Anda di halaman 1dari 5

ZALIM, SUMBER KECELAKAAN MANUSIA

1. Definisi Zalim
Makna zalim adalah:


Pada dasarnya adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. (Ash Shihah fil Lughah, 1/438. Aisar
At Tafasir, 3/248)
Namun dalam al-qurna makna zalim juga berarti kegelapan, seperti ayat:













Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada
cahaya (iman). (QS. Al Baqarah (2): 257)
Juga bermakna aniaya atau jahat:















Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. An Nisa (4): 148)
Juga bermakna kekafiran:






Orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah (2): 254)
Juga bermakna kesyirikan:






Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang besar. (QS. Luqman (31): 13)
Juga bermakna kemaksiatan:
















Lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang
demikian itu adalah karunia yang Amat besar. (QS. Faathir (35): 32)

2. Macam-Macam Kezaliman
Tersebut dalam riwayat Imam Ath Thayalisi berikut:

: :









Berkata kepada kami Abu Daud, berkata kepada kami Ar Rabi, dari Yazid, dari Anas, katanya bersabda
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Kezaliman ada tiga; 1. Kezaliman yang tidak akan Allah biarkan. 2.
Kezaliman yang akan diampuni. 3. Kezaliman yang tidak akan diampuni. Ada pun kezaliman yang tidak
akan diampuni adalah kesyirikan, Allah tidak akan mengampuninya. Lalu kezaliman yang diampuni adalah
kezaliman seorang hamba jika dia berbuat kesalahan antara dirinya dengan Rabbnya (baca: maksiat).
Sedangkan kezaliman yang tidak akan Allah biarkan adalah kezaliman sesama manusia (maksudnya Allah
Taala akan memberikan balasan setimpal bagi pelakunya, pen). (HR. Ath Thayalisi No. 2109, 2223,
Abdurazzaq dalam Al Mushannaf No. 20276, dari Qatadah atau Al Hasan, Al Bazzar No. 2493. Hadits
ini hasan. Lihat Shahih Kunuz As Sunnah An Nabawiyah, 1/101. Lihat juga Shahihul Jami No. 3961)

Imam Muslim rahimahullah berkata di dalam kitab Shahihnya pada hadits nomor 2581:

Telah berkata kepada kami Qutaibah bin Said dan Ali bin Hujr, mereka berdua berkata: Telah berkata
kepada kami Ismail (yaitu Ibnu Jafar), dari Al Ala`, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu,
bahwasanya Rasulullah bersabda:



: ))


:









((




Tahukah kalian siapa orang yang pailit (bangkrut)? Para sahabat menjawab: Orang yang
bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta. Nabi berkata:
Sesungguhnya orang yang bangkrut di umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat
dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat; akan tetapi dia datang (dengan
membawa dosa) telah mencaci si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan
darah si ini, dan memukul si itu; maka si ini (orang yang terzhalimi) akan diberikan (pahala)
kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman), dan si ini (orang yang terzhalimi lainnya) akan
diberikan kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman). Jika kebaikannya telah habis sebelum
dituntaskan dosanya, maka (dosa) kesalahan mereka diambil lalu dilem parkan kepadanya
kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.

3. Larangan berbuat zalim


Berikut ini adalah dalil-dalil syari larangan berbuat zalim:
a. Dalam Al Quran
Banyak ayat yang membicarakan kezaliman, salah satu di antaranya:
Allah Taala berfirman:









Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri. (QS. At Taubah (9): 70)
Dalam Tafsir Al Muyassar disebutkan:

.
Maka, Allah tidaklah menzalimi mereka, tetapi merekalah yang zalim terhadap diri mereka sendiri dengan
mendustakan dan menyelisihi (ajaran Allah Taala). (Tafsir Al Muyassar, 3/312)
Jika ada yang bertanya: kalau memang Allah Taala tidak menganiaya hamba-hambaNya, dan Dia Maha
Pengasih dan Penyayang, buat apa Allah Taala menciptakan azab dan siksa neraka?
Jawabnya adalah karena Allah Taala Maha Adil, karena keadilanNya Dia menciptakan neraka untuk kaum
yang durhaka. Jika manusia taat dan durhaka, mumin dan kafir, pembunuh dan korbannya, pemerkosa dan
korbannya, disatukan dalam tempat yang sama, mendapatkan semua nikmat yang sama di surga, maka
justru akan dipertanyakan keadilan Allah Taala. Bahkan jika Allah Taala hanya menciptakan surga, untuk
semua hambaNya baik yang mumin dan kafir, justru itu menjadi zalim dan Maha Suci Allah dari sifat
tersebut. Sebab, seakan Dia telah meletakkan orang kafir bukan pada tempatnya.

