1. PENDAHULUAN
a. Islam adalah agama yang MUDAH dan mengajarkan KEMUDAHAN. Islam tidak
menyeru kepada KESULITAN, KESUKARAN dan BAHAYA.
b. Diantara bentuk kemudahan Islam terhadap kaum muslimin adalah apabila
tidak didapati adanya air, atau apabila menggunakan air dapat membahayakan,
misalnya karena sakit atau karena dingin yang luar biasa, atau karena stok untuk
air minum yang tidak memadai, maka di saat itu diperbolehkan untuk
bertayamum.
c. Allah Subhânahu waTa’âlâ berfirman menjelaskan tentang disyariatkannya
bertayamum dalam QS al-Ma’idah : 6.
d. Hadits Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Salam yang berbicara tentang tayamum,
diantaranya hadits ‘Imrân bin Hushain dimana Nabi pernah sholat bersama
kaum, lalu beliau melihat seorang pria yang menjauh dari jama’ah dan tidak
turut sholat bersama jama’ah. Lantas Nabi bertanya : “Wahai Fulan, apa yang
menghalangimu ikut sholat bersama kaum?” Orang itu menjawab : “Wahai
Rasulullah, saya mengalami junub dan tidak memiliki air.” Lantas Nabi
mengatakan : “Bersucilah dengan debu (tayamum) karena hal ini sudah
mencukupimu.” Ketika ada air, Nabi lantas memberikannya kepada lelaki tadi
seember air, lalu mengatakan : “mandilah dengan air ini.” [Muttafaq ‘alaihi].
e. Awal mula disyariatkan Tayamum :
ْشةَ أ ُ ِم ْال ُمؤْ ِمنِينَ أَنَّ َها قَالَت َ ِعائ َ ع ْن أَبِي ِه َع ْن َ الرحْ َم ِن ب ِْن ْالقَا ِس ِم َّ ع ْن َما ِلك َع ْن َع ْب ِد َ َح َّدثَنِي يَحْ يَى
ط َع َ َت ْال َجي ِْش ا ْنق ِ َاء أَ ْو ِبذَا ِ ار ِه َحتَّى ِإذَا ُكنَّا ِب ْالبَ ْيد ِ َض أ َ ْسف ِ سلَّ َم ِفي بَ ْع َ علَ ْي ِه َو َ ّللا ُ َّ صلَّى َ ّللا ِ َّ خ ََرجْ نَا َم َع َر ُسو ِل
ْس َمعَ ُه ْم َ علَى َماء َولَي َ سوا ُ اس َمعَهُ َولَ ْي ُ َّام الن َ َعلَى ْال ِت َما ِس ِه َوأَق َ سلَّ َمَ علَ ْي ِه َو َ ّللاُ َّ صلَّى َ ّللا ِ َّ سو ُل ُ ام َر َ َِع ْقد ِلي فَأَق
علَ ْي ِه َ ّللا
ُ َّ صلى َّ َ ّللاِ َّ سو ِل ُ عائِشَة أقَا َمتْ بِ َر َ ُ َ ْصنَعَت َ
َ ق فَقَالوا أ َل ت ََرى َما ُ ِ الصدِي ِ اس ِإلَى أبِي بَ ْكر َ ُ ََّماء فَأَت َى الن
علَ ْي ِه ُ َّ صلَّى
َ ّللا َ ّللا ِ َّ سو ُل ُ عائِشَةُ فَ َجا َء أَبُو بَ ْكر َو َر َ ْْس َمعَ ُه ْم َماء قَالَت َ سوا َعلَى َماء َولَي ُ اس َولَ ْي ِ َّسلَّ َم َو ِبالن َ َو
علَى َ ُ َ َوا س ي
ْ َ ل و اس َّ ن الو م َّ لس و
َ َ َ َ ِ َ ُ َّ ه ي
ْ َ لع ّللا ى َّ ل ص
َ َّ ِ
ّللا ل
َ وس ر ت
ُ َ ِ ْ ََ س بح ل َ ا َ قَ ف َام
َ ن ْ
د َ ق ِي ذخِ َ ف ى َ لع ُ ْ
َ َ َ ِ َ َ َ َو
هس أر عاض و م َّ لس
َاص َرتِي ْ
ِ ّللا أ ْن يَقُو َل َو َج َع َل يَطعُنُ ِبيَ ِد ِه فِي خ َ َ ُ
