Anda di halaman 1dari 51

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek penting dari perawatan adalah penekanannya pada unit . Keluarga merupakan
unit dasar dari masyarakat dan lembaga social yang palin banyak memeiliki efek-efek menonjol
terhadap anggota keluarga.Tujuan utama dari keluarga adalah sebagai perantara yaitu mengagung
semua harapan-harapan dan kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai taraf
tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap anggota individu dalam
keluarga. Setiap naggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan social. Keluarga
aharus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntuan dan harapan dari semua individuyang
ada dalam unit keluarga Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama
lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhiseluruh keluarga dan sebaliknya
mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota. Keluarga cenderung dalam
pembuatran keputusan dan dan prose terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota
keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-sama
dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secra terpisah, mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumag tangga mereka. Aplikasi dari teori Orem menyangkut perawatan
diri, maka perawatan keluarga mengandung arti sejauh mana keluarga membantu anggota keluarga
mereka mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri dan sejauh mana keluarga memenuhi
fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan
keluarga. Asuhan pkeperawatan keluarag adalah suatu rangkaian kegiatan yang dibrikan melalui
praktik keperawatn kepada keluaraga, untk memebantu menyelesaikan masalah kesehtan keluarga
tersebut dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada masalah kesehatan keluarag pada keluarga yang salah satu anggota
keluargnya dirawat di rumah sakit.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Meningktakan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehtannya secra mandiri
Tujuan Khusus
Mengenal masalah kesehatan keluarga yang salah satu anggota keluarganya dirawat di rumah sakit
Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatsi masalah kesehtan keluarga yang salah satu
anggota keluarganya dirawat di rumah sakit Melakukan tindakan keperawatan kesehatn kepada
anggota keluarag yang sakiu Memlihara lingkungan fisik sehingga menunjang penigkatan
Pemelihatankesehtan Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap-ahap siklus kehidupan keluarga yang telah diuraikan oleh Duvall dan Miller (1985)
dan Carter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap yang terdiri dari 9 tahap siklus kehidupan
keluarga. Tahap transisi: Keluarga Antara (dewasa muda yang belum kawin) Tahap ini
mnunjukkan ke masa di mna individu berumur 20 tahunan yang telah mandiri secara financial,
serta fisiktelah meninggalkan keluarganya namun belum berkeluarga. Tiga tugas perkembangan
yang dilalui yaitu pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarag asalnya, menjalin
hubungan denga teman sebaya yang akrab, pembentukan diri yang berhubungan dengan
kemandiriran pekerjaan dan financial Setelah dewasa muda akan membentuk tujua hidup pribadi
dan perasaan bangga akan diri sendiri sebelu hidup bersama orang lain dalam sebuah ikatan
perkawinan. Umumunya tahap ini merupakan tahapan yang sulit karena memisahkan diri dari
keluarga asal baik secara fisik, finansial maupun emosional.
1. Tahap 1 : Keluarga Pemula Perkawina dari sepasang insane menandai bermulanya sebuah
keluarga baru dan perpindahan dari keluarga aal atau status lajang ke hubungan baru atau
intim. Tugas-tugas perkembangan keluarga Menciptakan sebuah perkawinan yang saling
memuaskan Ketika dua orang diikat dalam sebuah ikatan perkawinan, perhatian awal
mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yangbaru. Sumber-sumber dari dua
orang digabungkan, peranp-peran diubah, dan fungsi baru pun diterima. Belajar hidup
bersama untuk memenuhi setiap kebutuhan keperibadian yang mendasar merupakan
sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri
terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Keberhasilan dalam mengembangkan 3
hubungan tergantung pada saling menyesuaikan masing-masing tugas dan kecocokan
bersama dari kebtuhan dan minat pasangan dalam hubungan yang sehat, perbedaan-
perbedaan dipandang untuk memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan
perkawinan yang memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan
untuk menangani perbedaan yang ada. Menghubungakan jaringan persaudaraan secara
harmonis Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan dri sebuah pasangan karena
kedua pasangan pindah dari rumah masing-masing ke rumah yang baru.
2. Tahap II: Keluarga Yang Sedang Mengasuh Anak
Tahap kedua dimuali degan kelahiran anak pertama hinga bayi usia 30 bulan.
Kekhawatiran pada bayi yang baru dilahirkan akan berkurang setelah beberapa hari dan
ibu dan ayah akan berselisih terhadap peran-peran yang telah dipercayakan pada ibu dan
ayah. Peran baru yang didapatkan pda mulanya sulit karean perasaan ketidakadekuatn
menjadi orang tua baru, berkurang bantuan dari keluarga dan teman-teman, nasihat yang
menimbulkan konflik dari keluarga, teman-teman, selain seorang bayi yang baru saja
dilahirkan , seorang ibu, seorang ayah, kakek, nenekpun lahit. Istri harus berhubungan
dengan suami sebagai pasangan hidup. Tugas perkembangan keluarga yang sedang
mengasuh anak yaitu suami, istri, anak belajar peran-peran baru dan unit keluarag
memperluas fungsi dan tanggung jawab meliputi pengabungan tugas perkembangan yang
terus menerus dari setiap anggota kelurga secara keseluruhan. Fungsi-fungsi pasangnan
suami istri haru dibedakan untuk memenuhituntutan-tuntutan baru parawatan dan
pengasuhan. Sementara pemenuhan tanggung jawab bervariasi tergantung posisi social
budaya suami istri,sebuah pola umum agar orang tua meneriam peran-peran tradisional
atau pembagian tangungjawab. Perubahanperubahan peran dan adaptasi terhadap tanggung
jawaborang tua yang baru’
3. Tahap III: Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
Tahap perkembangan yang ketiga dimulai dari anak pertama berusia 2 ½ tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Anak-anak prasekolah harus banyak belajar
kemandirian dan mencapai otonomi yang cukup dan mampu memnuhi kebutuhan sendiri
agar dapat menangani masalah yang ada pada diri anak itu sendiri tanpa campur tangan
dari orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak,
project Head Stuart, pusat perawatan sehari atau program-program sama lainnya
merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Peningkatan yang
tajam dalam IQ dan keterampilan social telah dilaporkan terjadi setelah anak
menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun(kraft et al, 1968). Banyak sekali
keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus kehidupan ini. Di kalangan
keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbul dari peran mengasuh anak
untuk anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Ibu-ibu
yang bekerja dan ibu-ibu yang masih remaja masih secara khusus memerlukan fasilitas-
fasilitas dan program-program perawatan anak yang lebih baik( Adams dan Adams, 1990).
4. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah usia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir ini (Duvall,1977). Menurut
Erikson (1950), orangtua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari
kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generatif) dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara anak-anak usia sekolah bekerja
untuk mengembangkan sense of industry-kapasitas untuk
menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan
rendah diri. Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi
pisah dengan, atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama kelamaan
hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan
memainkan peranan yang kebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah
tersebut. Selama ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas di luar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar
keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan
standar-standar komunitas bagi anak. Kecacatan pada anak-anak akan
ketahuan selam periode kehidupan anak ini. Para perawat sekolah dan guru
akan mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain
kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak
adekuat, penganiayaan anak, penyalahguanaan zat, dan penyakit menular
(Edelman dan Mandle, 1968). Ada banyak keadaan cacat yang terdetekdi
selama tahun-tahun sekolah, termasuk epilepsy, serebral palsi, retardasi
mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi uatam perawat kesehatan
disamping fungsi rujukan, mengajar, dan memberikan konseling kepada
orangtua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan
7
koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga
dapat diminimalkan.
Tugas perkembangan keluarga yang sangat penting adalah
mensosialisasikan anak pada saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak
disekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya adalah mempertahankan
hubungan perkawinan yang bahagia.
Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19
atau 20 tahun. Preto (1988), dalam membahas tentang tranformasi sistem
keluarga dalam mas remaja, meguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi.
Metamorfosis ini meliputi”pergeseran yang luar biasa pada pola-pola
hubungan antar generasidan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai
dengan kematangan fisik remaj, pergesran ini sering sekali sejalan dan
bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki
pertengahan hidup dan dengan transformsi utam yang dihadapi oleh kakeknenek dalam usia tua.
Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses
perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian yakni,
emasipasi(otonomi yang meningkat), budaya orang muda, kesenjangan antar
generasi(perbedan nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja).
Tugas perkembangan keluarga yang pertama dan utam adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan
semakin mandiri. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama
tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orang tua harus membuat”
perubahan sistem utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-norma
bary dan membiarkan remaja. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi
pasangan suami-istri adalah memfokuskan kembali hubungan
perkawinan(Wilson, 1988). Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang
mendesak adalah para angggota keluarga, khusunya orangtua dan remaja,
untuk berkomunikasi terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi,
komunikasi terbuka sering kali hanya merupakan cita-cita, bukan suatu
realita. Mempertahankan etika dan stansar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya(Duval dan Miller, 1985).
Tahap VI : Keluarga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.
Permulaan dari fase kehidupan ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika
anak teakhir meninggalkan rumah. Thap ini dapat singkat dan agak panjang,
tegantung pada beberapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa
banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat
dari SMA dan perguruan tinggi. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak
persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang amndiri.
Tugas-tugas perkembangan menjadi penting ketika sebuah keluarga tersebut
berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke sebuah rumah tangga
yang hanya terdiri dari sepasang suami dan istri. Tujuan utama keluarga
adalah reoarganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan
sementara melepaskan anak-anak yang dewasa ke dalam kehidupan
sendiri(Duvall, 1977). Selam tahap ini pasangan tersebut mengambil peran
kakek-nenek perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.
Tugas-tugas perkembangan keluarga membantu anak tertua dalam
melepaskan diri, orangtua juag membantu anak mereka yang lebih kecil agar
mandiri. Dan ketika anak laki-laki atau perempuan yang dilepas menikah
tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga denagn memasukkan
anggota keluarga baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya
hidup dari pasangan itu sendiri. Tugas perkembangan selanjutnya adalah
melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuiakan kembali hubungan
perkawinan. Dengan rumah yang telah kosong, orangtua memiliki waktu
lebih untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan-kegiatan dan hubunganhubungan lain. Mereka
tidak tumbuh saling berjauhan dari satu sam lain di
mana mereka tidak dapat melembagakan atau membentuk kembali peran
suami dan istri yang pernah mereka lakukan. Tahap perkembangan penting
9
lainnya dari keluarga dengan usia pertengahan adalah membantu mertua dari
suami dan istri yang lanjut usia dan sakit-sakitan.
Tahap VII : Orang Tua Usia Pertengahan.
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pension atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasana dimulai ketik orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat seorang pasangan pension, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya
pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga
inti meskipun masih berinteraksi denghan orangtua mereka yng lanjut usia
dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota kelurag
dari hasil perkawinan keturunannya. Tahun pertengahan meliputi perubahanperubahan pad
penyesuaian perkawinan, pada distribusi kekuasaan antara
suami dan istri dan pada peran(Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak
keluarga yang kepusan maupun status ekonominya meningkat(Rollins dan
Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehiduapan yang
paling baiak.
Tugas-tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah
penentuan lingkungan yang sehat. Dalam masa inilah upaya untuk
melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan,
meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melkukan kebiassaankebiasaan yang
sifatnya merusak diri selam 45-65 tahun. Tugas
perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan
ang penuh arti dan memuaskan antara orangtua yang lanjut usia dengan anakanak. Dengan
menerima dan menyambut cucu-cucu mereka ke dalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini
dapat mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977). Tugas
perkembangan yang ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas
memperkokoh hubungan perkawinan. Wrigt dan Leahey (1984) melukiskan
tugas perkembangan ini sebagai ”reinventasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independent yang terjadi secara bersamaan”.
Tahap VIII : Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pension, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninngal dan berakhir dengan pasangan yang lain
meninggal(Duvall dan Miller, 1985). Persepsi tahap siklus kehidupan ini
sangat berbed di kalangan keluarga lanjut usia. Beberapa orang merasa
menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun
terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tegantung pad sumbersumber finansial yang
adekuat, kemampuan memelihara rumah yang
memuaskan dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri
karena sakit, umumnya memilki moral yang rendah; kesehatan fisik yang
buruk sering merupakan antesenden penyakit mental di kalangan lansia
(Lowentahl. 1972). Karena proses menu berlangsung dan masa pension
menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai macam stressor atau kehilangankehilangan yang
dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang
mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi: ekonomi, perumahan,
social, pekerjaan, kesehatan.
Tugas-tugas perkembangan keluarga, yang pertama yaitu mempertahan
kan pengaturan hidup yang memuaskan. Pengaturan hidup seseorang
merupakan suatau predictor kesejahteraaan yang ampuh dikalangan lansia
(Berresi et al, 1984). Tugas perkembangan yang kedua bagi keluarga lansia
adalah penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun. Ketika pension,
terjadi penurunan pendapatan secara tajam, dan seiring berlalunya tahun
pendapatanpu semakin menurun dan semakin tidak memadai karena terus
naiknya biaya hidup dan terkurasnya tabungan. Mempertahankan hubungan
perkawinan yang merupakan tugas yang ketiga, menjadi penting dalam
kebagian keluarga. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, yang
merupakan tugas perkembangan yang keemapat, secar umum merupakan
tugas perkembangan yang paling traumatis. Tugas perkembangan yang
kelima meyangkut pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi. Meskipun ada
sesuatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari hubungan
11
social, keluarga tetap menjadi focus interaksi-interaksi social lansia dan
sumber utam dukungan social. Tugas perkembangan yang keenam yaitu
meneruskan untuk memahami eksitensi mereka(penelaahan dan integrasi
hidup).