b. Dalam As Sunnah

Dalam hadits juga banyak larangan berbuat zalim, di antaranya:















Dari Abu Dzar Radhiallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang apa yang Beliau
riwayatkan dari Allah Tabaraka wa Taala bahwa Dia berfirman:
Wahai hambaKu ... Aku haramkan aniaya atas diri-Ku. Dan kujadikan ia larangan bagimu, maka janganlah
saling menganiaya. (HR. Imam Muslim No. 2577, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 490, Al
Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 11283, juga Syuabul Iman No. 7088, Ibnu Hibban
dalam Shahihnya No. 619, Al Bazar dalam Musnadnya No. 4053, Ath Thabarani dalam Musnad Asy
Syamiyin No. 338, Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 20272, Ibnu Asakir dalam Mujamnya No.
870)

Yaitu Allah Taala mengharamkan juga kepada manusia untuk berbuat zalim kepada dirinya dan orang lain,
bahkan dilarang berbuat zalim kepada semua makhluk Allah Taala.
Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:






Muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).
(HR. Bukhari No. 2442, 6951, Muslim No. 2580)
Perbuatan zalim akan berakibat buruk kepada pelakunya sendiri pada hari kiamat. Dari Jabir bin
Abdullah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:







Takutlah terhadap kezaliman, sesungguhnya kezaliman akan membawa kegelapan pada hari kiamat
nanti. (HR. Muslim No. 2578)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk menolong orang yang dizalimi dan pelaku
kezaliman. Dari Jabir Radhiallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:











Hendaknya seseorang menolong saudaranya yang zalim atau yang dizalimi. Jika dia pelaku kezaliman
maka hendaknya mencegahnya, maka itu adalah pertolongan baginya. Jika dia yang dizalimi, maka
tolonglah dia. (HR. Muslim No. 2584)

4. Kisah Kezhaliman

AL-DZAHABI radhiyallahu anhu menuturkan dalam kitabnya Al-Kabair, seperti dikutip oleh Dr. Abdul Aziz Al-
Fauzan dalam bukunya Fiqih Sosial (Terj). Aku telah melihat seorang lelaki yang tangannya terpotong mulai
bagian pundaknya dan dia menyeru, Barangsiapa yang melihatku, maka janganlah pernah menganiaya
seorang pun.
Aku pun mendekatinya dan bertanya kepadanya, Wahai saudaraku, bagaimana ceritanya hal ini bisa terjadi?
Dia berkata, Kisah yang aneh. Dahulu aku adalah orang yang sering berbuat zalim. Pada suatu hari, aku
melihat seorang nelayan yang mendapatkan ikan yang sangat besar dan aku pun tertarik akan ikan tersebut.

Kemudian aku datang kepadanya dan berkata, Berikanlah ikan itu kepadaku! Dia menjawab, Aku tidak akan
memberikannya kepadamu, aku akan menjualnya untuk makan keluargaku.
Kemudian aku memukulnya dan mengambil ikan tersebut secara paksa, lalu aku pergi. Ketika aku berjalan
membawa ikan rampasan, ikan itu menggigit ibu jari tanganku dengan gigitan yang sangat kuat. Ketika aku
sampai ke rumah, aku lemparkan ikan itu.

Ibu jariku terasa sangat sakit sampai aku tidak dapat tidur, tanganku pun menjadi bengkak. Ketika tiba waktu
pagi, aku pergi kepada seorang dokter. Kemudian ia berkata, Racun gigitan ini mulai merambat, potonglah
telapak tanganmu.

Aku pun memotongnya. Tetapi rasa sakit masih terus menjalar bahkan semakin kuat, hingga akhirnya ku potong
sampai siku. Tetapi tetap saja, rasa sakit itu makin menjadi. Kemudian orang-orang bertanya, Apa yang
menyebabkanmu mengalami hal ini? Lalu aku ceritakan kisah ikan tadi.

Mereka berkata kepadaku, Seandainya engkau meminta maaf kepada orang yang punya ikan ketika rasa sakit
pertama menimpamu dan meminta keikhlasannya, niscara engkau tidak akan memotong satu bagian pun dari
anggota tubuhmu. Pergilah sekarang kepadanya danmintalah keikhlasannya sebelum sakit itu menjalar ke
seluruh tubuhmu.

