Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis
semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak sistematis.
Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak
menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun
gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam
Purba, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki
sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya.
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak
mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain
menyusun penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota, melakukan
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan rumah sakit umum
dalam penanganan masalah kesehatan jiwa serta menyediakan obat
antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien
dalam keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi
teraupetik. Dalam membina hubungan terapeutik perawat dan klien,
diperlukan ketrampilan perawat dalam berkomunikasi untuk membantu
memecahkan masalah klien. Perawat harus hadir secara utuh baik fisik

1
maupun psikologis terutama dalam penampilan maupun sikap pada saat
berkomunikasi dengan klien.
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan
terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan
kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan
penyuluhan kesehatan terhadap klien sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang nantinya diharapkan
dapat meminimalisir resiko maupun efek yang muncul dari gangguan
waham.

II. Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini ialah
sebagai berikut?
a. Apa yang dimaksud dengan waham?
b. Apa etiologi dari waham?
c. Apa saja tanda dan gejala dari waham
d. Jelaskan rentang respon waham
e. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah waham?
III. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan waham
b. Untuk mengetahui etiologi terjadinya waham
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala waham
d. Untuk mengetahui tentang rentang respon dari waham
e. Untuk mempelajari dan mengetahui tentang asuhan keperawatan
tentang masalah waham .
BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Waham

2
A. Pengertian
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu

mengalami sesuatu kekecauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas

kognitif (Damaiyanti. 2014).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan

kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis

oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah

kehilangan kontrol (Dermawan. 2013)

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai

dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang

kebudayaan (Prabowo. 2014).

B. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana

seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia luar.

Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan

cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena

merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri

sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala.

Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam

harga diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya

halusinasi dan waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk

memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang

dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu

3
sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari

lingkungan (Damaiyanti, 2014).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya waham

(Damaiyanti, 2014), yaitu :

1. Faktor Predisposisi

Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia.

Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal

terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Barbagai

faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan

kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres

yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh

sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan

eksternal.

2. Faktor Presipitasi

Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya

waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu

lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana

sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stres kecemasan.

3. Faktor Kekurangan kebutuhan manusia (Lack of Human need).

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik

secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat

terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat

4
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk

melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara

sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality

dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi

menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas,

sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.

Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis

di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan

saat tumbuh kembang (life span history).

4. Faktor kekurangan harga diri (lack of self esteem).

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan

antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta

dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar

lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat

lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi

komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki

kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang

melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.

Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support

system semuanya sangat rendah.

5. Fase control internal external.

5
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-

apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan

tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi

klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk

diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan

menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum

terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien

mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien

itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena

besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan

hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan

orang lain.

6. Fase environment support.

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam

lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan

klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu

kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai

terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya normal

(Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat

berbohong.

6
7. Fase comforting.

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering

menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).

8. Fase improving.

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap

waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema

waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu

atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).

Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat

menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk

mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta

memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan

menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

C. Faktor Presipitasi WAHAM


1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu
D. Rentang respon
Rentang respon neurobiologi:

7
D. Tanda dan Gejala

1. Kognitif :

a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata

b. Individu sangat percaya pada keyakinannya

c. Sulit berpikir realita

d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif

a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan

b. Afek tumpul

3. Perilaku dan hubungan sosial

a. Hipersensitif

b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal

c. Depresi

d. Ragu-ragu

e. Mengancam secara verbal

f. Aktifitas tidak tepat

g. Streotif

h. Impulsive

8
i. Curiga

4. Fisik

a. Higiene kurang

b. Muka pucat

c. Sering mengucap

d. Berat badan menurun

E. Klasifikasi Waham

1. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,

diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “saya

ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya punya

tambang emas”.

2. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak

sesuai kenyataan. Contoh: “saya tahu.. seluruh saudara saya ingin

menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan

saya.”

3. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,

diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh:

“kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian

putih setiap hari.”

9
4. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang

penyakit, diucapkan berulangkali tatapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh: “saya sakit kanker.” Setelah pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan tanda-tanda kanker namun klien terus mengatakan bahwa

ia terserang kanker.

5. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meniggal,

diucapkan berulangkali tetapi tidak sesaui kenyataan. Contoh: “ini

kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”

F. Mekanisme koping

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan

mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien

dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,

penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai

pertahanan melawan agresif, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan

cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi

kemandirian yang kokoh.

Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan

kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi

diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya

sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan

10
telah menyababkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan

suporioritas.

Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran

rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan

harga diri mereka yang terluka. (Dermawan, 2013)

G. Akibat Terjadinya Waham

Akibat dari waham pasien dapat mengalami kerusakan komunikasi

verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,

kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak

mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah

beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Prabowo, 2014)

H. Penatalaksanaan

Terapi yang diterima oleh pasien : Electro Convulsif Therapie

(ECT) suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan

menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.

terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku,

terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.

Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan pasien

supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan

bermasyarakat.

I. Pohon masalah

11
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1. Faktor predisposisi

a. Genetik : Diturunkan

b. Neorobiologis : Adanya gangguan pada koteks pre frontal

dan koteks limbik.

c. Neorotransmiter : Abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan

glutamat.

d. Virus : Paparan virus influenza pada trimester

12
e. Psikologi : Ibu pencemas, terlalu melindungi, yang

tidak peduli.

2. Faktor presipitasi

1. Proses pengolahan infirmasi yang berlebihan

2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal

3. Adanya gejala pemicu

Setiap melakukuan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan

tanggal di rawat. Isi pengkajiannya meliputi :

a. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak

dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama

perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan

keluarga datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga

untuk mengatasi dan perkembangan yang dicapai.

c. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mangalami

gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,

penganiayaan fisik, seksual, penilaian dari lingkungan, kekerasan

dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan

13
pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan

terjadinya gangguan:

1) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat

mempengaruhi respon psikologis dari klien.

