Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ahmad

NIM : 160404020093
Kelas : A2
Matkul : Etika Profesi

TUGAS RESUME
Good Corporate Governance

 Latar belakang Munculnya GCG


Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20
menjadikan sistem ekonomi kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi
yang paling dominan diseluruh dunia. Dengan adanya ciri utama ekonomi
kapitalis adalah kegiatan bisnis dan kepemilikan perusahaan dikuasai oleh
individu-individu/sektor swasta. Dalam perjalannya, beberapa perusahaan akan
muncul sebagai perusahaan-perusahaan swasta raksasa yang bahkan aktivitas
dan kekuasaannya telah melebihi batas-batas suatu Negara.
Sering kali terjadi pemerintah suatu Negara yang seharusnya menajdi
kekuatan terakhir sebagai pengawas, penegak hukum dan pengendalian
perusahaan-perusahaan tidak berdaya mengahadapi penyimpangan perilaku
yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut.
Salah satu contoh akibat dari praktik bisnis yang tidak etis adalah krisis
ekonomi yang menimpa Indonesia dan beberapa Negara Asia lainnya. Seperti
Thailand, Korea Selatan, Hongkong, Filipina, dan Malaysia serta mega-skandal
yang menimpa perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat.
Pola krisis di Indonesia sebagaimana juga di beberapa Negara Asia lainnya
sekitar tahun 1997 yang diawali oleh aksi para spekulan mata uang (yang
notabene juga merupakan pelaku bisnis perdagangan mata uang asing)
sehingga memberi tekanan berat pada mata uang lokal di beberapa Negara di
Asia (dolar Hongkong, bath, peso, rupiah). Dengan adanya menimbulkan efek
domino, yaitu hancurnya sistem perbankan di Indonesia yang pada akhirnya
menimbulkan krisis ekonomi, politik, dan sosial yang sangat kompleks.
Dengan timbulnya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh tata kelola
perusahaan yang buruk dan tata kelola pemerintahan yang buruk sehingga
memberi peluang besar timbulnya praktik-praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN).
1. Mudahnya para spekulan mata uang untuk mempermainkan pasar vatula
asing.
2. Mudahnya para konglomerat memperoleh dana pinjaman dari perbankan.
Untuk para konglomerat sekaligus juga menjadi pemilik bank-bank swasta
ternama.
3. Banyak direksi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN ) termasuk di bank-
bank pemerintah juga tidak independen.
4. Para komisaris di BUMN sering kali bukan orang yang professional,
melainkan oknum-oknum birokasi yang telah memasuk usia pensiun.
5. Banyaknya profesi yang terkait dengan kegiatan bisnis ini seperti akuntan
publik, perusahaan penilai, konsultan keuangan, dan sebagainya. Yang
mudah diajak bekerja sama untuk merekayasa laporan audit.
6. Saat timbul krisis moneter, Bank Indoneisa mengucurkan dana berupa
bantuan likuiditas Bank Indonesia yang mecapai triliunan rupiah pada sector
perbankan nasional dalam upaya membantu perbankan agar tidak ambruk
akibat penarikan dana nasabah secara besar-besaran.

 Pengertian GCG
Menurut Hery (2010:11) Good Corporate Governance adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka.
Menurut Ardeno Kurniawan (2012:27) Good Corporate Governance
adalah seperangkat hubungan yang terjadi antara manajemen, direksi,
pemegang saham, dan stakeholders-stakeholders lain seperti pegawai, kreditor
dan karyawan.
Sedangkan pengertian Good corporate Governance menurut Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011
adalah tata kelola perusahaan yang baik (Good corporate Governance), yang
selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses
dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan etika berusaha.

 Prinsip-prinsip GCG
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara Pasal 3,
prinsip-prinsip GCG yang dimaksud dalam peraturan ini, meliputi:
1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif;
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundangundangan.