2.2 Konsep Masalah Kesehatan
2.2.1 Pengaruh Sakit Dan Cacat Terhadap Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga.
Sakit yang serius atau cacat jangka panjang daris eorang anggota keluarga
sangat mempengaruhi keluarga dan fungsi keluarga, karena perilaku keluarga
sangat mempengaruhi perjalanan dan karateristik sakit atau cacat(Bahnson, 1987).
Sakit yang serius atau cacat amat mempengaruhi perkembangan keluarga dan
perkembangan anggota keluarga secar individual, khusunya anggota yang skit
atau cacat. Sering kali bila keuarga lambat dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangaanya, interaksi dari tuntutan/stressor perkembangan dan
tuntuan/stressor situasi memperburuk dan membebani keluarga. Stress tambahan
yang ditimbulkan oleh kehadiran kedua jenis stressor tersebut menurunkan fungsi
keluarga, akibatnay penguasaan tugas-tugas perkembangn terhalang atau
terhambat.
Sejauh mana tugas-tugas perkembangan dipengaruhi tergantung pada
beberapa faktor. Sudah tente yang pertama adalah tahap siklus kehidupan
keluarga; kedua adalah anggot kelurag menjadi sakit serius atau cacat sehingga
menciptakan suatu perbedaaan. Beberapa tahap siklus kehidupan tertentu
mempunyai bahaya dalam hal perkembangan dan individu-individu tertentu dalam
keluarga lebih terpusat dalam hubungannya dengan tugas-tugas perkembangan
keluarga dari tahap perkembangan teretentu. Misalnya, dalam sebuah keluarga
dengan remaja, jika remaja itu menderita cedera serius dan berada dalam keadaan
tidak mandiri, ini sangat mengahambat penguasaan tugas-tugas perkembangan
keluarga. Demikian juga tugas perkembangan yang menangani kebebasan
berimbang dengan rasa tanggung jawab sehingga membantu remaja ini agar lebih
otonom akan terhambat juga. Tantangan bagi keluarga adalah berupaya untuk
memulai lagi memperhatikan tugas-tugas perkembangan normal secepat mungkin.
Faktor penting lain yang menciptakan perbedaan mengenai dampak sakit
atau cacat terhadap perkembangan keluarga adaklah sumber-sumber formal dan
informal yang digunakan oleh keluarga. Sebuah sistem pendukung social yang
baik dari keluarga besar dan teman-teman dan dukungan psikososial dan
kesehatan yang kompeten akanmemperbesar kemampuan keluarga untuk kembali
pada jalur perkembangan dengan lebih cepat.
Bila bekerja dengan sebuah keluarga dengan sakit yang serius tau cacat
adalah sangat bermanfaat untuk membandingkan tugas-tugas perkembangan
keluarga yang ”ideal” dalam suatu siklus kehidupan yang sesuai dengan tingkah
laku keluarga yang actual (Friedman, 1987).
2.2.2 Konsep Proses Keperawatan Keluarga
Ketertarikan manusia dengan yang lainnya dalma keluarga juga terkait
dengan kesehatan manusia di dalam keluarga sehingga teridentifikasi pula adanya
kesehatan keluarga. Manusia dikatakan sehat ketika mampu secara mandiri tanpa
bantuan mamenuhi kebuthan bio, psiko, spiritual, sosio, begitu pula ksesehatan
masing-masing individu dalam keluarga dengan interaksinya menunjukkan
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan keluarga sebagai kumpulan anggota
keluarga dan interaksi didalamnya. Kesehtan keluarga adalah keluarga secara
mandiri mampu memenuhi kebutuhan segenao anggotanya untuk perawatan diri
dan keluarga mememnuhi fungsi-fungsi keluarga menyelesaikan tigas-tugas yang
terkait dengan tingkat pekembangan keluarga.
Keluarga merupakan satu bagian klien dalm asuhan keperawatan. Secara
umum manusia memulai hidup dan bertumbuh menjadi manusia di mulai pada
keluarga. Secara unik, setiap keluarga memiliki pola dan perilaku yang berbeda
dengan keluraga lainnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adanya pola
dan perilaku yang berbeda pada keluarga dan anggota keluarga adalah pengaruh
dari social kemasyarakatan temapt keluarga berada. Perawat dapat melakukan
asuhan pada keluarga yang didalamnya ada individu-individu sebagai anggota
yang memiliki kemampuan pemahaman dan ketrampilan dari perawat mengenai
keholistikan keluarga termasuk budaya dan kultur yang ada pada keluarga, juga
13
perkembangan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Konsep keperawatan kesehatan keluarga yang ada di Indonesia pada saat
ini menggabungkan beberapa teori, yang umum digunakan adalah teori Bailon
dan Maglaya digabung dengan teori Friedman. Bailon dan Maglaya (1978)
menuliskan penggolongan kesehatan keluarga ke dalam tiga jenis :
Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga.
Keadaan di rumah maupun di lingkungan yang dapat membawa peningkatan
kesehatan.
Sifat-sifat keluarga, dinamika atau tingkat kesanggupan keluarga yang dapat
membawa perkembangan keluarga.
Friedman (1998) menyatakan untuk menetapkan status kesehatan keluarga
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi enam kelompok data yaitu karakteristik
keluarga, tahap perkembangan dan riwayat perkembangan keluarga, data
lingkungan , struktur keluarga, fungsi keluarga, koping keluarga
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keluarga Dengan Anggota Keluarga Dirawat Di Rumah Sakit
Tanggal : 18 Nov-13 Des 2009 Waktu: Situasional Oleh: Kelompok
Data Umum
Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. A
Umur KK : 39 tahun
Alamat dan nomer telepon : JL. Dr. Wahidin 9 11/21 Jember
Pekerjaan KK : Pedagang
Pendidikan KK : SLTP
Agama KK : Islam
Suku bangsa KK : Madura
Komposisi keluarga : Ayah, Ibu dan 3 Anak
No Nama Umur Jenis
Kelamin
Hub
Dg
KK
Pendi
dikan
Pekerjaan Keterangan
1 Bpk.
A
39
Thn
L KK SLTP Pedagang -
2 Bu I 37
Thn
P Istri - - -
3 An. F 17
Thn
P Anak
1
SMA - -
4 An. A 12
Thn
P Anak
2
SD - -
5 An. R 6 Thn L Aank
3
TK - -
Genogram
15
Keterangan:
` : Laki-Laki
: Perempuan
: Aborsi/Keguguran
: Meninggal
: Sakit Tipoid
: Tinggal Serumah
Tipe keluarga
Tipe keluarga dari Bp. A adalah the nuclear family yaitu keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Suku bangsa
Bp A dan Ibu I mengatakan Bp A dan Ibu I berasal dari kota Bangkalan
Madura. Bahasa yang digunakan sehari-harinya dirumah adalah bahasa
Madura dan bahasa Indonesia.
Agama
Bp A dan Ibu I mengatakan kepercayaan yang dianut oleh Bp A dan Ibu I
adalah Islam. Ibu I mengikuti pengajian di lingkungan tempat tinggalnya
yang diadakan setiap seminggu sekali dan Bp A selalu melakukan ibadah
(apabila sedang ada dirumah) di mushola dekat rumah keluarga. An.F dan
An. A menjalankan ibadah di mushola yang berada didalam rumah. Ketika
Ibu I melaksanakan ibadah biasanya An M mengikuti dari belakang.
