Anda di halaman 1dari 12

Ila’ (‫)ا ْيِإْلاَل ِء‬

Fiqhul Usroh Muslimah


Secara etimologis (Bahasa) : melarang diri
dengan cara menggunakan sumpah.
Ila’ Secara terminologis : sumpah untuk tidak
mencampuri isteri dalam Waktu 4 bulan atau
tidak disebutkan Jumlah angkanya.
Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya
diberi tangguh empat bulan (lamanya).
Kemudian jika mereka kembali (kepada
isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. QS al-
Baqarah 226

َ َ‫ص َد ُر آلَى ُيوِل ْي ِإ ْياَل ًء ِإ َذا َحل‬


‫ف‬ ْ ‫َو ُه َو لُ َغةً َم‬
Waktu
Menghapus kebiasaan Jahiliyah
maksimal ila’ 4
bulan yang bisa sampai dua tahun
ِ ‫ ُحم ْيٍد الطَّ ِو‬ ‫ َع ْن‬ ‫ان‬
ُ‫ ََّأنه‬ ‫يل‬ َ ‫م‬ ‫ي‬
ْ ‫ل‬
َ ‫س‬   ‫ن‬ْ ‫ع‬ 
َ
ِ ‫َأخ‬ 
‫يه‬ ِ ‫ع ْن‬ ‫س‬
َ ٍ ‫ي‬
ْ‫ُأو‬ ‫ي‬ ِ ‫ِإسم‬
ِ‫اعي ُل ْب ُن َأب‬ ْ
ُ
ِ‫آلَى رسو ُل اللَّ ِه صلَّى َاللَّه علَ ْي ِه َوسلَّم ِمن نِساِئه‬ ‫يقُوَُل‬ ‫ ََأن َس ْبن م ِال ٍك‬ ‫س ِمع‬
َ ْ َََ َ ُ َ َُ َ َ َ َ َ َ
ِ ٍ ِ َ‫ت ِر ْجلُه فََأق‬ َّ َ‫ت ْانف‬
‫ول‬ َ ‫ام في َم ْش ُرَبة لَهُ ت ْس ًعا َو ِع ْش ِر‬
َ ‫ثَُّم َن َز َل فَقَالُوا َيا َر ُس‬ ‫ين‬ َ ُ ْ ‫ك‬ ْ ‫َو َك َان‬
ِ َّ ‫ال‬ َ ‫اللَّ ِه آلَ ْي‬
َ ‫الش ْه ُر ت ْسعٌ َو ِع ْش ُر‬
‫ون‬ َ َ‫ت َش ْه ًار فَق‬
‫ صحيح البخاري‬4984
Telah menceritakan kepada kami [Isma’il bin Abu Uwais]
Nabi meng-ila’ dari [saudaranya] dari [Sulaiman] dari [Humaid Ath
isterinya Thawil] bahwa ia mendengar [Anas bin Malik] berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
sebulan bersumpah untuk tidak menemui para isterinya (selama
satu bulan). Kemudian kaki beliau berjalan dan berdiri di
tempat minum milik beliau tepat pada tanggal dua puluh
sembilan, kemudian beliau singgah (di rumah isterinya).
Maka para sahabat pun berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Anda bersumpah untuk satu bulan.” Maka
beliau bersabda: “Jumlah bulan itu adalah dua puluh
Sembilan hari.”
‫اَل‬ ُ‫ان َيقُو ُل ِفي اِإْل ياَل ِء الَِّذي َس َّمى اللَّه‬ َّ ِ
َ ‫ َرض َي اللهُ َع ْنهُ َما َك‬ ‫ ْاب َن ُع َم َر‬ ‫َأن‬ َّ  ‫ َن ِاف ٍع‬ ‫ َع ْن‬ ‫ث‬ ُ ‫اللَّْي‬ ‫ َح َّدثََنا‬ ُ‫قُتَْي َبة‬ ‫َح َّدثََنا‬
‫و قَا َل‬ ‫َأم َر اللَّهُ َع َّز َو َج َّل‬ َ ‫ق َك َما‬ِ ‫وف َْأو َي ْع ِزم بِالطَّاَل‬
ِ ‫ك بِاْلمعر‬
ُ
ِ ْ ‫ي ِح ُّل َأِلح ٍد بع َد اَأْلج ِل ِإاَّل‬
ْ َ َ ‫َأن ُي ْمس‬ َ َْ َ َ
َ
‫ق َواَل َي َقعُ َعلَ ْي ِه‬ ِّ
‫ل‬ ‫ط‬
َ ‫ي‬ ‫ى‬َّ
‫ت‬ ‫ح‬ ‫ف‬ ‫ق‬
َ ُ َ ُ َ ُ ُ ْ َ َْ ْ َ َ‫و‬‫ي‬ ‫ر‬ٍ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫َأ‬ ‫ة‬
ُ ‫ع‬ ‫ب‬
‫َأر‬ ‫ت‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ِإ‬  ‫ر‬ َ ‫م‬
َ ‫ع‬ ‫ن‬ِ
ُ ْ َْ‫اب‬   ‫ن‬ ‫ع‬   ‫ع‬ٍ ِ
‫اف‬‫ن‬ ِ
َ ْ َ ٌ َ َ َ ُ ‫اعي‬
  ‫ن‬ ‫ع‬   ‫ك‬ ‫ال‬ ‫م‬   ‫ي‬ ِ
‫ن‬ ‫ث‬ َّ
‫د‬ ‫ح‬   ‫ل‬ ِ ‫ِإسم‬ ‫ِلي‬
َ َّْ
ِ‫َأص َحاب‬  ِ ‫ِئ‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِّ َّ
ْ ‫ َواثَْن ْي َع َش َر َر ُجاًل م ْن‬ َ‫و َعا َشة‬  َ ‫وَأبي الد ْرَداء‬  َ ‫و َعل ٍّي‬  َ ‫ان‬
