cairan Amnion (ICA) 13 cm
- Aktivitas janin normal, letak plasenta normal
Pemeriksaan Lab (16 Juni 2019)
- Hb : 11,2 g/dl
- Ht : 33,5 g/dl
- Leukosit :12,3 1000/ul
- Trombosit : 360 1000/ul
- MCV/VER : 80,1 fL
- MCH/HER : 26,8 pg
- MCHC/KHER: 33,2 g/dl
TERAPI Tanggal : 16 Juni 2019
- Injeksi dexametason 2x6 mg IM selama 2x24
jam
- Injeksi cefotaxim 1 gram IV
- Bila 2x24 jam suhu < 37,6 , His -, DJJ + , Pro
USG evaluasi cairan ketuban.

21
2) Analisis Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

Data Subjektif: KPD Nyeri Akut


- Klien mengeluh nyeri ↓ (D. 0077)
(skala 5) pada vagina His yang berulang
dan terasa kencang ↓
Data Objektif: Peningkatan kontraksi dan
- Klien tampak meringis pembukaan serviks uteri
kesakitan, wajah pucat ↓
dan berkeringat Mengiritasi Uterus

Stimulasi nyeri

Nyeri akut

Data Subjektif: KPD Risiko infeksi


- Klien mengatakan ↓ (D. 0142)
keluar cairan merembes Tidak adanya pelindung
melalui vagina dunia luar dengan daerah
Data Objektif: Rahim
- Cairan jernih keluar ↓
pervaginam (+) Mudahnya organisme masuk
- Uji tes lakmus (+) secara asenden
cairan ketuban merah ↓
menjadi biru Risiko infeksi
- His (+) 2x/10 menit
- Penipisan < 25
- Presentase = kepala,
sutura sagitalis
melintang, hodge 1.

22
Data Subjektif: KPD Ansietas
- Klien mengatakan ↓ (D.0080)
cemas dengan kondisi Pasien tidak mengetahui
janinnya penyebab dan akibat KPD
Data Objektif: ↓
- Ansietas (+) Kecemasan terhadap
- Sering bertanya pada kesehatan janin dan ibu
petugas kesehatan ↓
apakah kondisi Ansietas
janinnya apakah baik-
baik saja.

3) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai
dengan skala nyeri 5 dan klien tampak meringis.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pecah ketuban dini (sebelum
waktunya).
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
kehamilannya ditandai dengan wajah yang terlihat cemas.

4) Intervensi Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (L. 08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
agen Setelah dilakukan tindakan Observasi:
pencedera keperawatan selama 1x24
- Identifikasi lokasi,
biologis jam, diharapkan tingkat
karakteristik, durasi,
nyeri dapat menurun,
frekuensi, kualitas dan
dengan kriteria hasil:
intensitas nyeri.
- Keluhan nyeri (5)
- Identifikasi factor yang
- Meringis (5)
dapat meringankan rasa
- Gelisah (5)

23
nyeri.

Terapeutik:

- Berikan teknis non


farmakologis untuk
mengurasi rasa nyeri
(terapi musik).
- Kuntrol suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan di lingkungan
klien.
- Fasilitasi istirahat dan
tidur.

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode


dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi
mengurangi nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.

Kolaborasi:

- Kolaborasi dengan dokter


untuk pemberian analgesic.

Risiko infeksi Tingkat Infeksi (L. 14137) Pencegahan Infeksi (I. 14539)
b.d pecah Setelah dilakukan tindakan Observasi:
ketuban keperawatan selama 1x24 - Monitor tanda dan gejala
prematur jam, diharapkan tingkat infeksi lokal maupun
infeksi dapat menurun, sistemik
dengan kriteria hasil: Terapeutik:
1. Nyeri (5) - Cuci tangan sebelum dan

24
2. Napsu makan (1) sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
- Batasi jumlah pengunjung.
- Pertahankan teknik aseptic.
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient.
- Monitor asupan makanan.
- Monitor hasil pemeriksaan
lab.
Terapeutik:
- Fasilitasi dalam
menentukan pedoman diet.

Edukasi:
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Ansietas b.d Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I. 09314)
kurangnya (L.09093) Observasi:
informasi Selama dilakukan tindakan - Identifikasi kemampuan
tentang keperawatan 1x12 jam, mengambil keputusan.
kehamilan ansietas dapat menurun - Monitor tanda-tanda

25
dengan kriteria hasil : ansietas (verbal maupun
1. Perilaku gelisah (5) nonverbal).
2. Pola tidur (5) Terapeutik:
- Pahami situasi yang
membuat ansietas.
- Dengarkan dengan penuh
perhatian.
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan.
Edukasi:
- Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
- Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien.
- Latih kegiatan pengalihan
utuk mengurangi
ketegangan.
Terapi Relaksasi (I. 09326)
Observasi:
- Identifikasi teknik
relaksasi yang efektif.
- Monitor respon terhadap
teknik relaksasi yang
diberikan.
Terapeutik:
- Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan

26
prosedur yang akan
dilakukan.
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat
dan jenis-jenis teknik
relaksasi.
- Jelaskan mengenai
keadaan pasien dan
keadaan janinnya.
- Anjurkan untuk
mengambil posisi yang
nyaman.
- Demonstrasikan teknik
ralaksasi (napas dalam)

5) Evaluasi
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
nyeri akut berkurang.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
resiko infeksi berkurang.
c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x12 jam,
klien tidak mengalami ansietas.

27
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut WHO, Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu Rupture of the
membranes Before theon setoflabour. Ketuban Pecah Dini didefenisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan.
Sampai saat ini etiologi pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini
belum diketahui. Pada 20% kasus, pecahnya ketuban merupakan tanda
pertama akan dimulainya persalinan (Oxorn, 2010). Ada beberapa hal yang
menjadi penyebab pecahnya ketuban secara dini. Menurut Manuaba (2009),
penyebab ketuban pecah dini adalah servik yang inkompeten, ketegangan
uterus, faktor keturunan dan infeksi.
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas,
infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan
potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan
tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan
prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda
dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,
diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi
dan berat korioamnionitis.

4.2 Saran
Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat menimbulkan kecemasan pada
seorang ibu dan keluarganya. Perawat harus membantu ibu hamil untuk
mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin

28
premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan
yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang
memanjang harus didiskusikan dengan ibu dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk keselamatan bayi dan
kesehatan ibunya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F., G. (2006). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Harjono, S. (1996). Buku Perawatan Ibu Dan Anak Di Rumah Sakit Dan Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Biro Hukum dan Humas Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Nugroho, Taufan.(2010).Kasus Emergency Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Siswosudarmo, R. (2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

Tim Pokja SDI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

30

Anda mungkin juga menyukai