ُ َّ ْس َم َع ُه ْم َماء قَالَتْ َعائِشَة فَعَاتَبَنِي أبُو بَ ْكر فَقَا َل َما شَا َء َ َماء َولَي
صلى َّ َ ّللا ِ َّ سو ُل ُ َام َر َ على فَ ِخذِي فَن َ َ سل َمَّ َ عل ْي ِه َو َ َ ّللا
ُ َّ صلى َّ ِ َّ سو ِل
َ ّللا ْ َّ
ُ فَ َل يَ ْمنَعُنِي ِم ْن الت َّ َح ُّر ِك إِل َمكَانُ َرأ ِس َر
1
ضيْر َ س ْي ُد بْنُ ُح َ ُ اركَ َوتَعَالَى آيَةَ التَّيَ ُّم ِم فَتَيَ َّم ُموا فَقَا َل أ ُ َّ غي ِْر َماء فَأ َ ْنزَ َل
َ َّللا تَب َ صبَ َح َعلَى ْ َ سلَّ َم َحتَّى أَ علَ ْي ِه َو
َ ّللا
ُ َّ
ُعلَ ْي ِه فَ َو َج ْدنَا ْال ِع ْق َد تَحْ تَه
َ ُت ْ
ن ُ
ك ِي ذ َّ ال ير
َ ع
ِ َ ب ْ
ال َا نثْ َ عَ ب َ ف ْت َ لاَ ق ر ْ
ك َ ب ي ب
ِ َ أ ل
َ آ ا َ ي م ُ
ك ت
ِ َ
ك رَ
ْ َ ِ َّ ِ َب لو َ أب ي ه
ِ ا م
َ
Dari Aisyah Ummul Mukminin berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah perjalanan. Ketika kami berada di
Baida`atau Dzatul Jaisy, kalungku terputus dan jatuh. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam singgah untuk mencarinya dan orang-orang mengikuti beliau.
Sementara beliau dan mereka tidak membawa air. Mereka kemudian menemui
Abu Bakar As Shiddiq dan menuturkan; "Tidakkah engkau tahu apa yang telah
terjadi pada Aisyah? Dia singgah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dan para sahabat, sedangkan mereka tidak berada di tempat air dan juga tidak
membawanya." Aisyah berkata; "Abu Bakar datang ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidur dengan meletakkan kepalanya di atas pahaku. Abu Bakar
berkata; "Kamu telah menghambat perjalanan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan para sahabat, padahal mereka tidak berada di tempat air dan
tidak juga membawanya! ' Abu Bakar mencelaku dan mengatakan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah untuk mengatakannya. Dia
menyodok pinggangku dengan tangannya, dan tidak ada yang mencegahku
bergerak kecuali posisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang tidur
di atas pahaku. Sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih terlelap
tidur hingga pagi tanpa air, lalu Allah Tabaraka Wa Ta'ala menurunkan ayat
tayamum, hingga mereka pun melakukan tayamum. Usaid bin Khudlair berkata,
"Wahai keluarga Abu Bakar, tidaklah ia kecuali berkah pertama yang Allah
berikan kepada kalian." 'Aisyah berkata, "Kemudian kami membangunkan unta
yang kami naiki, ternyata kami menemukan kalung itu di bawahnya."
f. Apakah Tayamum juga disyariatkan bagi umat sebelum kita?
Tidak, namun tayamum itu adalah keistimewaan dan kekhususan umat Islam.