Keluarga Bp A jarang melakukan ibadah bersama dikarenakan kesibukan
dalam pekerjaan.
Status sosial dan ekonomi keluarga
Bp A mengatakan ia bekerja sebagai pedagang di pasar, Bp A juga dibantu
oleh Ibu I, mereka saling bergantian dalam menjaga warungnya. Waktu
sehari-hari hampir dihabiskan untuk berdagang. Setiap hari mulai pukul
09.00 pagi Bp A membeli barang dagangan yang akan dijual di tengkulak,
hingga pukul 11.00 WIB, barulah Bp A membuka toko dibantu oleh Ibu I.
Setelah selesai membuka toko Ibu I pulang untuk menjaga anak-anak. Pukul
04.00 sore Ibu I akan menggantikan Bp.A sampai pukul 08.00 malam.
Mulai pukul 08.00 malam hingga pukul 06.00 Bp. A yang bertugas menjaga
toko. Hampir seluruh kegiatan rumah tangganya dilakukan di pasar. Bp A
mengatakan bahwa penghasilan dari berdagang tidak tentu tiap bulannya
namun rata-rata berkisar sampai Rp. 500.000,00 dan dengan penghasilan
tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari serta
menyekolahkan ketiga anaknya. Pengeluaran keluarga Bp A berkisar sampai
Rp. 350.000,00 perbulan. Bp A mengatakan jika ada sisa pemasukan yang
didapat maka maka keluarga akan menyimpannya untuk digunakan sewatuwaktu apabila ada
keperluan yang tak terduga seperti anggota keluarga yang
sakit.
17
Aktivitas Rekreasi keluarga
Bp. A dan Ibu I mengatakan setiap pagi dan sore berkumpul bersama
dirumah, kecuali jika anak sekolah dan bapak bekerja. Biasanya untuk
mengisi waktu luiang keluarga menonton televisi bersama di rumah.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja,
karena anak pertama dari Bp A dan Ibu I berusia 17 tahun.
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. Bp. A
mengatakan bahwa An. F diberlakukan oleh peraturan-praturan ketika
berteman dengan teman-temannya, ketika hari libur An. F diberikan
kebebasan dan Bp. A menetukan jam bermain hingg pukul 21.00 wib.
Bp. A mengatakan bahwa semua yang saya lakukan adalah demi masa
depan An . F.
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Ibu I menunjukkan kasih
sayang kepada Bp. A dengan mengambilkan minuman air putih pada saat
bersantai. Bp. A dan Ibu I juga terlihat akrab. Pada saat berjualan
biasanya ibu I akan membawakan makanan untuk Bp. A ke warung
tempat berjualan.
Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Ibu I
mengatakan keluarganya selalu terbuka untuk berkomunikasi satu dengan
yang lain nya. Dengan sifat anak pertama Ibu I yang terasa apabila terjadi
masalah atau tidak sesuai dengan keingingan hati dari anak pertama,
maka Ibu I akan mengalah.
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi.
Riwayat keluarga inti
Bp A dan Ibu I keduanya sama-sama berasal keluarga suku madura. Bp A
mengatakan bahwa dia menginginkan kehidupan yang mandiri, sehingga
setelah menikah Bp A dan Keluarga memilih untuk merantau ke Jember. Di
Jember, keluarga Bp. A awalnya menyewa rumah kontrakan di daerah
Tempean sebelah Timur pasar Tanjung dan dikaruniai anak pertama namun
meninggal ketika berusia 9 bulan. Setelah tinggal selama 4 tahun di daerah
Tempean kemudian pindah kerumah kontrakan baru di sebelah Barat Pasar
Tanjung. Ibu I mengandung anak kedua yaitu An F 17 tahun. Selang
beberapa tahun Ibu I memilki An. A 12 tahun, kemudian Ibu I memiliki
anak kembali namun ketika usia kandungan berusia 2 bulan Ibu I
mengalami keguguran dan sempat dilakukan kuretase. Selang 3 bulan Ibu I
melahir kan An. M yang sekarang berusia 6 tahun.
Riwayat keluarga sebelumnya
Bp. A mengatakan : kedua orang tuanya berada di kota Bangkalan dan
kedua saudaranya berada di daerah Jember sebagai pendatang seperti Bp. A,
namun berada dari kota Bangkalan tetapi keduanya sudah meninggal dunia.
Keluarga Bp. A jarang bertemu dengan orang tua maupun kedua saudaranya
apalagi setelah ibu dari Bp. A meninggal dunia, keluarga Bp. A hanya
berkunjung pada saat tertentu saja misalnya lebaran.
3. Data Lingkungan
Karakteristik Rumah
19
Denah Rumah Keluarga Bp A
Rumah yang ditempati oleh keluarga bp. A adalah rumah dari
peninggalan orang tua dari Ibu I. Rumah Bp. A berukuran 8m x 10m,
terdapat teras didepan rumah, bagian dalam rumah terdiri dari, ruang
tamu yang berdekatan denga televisis, terdapat 3 kamar, dapur, kamar
mandi, musholla. Jendela kaca terdapat diruang tamu, jendela juga
terdapat disetiap kamar namun menurut penuturan Bp. A jendela tersebut
jarang di buka karena jendela akan berbenturan oleh rumah tetangga
sebelah kanan nya yang berjarak seperempat meter. Keadaan rumah
bersih tidak terdapat serangga, berlantaikan keramik putih dengan luas
30cm x 30cm. Bp. A mengatakan ketiga anaknya senang tidur didepan
televisi sehingga terdapat kasur-kasur untuk tidur ketiga anak nya dan
jarang tidur dikamar. Bp. Mengatakan keluarga sering menata ulang uang
tamunya sesuai selera dari keluarga, keluarga merasa puas dengan
tatanan rumah yang ada sekarang
Keadaan lingkungan luar rumah
Rumah keluarga bp. A tidak memiliki halaman rumah karena jarak antar
rumah baik kesamping, kedepan atau kebelakang jaraknya sangat dekat.
Sumber aiar yang digunakan untuk minum dalah dengan mengunakan air
mineral gallon, namun Ibu mengatakan ketika iangin memasak
menggunakan air sumur yang da didalam rumah. Bp. A mengatakan
setiap hari keluarga mengaumpulakan sampah nya kemudian dibuang ke
tempat yang telah disediakan dan kemudian sampah tersebut akan
diangkut oleh truk pengangkut sampah oleh petugas kebersihan.
