Anda di halaman 1dari 27

Bab 1

Pendahuuan

1.1 Latar Belakang

Pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik adalah Standar


Profesional Akuntan Publik (SPAP).Pengembangan ini sudah mulai dilakukan sejak tahun
1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam
organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan. Komite ini kemudian menghasilkan Norma Pemeriksaan Akuntan. Seperti
tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih berfokus
ke jasa audit atas laporan keuangan historis.
Respon profesi akuntan publik terhadap perkembangan dunia bisnis dan bidang profesi
akuntan publik diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada
pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan
dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan
Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam
profesi akuntan publik.Nilai-nilai moral atau yang sering lebih kita kenal dengan etika
merupakan topik yang sering menyita banyak perhatian di kalangan masyarakat sekarang ini,
karena nilai etika di kalangan masyarakat telah memudar seiring perkembangan zaman yang
semakin modern.Perhatian ini merupakan indikasi penting berperilaku dan beretika di
kalangan masyarakat.Perilaku beretika merupakan hal penting praktik akuntan publik dan
harus di tanggapi secara serius oleh para mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Untuk
itulah etika profesi akuntan dipelajari secara khusus dan bab tersendiri di dalam mata kuliah
auditing.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1.2.1 Perkembangan standar profesional akuntansi publik?
1.2.2 Apa saja sepuluh SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) ?
1.2.3 Kode etik profesi akuntan publik

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui perkembangan dari SPAP (Standar Profesional Akuntansi Publik)


1.3.2 Mengetahui sepuluh SPAP (Standar Profesional Akuntansi Publik)
1.3.3 Memahami kode etik profesi akuntan publik

2
Bab 2

Pembahasan

2.1 PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar
Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:

1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.


2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai
pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan
Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
PublikInstitut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).

Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Januari 2001”. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima
standar, yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan


Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

3
Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi denganKode Etik Profesi Akuntan Publik
yang merupakan aturan norma yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.
Di tahun 2011 Institut Akuntan Publik Indonesia telah merevisi SPAP tersebut.Pada
gambar 2.1.diperlihatkan kodifikasi dari Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret
2011, sedangkan pada Gambar 2.2. diperlihatkan Hierarki Standar Auditing.

4
5
2.2 SEPULUH STANDAR AUDITING

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan public
Indonesia terdiri atas Sepuluh Standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :
a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
6
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor

PSA No. 01 ( SA Seksi 161 ) Mengatur hubungan standar auditing dengan standar
pengendalian mutu sebagai berikut :
1. Auditor independen Bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang
ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
2. Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar memenuhi standar auditing yang
ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
3. Standar auditing yang ditetapkan institute akuntan publik Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual, standar pengendalian mutu berkaitan
dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public secara keseluruhan

2.3 PENJELASAN MASING – MASING STANDAR AUDITING

Standar Umum
a. Standar Umum Pertama
Berbunyi “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan
seseorang dalam bidang – bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak
dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

b. Standar umum kedua


1. Berbunyi “ Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”
Hal – hal berikut ini dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 220 ):
2. Standar ini harus mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karna ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum, dengan
demikian ia tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.

7
3. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan
menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternayata berkurang.
4. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik profesi akuntan publik.
Agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari
masyarakat.
5. Bapepam-LK juga menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang
melaporkan informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut yang
mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
6. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan
aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
7. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, Rapat Umum Pemegang
Saham ( RUPS) atau Komite Audit.

c. Standar Umum Ketiga


1. Berbunyi “ dalam pelaksanaan Audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.”
Hal – hal berikut dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 230 )
2. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan
pekerjaanya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama.
3. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menyangkut apa
yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaanya tersebut.
4. Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh
auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan
kecermatan dan kesaksamaan yang wajar.
5. Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan sedimikian rupa sehingga mereka dapar mengevaluasi
bukti audit yang mereka periksa.
6. Auditor di tuntun untuk melaksanakan skeptisme professional. Sekptisme professional
adalah sikap yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis bukti audit.

8
7. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor
mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut.
8. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur, namun juga tidak
menganggap bahwa kejujuran menajemen tidak dipertanyakan lagi.
9. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama memungkinkan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
10. Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup
untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat.
11. Oleh karna karakteristik kecurangan terutama yang melibatkan penyembunyian dan
pemalsuan dokumentasi, audit yang direncanakan dan dilaksanakan semestinya
mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material.
12. Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan.
d. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di
lapangan ( audit field work ), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan
evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti – bukti audit melalui compliance test,
substantive test, analytical review, sampai selesainya audit field work.
1. Standar Pekerjaan Lapangan Pertama
Berbunyi “pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik baiknya dan jika
digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya,”
2. Standar Pekerjaan Lapangan Kedua
Berbunyi “ pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merancanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
dilakukan”.
3. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga
Berbunyi “ Bukti Audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi ,
pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.”

