Anda di halaman 1dari 3

Shalat Penghubung Hamba kepada

Rabbnya
Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas
Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Shalat menempati rukun Islam kedua setelah ikrar dua kalimat syahadat. Dua kalimat
Syahadat ini menjadi pondasi dasar dienul Islam dan pintu masuk ke Islam. Ia menyatakan
siap ibadah kepada Allah semata (ikhlas) dan beribadah dengan syariat yang dibawa
utusan Allah.Adapun shalat, ia menjadi ujian pertama atas persaksian tersebut. Siapa yang
menjalankan shalat maka ia telah menegakkan agama pada dirinya. Sebaliknya, siapa
meninggalkannya maka ia telah merobohkan bangunan agama dalam dirinya.

Shalat menjadi media efektif yang menghubungkan hamba kepada Rabb-nya; Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Shalat menghubungkan hamba yang berada di bumi dengan Rabb-
Nya yang Maha tinggi. Ia berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala bermunajat
kepada-Nya. Hamba berdiri, ruku, dan sujud di hadapan Allah. Hamba bertakbir, memuji
Allah, menyanjung-Nya, dan mengagungkan-Nya. Kemudian hamba menyampaikan
hajat-hajatnya dalam munajatnya itu kepada Rabbnya. Hamba meminta hidayah,
ampunan, rahmat, kebaikan dalam urusan dien, dunia, dan akhirat hanya kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi,

‫ لقاَلل ا‬.( ‫ب الللعاَللمميِلن‬


‫اا‬ ‫صفلليِمن لولملعلبمدىِ لماَ لسأ للل فلإ ملذا لقاَلل الللعلباد ) الللحلماد مالم لر ب‬ ‫صللةل بلليِمنىِ لوبلليِلن لعلبمدىِ نم ل‬ ‫ت ال ا‬ ‫لقاَلل ا‬
‫ قللسلم ا‬:ِ‫اا تللعاَللى‬
‫ لوإملذا لقاَلل )لماَلم م‬.ِ‫ىِ لعلبمدى‬
ِ‫ لقاَلل لماجلدمنى‬.(‫ك يِّللومم البديِّمن‬ ‫اا تللعاَللىِ أللثلنىِ لعلل ا‬ ‫ لقاَلل ا‬.( ‫تللعاَللىِ لحمملدمنىِ لعلبمدىِ لوإملذا لقاَلل )الارلحلممن الارمحيِمم‬
‫ل‬
.‫ لقاَلل هللذا بلليِمنىِ لوبلليِلن لعلبمدىِ لولملعلبمدىِ لماَ لسألل‬.( ‫ك نللستلمعيِان‬ ‫ك نللعبااد لوإمايِّاَ ل‬ ‫ىِ لعلبمدىِ – فلإ ملذا لقاَلل )إمايِّاَ ل‬ ‫ض إملل ا‬ ‫لعلبمدىِ – لولقاَلل لمارةة فلاو ل‬
ِ‫ لقاَلل هللذا لملعلبمدى‬.( ‫ضاَبليِلن‬ ‫ب لعللليِمهلم لولل ال ا‬ ‫م‬ ‫ضو‬ ‫ا‬ ‫ل‬
‫غ‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ل‬
‫م ل‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ل‬
ِ‫ي‬‫غ‬‫ل‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬
ِ‫ي‬
‫ل مل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ل‬
‫ت‬ ‫م‬ ‫ع‬
‫م ل لل‬ ‫ل‬
‫ن‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ِّ‫ي‬‫ذ‬‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬
‫ط‬ ‫را‬ ‫ل‬
‫ط ا م ل م ل‬
‫ص‬ ‫م‬ ِ‫قي‬ ‫ت‬ ‫ل‬
‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫صلرا ل‬‫فلإ ملذا لقاَلل )الهمدلناَ ال ب‬
‫لولملعلبمدىِ لماَ لسأ للل‬

“Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua
bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia
minta. Jika hamba mengucapkan ’Al-Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin (segala puji hanya
milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku.

Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘Al-Rahmanir Rahiim (Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.

Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘Maaliki Yaumiddiin (Yang Menguasai hari


pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata
sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku.

Jika hamba mengucapkan ‘Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in (hanya kepada-Mu kami
beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini
antara-Aku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.

Jika hamba mengucapkan ‘Ihdiinash Shiroothol Mustaqiim, Shirootol Ladzina An’amta


‘Alaihim, Ghoiril Magdhuubi ‘Alaihim wa Laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan
yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang
dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi
hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395, dari jalur Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu)

Al-Hafidz Ibnu Rajab Rahimahullah menyebutkan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa
Allah menyimak bacaan orang yang shalat di mana ia bermunajat kepada-Nya, kemudian
Allah menjawab munajatnya perkalimat.”
‫ ويِّرد عليِه جواب ماَ يِّناَجيِه به كلمة كلمة‬، ‫فهذا الحديِّث يِّدل علىِ أن ا يِّستمع لقراءة المصلي حيِث كاَن مناَجيِاَ له‬

Karenanya, hendaknya seorang hamba menjaga adab kepada Rabbnya saat shalat.
Janganlah ia meludah ke arah depannya. Karena hakikatnya, ia sedang berhadapan
dengan-Nya.