 Manfaat GCG
Pelaksanaan Good Corporate Governance memiliki peranan penting dan
manfaat yang dapat membawa perubahaan yang positif bagi perusahaan baik
bagi investor, pemerintah ataupun masyarakat umum. Menurut Amin Widjaja
Tunggal (2013: 39), manfaat Good Corporate Governance di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Meminimalkan Agency Cost
Selama ini, pemegang saham harus menanggun biaya yang timbul akibat
dari pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya ini dapat
berupa kerugian karena manajemen memakai sumber daya perusahaan
untuk kepentingan pribadi atau berupa biaya pengawasan yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk mencegah hal tersebut terjadi.
2. Meminimalkan Cost of Capital
Sebuah perusahaan yang sehat dan baik akan selalu menciptakan referensi
positif bagi kreditur. Kondisi ini memiliki peran dalam meminimalkan
biaya modal yang harus di tanggung apabila perusahaan akan mengajukan
pinjaman dan juga dapat memperkuat kinerja keuanga yang akan membuat
produk perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan
Bila perusahaan dikelola dengan baik agar selalu sehat maka dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.
4. Meningkatkan nilai perusahaan
Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kiner dan keberadaan
perusahaan di mata masyarakat dan investor adalah citra perusahaan.
Membangun citra perusahaan terkadang membutuhkan biaya yang besar di
bandingkan dengan perusahaan itu sendiri. Selain memiliki manfaat untuk
meningkatkan citra perusahaan, Good Corporate Governance juga memiliki
manfaat sebagai nilai tambah perusahaan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha yang kompetitif.

 GCG dan Hukum perseroan di Indonesia


Sebagimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 2007, yang
dimaksud dengan perseroan adalah badan hokum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007,
dikatakan alasan pencabutan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 untuk
diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007. pertimbangan tersebut
antar alain karena adanya perubahan dan perkembangan yang cepat berkaitan
dengan teknologi, ekonomi, harapan masyarakat tentang perlunya peningkatan
pelayanan dan kepastian hokum, kesadaran social dan lingkungan, serta
tuntutan pengelolaan usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan
perusahaan yang baik.
Undang-Undang perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tidak mengatur
secara eksplisit tentang GCG. Meskipun begitu, Undang-Undang ini mengatur
secara garis besar tentang mekanisme hubungan, peran, wewenang, tugas dan
tanggung jawab, prosedur dan tata cara rapat, serta proses pengambilan
keputusan dan organ minimal yang harus ada dalam perseroan, yaitu Rapat
Umum Pemegang saham (RUPS), direksi, dan Dewan Komisaris.
Dengan demikian, RUPS merupakan organ tertinggi dan memegang
wewenang tertinggi dalam perseroan yang berbadan hukum PT. Anggota
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi diangakt dan diberhentikan oleh RUPS.
Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi tindakan Dewan Direksi serta
memberikan nasehat dan arahan kepada Dewan Direksi dan menjalankan
operasi perusahaan.dewan Direksi bertugas untuk menjalankan kegiatan
operasi perusahaan berdasarkan arahan dan garis besar kebijakan yang telah
ditetapkan oleh RUPS, Dewan Komisaris, serta Anggaran Dasar Perseroan
yang berlaku dalam koridor hukum.

 Organ khusus dalam penerapan GCG


Meskipun ketentuan mengenai organ perseroan telah diatur dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dan selanjutnya
dituangkan kembali di dalam Anggaran Dasar Perseroan, namun dalam
praktiknya organ ini belum mampu menjamin terselenggarakan tata kelola
perusahaan yang sehat. Hal ini karena sifat undang-undang hanya mengatur
ketentuan-ketentuan secara garis besar saja sehingga pasti ada ketentuan-
ketentuan dalam undang-undang yang memerlukan petunjuk pelaksanaan
(juklak) atau petunjuk teknis (juknis) lebih lanjut dalam bentuk peraturan atau
pedoman yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang serta
institusi atau organisasi proses terkait.
Indra Surya dan Ivan Yustiavananda (2006) meneyebutkan paling tidak
diperlukan empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu:
1. Komisaris Independen
2. Direktur Independen
3. Komite Audit
4. Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)