Akun mencarinya dan bertemu. Aku langsung tersungkur di kakinya, menciumnya lalu menangis dan aku
katakan padanya, Wahai tuan, demi Allah, ampunilah diriku. Kemudian aku bertanya kepadanya, Apakah
engkau mendoakan buruk atasku akibat ikan yang telah aku ambil?

Dia menjawab, Ya aku berdoa, Ya Allah, dia telah menganiayaku dengan kekuatannya, maka tunjukkanlah
kekuasaan-Mu dalam hal itu. Lalu aku berkata, Wahai tuan, Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya terhadap
diriku dan aku bertaubat kepada Allah Subhanahu Wataala.

KESIMPULAN DAN DOA

Imam Al-Maraghi menjelaskan bahwa al-Zalim adalah perbuatan yang menyimpang dari jalan yang
wajib ditempuh untuk mencari kebenaran. Sementara itu dalam Mujam dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan al-Zalim adalah perbuatan yang melampaui batas atau meletakkan sesuatu tidak
pada tempatnya. (Lihat Ensiklopedia Makna al-Quran Syarah Alfaazhul Quran Karya M. Dhuha Abdul
Jabbar & N. Burhanudin).

Sebagaimana arti dari zalim itu sendiri yang tentu sangat merugikan dan merusak kehidupan, serta
sangat dimurkai oleh Allah Tala, maka balasan kezaliman pun tidak main-main. Bahkan Allah mengintai
siapa saja yang berbuat zalim.

Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka
tidak dapat melepaskan diri. (QS. Az Zumar [39]: 51).
Orang yang zalim itu tidak bisa lari dari siksa yang pedih dan di akhirat mereka akan disiksa di dalam
neraka. Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih (QS. 3: 31). Kemudian, Tempat
kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim (QS. 3:
151).

Mengenai siapa orang yang suka berbuat zalim Allah Subhanahu Wataala juga menjelaskan bahwa
mereka adalah orang yang dalam hidupnya cinta kepada dunia, bangga bermewah-mewah dan gemar
melakukan dosa.

Dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka,
dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. (QS: Huud [11]: 116).

Dr. Abdul Aziz Al-Fauzan mengutip pernyataan Ulama terdahulu, Sufyan Tsauri berkata, Bertemu Allah
dengan 70 dosa yang engkau lakukan atas Allah, akan lebih ringan daripada bertemu dengan-Nya
dengan membawa satu dosa yang engkau lakukan atas orang lain.
Sementara itu, masih dalam buku yang sama, Abu Bakar Al-Warraq berkata, Perkara yang banyak
menyebabkan terlepasnya iman dalam hati adalah berlaku zalim terhadap sesama manusia.

Rasulullah bersabda, Barangsiapa melihat ke dalam rumah satu kaum tanpa izin mereka, maka
dihalalkan bagi mereka untuk mencongkel matanya. (HR: Bukhari).

Kemudian Nabi bersabda, Barangsiapa yang mendengarkan pembicaraan suatu kaum, padahal
mereka tidak menyukainya, maka Allah akan menusuk telinganya dengan peluru yang meleleh pada
hari kiamat. (HR: Bukhari).

Riwayat yang lain juga menyebutkan bahwa, Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang menzalimi
sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh bumi. (HR. Bukhari).

Jadi, kezaliman bukan perkara ringan. Perbuatan itu akan sangat memberatkan pelakunya baik di dunia
lebih-lebih di akhirat. Jika dia ahli ibadah, maka ia akan bangkrut di hari kiamat karena harus merelakan
seluruh pahalanya untuk orang yang dizalimi. Kemudian dosa orang yang dizalimi dibebankan kepada
sang pelaku kezaliman. Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita terhindar dari berbuat kezaliman.

Apabila dalam kondisi lemah, tentu hanya kepada Allah kaum Muslim berharap, yakni dengan
memanjatkan doa. Semoga dengan doa rakyat yang terzalimi menjadi senjata agar Allah melindungi
hambanya dari penguasa zalim.





.

Ya Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhan Arasy yang agung, jadilah pendampingku dari fulan bin fulan
dan kelompoknya dari makhluk-Mu, (agar) tidak ada seorangpun dari mereka berlaku sewenang-
wenang terhadapku atau melampaui batas, pembelaan-Mu amatlah besar, pujian terhadap-Mu amatlah
agung, dan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. (HR Bukhari dalam Adab Al Mufrad, no.
707)

Anda mungkin juga menyukai