Anda di halaman 1dari 3

KEUTAMAAN HAJI DAN UMRAH

    
KEUTAMAAN HAJI DAN UMRAH
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ُ‫ْس لَهُ َجزَا ٌء إِالَّ ْال َجنَّة‬
َ ‫ َو ْال َحجُّ ْال َم ْبرُوْ ُر لَي‬،‫اَ ْل ُع ْم َرةُ إِلَى ْال ُع ْم َر ِة َكفَّا َرةٌ لِ َما بَ ْينَهُ َما‬.
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada
pahala baginya selain Surga.” [1]
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ُ‫ْس لِ ْل َح َّج ِة ْال َم ْبرُوْ َر ِة ثَ َوابٌ إِالَّ ْال َجنَّة‬ َّ ِ‫ب َو ْالف‬
َ ‫ َولَي‬،‫ض ِة‬ ِ َ‫ث ْال َح ِد ْي ِد َوال َّذه‬
َ َ‫ َك َما يَ ْنفِي ْال ِك ْي ُر َخب‬،‫ب‬
َ ْ‫ان ْالفَ ْق َر َوال ُّذنُو‬
ِ َ‫تَابِعُوْ ا بَ ْينَ ْال َحجِّ َو ْال ُع ْم َر ِة فَإِنَّهُ َما يَ ْنفِي‬.
“Iringilah antara ibadah haji dan umrah karena keduanya meniadakan dosa dan kefakiran,
sebagaimana alat peniup api menghilangkan kotoran (karat) besi, emas dan perak, dan tidak
ada balasan bagi haji mabrur melainkan Surga.”[2]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ُ‫ث َولَ ْم يَ ْف ُس ْق َر َج َع َكيَوْ ِم َولَ َد ْتهُ أُ ُّمه‬
ْ ُ‫ َم ْن َح َّج ِهللِ عزوجل فَلَ ْم يَرْ ف‬.