Karakteristik tetangga dan komunitas
Bp. A mengatakan lingkungan tetangga disini dari berbagai daerah. Jarak
antar setiap rumah hanya setengah meter bahkan ada yang satu tembok
bersamaan antara tetangga satu dengan tetangga yang lainnya. Daerah
lingkuang bp. A termasuk daerah perkotaan. Di lingkungan tempat tingaal
Bp. A tidak ada warga yang mendirikan industri, dilingkungan nya hanya
terdapat tukang kayu, pedagang, dan pekerja yang lain. Selama kelompok
melakukan pengkajian lingkungan tempat tinggal keluarga Bp A terlihat
bersih. Seluruh warga di lingkungan keluarga Bp. A membuang sampah
rumah tangga di kantong plastic yang kemudian dibuang ditempat yang
telah disediakan di sebelah Barat pasar, nanti nya akan dianggkut oleh
petugas sampah. Bp. A mengatakan bahwa keluarganya sering merasa
bising dengan lingkungan nya mengingat jarak antar rumah terlalu dekat.
Bp. A mengatakan didaerah dekat lingkungan tempat tinggal nya tidak ada
layanan kesehatan, namun dekat dengan fasilitas sekolah. Diderah tempat
tinggal Bp. A banyak tersedia transportasi umum dan biasanya keluarga
menggunakan sepeda motor. Bp. A mengatakan di lingkungan tempat aman
dari tindak kejahatan, setiapa malam akses masuk ke lingkungn tempat
tingga Bp. A pukul 23.00 wib sudah ditutup untuk umum.
Mobilisasai geografis keluarga
Sebelum tinggal di Jl Wahidin .Bp. A dan Ibu I tinggal di daerah Tempean
sekitaran Timur Pasar Tanjung mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan
selama 4 tahun kemudian tinggal di Jl Wahidin hingga sekarang. Setiap hari
21
nya Bp. A kepasar dengan menggunakan sepeda motor. Sedangkan Ibu I
untuk mengantar kan An.R sekolah cukup dengan berjalan kaki dan sekolah
An. R berdekatan dengan sekolah An. A
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Bp. A mengatakan keluarga ikut terlibat apabila ada kegiatan dimasyarakat.
Dan Ibu I juga berinteraksi dengan masyarakat setempat ketika pengajian
setiap seminggu sekali.
System pendukung keluarga dan ecomap
Keterangan:
: Hubungan Relatif Jarang
: tidak terlalu dekat
: sangat dekat
4. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi
Bp. A mengatakan komunikasi dengan Ibu I cukup terbuka namun ketiga
anaknya lebih sering berkomunikasi dengan Ibu I dari pada dengan Bp. A
dikarenakan Bp. A sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk ketiga
anak nya sedikit. Apabila ketiga anaknya menginginkan sesuatu maka
ketiga anaknya terlebih dulu berbicara dengan Ibu I baru dan nantinya Ibu I
yang menyampaikan keingingan ketiga anaknya kepada Bp. A.
Struktur kekuatan/kekuasaan keluarga
Ibu I mengatakan jika ada sesuatu masalah dalam keluarga pengambilan
keputusan dilakukan oleh Bp A, tetapi terkadang Bp A meminta pendapat
dari Ibu I tanpa melibatkan ketiga anaknya. Keputusan yang dibuat
biasanya akan dihormati oleh seluruh keluarga karena sudah dianggap
keputusan yang baik.
Struktur peran
Bp.A dan Ibu I mengatakan Bp A sebagai kepala keluarga dan Ibu I sebagai
istri dan ibu untuk ketiga anaknya. Secara Informal Ibu I juga sebagai
pemberi kasih sayang kepada semua keluarganya. Ibu I juga sebagai tempat
curahan hati bagi anak-anaknya. Setiap harinya Ibu I mengantarkan Anak
ketiga nya yaitu An. M ke sekolah taman kanak-kanak dan menunggu di
sekolahnya hingga jam sekolah berakhir. Setelah anak keduanya jatuh sakit
maka terjadilah pengaturan peran-peran baru dalam keluarga Bp.A. Ibu I
yang setiap harinya mengantar anak ketiganya sekolah sekarang Ibu I
menjaga An. A dipuskesmas. Selama Ibu I di Puskesmas menjaga An. A,
peran Ibu I dalam merawat An. M digantikan oleh sepupu dari Ibu. I yang
telah memiliki keluarga dan 1 orang anak berumur 2 tahun. Setiap pagi Bp.
A harus mengantarkan An. M ke sekolah dan menjemputnya ketika pulang
sekolah, setelah Bp.A mengantarkan An. M, Bp. A juga mengantar kan An
F ke Madrasah karena selama An.A sakit, anak kedua Bp. A setiap hari
pulang kerumah. Sebelumnya anak kedua Bp. A selalu tinggal di
pondoknya. Bp. A hampir menghabiskan waktunya di pasar sekarang harus
kesana kemari untuk menemani Ibu I di Puskesmas. Ibu I mengatakan
semua keluarga bisa menyesuaikan dengan perubahan peran, terutama An.
M yang sebelum nya tidak mau tidur bersama sepupu Ibu I namun setelah
mengetahui An. A sakit, An. R mau tidur bersama sepupu dari Ibu I.
23
Nilai dan norma keluarga
Bp A mengungkapkan bahwa jika mengalami gangguan kesehatan misalnya
pusing ataupun demam, akan diobati sendiri dengan obat-obat yang dapat
dibeli ditoko. Keluarga Bp A juga masih meyakini khasiat dari obat-obatan
tradisonal dan terkadang menggunakan obat-obat tradisional jika
diperlukan.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif
Bp A dan Ibu I mengatakan mereka mengerti apabila anaknya
menginginkan sesuatu dan langsung menanyakan ap yang dibutuhkan anak
tersebut. Anak-anaknya saling peduli dengan saudara maupun dengan
orang tuanya dan akrab satu sama lain. Hubungan antar anggota keluarga
berjalan baik, Bp A senantiasa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan
anak-anaknya, dan anak-anak keluarga Bp A sangat menghormati orang
tuanya.
Diagram kedekatan dalam keluarga
Keterangan :
: Biasa
: Dekat
: Sangat Dekat
Fungsi sosialisasi
Bp A mengungkapkan bahwa anaknya yang tertua dilarang membawa
teman sekolahnya kerumah, kecuali ada kepentingan yang berhubungan
dengan sekolahnya. Bp a dan Ibu I selalu membiasakan anaknya untuk
mandiri. Bp A mengatakan apapun yang dilakukan pada anaknya
merupakan upaya agar anknya menjadi lebih baik. Meskipun hanya seorang
pedagang Bp. A selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anakanaknya, Bp A mengatakan
kebutuhan anaknya adalah yang terpenting.
Anak-anak keluarga Bp A mempunyai teman bermain yang ada di
lingkungan sekitar rumahnya. Bp A menyadari keterbatasan tempat bermain
bagi anaknya, karena memang rumah yang sederhana dan berada di
kawasan yang padat sehingga anak Bp A bermain dengan fasilitas yang ada
dirumah.
Fungsi perawatan kesehatan
Bp A dan keluarga mengatakan bahwa mereka banyak mengkonsumsi air
putih tiap hari. Bp A mengutarakan bahwa jika ada anggota keluarga yang
sakit maka akan dirawat sendiri, namun apabila penyakit cukup serius
keluarga akan membawa anggota yang sakit ke pelayanan kesehatan.