Berdasarkan hadits Nabi :
ض َمس ِْجدًا ُ ش ْهر َو ُج ِعلَتْ ِلي ْاْل َ ْر َ َ يرة َ ب َم ِس ِ الر ْع ُّ ص ْرتُ ِب ِ ُاء قَ ْب ِلي ن ِ َط ُه َّن أ َ َحد ِم ْن ْاْل َ ْن ِبي ً أُع ِْطيتُ خ َْم
َ سا لَ ْم يُ ْع
ًصة َّ ث ِإلَى قَ ْو ِم ِه خَا ُ َي يُ ْبعُّ ِص ِل َوأ ُ ِحلَّتْ ِلي ْالغَنَائِ ُم َو َكانَ النَّب َ ُص َلة ُ فَ ْلي َّ ورا َوأَيُّ َما َر ُجل ِم ْن أُ َّمتِي أَد َْر َك ْتهُ ال ً ط ُه َ َو
َّ اس َكافَّةً َوأُع ِْطيتُ ال
َشفَا َعة َّ َ
ِ َوبُ ِعثتُ إِلى الن ْ
"Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-
Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka
sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud
dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari ummatku mendapati waktu
shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi
sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh
manusia, dan aku diberikah (hak) syafa'at". (HR. Bukhari)
3
Kami pernah keluar dalam sebuah perjalanan, lalu salah seorang di antara kami
terkena batu pada kepalanya yang membuatnya terluka serius. Kemudian dia
bermimpi junub, maka dia bertanya kepada para sahabatnya; Apakah ada
keringanan untukku agar saya bertayammum saja? Mereka menjawab; Kami
tidak mendapatkan keringanan untukmu sementara kamu mampu untuk
menggunakan air, maka orang tersebut mandi dan langsung meninggal. Ketika
kami sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau diberitahukan
tentang kejadian tersebut, maka beliau bersabda: "Mereka telah
membunuhnya, semoga Allah membunuh mereka! Tidakkah mereka bertanya
apabila mereka tidak mengetahui, karena obat dari kebodohan adalah
bertanya! Sesungguhnya cukuplah baginya untuk bertayammum dan
meneteskan air pada lukanya -atau- mengikat lukanya- Musa ragu- kemudian
mengusapnya saja dan mandi untuk selain itu pada seluruh tubuhnya yang
lain." (HR. Abu Daud)
c. Dalam kondisi sangat dingin dimana tidak mampu menyentuh air
Berdasarkan hadits ‘Amr bin ‘Ash :
"Pada suatu malam yang sangat dingin saya mimpi basah, jika mandi maka saya
khawatir akan jatuh sakit. Maka saya pun bertayammum kemudian shalat
Subuh berjama'ah bersama sahabat-sahabatku. Saat kami menemui Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, maka saya pun menuturkan hal itu kepada beliau.
Beliau bertanya: "Wahai Amru, apakah kamu shalat bersama sahabat-
sahabatmu sedangkan kamu dalam keadaan junub?" saya menjawab, "Benar.
Wahai Rasulullah, saya mimpi basah pada malam yang sangat dingin sekali, jika
mandi saya khawatir akan jatuh sakit. Lalu saya teringat firman Allah, '(Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu) ' (Qs. An Nisa: 29) Maka saya pun bertayammum dan
shalat." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa dan beliau tidak berkata
sesuatu pun. (HR. Ahmad)
d. Dalam kondisi air tidak memadai/mencukupi untuk safarnya.
4
Tidak, sebagaimana dalam QS al-Maidah : 6. Safar di situ bersifat umum, baik
karena tidak ada air atau karena ketidakmampuan.
b. Apakah disyaratkan bagi musafir yang hendak bertayamum bahwa safarnya
adalah dalam rangka ketaatan?
Yang shahih adalah, bahwa seorang musafir dalam kondisi tidak ada air atau
mengalami kesulitan air, dia diperkenakan untuk tayamum baik safarnya dalam
rangka untuk ketaatan ataupun kemaksiatan.
c. Apakah boleh orang yang berwudhu bermakmum kepada yang bertayamum?
Boleh dan sholatnya sah. Dalilnya adalah hadits ‘Amr bin ‘Ash (lihat poin no 4
bag c).
d. Apakah sah sholatnya orang yang bertayamum, setelah sholat ia dapati air
sedangkan waktu sholat belum berakhir?
Jumhur ulama berpendapat bahwa sholatnya sudah sah dan tidak perlu
mengulangi kembali sholatnya.
e. Bagaimana seorang yang lupa bahwa dia memiliki air, lalu dia bertayamum dan
sholat. Setelah sholat dia teringat memiliki air. Apalah dia perlu mengulangi
sholatnya?
f. Barangsiapa yang tayamum lalu sholat, kemudian tampak padanya air saat
sedang sholat, apakah ia sempurnakan sholatnya ataukah ia putus sholatnya?
g. Apabila ada orang yang sakit lalu terkena najis, apakah ia mensucikan najisnya
dengan tayamum??
h. Seorang yang memiliki air yang sangat sedikit, tidak mencukupi membasuh
seluruh anggota tubuh wajibnya, apakah ia diperbolehkan tayamum?
i. Dalam cuaca dingin yang ekstrem, ada seseorang melakukan jima’. Apakah
boleh baginya bertayamum??