‘Barangsiapa melakukan haji ikhlas karena Allah Azza wa Jalla tanpa berbuat keji dan kefasiqan,
maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana waktu ia dilahirkan oleh ibunya.’”[3]
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
‫ َو َسأَلُوهُ فَأ َ ْعطَاهُ ْم‬.ُ‫ َدعَاهُ ْم فَأ َ َجابُوه‬،ِ‫ َو ْف ُد هللا‬N،‫َازي فِ ْي َسبِي ِْل هللاِ َو ْال َحاجُّ َو ْال ُم ْعتَ ِم ُر‬
ِ ‫اَ ْلغ‬.
“Orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang menunaikan haji dan umrah, adalah
delegasi Allah. (ketika) Allah menyeru mereka, maka mereka memenuhi panggilan-Nya. Dan
(ketika) mereka meminta kepada-Nya, maka Allah mengabulkan (pemintaan mereka).” [4]
Haji Beserta Umrah Adalah Kewajiban Yang Dilakukan Sekali Dalam Seumur Hidup, Bagi Setiap
Muslim, Baligh, Berakal, Merdeka Serta Mampu
Firman Allah Ta’ala:
‫ت َم ِن‬ ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
ِ َّ‫َات َّمقَا ُم إِ ْب َرا ِهي َم ۖ َو َمن َد َخلَهُ َكانَ آ ِمنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬ ٌ َ‫اس لَلَّ ِذي بِبَ َّكةَ ُمبَا َر ًكا َوهُدًى لِّ ْل َعالَ ِمينَ فِي ِه آي‬
ٌ ‫ات بَيِّن‬ ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ٍ ‫إِ َّن أَ َّو َل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُو‬
َ ْ َ ‫هَّللا‬ َّ َ َ َ ‫اًل‬
َ‫استطا َع إِلي ِه َسبِي ۚ َو َمن كف َر فإِن َ غنِ ٌّي ع َِن ال َعال ِمين‬ ْ َ َ َ ْ
“Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah
Baitullah yang berada di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh
manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) men-jadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali ‘Imran: 96-97]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkhutbah di tengah-tengah kami, beliau bersabda:
‫ت‬ ُ ‫ لَوْ قُ ْل‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ ثُ َّم قَا َل‬،ً‫ َحتَّ ٰى قَالَهَا ثَالَثا‬، َ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ فَ َسكَت‬N،‫َام‬ ٍ ‫ أَ ُك َّل ع‬:ٌ‫ فَقَا َل َر ُجل‬،‫ض هللاُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَحُجُّ وْ ا‬ َ ‫أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد فَ َر‬
‫َي ٍء‬ ‫ش‬ ‫ب‬ ‫م‬‫ك‬ ُ ُ
ْ ِ ْ َ ِ ِْ ِ َِ ‫ت‬ ْ‫ر‬‫م‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫إ‬ َ ‫ف‬ N
، ‫م‬‫ه‬ ‫ئ‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬
ٰ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ف‬ َ
َ ِْ ِ ِ َ ِْ ِ ‫ال‬ ‫ت‬ ْ
‫اخ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫َا‬
‫ؤ‬ ‫س‬
ُ ‫ة‬ ‫ر‬ ْ
‫َث‬
َِ ِ ْ‫ك‬‫ب‬ ‫م‬‫ك‬ُ َ ‫ل‬‫ب‬ْ َ ‫ق‬ َ
‫ك‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ك‬َ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫م‬َّ ‫ن‬ ‫إ‬َ ‫ف‬ ، ‫م‬
َ‫ْ َّ َ ُوْ ِ َ َ ْ ِ َ َ َ َ ان‬‫ك‬ُ ُ ‫ت‬ ْ
‫ك‬ ‫ر‬َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ر‬‫ذ‬َ :‫ل‬‫ا‬َ ‫ق‬ ‫م‬ ُ ‫ث‬ .‫م‬ُ ‫ت‬ ْ
‫ع‬ َ ‫ط‬ َ ‫ت‬ ْ
‫س‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ
َ ‫ َو‬،‫ت‬
‫ل‬ ْ َ‫ لَ َو َجب‬N،‫نَ َع ْم‬
‫َي ٍء فَ َد ُعوْ ُه‬
ْ ‫ش‬ ْ
‫َن‬ ‫ع‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ُ
ْ َ َِ ْ‫ت‬ ْ
‫ي‬ ‫ه‬َ ‫ن‬ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫إ‬ ‫و‬ N
، ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ
‫ع‬ َ ‫ط‬ َ ‫ت‬‫س‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬‫ن‬ْ
َ ِ ْ‫و‬ ‫م‬ ‫ا‬ ُ ‫ت‬ْ ‫أ‬ َ ‫ف‬.
“Telah diwajibkan atas kalian ibadah haji, maka tunaikanlah (ibadah haji tersebut).” Lalu ada
seorang berkata, “Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?” Lalu beliau diam sampai orang
tersebut mengatakannya tiga kali, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Andaikata aku menjawab ya, niscaya akan menjadi suatu kewajiban dan niscaya kalian tidak
akan mampu (melaksanakannya).” Kemudian beliau bersabda, “Biarkanlah aku sebagaimana
aku membiarkan kalian. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian ialah
banyak bertanya dan banyak berselisih dengan Nabi mereka. Apabila aku memerintahkan
sesuatu kepada kalian, maka laksanakanlah semampu kalian. Dan apabila aku melarang
sesuatu, maka tinggalkanlah.” [5]
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
ِ ‫ َو َحجِّ ْالبَ ْي‬،‫ َوإِيتَا ِء ال َّزكَا ِة‬،‫صالَ ِة‬
َ‫ َوصَوْ ِم َر َمضَان‬،‫ت‬ َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬،ِ‫ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬،ُ‫ َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلهَ إِالَّ هللا‬،‫س‬
ٍ ‫بُنِ َي ْا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬.
‘Islam dibangun atas lima pilar: (1) Persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan
shalat, (3) menunaikan zakat, (4) haji ke Baitullah, dan (5) berpuasa Ramadhan.’” [6]
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫ت فِي ْال َحجِّ إِلَ ٰى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
ْ َ‫ فَإِ َّن ْال ُع ْم َرةَ قَ ْد َد َخل‬،ُ‫ي فَ ْليَ ِح َّل ْال ِح َّل ُكلَّه‬
ُ ‫ فَ َم ْن لَ ْم يَ ُك ْن ِع ْن َدهُ ْالهَ ْد‬،‫هَ ِذ ِه ُع ْم َرةٌ ا ْستَ ْمتَ ْعنَا بِهَا‬.
“Ini adalah ibadah umrah yang kita bersenang-senang dengannya. Barangsiapa yang tidak
memiliki hadyu (binatang kurban), maka hendaknya ia bertahallul secara keseluruhan, karena
ibadah umrah telah masuk kepada ibadah haji sampai hari Kiamat.” [7]
Dari Shabi bin Ma’bad, ia berkata, “Aku pergi menemui ‘Umar, lalu aku berkata kepadanya:
ُ ‫ فأ َ ْهلَ ْل‬،‫ي‬
َ ِّ‫ هُ ِديْتَ لِ ُسنَّ ِة نَبِي‬:‫ فَقَا َل‬،‫ت بِ ِه َما‬
‫ك‬ َّ َ‫ت ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ َم ْكتُوبَ ْينَ َعل‬ ُ ‫ إِنِّي أَ ْسلَ ْم‬، َ‫يَا أَ ِم ْي َر ْال ُمؤ ِمنِ ْين‬.
ُ ‫ َوإِنِّي َو َج ْد‬،‫ت‬
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah masuk Islam, dan aku yakin bahwa diriku
telah wajib menunaikan ibadah haji dan umrah, lalu aku mulai mengerjakan kedua ibadah
tersebut.’ Lalu beliau berkata, ‘Engkau telah mendapat-kan petunjuk untuk melaksanakan
Sunnah Nabimu.’” [8]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin
Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA
– Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/597, no. 1773), Shahiih Muslim (II/987, no. 1349),
Sunan at-Tirmidzi (II/206, no. 937), Sunan Ibni Majah (II/964, no. 2888), Sunan an-Nasa-i
(V/115).
[2]. Shahih: [Shahiihul Jaami’ (no. 2901)], Sunan at-Tirmidzi (II/153, no. 807), Sunan an-Nasa-i
(V/115)
[3]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/382, no. 1521), Shahiih Muslim (II/983, no. 1350),
Sunan Ibni Majah (II/964, no. 2889), Sunan an-Nasa-i (V/114), Sunan at-Titmidzi (II/153, no.
809), kecuali pada (bagian akhirnya) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َغفَ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬.
“Maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
[4]. Hasan: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 2339)], Sunan Ibni Majah (II/966, no. 2893).
[5]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 639)], Shahiih Muslim (II/970, no. 1337), Sunan an-
Nasa-i (5/110)
[6]. Takhrijnya telah berlalu pada Kitab Thaharah.
[7]. Shahih: [Irwaa-ul Ghaliil 982], Shahiih Muslim (II/911, no. 1241).
[8]. Shahih: [Irwaa-ul Ghaliil 983], Sunan an-Nasa-i (V/142), Sunan Abi Dawud (V/230, no. 1722),
Sunan Ibni Majah (II/989, no. 2970)
Sumber: https://almanhaj.or.id/1538-keutamaan-haji-dan-umrah.html

Anda mungkin juga menyukai