 GCG dalam Badan Usaha Milik Negara


Pada awalnya, tujuan dibentuknya BUMN adalah penjabaran dan
implementasi Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Berdasarkan peraturan yang ada,
dapat dibedakan tiga jenis bentukhukum BUMN, yaitu: Persero, Perusahaan
Umum(Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan). Bidang usaha BUMN ini
sangat menyebar mulai dari komoditas-komoditas yang dianggap vital, seperti:
air, beras dan kebutuhan pokok lainnya, listrik, minyak, obat-obatan, pupuk,
semen, telekomunikasi, jasa konstruksi, transportasi darat, laut, udara,
kehutanan, pertanian, pertambangan, perdagangan, industry, dll. Namun,
persoalan pokok yang dihadapi oleh BUMN secara keseluruhan adalah
rendahnya keuntunganyang diperoleh dibandingkan dengan total hartanya
(ROA). Persentasinya hanya sekitar 3,6%. Ini menunjukkan bahwa kinerja
BUMN secara keseluruhan masih kurang memuaskan. Rendahnya kinerja
BUMN ini ada kaitanyya dengan belum efektifnya penerapan tata kelola
perusahaan yang baik di BUMN tersebut. hal itu dapat dilihat pada:
1. Pemberian remunerasi yang berlebihan kepada direksi yang tidak
mencerminkan keterkaitan dengan pencapaian target kinerja, dan adanya
penyalahgunaan fasilitas BUMN untuk manajemen.
2. Terlalu kuatnya pemegang saham sehingga dalam pemberian paket
remunerasi tidak merangsang direksi untuk mengeluarkan usaha terbaiknya
bagikepentingan BUMN.
3. Transaksi bisnis dengan pihak luar yang dilakukan manajemen tidak
memperhatikan kepentingan pemegang saham.
4. Penyusunan past service liabilities yang sangat menguntungkan direksi dan
komisaris, tetapi sangat membebani BUMN.
5. Direksi melakukan strategi diversifikasi/ekspansi untuk meningkatkan
ukuran perusahaan demi prestise dirinya tanpa memperhatikan dampaknya
pada kinerja perusahaan.
6. Intervensi pemegang saham atau pihak luar secara berlebihan dalam
kegiatan operasional BUMN.
7. Adanya praktik perusahaan dalam perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen.
Menyadari masih rendahnya kinerja BUMN serta mengingat modal yang telah
disetor dan hartayang telah tertanam pada BUMN sangat besar, maka
pemerintah melalui Kementrian Negara BUMN mewajibkan semua BUMN
menerapkan tata kelola perusahaan yang sehat. Sebagai acuan pelaksanaan,
Menteri Negara BUMN mengeluarkan keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-
23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000 tentang Pengembangan Praktik
Good Corporate Governance pada BUMN. Kemudian pedoman praktik GCG
ini disempurnakan melalui Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-
117/M-MBU/2000 tanggal 1 Agustus 2002.
 GCG dan pengawasan pasar modal di Indonesia
Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar dimana
berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang bisa
diperjulabelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar
modal lebih sempit dari pada pasar keuangan (sekuritas) jangka panjang
(obligasi, saham, dan instrumen derivatif), sedangkan pasar keuangan
mencakup instrumen jangka pendek dan jangka panjang.
Indikator kemajuan perekonomian modern suatu Negara dewasa ini tidak
saja ditandai oleh tumbuhnya investasi fisik dalam bentuk pembangunan
pabrik, tetapi juga oleh pertumbuhan pasar modal dan pasar keuangan.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh lembaga-lembaga dan unsur-unsur
penunjang pasar modal, antara lain:
1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bappepam LK),
yaitu lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang berfungsi mengawasi
kaitan semua lembaga terkait agar kegiatan pasar modal dan keuangan
berjalan adil dan efektif.
2. Bursa Efek, yaitu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan
sekuritas pasar modal.
3. Lembaga Kriling, lembaga yang mirip dengan lembaga kriling uang giral
yang dikenal dalam dunia perbankan.
4. Emiten, yaitu perusahaan yang menjual instrument sekuritas untuk
memperoleh dana dari investor di bursa.
5. Underwriter, yaitu perusahaan penjamin bagi emiten agar emiten sukses
dalammenjual instrumen sekuritas tersebut.
6. Investor/calon Investor, yaitu institusi perorangan yang setiap saat
melakukan transaksi pembelian atau penjualan atas instrument sekuritas
yang diperdagangkan di bursa.
7. Akuntan Publik, yaitu lembaga yang melakukan audit atas kewajaran
laporan keuangan emiten dan memberikan opini audit atas kewajaran
laporan keuangan emiten yang diperiksanya.
8. Notaris, yaitu lembaga hukum yang memberikan dasar keabsahan secara
legal berbagai peristiwa kegiatan penting di dalamperusahaan.
9. Konsultan Hukum, yaitu lembaga yang diperlukan emiten untuk memeriksa
dan memastikan bahwa emiten yang akan menerbitkan instrumen sekuritas
tersebut tidak memiliki sengketa hukum dengan pihak lain.
10. Konsultan Keuangan, yaitu lembaga yang dapat diminta jasanya oleh
emiten untuk memberikan nasehat dibidang keuangan sebelum menerbitkan
suatu instrumen sekuritas.

