Anda di halaman 1dari 4

16,240,0134

M. Erick Sapto Nugroho


7M41

Mengkaji Materi Tentang Patriotisme dan Nasionalisme & Kredibelitas Mahasiswa


Sebagai Warga Negara Indonesia

Patriotisme berasal dari kata "patriot" dan "isme" yang berarti sifat kepahlawanan atau
jiwa pahlawan, atau "heroism" dan "patriotism" dalam bahasa Inggris. Patriotisme adalah sikap
yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.

Ciri-Ciri Sikap Patriotisme


1) Rasa cinta tanah air.
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Berjiwa pembaharuan.
4) Tidak mudah menyerah.
5) Menempatkan kesatuan dan persatuan serta keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan.

Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap
pribadi untuk mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep
identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Ciri-Ciri Sikap Nasionalisme


1) Cinta bangsa dan tanah air.
2) Rela berkorban demi bangsa dan negara.
3) Bangga berbangsa dan bertanah air.
4) Menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi maupun
golongan.

Penerapan Sikap Nasionalisme dan Rasionalisme dalam Kehidupan


1. Kehidupan Sekolah
a. Berjiwa untuk kepentingan sekolah dan mendahulukan kepentingan sekolah.
b. Solidaritas dan kesetiakawanan terhadap semua teman.
c. Toleransi terhadap sesama teman yang berbeda agama.
d. Tanpa pamrih dan bertanggungjawab demi kepentingan sekolah.
e. Semangat pengorbanan demi kepentingan sekolah.
f. Semangat tahan derita dan tahan uji dalam memperjuangkan kepentingan sekolah.
g. Semangat persatuan dan kesatuan dalam mempertahankan serta meningkatkan
prestasi sekolah.
h. Semangat percaya pada diri sendiri dalam mempertahankan dan meningkatkan
prestasi sekolah.
2. Kehidupan Bangsa dan Negara
a. Selalu berjiwa untuk tanah air dan mendahulukan kepentingan tanah air.
b. Jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan.
c. Jiwa toleransi dan tenggang rasa antar agama, suku, golongan, dan bangsa.
d. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggungjawab dalam mempertahankan serta mengisi
kemerdekaan sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
e. Semangat menantang dominasi asing dalam segala bentuk perjanjian diantaranya
ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain-lain.
f. Semangat mengorbankan baik harta maupun jiwa demi mempertahankan
kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.
g. Semangat tahan uji dan tahan derita dalam mempertahankan serta mengisi
kemerdekaan agar tidak tertinggal oleh bangsa lain.
h. Semangat persatuan dan kesatuan dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
i. Semangat percaya diri sendiri dalam mepertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk
mengejar bangsa lain yang lebih maju.

Faktor Memudarnya Rasa Nasionalisme dan Rasionalisme

1. Faktor Internal
a. Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh dari harapan para pemuda, sehingga
membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus-kasus
korupsi, penggelapan uang Negara, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat
Negara membuat para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi pemerintahan.
b. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme
dan patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut. Para pemuda
merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa,
telah menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan hilangnya optimisme, sehingga
yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.
d. Tertinggalnya Indonesia dengan Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan,
membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
e. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku
lainnya, membuat para pemuda lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada
persatuan bangsa.

2. Faktor Penyebab Eksternal


a. Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda. Mereka lebih memilih
kebudayaan Negara lain, dibandingkan dengan kebudayaanya sendiri, sebagai
contohnya para pemuda lebih memilih memakai pakaian-pakaian minim yang
mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang
mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan
minum-minuman keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia.
b. Paham liberalisme yang dianut oleh negara-negara barat yang memberikan dampak
pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham libelarisme, seperti sikap
individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan
sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

Upaya Menumbuhkan Sikap Nasionalisme dan Rasionalisme

1. Peran Keluaga
a. Memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan patriotism
terhadap bangsa Indonesia,
b. Memberikan contoh atau tauladan tentang rasa kecintaan dan penghormatan pada
bangsa,
c. Memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar,
dan
d. Selalu menggunakan produk dalam negeri.

2. Peran Pendidikan
a. Memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara.
b. Menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senin.
c. Memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.

3. Peran Pemerintah
a. Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
patrotisme, seperti seminar dan pameran kebudayaan.
b. Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jum’at. Hal ini
dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang
diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
patrotisme bangsa.
c. Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk membangun Indonesia
agar lebih baik lagi.

Kredibelitas Mahasiswa Sebagai Warga Negara Indonesia


Masyarakat menginginkan hadirnya kaum muda yang berjiwa nasionalis, demokratis,
kritis, cerdas, bermoral serta dapat bertanggung jawab. Yang jelas semua ini merupakan langkah
awal dalam posisinya sebagai agen of change. Namun kenyataan yang dihadapi berbeda. Justru
dalam bingkai organisasi mahasiswa menciptakan titik kelemahannya. Bentrokan antara sesama
mahasiswa, demo anarkis dan sangat ironis justru terjadi di momentum Sumpah Pemuda yang
seharusnya menjadi momentum menyatukan dan memperkuat kredibelitas kaum muda demi
terwujudnya negara yang madani serta paripurna sebagaimana yang dikumandangkan oleh
aktivis-aktivis masa kini dalam setiap aksi demonstrasinya. Mestinya organisasi kemahasiswaan
yang ada secara sadar dan bertanggungjawab mengarahkan kemadanian dan keparipurnaan hidup
melalui aktivitasnya yang konstruktif.

Anda mungkin juga menyukai