9
Berikut ini dikutip beberapa hal mengenai asersi dari PSA No. 07 (SA Seksi 326):
 Asersi (Assertions ) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen
laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan dasar sebagai berikut ini :
 Keberadaan atau keterjadian ( existence or occurance )
 Kelengkapan ( completense )
 Hak dan Kewajiban ( right and obligation )
 Penilian ( evaluation ) atau alokasi
 Penyajian dan pengungkapan ( prensentation and disclosure )
 Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah asset atau utang
satuan usaha ada pada tanggal tertentu apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.
 Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
 Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aset merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
 Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen –
komponen aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah semestinya.
 Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan,
auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut
 Auditor independen tidak perlu secara satu persatu menghubungkan tujuan audit dengan
prosedur audit.

e. Standar Pelaporan
Terdiri atas empat standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam
menyusun laporan auditnya.
a. Standar Pelaporan Pertama
Menyatakan “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Menurut PSA No. 08 ( SA Seksi 410 ) :
1. Istilah standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam
standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik

10
akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak
mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta, namun standar tersebut
mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi tersebut.
2. Istilah “Standar akuntansi yang berlaku umum” adalah suatu istilah teknis
akuntansi yang mencangkup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
membatasi praktik yang berlaku secara umum di wilayah tertentu pada saat
tertentu. Oleh karna itu, untuk laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada
umum di Indonesia, harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
secara umum di Indonesia.
b. Standar pelaporan kedua
( Disebut sebagai standar konsistensi ) Berbunyi “ Laporan auditor harus
menunjukan, jika ada, ketidakonsistenan penerapan standar akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.
Menurut standar PSA No. 09 ( SA Seksi 420 )
1. Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh
perusahaan standar akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut
dalam laporannya.
2. Penerapan semestinya standar konsistensi menurut auditor independen untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan.
3. Perbandingan laporan keuangan suatu satuan usaha diantara beberapa periode
dapat dipengaruhi oleh:
 Perubahan akuntansi
 Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode
sebelumnya
 Perubahan penggolongan
 Peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang dipertanggung
jawabkan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya.
4. Perubahan dalam standar akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas
laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen
dengan cara menambahkan paragraf penjelasan ( yang disajikan setelah paragraf
pendapat ).

11
c. Standar Laporan Ketiga
Berbunyi “ penunggkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang, kecuali
inyatakan lain dalam laporan auditor “
Menurut PSA No. 01 ( SA Seksi 431 )
1. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi mencangkup dimuatnya
pengungkapan informatif yang memadai atas hal – hal material. Hal – hal tersebut
mencangkup bentuk, susunan da nisi laporan keuangan serta catatan atas laporan
keuangan.
2. Apabila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang
seharusnya diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi, termasuk catatan atas
laporan keuangan, maka auditor harus memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar karena alas an tersebut dan harus memberikan
informasi yang cukup dalam laporannya.
3. Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengunkapan dan dalam segala
aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas
dasar kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan
informasi tersebut.

d. Standar pelaporan Keempat


Berbunyi “ laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberiakan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
1. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya
dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi
laporan tersebut.
2. Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan yang diaudit atau yang tidak diaudit.

12
2.4 KODE ETIK/KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif .

Menurut Mulyadi (2001: 53), Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja
diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:

13
1. Prinsip Pertama Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga ahli yang professional
setiap akuntan harus mampu mempertanggung jawabkan tugas, kewajiban maupun
laporan yang ia buat. Semua tindakan dalam tugasnya harus dilaksanakan dengan
pertimbangan moral dan profesionalisme yang tinggi.Sebagai seorang yang
professional dalam bidangnya seorang akuntan harus memiliki rasa tanggung jawab
terhadap pemakai jasanya tersebut.Dan setiap anggota juga harus memliki tanggung
jawab dalam menjalin hubungan yang baik antar sesama anggota professional dan
menjaga kepercayaan dari masyarakat sendiri.Dimana masyarakat yang dimaksud
adalah pemegang saham, karyawan, kreditur, pemerintahan maupun orang-orang yang
berkepentingan.

