Anda di halaman 1dari 18

TAHARAH

Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I


A. ARTI DAN KEDUDUKAN TAHARAH
Taharah Etimologi: suci, bersih, dan menjauh
(Ahmad Warson: 1984: 931), baik kotoran lahir (zati/’aini),
batin (rohani), berupa sifar maupun perbuatan tercela.

                   …


…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri.QS.Al-Baqarah:222

Taharah Terminologis: mensucikan diri, pakaian,


tempat atau lainnya, dari najis dan hadas yang
menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan
air, tanah, atau batu.

Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I


      
dan jika kamu junub Maka mandilah. QS. Al-Maidah:6

‫ور‬ ‫ه‬ ُّ
‫ط‬ ‫ال‬ ِ ‫ال ِم ْفتاح الصَّاَل‬
‫ة‬ َ ‫ق‬
َ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ل‬
َّ ‫ص‬ ‫يِب‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ِ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ع‬
ُ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ِّ ْ َ ٍّ َ ْ َ
Dari Ali nabi bersabda: kunci shalat itu adalah bersuci, (HR. At-Tirmizi).

‫ول‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫م‬ َّ


‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ى‬َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ
‫اهلل‬ ‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ِ ‫ِإ‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ر‬ ِ
ُ
‫َ ُ ََْ َ َ َ َ ُ اَل‬ َ َُ ُ ْ ‫مَس‬ ‫يِّن‬ َ َ َ َ ْ‫َع ْن اب‬
‫م‬ ‫ع‬
ُ ‫ن‬
‫صاَل ةٌ بِغَرْيِ طُ ُهوٍر‬ َ ‫ُت ْقبَ ُل‬
Dari ibnu umar berkata: aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda tidak di terima shalat tanpa
bersuci, (HR. Muslim).

‫اهلل‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫اَل‬ ‫م‬َّ


‫ل‬ ‫س‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ِ
‫اهلل‬ ‫ال َر ُس ْو ُل‬
َ َ‫ ق‬،‫ال‬ َ َ‫َع ْن َأيِب ُهَرْيَرَة ق‬
ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َّ َ
‫ضَأ‬
َّ ‫ث َحىَّت يََت َو‬ ‫د‬‫َأح‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ِإ‬ ‫م‬ ‫ك‬ ِ
ُ ‫َأح‬
‫د‬ ‫صاَل َة‬
َ َْ ْ َ َ
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: Allah tidak menerima shalat seseorang
diantara kamu yang berhadas sehingga ia berwudlu (HR. Al-Bukhari)

Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I


B. ALAT TAHARAH
1. Air
Air di gunakan untuk menghilangkan najis dan hadas, air
menrupakan alat taharah yang paling utama, namun tidak
semua air bisa di gunakan untuk taharah. Pembagian jenis Air:
a). Air Mutlak
Air mutlak adalah air yang masi asli/belum digunakan
bersuci dan tidak tercampur dengan sesuatu. Yaitu: air
hujan, air salju dan embun, air laut, air zam-zam dan
telaga, air sumur atau mata air, kecuali air tersebut
berubah pada BAU, RASA, WARNA.
b). Air Suci Tapi Tidak Mensucikan
Air yang dilihat dari zatnya sendiri suci, misal Air kelapa,
air gula, air kopi, air teh, dsb. Namun tidak mensucikan

Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I


c). Air Musta’mal
Adalah air yang sudah digunakan untuk bersuci. Air ini sah di gunakan
untuk bersuci, baik mandi, berwudhu, seperti halnya air mutlak.

َّ ‫َأع ِق ُل َفَت َو‬


‫ضَأ‬ ‫اَل‬ ‫يض‬ ِ
‫ر‬ ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫َأ‬
‫و‬ ‫ىِن‬ ‫ود‬
ْ ٌ َ َ ُ َُ َ َ َ ْ َ ُ َ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫م‬َّ
‫ل‬ ‫س‬‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ى‬َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ
‫اهلل‬ ‫ول‬
ُ ‫اع َر ُس‬
َ ‫َج‬
‫ت‬ ِ‫ب علَي ِمن ِوضو ِئ‬
َ َ ْ ُ ْ َّ َ َّ ‫ص‬
‫ل‬
ْ ‫ق‬
َ ‫ع‬‫ف‬َ ‫ه‬ َ ‫َو‬
Pada suatu hari Rasulullah menjenguk aku yang sedang sakit dan tidak sadarkan diri, maka
Rasulullah berwudlu lalu menuangkan (sisa) air wudlunya kepadaku, lalu aku sadar (HR.
Bukhari: 187).