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya RasulullahShallallahu


'Alaihi Wasallam melihat ludah di dinding kiblat (masjid), lalu beliau menggosoknya agar
hilang. Kemudian menghadap ke orang-orang dan bersabda :

ِ‫صالى‬ ‫ فلإ مان ا‬،‫ق قمبللل لولجمهمه‬


‫ال قمبللل لولجمهمه إملذا ل‬ ‫إملذا لكاَلن أللحاداكلم يِّا ل‬
‫صبلي فللل يِّللب ا‬
‫ص ا‬

“Apabila salah seorang di antara kalian shalat, janganlah meludah ke arah depan karena
Allah berada di hadapannya ketika ia sedang shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Demikian pula, janganlah ia menoleh ke kanan atau ke kiri seperti orang yang berpaling
saat shalat. Dengan sebab ini, Allah berpaling darinya.

Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda,

‫ فإذا صرف وجهه انصرف عنه‬،‫ل يِّزال ا مقبل علىِ العبد في صلته ماَ لم يِّلتفت‬

“Allah akan senantiasa menghadap hamba dalam shalatnya selama tidak menoleh.
Apabila ia palingkan wajahnya maka Allah berpaling darinya.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Al-Nasa’i)

Nabi Yahya ‘Alaihis Salam berwasiat kepada Bani Israil:

‫صلاليِتالم فللل تلللتلفماتوا‬ ‫ب لولجهلها لملولجمه لعلبمدمه لماَ لللم يِّلللتلفم ل‬


‫ فلإ ملذا ل‬،‫ت‬ ‫ فلإ مان ال لعاز لولجال يِّللن م‬،‫صللمة‬
‫ص ا‬ ‫لوآَاماراكلم مباَل ا‬

“Dan aku perintahkan kalian mengerjakan shalat, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla
menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba-Nya (dalam shalatnya) selama ia tidak
berpaling. Karenanya, apabila kalian shalat janganlah ia berpaling (menoleh).” (HR.
Ahmad dan al-Tirmidzi dari hadits al-Harits al-Asy’ari, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam)

Faidah Doa Al-Fatihah

Surat al-Fatihah salah satu rukun shalat. Setiap orang yang shalat wajib membacanya di
setiap rakaat shalatnya. Di dalam surat ini terdapat doa yang sangat penting untuk agama
dan dunianya. Yaitu doa memohon hidayah kepada Allah untuk dirinya.

Setiap hamba sangat butuh kepada hidayah Allah. Yakni, Allah menunjukinya kepada al-
Shirath al-Mustaqim (jalan yang lurus). Yaitu jalan Islam yang Allah ridhai sebagai dien,
yang akan menghantarkan manusia ke surga.

Butuhnya manusia kepada hidayah ini lebih besar daripada butuhnya kepada makan,
minum, dan oksigen. Karena kalau seseorang tidak dapat makan, minum, dan oksigen
resikonya adalah kematian di dunia. Sedangkan jika kehilangan hidayah maka resikonya
adalah kehancuran hidup di dunia dan akhirat. Di dunia ia mendapat berbagai kekacauan
dan bencana. Sementara di akhirat ia mendapat siksa yang tiada tara. Semua itu sebagai
akibat menyimpang dari petunjuk.

Imam Ibnu Abi Al-‘Izz Al-Hanafi dalam Syarh Aqidah Thawiyah menyebutkan keutamaan
doa al-Fatihah ini, “Doa yang paling dibutuhkan manusia dalam hidupnya terdapat dalam
surat Al-Fatihah. Yakni:
‫ضاَبليِلن‬
‫ب لعللليِمهلم لولل ال ا‬ ‫ت لعللليِمهلم لغليِمر الللملغ ا‬
‫ضو م‬ ‫ط الامذيِّلن أللنلعلم ل‬ ‫ط اللاملستلمقيِلم م‬
‫صلرا ل‬ ‫صلرا ل‬
‫الهمدلناَ ال ب‬

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Karena jika Allah telah menunjukinya kepada jalan yang lurus, maka Allah akan
menolongnya dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Sehingga ia tidak akan tertimpa keburukan, baik di dunia maupun di akhirat.”

Sesungguhnya selamat dari adzab dan meraih kebahagiaan hanya didapatkan dengan
hidayah ini.

[Baca: Maksud 'Mohon Petunjuk' Dalam Surat Al-Fatihah]

Karena pentingnya doa ini bagi hamba, Allah wajibkan membacanya di setiap rakaat
shalat. Ia mengulangi doa ini -minimal- 17 kali dalam sehari semalam. Dan bisa lebih
banyak lagi dalam shalat-shalat Sunnah, sesuai kehendak Allah. Setiap ia berdiri shalat
maka ia membaca doa ini di rakaat shalatnya. Maka shalat menjadi penghubung seorang
kepada Allah untuk mendapatkan hajat terpentingnya ini dan juga doa-doa kebaikan
lainnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

Anda mungkin juga menyukai