14
2. Prinsip Kedua Kepentingan Publik
Setiap anggota memiliki kewajiban untuk bertindak dalam pelayanan kepada
public atau masyarakat banyak dan orang-orang yang memakai jasanya bukan hanya
kepentingan pribadi.Untuk kepentingan masyarakat seorang anggota yang
professional harus memberikan kontribusi dalam mensejahterakan masyarakat dalam
tugas-tugasnya.Untuk kepentingan dari pengguna jasanya seorang anggota
professional harus bertanggung jawab dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan
profesional, dan kepentingan untuk melayani publik.Anggota diharapkan untuk
memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang
konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.

3. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya.Praktisi tidak boleh terkait dengan
laporan, komunikais atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat :

a) Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan


b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi
yang seharusnya diungkapkan.
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.Praktisi
mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya.Karena
beragam situasi tersebut, tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi
tersebut.setiap praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau
yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.

5. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional


Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
mewajibkan setiap praktisi untuk :

15
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau
pemberi kerja
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang
cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi
profesional dapat dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :

a) Pencapaian kompetensi profesional


b) Pemeliharaan kompetensi professional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran pemahaman
yang berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis
yang relevan.Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat
diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat
melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.

Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi


untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai
dengan persyaratan penugasan.

Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang


tepat bagi mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas
profesional.

Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang diberikan


kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk
menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait
dengan jasa profesional yang diberikan.

6. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :

a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan


profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP

16
tempatnya bekerja tanpat adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat
kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hokum.
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan
pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan
hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung
atau anggota keluarga dekatnya.

Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh


calon klien atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan
informasi terjaga dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.

Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk
memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya, serta pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.

Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah


berakhirnya hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja.Ketika
berpindah kerja atau memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan
pengalaman yang diperolehnya sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak
boleh menggunakan atau mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia
yang diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional atau hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan
informasi yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau
pemberi kerja
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
1. Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
2. Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu
pelanggaran hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk
mengungkapan, selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum :

17
1. Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
2. Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
3. Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang
pengadilan
4. Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia,
setiap praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika
klien atau pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan.
Ketika fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak
lengkap, pertimbangan profesional harus digunakan untuk menentukan jenis
pengungkapan yang harus dilakukan
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.

7. Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap


ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat
mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional
dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat
menurunkan reputasi profesi.

Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi


tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan
tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan :

a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat


diberikan, kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang
tidak didukung bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.

18
8. Prinsip Kedelapan Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar proesional yang relevan.Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.Bila anggota tidak menjalankan tugasnya dengan system dan struktur yang
ada artinya mereka tidak melakukannnya dengan standar yang ada.Standar itu adalah
standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of
Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.5 Aturan Etika Profesi Akuntan Publik

1. Keterterapan ( Aplicability )
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota ikatan akuntan indonesia kompartemen
akuntan publik ( IAI – KAP ) dan staf profesioanl ( Baik Yang Anggota IAI – KAP
Maupun Yang Bukan Anggota IAI – KAP ( yang bekerja pada satu kantor akuntan
publik (KAP))

Definisi/Pengertian
 Klien adalah pemberi kerja ( orang atau Badan ), yang memperkerjakan atau
menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI – KAP atau anggota KAP tmepat
anggota berkerja untuk melaksanakan jasa profesional
 Laporan Keuangan adalah Suatu Penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi ( aset ) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan
atas aset dan atau kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain standar
akuntasi yang berlaku secara umum.
 Kantor Akuntan Publik ( KAP ) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berusaha di
bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik
 Ikatan Akuntan Publik adalah wadah organisasi profesi akuntan indonesia yang
diakuai pemerintah
 Ikatan Akuntan Publik – Kompartemen Akuntan Publik ( IAI – KAP ) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik
atau bekerja di kantor akuntan publik.
 Anggota Kantor Akuntan Publik ( anggota KAP ) adalah anggota IAI – KAP dan
staf profesional ( Baik yang anggota IAI – KAP maupun yang bukan anggota) yang
berkerja pada suatu KAP.
 Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau
pejabat yang berwenang lainya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
 Praktik Akuntan Publik adalah pemeberian jasa profesional kepada klien yang
dilakukan oleh anggota IAI – KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa
akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa

19
pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik.

2. Independensi, Integritas Dan Objektivitas


 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap
mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam
standar akuntan publik yang ditetapkan oleh IAPI.
 Integritas dan Objektivitas
Anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari
benturan kepentingan ( conflict of interest ) dan tidak boleh membiarkan faktor salah
saji material ( material misstatement ) yang diketahuinya untuk mengalihkan (
mensubordinasikan ) pertimbanganya kepada pihak lain.
3. Standar Umum dan Standar Akuntansi

 Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAPI :

a. Kompetensi Profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa


profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan
dengan kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan Keseksamaan Profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
c. Perencanaan dan Supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d. Data Relevan Yang Memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data yang
relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau
rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

 Kepatuhan terhadap Standar


Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review,
kompliasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainya wajib
mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan
oleh IAPI.