‫ض ِل‬ ‫ف‬ِ‫ب‬ ‫ل‬ ِ


‫س‬ ‫ت‬‫غ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫ك‬ ‫م‬َّ
‫ل‬ ‫س‬‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ى‬َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ
‫اهلل‬ ‫ول‬ َّ ُ‫َأخَبَره‬
َ ‫َأن َر ُس‬ ٍ َّ‫َأن ابْ َن َعب‬َّ
َ
ْ َ ُ َْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ ‫اس‬
َ‫َمْي ُم ْونَة‬
Bahwasanya Ibnu Abbas menerangkan, bahwa Nabi Saw. Pernah mandi dengan sisa air
yang di pakai istrinya Maimuna.
d). Air Mutanajjis
Ialah air yang tercampur dengan barang najis sehingga merubah salah
satu diantara rasa, warna , dan baunya. Air sejenis ini tidak dapat di
gunakan untuk bersuci, menghilangkan hadas dan najis.
Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I
e. Air Yang Tercampur Dengan Benda Suci
Air yang tercampur dengan benda suci boleh digunakan
untuk bersuci.
ِ ‫اهلل صلَّى اهلل علَي ِه وسلّم‬
‫ح‬ ِ ‫ول‬ ‫س‬ ِ
َ ‫َ ُ َ ْ َ َ َ نْي‬ ُ ُ َ َ ََْ َ َ َ َ َّ ‫َع ْن ُِّأم َع‬
‫ر‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬، ‫ة‬ ‫ي‬ ‫ط‬
‫ َْأو َأ ْكَثَر ِم ْن‬،‫ َْأومَخْ ًسا‬،‫ ا ْغ ِس ْلَن َها ثَاَل ثًا‬:‫ال‬ َ ‫ َف َق‬،‫ب‬ ُ ‫ن‬
َ ‫ي‬
ْ‫ز‬َ ‫ه‬
ُ ‫ت‬
َُ‫ن‬‫اب‬
ْ ‫ت‬
ْ ‫ي‬
َ ِّ
‫ف‬ ‫و‬ُ ‫ت‬
ُ
‫ َْأو‬،‫اج َع ْل َن يِف اآْل ِخَرِة َكافُ ًورا‬ ِ ٍ ‫مِب‬ ِ ‫ِإ‬ ِ
ْ َ ً ْ َ َ َ َ ‫َذل َ ْ َ ْنُت‬
‫و‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫اء‬ ،‫ك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ َّ ‫َأي‬
‫ر‬ ‫ن‬ ، ‫ك‬
،ُ‫ َفلَ َّما َفَر ْغنَا اَ َذنَّاهُ فََأ ْعطَانَا ِح ْق َوة‬، ‫ فَِإ َذا َفَر ْغنُت َّ فَ ِاذنَّيِن‬.‫َشْيًئ ِام ْن َكا ُف ْوٍر‬
‫ َأ ْشعِْر هَن َا ِإيَّاهُ َت ْعيِن ِإَز َارُه‬:‫ال‬ َ ‫َف َق‬
Dari ummi athiyah, bahwasanya telah masuk ke tempat kami Rasulullah SAW.
Ketikaputrinya Zainab wafat. Makam beliau bersabda: mandikanlah ia tiga tau lima
kali atau lebih dari itu, jika kamu berpendapat demikian, dengan air dan daun bidara
dengan dan campurkan yang terakhir dengan kapur barus atau sedikit dari padanya,
jika telah selesai beritahulah aku. Maka setelah selesai kami beritahukan kepada beliau,
lalu beliau memberikan kain kepada kami, lalu katanya: balutkan kepada rambutnya,
yaitu kain itu (Al-Bukhari:1175)
Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I
2. Debu
Bila seseorang tidak mendapatkan air ketika ingin
berwudhu atau junub maka di bolehkan
menggunakan debu. Adapun debu yang suci terletak
pada: tanah kering, pasir, tembok, dibalik tikar, kaca
dll.

                             

                   
…dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih)
Oleh: Mappanyompa, S.Pd.I,MM, M.Pd.I
Lanjutan
3. Benda-benda padat
 Benda padat dan kesat yang suci dari asalnya,
selain tahi dan tulang, serta tidak terkena najis,
seperti batu, bata merah, tanah keras, kayu kering,
tissu dan lain sebagainya dapat digunakan untuk
bersuci dari dari na’jis (istinja’), jika tidak
mendapatkan air.

