Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep kmunikasi Pada Anak”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip, strategi atau tehnik, serta
hambatan dalam berkomunikasi dengan anak. Kususnya pada komunikasi terapiutik.
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan agar penyusunan
makalah ini tersaji dengan sebaik-baiknya, baik bentuk maupun isinya. Penulis menyadari
bahwa keinginan tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
penulisan makalah selanjutnya.Semoga penulisan karya tulis ini bermanfaat, Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISl
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.
a. Mengetahui pengertian tentang komunikasi pada anak.
b. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi dengan anak.
c. Mengetahui strategi dalam berkomunikasi pada anak.
d. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi
pada anak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau
penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan
atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan
dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-
klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan
upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi
besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang
berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan
yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi
pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta
ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan
tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik
bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
2
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan
kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam
situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong,
1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang
langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa
prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah.
Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera
mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara
yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi
anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal
[menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk
memulai komunikasi.
3
d. anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang
dipahami dan penjelasan yang konkrit.
3. anak usia sekolah [5-12 tahun].
a. anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak
membutuhkan pengesahan.
b. anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan
terjadi, kenapa hal ini terjadi.
c. anak memperhatikan intergritas tubuh.
d. anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan (missal ; memegang
palu perkusi)
e. anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
f. Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan
4
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.
Hal yang dilakukan adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak),
pemeriksaan fisik (penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah
laku non verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic. Dalam
kasus ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi
observasi suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan
ketidak mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi
dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat
mengisolasi penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang
mungkin.
3.2 Diagnosa Keperawatan.
Keberhasilan perawat dalam mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan
menjamin perumusan diagnosa keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang
berhubungan dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi
sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga
harusdidefinisikan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya perawat
menganalisis secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan mendiskusikan kebutuhan
perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga.
3.3 Intervensi.
Perawat merencanakan asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien untuk
menentukan metode implementasi, komunikasi interpersonal yang memenuhi tujuan
perawatan klien di bawah ini:
1. mentransmisikan pesan yang jelas, ringkas,dan dapat dipahami
2. klien meningkatkan rasa percaya kepada perawat sebagai pemberi perawatan.
3. perawat dank lien memberi dan menerima respon.
4. Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di polakan dan
intervensispesifik di rencanakan.
5
3.4 .Implementasi.
Perawat harus mencoba untuk mengembangkan hubungan terabiotik yang
membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam melakukan interaksi
meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan adalah mendiskusikan
dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran kesehatan,penetapan dukungan
terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan lainnya, mencTt perkembangan klien
dalam rencana keperawatan dan catatan perawat.
3.5 Evaluasi.
Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi perawat terhadap interaksi
kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan berdasarkan penetapan
keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi atau intervensi telah
efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena intervensi. Hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk memberikan respon verbal
dan non verbal, hasil tertulis tentang akibat yang di harapkan, memperbaharui
rencana tertulis, dan penjelasan revisi kepada anak.
6
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di
turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan
tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik
bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-
prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada
dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung
pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atasBayi, (0-1)
1. toddler (1-3)
2. anak-anak pra sekolah (3-5)
3. anak usia sekolah (5-12)
4.2 Saran.
a. dengan penulisan maklah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana
prinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui hambatan
yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi dengan anak.
b. dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan
banyak literature walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan dapat
memperbesar dalam kesulitan penyusunan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep kmunikasi Pada Anak”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip, strategi atau tehnik, serta
hambatan dalam berkomunikasi dengan anak. Kususnya pada komunikasi terapiutik.
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan agar penyusunan
makalah ini tersaji dengan sebaik-baiknya, baik bentuk maupun isinya. Penulis menyadari
bahwa keinginan tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
penulisan makalah selanjutnya.Semoga penulisan karya tulis ini bermanfaat, Amin.
Penulis
viii
DAFTAR ISl
ii
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan.
e. Mengetahui pengertian tentang komunikasi pada anak.
f. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi dengan anak.
g. Mengetahui strategi dalam berkomunikasi pada anak.
h. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi
pada anak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau
penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan
atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan
dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-
klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan
upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi
besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang
berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan
yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi
pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta
ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan
tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik
bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
2
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan
kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam
situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong,
1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang
langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa
prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah.
Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera
mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara
yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi
anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal
[menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk
memulai komunikasi.
3
h. anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang
dipahami dan penjelasan yang konkrit.
6. anak usia sekolah [5-12 tahun].
g. anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak
membutuhkan pengesahan.
h. anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan
terjadi, kenapa hal ini terjadi.
i. anak memperhatikan intergritas tubuh.
j. anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan (missal ; memegang
palu perkusi)
k. anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
l. Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan
4
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
6.1 Pengkajian.
Hal yang dilakukan adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak),
pemeriksaan fisik (penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah
laku non verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic. Dalam
kasus ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi
observasi suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan
ketidak mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi
dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat
mengisolasi penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang
mungkin.