Keluarga Bp A tidak pernah melakukan chek-up kesehatan secara rutin.
Disamping pertimbangan biaya, Bp A mengatakan bahwa tidak punya
waktu untuk melakukan chek-up meskipun sebenarnya tahu pentingnya
pemeriksaan rutin. Ibu I mengatakan anak-anaknya diberikan imunisasi
lengkap dan diberikan ASI selama 2 tahun, kecuali An. M lebih dari 2
tahun. Ibu I mengaku semua anaknya ketika berumur <6 bulan sudah diberi
makanan berupa serelac. Menurut Ibu I makan yang bergizi untuk makan
balitanya adalah pisang dan nasi lembut yang dihaluskan. Bp A juga
mempunyai kebiasaan merokok dia mengatakan bahwa apabila tidak
merokok merasa kurang enak, dan biasanya harus disertai minuman berupa
kopi yang menurut Bp A merupakan jamu/obat untuk rokok. Bp A
mengatakan bahwa apabila tidak merokok merasa kurang enak, dan
biasanya harus disertai minuman berupa kopi yang menurut Bp A
merupakan jamu/obat untuk rokok. Bp A mengungkapkan bahwa dia tahu
akibat yang dapat ditimbulkan dari merokok, Bp. A mengatakan sekarang
merokok hanya satu bungkus tidak seperti dulu bisa menghabiskan lebih
dari satu bungkus rokok. Bp. A mengatakan apabila dia merokok An. F dan
an. A selalu menyuruh Bp. A keluar rumah.
Fungsi reproduksi
25
Bp A dan Ibu I mengungkapkan bahwa mereka mempunyai 5 orang anak,
namun anak pertama meninggal dan pada saat mengandung anak keempat
Ibu I mengalami keguguran. Bp A mengatakan bahwa tidak mempunyai
rencana untuk menentukan berapa jumlah anak yang diinginkan, “kita jalani
apa adanya saja...” kata Bp A.
6. Stres Dan Koping Keluarga
Stressor jangka pendek
Bp. A mengatakan masalah yang dirasakan saat ini adalah proses untuk
penyembuhan dari An. A sehingga dapat normal seperti semula
Stressor jangka panjang
Bp. A mengatakan yang menjadi pikiran adalah kesejahteraan semua
anggota keluarganya.
Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Bp A mengatakan bahwa jika ada permasalahan akan segera dicari
penyelesaiannya dengan berdiskusi bersama istrinya, namun jika dirasa
maslah sangat berat, Bp A meminta bantuan pada keluarga besar.
Strategi koping yang digunakan
Ibu I mengatakan koping yang digunakan oleh Bp.A ketika menghadapai
masalah Bp. A lebih banyak minum air putih kemudian langsung pergi tidur
sedangakan Ibu I apabila ada masalah lebih banyak terdiam.
Strategi Adaptasi disfungsional
Bp.A dan Ibu I tidak menggunakan adaptasi Disfungsional kepada ketiga
anaknya.
7. Pemeriksaan Fisik
Komponen Bp. A Ibu I An. F An. A An. M
Kepala Rambut
hitam ikal,
bersih, tidak
ada kelainan
Rambut ikal,
bersih, tipis,
melebihi
bahu
Rambut
hitam ikal,
bersih, tidak
ada kelainan,
Rambut
lurus,
bersih, tidak
ada
sebahu kelainan
Mata scelera tida
ikterik,
konjungtiva
tidak anemi,
tidak ada
kelainan
scelera tidak
ikterik,
konjungtiva
tidak anemi
scelera tida
ikterik,
konjungtiva
tidak anemi,
menggunaka
n kaca mata
scelera tida
ikterik,
konjungtiva
tidak anemi,
tidak ada
kelainan
Telinga Bersih, tidak
ada serumen,
tidak ada
kelainan,
tidak ada
nyeri tekan,
dapat
mendengar
dengan baik
Bersih, tidak
ada serumen,
tidak ada
kelainan,
tidak ada
nyeri tekan,
dapat
mendengar
dengan baik
Bersih, tidak
ada serumen,
tidak ada
kelainan,
tidak ada
nyeri tekan,
dapat
mendengar
dengan baik
Bersih,
tidak ada
serumen,
tidak ada
kelainan,
tidak ada
nyeri tekan,
dapat
mendengar
dengan baik
Hidung Bersih, tidak
ada secret,
tidak ada
kelainan
Bersih, tidak
ada secret,
tidak ada
kelainan
Ada secret
berwarna
bening
Bersih,
tidak ada
secret, tidak
ada
kelainan
Mulut Tidak ada
stomatitis,
tidak ada
kelainan
Tidak ada
stomatitis,
tidak ada
kelainan
Tidak ada
stomatitis,
tidak ada
kelainan
Tidak ada
stomatitis,
tidak ada
kelainan
Leher &
tenggorokan
Tidak nyeri
tekan, tidak
ada
pembesaran
Tidak nyeri
tekan, tidak
ada
pembesaran
Tidak nyeri
tekan, tidak
ada
pembesaran
Tidak nyeri
tekan, tidak
ada
pembesaran
kelenjar
limfe dan
27
kelenjar limfe
dan tiroid
kelenjar limfe
dan tiroid
kelenjar
limfe dan
tiroid,
tiroid
Dada & paru Pergerakan
simetris,
tidak
menggunakan
alat bantu
nafas, tidak
ada ronchi,
tidak ada
wheezing
Pergerakan
simetris,
tidak
menggunakan
alat bantu
nafas, tidak
ada ronchi,
tidak ada
wheezing
Pergerakan
simetris,
tidak
menggunaka
n alat bantu
nafas, tidak
ada ronchi,
tidak ada
wheezing
Pergerakan
simetris,
tidak
menggunak
an alat
bantu nafas,
tidak ada
ronchi,
tidak ada
wheezing
Ektremitas Tidak ada
gangguan
gerak, tidak
ada luka,
tidak ada
varises
Tidak ada
gangguan
gerak, tidak
ada luka,
tidak ada
varises
Tidak ada
gangguan
gerak, tidak
ada luka,
tidak ada
varises
Tidak ada
gangguan
gerak, tidak
ada luka,
tidak ada
varises
Kulit Bersih, tidak
ada kelainan
kulit, turgor
baik
Bersih, tidak
ada kelainan
kulit, turgor
baik
Bersih, tidak
ada kelainan
kulit, turgor
baik
Bersih,
tidak ada
kelainan
kulit, turgor
baik
BB/TB 72 kg/162cm 60kg/147cm 45kg/148cm 17kg/104cm
Kuku Bersih,
pendek
Panjang,
kotor
Panjang
bersih
Panjang,
kotor
TTV 100/90 120/80 100/70
Simpulan Tidak ada
masalah
kesehatan
Ada masalah
pada
penglihatan,
personal
Masalah
kesehatan
pada
Ada
masalah
dengan
personal
hygine
kurang
penglihatan hygine.
8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap apabila akan melakukan perawatan pada pasien maka harus
diperhatikan terlebih dahulu pasien yang dihadapi balita, anak-anak, atau dewasa.