 Standar Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku
 Tanggung Jawab Kepada Klien
a. Informasi klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan dari klien.

20
Ketentuan ini dimaksudkan untuk :
1. Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip – prinsip akuntansi.
2. Mempengaruhi kewahiban anggota KAP dengan cara apa pun untuk mematuhi
peraturan perundang – undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan peraturan yang berlaku
3. Melarang review praktik profesional ( Review mutu ) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAPI.
4. Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAPI –
KAP dalam rangka penegakan disiplin anggota.
 Fee Profesional
a. Besaran FEE
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko, penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainya.
b. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan hasil tertentu
dimana jumlah fee tergantung pada temuan hasil tertentu tersebut.

 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi


a. Tanggung jawab kepada Rekan seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi
b. Komunikasi antar akuntan publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila
akan mengadakan perikatan ( engagement) audit menggantikan akuntan publik
pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan
jenis dan periode serta tujuan yang berlainan
c. Perikatan atestasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan
yang lebih dahulu ditnjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan
untuk memenuhi ketentuan perundang – undangan atau peraturan yang dibuat oleh
badan yang berwenang.

 Tanggung Jawab Dan Praktek Lain


a. Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi
b. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari
klien melalui pemasangan ilkan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

21
 Komisi dan Fee Referal
a. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainya
yang diberikan atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain
b. Rujukan ( Fee Referal )
Rujukan ( Fee Referal ) Adalah Imbalan yang dibayarkan / diterima kepada
/dari sesama penyedia jasa profesional akuntan publik.
 Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku dan atau yang tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

2.6 Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesional Akuntan
Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption” terhadap International
Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010, berlaku efektif 2011.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan
5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
1. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya.
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat :
b. Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan;
c. Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau
d. Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang
seharusnya diungkapkan.
2. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. Praktisi mungkin dihadapkan pada
situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya. Karena beragam situasi tersebut, tidak

22
mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. setiap praktisi harus menghindari
setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak
layak terhadap pertimbangan profesionalnya.
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan
setiap praktisi untuk :
a. Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin
pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat
dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :
a. Pencapaian kompetensi profesional; dan
b. Pemeliharaan kompetensi profesional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran pemahaman yang
berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan pekerjaannya
secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap
dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan
penugasan.
Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang diberikan kepada klien,
pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya
kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.
4. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpat adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban

23
untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya
yang berlaku; dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta
pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah
berakhirnya hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah
kerja atau memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang
diperolehnya sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan atau
mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari
hubungan profesional atau hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja;
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
 Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
 Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran
hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan,
selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum :
 Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi
profesi atau regulator;

24
 Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi
profesi atau regulator;
 Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan;
atau
 Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap
praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi.
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika
fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap,
pertimbangan profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan
yang harus dilakukan; dan
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak
boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
bersikap atau melakukan tindakan :
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.

25
Bab 3

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa standar
professional dan kode etik sangat penting bagi akuntan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari
manfaat Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) dalam melakukan pemeriksaan
akuntansi yang sudah diatur dalam sepuluh standar auditing.
Akuntan publik sebagai profesi yang mengembangkan kepercanyaan masyarakat publik
harus bekerja dalam peraturan perudangan , kode etik dan standar professional.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab publik untuk melindungi kepentingan publik.Oleh
karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan
klien dan pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap akuntan publik
harus mematuhi dan menerapkan kode etik .Kode etik yang dijalankan dengan benar
menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal.

3.2 Saran

Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang digunakan oleh Akuntan Publik
dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta ( di luar keuangan Negara), Standar ini
merupakan Standar Profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
pemeriksaan sesuai Standar Profesional yang telah ditetapkan.Maka dari itu dalam
pembelajaran tentang SPAP semoga para mahasiswa akuntansi khususnya,mengerti dalam
laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
Standar Pemeriksaan agar tidak terjadi indikasi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan

26
Daftar Pustaka

Sukrisno Agoes, AuditingPetunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Publik, 2011, Edisi4


Buku 1, Penerbit Salemba Empat
Mulyadi, Auditing, Maret 2002, Edisi Enam, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

http://muzttofa.blogspot.co.id/2013/06/standar-profesional-akuntan-publik-spap.html

http://hmjakuntansiunswagati.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-spap.html

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-supriyati-23195-3-3_standa-
l.pdf

http://irfandinata87.blogspot.com/2014/11/makalah-tentang-standar-profesional.html

27

Anda mungkin juga menyukai