6.2 Diagnosa Keperawatan.
Keberhasilan perawat dalam mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan
menjamin perumusan diagnosa keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang
berhubungan dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi
sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga
harusdidefinisikan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya perawat
menganalisis secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan mendiskusikan kebutuhan
perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga.
6.3 Intervensi.
Perawat merencanakan asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien untuk
menentukan metode implementasi, komunikasi interpersonal yang memenuhi tujuan
perawatan klien di bawah ini:
5. mentransmisikan pesan yang jelas, ringkas,dan dapat dipahami
6. klien meningkatkan rasa percaya kepada perawat sebagai pemberi perawatan.
7. perawat dank lien memberi dan menerima respon.
8. Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di polakan dan
intervensispesifik di rencanakan.
5
6.4 .Implementasi.
Perawat harus mencoba untuk mengembangkan hubungan terabiotik yang
membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam melakukan interaksi
meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan adalah mendiskusikan
dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran kesehatan,penetapan dukungan
terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan lainnya, mencTt perkembangan klien
dalam rencana keperawatan dan catatan perawat.
6.5 Evaluasi.
Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi perawat terhadap interaksi
kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan berdasarkan penetapan
keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi atau intervensi telah
efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena intervensi. Hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk memberikan respon verbal
dan non verbal, hasil tertulis tentang akibat yang di harapkan, memperbaharui
rencana tertulis, dan penjelasan revisi kepada anak.
6
BAB IV
PENUTUP
8.1 Kesimpulan.
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di
turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan
tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik
bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-
prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada
dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung
pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atasBayi, (0-1)
4. toddler (1-3)
5. anak-anak pra sekolah (3-5)
6. anak usia sekolah (5-12)
8.2 Saran.
c. dengan penulisan maklah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana
prinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui hambatan
yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi dengan anak.
d. dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan
banyak literature walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan dapat
memperbesar dalam kesulitan penyusunan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.
i. Mengetahui pengertian tentang komunikasi pada anak.
j. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi dengan anak.
k. Mengetahui strategi dalam berkomunikasi pada anak.
l. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi
pada anak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau
penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan
atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan
dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-
klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan
upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi
besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang
berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan
yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi
pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta
ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan
tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik
bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
2
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan
kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam
situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong,
1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang
langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa
prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah.
Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera
mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara
yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi
anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal
[menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk
memulai komunikasi.
3
l. anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang
dipahami dan penjelasan yang konkrit.
9. anak usia sekolah [5-12 tahun].
m. anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak
membutuhkan pengesahan.
n. anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan
terjadi, kenapa hal ini terjadi.
o. anak memperhatikan intergritas tubuh.
p. anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan (missal ; memegang
palu perkusi)
q. anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
r. Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan
4
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
9.1 Pengkajian.
Hal yang dilakukan adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak),
pemeriksaan fisik (penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah
laku non verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic. Dalam
kasus ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi
observasi suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan
ketidak mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi
dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat
mengisolasi penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang
mungkin.
9.2 Diagnosa Keperawatan.
Keberhasilan perawat dalam mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan
menjamin perumusan diagnosa keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang
berhubungan dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi
sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga
harusdidefinisikan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya perawat
menganalisis secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan mendiskusikan kebutuhan
perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga.
9.3 Intervensi.
Perawat merencanakan asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien untuk
menentukan metode implementasi, komunikasi interpersonal yang memenuhi tujuan
perawatan klien di bawah ini:
9. mentransmisikan pesan yang jelas, ringkas,dan dapat dipahami
10. klien meningkatkan rasa percaya kepada perawat sebagai pemberi perawatan.
11. perawat dank lien memberi dan menerima respon.
12. Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di polakan dan
intervensispesifik di rencanakan.
5
9.4 .Implementasi.
Perawat harus mencoba untuk mengembangkan hubungan terabiotik yang
membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam melakukan interaksi
meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan adalah mendiskusikan
dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran kesehatan,penetapan dukungan
terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan lainnya, mencTt perkembangan klien
dalam rencana keperawatan dan catatan perawat.
9.5 Evaluasi.
Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi perawat terhadap interaksi
kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan berdasarkan penetapan
keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi atau intervensi telah
efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena intervensi. Hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk memberikan respon verbal
dan non verbal, hasil tertulis tentang akibat yang di harapkan, memperbaharui
rencana tertulis, dan penjelasan revisi kepada anak.
6
BAB IV
PENUTUP
12.1 Kesimpulan.
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di
turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan
tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik
bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-
prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada
dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung
pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atasBayi, (0-1)
7. toddler (1-3)
8. anak-anak pra sekolah (3-5)
9. anak usia sekolah (5-12)
12.2 Saran.
e. dengan penulisan maklah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana
prinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui hambatan
yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi dengan anak.
f. dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan
banyak literature walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan dapat
memperbesar dalam kesulitan penyusunan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.