Analisa Data
Data Diagnosa
Keperawatan
TAHAP I
Data Objektif
Keluarga Bp A tidak pernah melakukan chek-up
kesehatan secara rutin
Data Subjektif
Bp A mengatakan bahwa kalau tidak sakit buat apa
Pemeliharaan
kesehatan tidak
efektif pada keluarga
Bp A berhubungan
dengan
ketidakmampuan
29
periksa.
Bp A mengatakan bahwa disamping pertimbangan biaya,
keluarga tidak punya waktu untuk melakukan chek-up
rutin
TAHAP II
Keluarga Bp A mengenal masalah mengenai pentingnya
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Keluarga tidak mampu memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin.
keluarga memutuskan
masalah mengenai
pentingnya
pemeriksaan
kesehatan secara
teratur.
TAHAP I
Data Objektif
Selama beberapa kali dilakukan pengkajian Bp. A tidak
merokok.
Data Subjektif
Bp A mengatakan sekarang merokok hanya satu bungkus
tidak seperti dulu bisa menghabiskan lebih dari satu
bungkus rokok
Bp. A mengatakan apabila saya merokok An. F dan an. A
selalu menyuruh Bp. A keluar rumah
TAHAP II
Bp.A dan Ibu I mengetahui akibat apabila merokok
Anak Bp A tidak menyukai Apabila Bp A merokok dalam
rumah.
Bp A secara sadar mengurangi konsumsi rokok.
Potensial peningkatan
pemeliharaan
kesehatan keluarga
khususnya pada Bp A
TAHAP I
Data Objektif
Selama pengkajian ketiga anak Bp A jarang
berkomunikasi dengan ayahnya
Data Subjektif
Bp A mengatakan ketiga anaknya jarang berkomunikasi
dengan dia.
Bp A mengatakan apabila ketiga anaknya menginginkan
Kerusakan
komunikasi verbal
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah mengenai
komunikasi yang baik
sesuatu maka mereka akan mengungkapkan lebih dulu
pada Ibu I kemudian Ibu I yang menyampaikan pada Bp
A.
TAHAP II
Keluarga tidak mengetahui pentingnya komunikasi
efektif dalam keluarga
Keluarga tidak bisa melakukan teknik komunikasi yang
baik dalam keluarga.
dalam keluarga.
Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memutuskan masalah mengenai pentingnya
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah:
krisis : 1
1 1/3x1=1/3 Keluarga mengatakan keadaan
kesehatan masih baik meskipun
tidak periksa teratur
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Tidak ada waktu untuk periksa
31
masalah diubah:
sebagian:1
secara teratur
3. Potensi masalah
dicegah:
Rendah:1
1 1/3x1=1/3 Sudah biasa tidak
memeriksakan kesehatan secara
teratur
4. Menonjolnya
masalah:
Masalah tidak
dirasakan: 1
1 1/2x1=1/2 Keluarga merasa biasa saja
meskipun tidak memeriksakan
kesehatan secara teratur
Jumlah 2 1/6
Diagnosa Keperawatan
Potensial peningkatan kesehatan keluarga khususnya pada Bp A
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah:
Krisis:1
1 1/3x1=1/3 Keluarga tidak mengeluhkan
adanya gangguan karena
kebiasaan Bp A
2. Kemungkinan
masalah diubah:
Sebagian:1
2 1/2x2=1 Bp A mengatakan porsi
merokok sudah dikurangi, yang
tadinya 2 bungkus dalam sehari
sekarang menjadi 1 bungkus
3. Potensi masalah
dicegah:
1 2/3x1=2/3 Anggota keluarga tidak
menyukai jika Bp A merokok.
cukup:2
4. Menonjolnya
masalah:
Ada masalah tapi
tidak perlu
ditangani: 1
1 1/2x1=1/2 Bp A merasa sehat-sehat saja
meskipun masih meroko
Jumlah 2 1/2
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah mengenai komunikasi yang baik dalam keluarga.
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah:
Krisis:1
1 1/3x1=1/3 Keluarga menganggap hal
tersebut wajar
2. Kemungkinan
masalah diubah:
Sebagian:1
2 1/2x2=1 Ibu I memberitahu Bp A
apabila anaknya
memnginginkan sesuatu
3. Potensi masalah
dicegah:
rendah:1
1 1/3x1=1/3 Bp A jarang berkomunikasi
dengan anaknya karena
kesibukan
4. Menonjolnya 1 1/2x1=1/2 Anak-anak keluarga Bp A
33
masalah:
Ada masalah tapi
tidak perlu
ditangani: 1
sudah terbiasa dengan hal
tersebut
Jumlah 2 1/6
Diagnosa Keperawtan Keluarga Berdasar Prioritas
Dari hasil perhitungan maka dapat disusun diagnosa keperawatan berdasar
prioritas pada keluarga Bp A :
Potensial peningkatan pemeliharaan Kesehatan keluarga khususnyha pada Bp
A
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga Bp A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memutuska masalah mengenai pentingnya
pemeriksaaan kesehatan secara teratur
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah mengenai komunikasi yang baik dalam keluarga
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Bp A
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria Standar Intervensi
1. Pemeliharaan
kesehatan tidak
efektif pada keluarga
Bp A berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga memutuskan
masalah mengenai
pentingnya
pemeriksaan
kesehatan secara
teratur.
Setelah
dilakukan
asuahn
keperawatan
selama satu
minggu maka
keluarga Bp. A
mampu
memeriksakan
kesehatan nya
secara teratur
Setelah pertemuan
2x30 menit dapat
menunjukkan
Keluarga mampu
mengenal
tentang
pentingnya
pemeriksaan
kesehatan rutin
Keluarga mampu
memutuskan
sikap untuk
melakukan
pemeriksaan
kesehatan
secara teratur.
Respon
Verbal
Respon
Verbal
Mengetahui akan
pentingnya
pemeriksaan kesehatan
rutin dapat berdampak
pada pemeliharaan
kesehatan yang baik
Bp A dan anggota
keluarga bersedia
untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan
secara teratur.
Diskusikan dengan
keluarga tentang
pengetahuan saat ini
mengenai kesehatan dan
kebisaan hidup keluarga.
Identifikasi sumber daya
yang ada dalam keluarga
Identifikasi faktor internal
dan external yang dapat
meningkatkan atau
menurunkan motivasi
35
perilaku hidup sehat.
Rumuskan tujuan untuk
program pendidikan
kesehatan pada keluarga
2. Potensial peningkatan
pemeliharaan
kesehatan keluarga
khususnya pada Bp A
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama satu
minggu Bp. A
mampu
meningkat kan
derajat
kesehatannya
Setelah pertemuan
2x30 menit dapat
menunjukkan
Keluarga mampu
mengenal akibat
dari perilaku
merokok
Respon
verbal
Kesehatan keluarga
merupakan kesehatan
tiap anggota keluarga,
adanya perilaku tidak
sehat salah satu
anggota keluarga (Bp.