 GCG perbankan di Indonesia


Aktivitas bisnis dan sistem perekonomian yang kuat harus didukung oleh
sistem perbankan yang sehat dan kuat. Sebagaimana telah dimaklumi bersama,
krisis ekonomi di Indonesia diawali oleh krisis moneter yang menimpa dunia
perbankan Indonesia. Ini meninjukkan bahwa tata kelola perbankan di
Indonesia masih sangat lemah. Menyadari hal itu, Bank Indonesia sebagai
institusi tertinggi yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kegiatan
dunia perbankan di Indonesia dan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Implementasi GCG oleh
Bank-bank Komersial. Peraturan tersebut secara garis besar mengatur tentang:
1. Prosedur pengelolaan melalui penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas,
tanggung jawab, independensi, dan kesetaraan. (Pasal 1 ayat 6)
2. Tujuan Implementasi GCG (pasal 2), minimal untuk merealisasikan:
a. Kejelasan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan
Direksi.
b. Kelengkapan dan implementasi tugas komite dan unit pelaksana fungsi
internal audit bank.
c. Kinerja ketaatan, fungsi auditor internal dan aksternal.
d. Implementasi manajemen resiko termasuk sistem pengendalian internal.
e. Ketentuan dana pihak-pihak terkait dan dana dalam jumlah besar.
f. Rencana strategis bank.
g. Transparansi kondisi keuangan dannon-keuangan.
2. Jumlah, komposisi, kriteria, dan independensi Dewan Komisaris
3. Jumlah, komposisi, kriteria, independensi Dewan Direksi.
4. Komite
5. Ketaatan, Fungsi Auditor Eksternal dan Internal
6. Implementasi manajemen resiko
7. Ketentuan Dana
8. Rencana Strategis Bank
9. Aspek Transparansi Kondisi Bank
10. Konflik Kepentingan dan Pelaporan Internal
11. Laporan dan Asesmen Implementasi GCG
12. Implementasi GCG di Cabang Luar Negeri
13. Sanksi-sanksi
14. Ketentuan Peralihan
15. Ketentuan Penutup.

Sumber:
 https://www.academia.edu/37702833/Latar_Belakang_Munculnya_GCG
 https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/852
4/Bab%202.pdf?sequence=10
 http://jdih.bumn.go.id/lihat/PER-01/MBU/2011
 https://www.pahlevi.net/pengertian-good-corporate-governance/
 http://irmaawahyuni.blogspot.com/2014/11/makalah-good-corporate-
governance.html
 http://hasnawatimidun07.blogspot.com/2016/10/good-corporate-
governance-gcg.html

Anda mungkin juga menyukai