َ ‫ ُعثْ َم‬ ‫ك َع ْن‬ َ ‫ق َوُي ْذ َك ُر َذل‬ َ ‫طل‬ َ ‫ق َحتى ُي‬ ُ ‫الطاَل‬
َّ ِ َّ َّ
‫صلى اللهُ َعَل ْيه َو َسل َم‬  َ ‫النبِ ِّي‬
َّ
‫ صحيح البخاري‬4985
4 Bulan itu Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami
bukan berarti [Al Laits] dari [Nafi’] bahwa [Ibnu Umar] radliallahu ‘anhuma berkata tentang Al
`Iila` dimana Allah telah menyebutkan bahwa tidak halal lagi bagi seseroang
cerai. setelah masa iddah habis kecuali ia menahannya dengan cara yang ma’ruf atau
ia menceraikannya sebagaimana yang diperintahkan Allah ‘azza wajalla.
[Isma’il] berkata kepadaku; Telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Nafi’] dari
[Ibnu Umar] ia berkata; Apabila empat bulan telah berlalu, ia dihadapkan hingga
ia menceraikannya. Dan perceraian itu tidak sah kecuali setelah ia benar-benar
menceraikannya. Hal itu disebutkan dari Utsman, Ali, Abu Darda`, ‘Aisyah, dan
dua belas orang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadits Bukhari Nomor 4881
Ali Bin Abi Thalib mengatakan jika seorang suami mengila' istrinya
tepat selama empat bulan, maka ia harus berhenti dari ila'nya dan
Suami yang selanjutnya ia harus memilih untuk kembali kepada istrinya atau
menceraikannya. dalam hal ini ia harus di paksa. Sedangkan menurut
meng-ila’ Ibnu Umar seorang suami yang mengila' istrinya lalu diberhentikan
setelah empat bulan maka selanjutnya ia boleh kembali kepada
boleh kembali istrinya atau menceraikannya. Sulaiman Bin Yasar mengatakan "aku
pernah mendengar beberapa laki-laki dari sahabat Rasulullah
atau mentalak mengatakan bahwa Ila' itu dapat diberhentikan. Demikian ini juga
menjadi pendapat Said Bin Musayyab, Thawus, Mujahid, Qasim Bin
isterinya Muhammad Bin Abi Bakar, dimana mereka semua menyatakan
bahwa Ila' seseorang itu diberhentikan dan selanjutnya diberi pilihan
mau kembali atau menthalak istrinya.
Perihal kafarat ini, Allah telah menjelaskannya dalam Al-Quran,
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi
Melanggar ila’ makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa
kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian
akan kena kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang
siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka
kafarat yamin kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu
bersyukur (kepada-Nya), (Surat Al-Ma’idah ayat 89).
 Sah Ila’nya bagi orang yang mampu melakukan
hubungan badan
Suami yang  Tidak sah bagi anak kecil dan orang tidak waras
sah Ila’nya  Tetap sah kalau tidak mampu sementara Waktu
berhubungan badan
Ila’ dalam
 Semua sumpah berlaku baik dalam keadaan marah
keadaan atau pun tidak. Begitu pula ila’.
marah
Setelah ila’  Boleh kembali dengan cara Fai’ah, mencampuri isteri
selesai dengan sebagaimana mestinya atau menceraikannya.
 Berarti jima’ atau bercampur
Fai’ah  Adalah jima’nya orang yang meng-ila’

Anda mungkin juga menyukai