2) Biologis

Gangguan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan

anak-anak.

3) Sosial budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,

kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stres

d. Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : Tekanan Darah

(TD), nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat

badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial

Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang

dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang

tarkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh : Mengenai persepsi klien terhadap

tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak

disukai.

14
b) Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum dirawat,

kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien

sebagai laki-laki / perempuan.

c) Peran : Tugas yang diemban dalam keluarga /

kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan

tugas tersebut.

d) Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,

lingkungan dan penyakitnya.

e) Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian

dan penghargaan orang lain terhadap dirinya sebagai wujud harga

diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain, penilaian dan kehidupan,

kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, tidak amati

pembicaraan klien, aktifitas motorik klien, alam perasaan klien

(sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,

persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,

tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya

tilik diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang

15
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan

membersihkan alat makan.

2) Klien mampu Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil

(BAK), menggunakan dan pakaian.

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh

klien.

4) Istirahat dan tidur klien, aktifitas di dalam dan di luar rumah.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan

setalah minum obat.

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki

klien.

i. Pengetahuan

Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap

bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

j. Aspek medik

Terapi yang diterima oleh : Electro Convulsif Therapie (ECT), terapi

antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi

keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.

Rehabilitias sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien

supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan

bermasyarakat.

16
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat

gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :

a. Apakah klien memiliki pikiran / isi pikir yang berulang-ulang

diungkapan dan menetap ?

b. Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau

apakah klien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau ke orang

sehatannya ?

c. Apakah klien pernah merasakan bahwa benda-benda di

sekitarnya aneh dan tidak nyata ?

d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar

tubuhnya ?

e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh

orang lain ?

f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya

dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar ?

g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik

atau kekuatan lainnya atau yakni bahwa orang lain dapat membaca

pikirannya ?

Selama pengkajian kita harus mendengarkan dan

memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang

wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang

telah terbina, dalam melakukan interaksi dengan klien usahakan

17
jangan menyangkal, menolak atau menerima keyakinan klien

terlebih dahulu.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat

disimpulkan dari hasil pengkajian adalah :

Masalah keperawatan : perubahan proses pikir : waham

3. Analisa Data

1) Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulangkali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

2) Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, ceriga, bermusuhan,

merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,

sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi

wa jah klien tegang, mudah tersinggung.

4. Rencana Asuhan Keperawatan

Dx : Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri

rendah.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan
keperawatan (umum dan Tindakan keperawatan
khusus)
Gangguan 1. Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya
proses pikir : membina hubungan dengan klien : beri salam

18
waham saling percaya terapeutik (panggil nama klien),
sebutkan nam perawat, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik yang
dibicarakan, waktu dan tempat).
2. Jangan membantah dan
mendukung waham klien :
a. Katakan perawat menerima
keyakinan klien : “saya menerima
keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima.
b. Katakan perawat tidak
mendukung : “sukar bagi saya
untuk mempercayainya” disertai
ekspresi ragu api empati.
c. Tidak membicarakan isi waham
klien.
3. Yakinkan klien berada dalam
keadaan aman dan terlindung :
a. Anda berada ditempat aman,
kami akan menemani anda.
b. Gunakan keterbukaan dan
kejujuran.
c. Jangan tinggalkan klien
sendirian.
4. Observasi apakah waham klien
mengganggu aktifitas sehari-hari
dan perawatan diri.

5. Tindakan keperawatan (Prabowo. 2014)

Tindakan keperawatan untuk klien

a. Tujuan :

1) Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap

2) Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar

19
3) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

4) Klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

b. Tindakan

1) Bina hubungan saling percaya (BHSP)

Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus

membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien

merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan

harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling

percaya adalah:

a) Mengucapkan salam terepeutik

b) Berjabat tangan

c) Menjelaskan tujuan interaksi

d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu

klien

2) Bantu orientasi realita

a) Tindakan mendukung atau membantah waham klien

b) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman

c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d) Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan

tanpa memberikan dukungan atau menyangkal pembicaraan sampai

klien berhenti.

e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan

realitas

20
3) Diskusikankan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak

terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah

4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan

emosional klien

5) Berdiskusi tetang kemampuan positif yang dimiliki

6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki

7) Berdiskusi tentang obat yang diminum

8) Melatih minum obat yang benar.

c. Tindakan keperawatan pada klien dengan menggunakan

pendekatan srategi pelaksanaan (SP).

1) SP 1 klien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi

kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,

mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

2) SP 2 klien : Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki

klien dan membantu mempraktekkannya

3) SP 3 klien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang

benar.

d. Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan

pendekatan strategi pelaksanaan (SP).

1) SP 1 keluarga : Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat klien

2) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan

waham.

21
3) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat.

5. Evaluasi

Format evaluasi untuk menilai kemampuan klien, keluarga dan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

waham.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien
yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Keadaan yang timbul
sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang melemparkan
kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung
menarik diri.
B. Saran
Adapun saran kami bagi perawat dengan kasus waham seperti ini
ialah yang pertama terlebih dahulu harus dilakukan dengan cara membina
hubungan saling percaya deengan klien agar dapat ia mengungkapkan
semua perasaannya dan juga data kita dapat lengkap dan akurat

22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/mobile/yohanes12345/asuhan-keperawatan-
wahampada-pasien-sakit-jiwa

https://www.academia.edu/30248061/ASKEP_WAHAM

23

Anda mungkin juga menyukai