C. NAJIS
 Secara etimologis, najis artinya kotor (Ahmad Warson
Munawwir, 1984: 1487).
 Secara terminologis, najis adalah sesuatu yang
dianggap kotor oleh agama yang harus dibersihkan
dari badan, pakaian, dan tempat salat oleh manusia
saat akan melaksanakan salat.
Lanjutan
 Yang termasuk najis hakiki (benda) ini adalah:
1. Tinja
2. Kencing
3. Liur anjing
4. Mani
5. Madzi
6. Wadi’ (kencing)
7. Keputihan
8. Darah Haid
9. Darah Nifas,
10.Darah Istihadah
Lanjutan
 Dalam fiqih ada 3 macam najis:
A. Mukhaffafah (kencing bayi)
B. Mutawassitah (darah)
C. Mughallazah (liur anjing)
D. Hadas
 Hadas di bagi 2 yaitu:
1. Besar
2. Kecil
E. Mandi
 tata cara mandi secara berurutan adalah sebagi berikut:
1. Mencuci kedua tangan
2. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri.
3. Berwudlu seperti berwudlu untuk salat.
4. Menyiram air ke kepala sampai merata (keramas)
5. Menyiramkan air ke seluruh badan sampai rata dimulai dari sebelah
kanan kemudian ke kiri,
Lanjutan
F. WUDLU’
1. Dasar hukum wudlu:
 Firman Alloh: Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, (QS: Al-Maidah:6).
 Urutan wudlu:
1.Bersiwak atau bersikat gigi
2.Niat berwudlu karena
3.Membaca “bismillah”
4.Membasuh tangan tiga kali
Lanjutan
5. Berkumur-kumur secara sempurna
(tamadlmadla)
6. Membasuh wajah tiga kali
7. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali
8. Mengusap kepala sekaligus dengan telinga
9. Membasuh kaki kanan sampai dua mata kaki
10. Tertib, sesuai
11. Berdo’a:
Lanjutan
2. Hikmah wudhu
a. Anggota wudlu akan bercahaya dan menjadi saksi di
hari Kiamat
b. Pembersih dosa dan penambah kebaikan.
c. Mengangkat derajat di sisi Allah
G. MENGUSAP KHUF (MASHUL KHUFFAIN)
 Artinya: dari Shafwan bin ‘Asshal Al-Muradiy berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: maka beliau
memerintahkan kami agar kami cukup mengusap
sepatu bila kami memakainya dalam keadaan suci,
yakni selama tiga hari bila kami dalam eadaan musafir
dan sehari semalam bila kami mukim, dan kami tidak
melepaskan keduanya [dalam redaksi An-Nasa’i:
karena buang air besar, kencing dan tidur], kecuali
karena junub. (HR. Ahmad: 17398, An-Nasa’i: 158).
Lanjutan
Kebolehan mengusap khuf dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Orang yang menggunakan khuf, harus dalam
keadaan suci saat mulai memakainya.
2. Khuf masih berlaku walaupun dipakai buang air
besar, kencing dan tidur.
3. Khuf tidak boleh dilepas. Apabila salah satu atau
keduanya dilepas, maka masa berlakunya habis.
4. Masa berlaku khuf adalah sehari semalam bagi
yang mukim, dan 3 hari bagi yang musafir.
5. Masa berlaku khuf habis jika mengalami hadas
besar yang menyebabkan wajib mandi (Sayyid
Sabiq, 1999:55).
Lanjutan
H. TAYAMMUM
1.Pengertian dan Dasar Hukum
 Tayammum secara etimologis artinya sengaja
(Ahmad Warson Munawwir, 1984: 1699).
 Secara terminologis, tayammum adalah sengaja
mengunakan tanah atau debu sebagai alat
bersuci sebagai pengganti wudlu’ dan mandi
jika ada halangan
2.Alasan dibolehkan Tayammum
a. Ketika tidak menemukan air, atau menemukan
air tetapi tidak cukup untuk bersuci.
Lanjutan
b. Ketika sakit atau ada luka yang menurut
keterangan ahli medis atau pengalaman dapat
membahayakan jika tersentuh air
c. Ketika air sangat dingin yang dapat
membahayakan kesehatan dan tidak mungkin
untuk memanaskannya.
d. Ketika air ada dan cukup, tetapi tidak mungkin
menggunakannya karena ada musuh atau
binatang buas atau bahaya lainnya yang
mengancam jiwa,
e. Ketika air ada dan mampu menggunakannya,
tetapi jika akan menggunakannya waktu untuk
melakukannya tidak ada,
Lanjutan
3. Tata Cara Bertayammum
a. Mengucap basmalah dan berniat, sambil
meletakkan kedua telapak tangan di tanah,
kemudian meniup debu yang masih menempel
di tangan.
b. Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah
satu kali, kemudian langsung mengusap
tangan kanan hingga pergelangannya,
kemudian tangan kiri dengan perlakuan yang
sama.
4. Hal-hal yang membatalkan Tayammum
a.Semua ha-hal yang membatalkan wudlu
Lanjutan
b. Menemukan air suci sebelum mengerjakan salat.
c. Habis masa berlakunya, yaitu satu tayammum
untuk satu salat (Tim Majelis Tarjih dan Tajdid
PP Muhammadiyah, 2003, I:45-46)
I. ISTINJA’
 Secara etimologis, istinja’ artinya selamat, bebas
dan terlepas (Ahmad Warson Munawwir, 1984:
1490).
 Terminologis, istinja’ adalah membersihkan atau
mensucikan qubul (kemaluan) dan atau dubur
(anus) setelah selesai dari buang air dengan
menggunakan air atau batu

Anda mungkin juga menyukai