A) akan berakibat pada
ketidak seimbangan
kesehatan pada
keluarga dan
Diskusikan dengan
keluarga tentang
pengetahuan saat ini
mengenai kesehatan dan
kebisaan hidup keluarga.
Bantu keluarga
merencanakan strategi
koping yang spesifik
Keluarga mampu
memutuskan
sikap untuk
mendukung Bp
A dalam upaya
mengurang/berh
enti merokok
Keluarga mampu
memberikan
dukungan
positif pada Bp
A untuk
berhenti
Respon
verbal
demonst
rasikan
berpengaruh terhadap
kesehatan tiap anggota
keluarga.
Pengambilan sikap Ibu
I dan ketiga anaknya,
merupakan suatu
bentuk respon
kepedulian akan
kesehatan Bp. A
sebagai wujud
membantu Bp. A
untuk berperilaku
sehat.
Ibu I dan ketiga
anaknya dapat menjadi
motivator bagi Bp.A
untuk terus berupaya
Bantu keluarga
mengklarifikasi keyakinan
dan nilai mengenai
kesehatan.
Rumuskan tujuan untuk
program pendidikan
kesehatan pada keluarga
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan keluarga
untuk mengatasi perilaku
tidak sehat.
Berikan saran pada Bp A
untuk berhenti merokok.
37
merokok meningkatkan
kesehatan sehingga
Bp. A mampu
mempertahankan
upayanya sebagai
respon timbal balik
terhadap keluarganya
3. Kerusakan
komunikasi verbal
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah mengenai
komunikasi yang baik
dalam keluarga.
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama satu
minggu maka
keluarga Bp. A
mampu
mengenal
komunikasi yang
baik dalam
keluarga
Setelah pertemuan
2x30 menit dapat
menunjukkan
Keluarga mampu
menyampaikan
keinginan
secara terbuka
pada anggota
keluarga
Keluarga mampu
mengenali
respon verbal
Respon
verbal
Respon
Anggota keluarga
dapat menyampaikan
keinginannya secara
verbal
Permasalahan pada
Anjurkan keluarga untuk
mengekspresikan
perasaaan.
Anjurkan verbalisasi dari
perasaan, persepsi dan
ketakutan
dan non verbal
apabila terdapat
masalah pada
masing-masing
anggota
keluarga
Keluarga memiliki
waktu
berkumpul
untuk
berkomunikasik
an dengan
keluarga
verbal
Demonst
rasikan
anggota keluarga jika
disimpan sendiri dan
tidak dikomunikasikan
dengan anggota yang
lain dapat menjadi
penyebab komunikasi
yang tidak efektif
Waktu berkumpul
keluarga merupakan
salah satu cara untuk
dapt menggali
permasalahan dan
menciptakan
komunikasi yang baik
dalam keluarga .
Memfokuskan interaksi
dengan mengesampingkan
prasangka, asumsi, dan
berfokus pada anggota
keluarga.
Klarifikasi setiap pesan
atau ungkapan dengan
menanyakan kembali dan
meminta feedback.
Ciptakan lingkungan
keluarga yang dapat
menciptakan rasa percaya
tiap anggota keluarga.
39
Implementasi Dan Evaluasi
Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Tanda tangan Evaluasi
13/12/2009 Potensial peningkatan
pemeliharaan kesehatan
keluarga khususnya pada
Bp A
Mendiskusikan dengan
keluarga tentang pengetahuan
saat ini mengenai kesehatan
dan kebisaan hidup keluarga.
Membantu keluarga
mengklarifikasi keyakinan dan
nilai mengenai kesehatan.
Merumuskan tujuan untuk
program pendidikan kesehatan
pada keluarga
Mengajarkan strategi yang
dapat digunakan keluarga
untuk mengatasi perilaku tidak
sehat.
S : Bp A mengatakan bahwa
belum sepenuhnya bisa
untuk berhenti merokok
meskipun dari keluarga tidak
menyukai
O : Bp A masih terlihat
merokok saat di warung
A : masalah masih ada dan
memerlukan intervensi lebih
lanjut
P : rencanakan bersama
keluarga intervensi lanjutan
yang diperlukan
13/12/2009 Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif pada
keluarga Bp A
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga memutuskan
masalah mengenai
pentingnya pemeriksaan
kesehatan secara teratur.
memberikan saran pada Bp A
untuk berhenti merokok.
Mendiskusikan dengan
keluarga tentang pengetahuan
saat ini mengenai kesehatan
dan kebisaan hidup keluarga.
Membantu keluarga
mengidentifikasi sumber daya
yang ada dalam keluarga
Identifikasi faktor internal
(biaya untuk pemeriksaan
kesehatan dan waktu) dan
external (jarak ke pelayanan
kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang dapat
S : Keluarga Bp A
mengatakan masih kesulitan
untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin.
O : Bp A dan Ibu I masih
terlihat sibuk di warung
tempat berjualan
A : masalah masih ada
karena kesulitan mengatur
waktu.
P : rencakan bersama
keluarga mengenai waktu
yang memungkinkan untuk
keluarga dapat melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin.
41
digunakan) yang dapat
meningkatkan atau
menurunkan motivasi perilaku
hidup sehat.
BAB 4. PEMBAHASAN
Proses pemberian asuhan keperawtan pada keluarga tidak jauh berbeda
dengan pemberian asuhan keperawatan pada individu, di mulai dengan pengkajian
pada keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan intervensi,
implementasi dari perncanaan serta evaluasi dari tindakan atau intervensi yang
kita lakukan. Akan tetapi pada asuhan keperawatan keluarga pemberian asuhan
lebih difokuskan pada seluruh anggota keluarga, bukan individu serta
menekankan pada usaha untuk memandirikan keluarga agar dapat melakukan
tugas kesehatan dengan baik, antara lain yaitu ; mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan dalam menangani masalah kesehatan, melakukan
perawatan pada anggota keluarga, memelihara lingkungan rumah yang sehat, dan
menggunakan fasilitas atau layanan kesehatan yang ada di masyarakat. Kelima
tugas kesehatan keluarga tersebut dijadikan etiologi atau penyebab dalam
merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sehingga membedakan dengan
diagnosa keperawatan pada individu.
Dalam praktik pemberian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp
A, kami mengkaji delapan aspek dari keluarga untuk menyusun diagnosa
keperawatan keluarga. Kemudian dan hasil pengkajian dan penyusunan diagnosa
tersebut disusun rencana intervensi serta dilakukan implementasi dan evaluasi
secara berurutan.
Kami merumuskan beberapa diagnosa yang muncul dari masalah
kesehatan pada keluarga Bp A yang terlihat dan tergambar dari hasil pengkajian
yang dilakukan. Selanjutnya kami mengimplementasikan rencana intervensi yang
kami buat dan diprioritaskan oleh keluarga untuk diatasi lebih dulu.
Implementasi yang kami lakukan tidak semua berhasil dengan baik, hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kebiasaan keluarga, faktor
ekonomi, keyakinan/anggapan dan faktor-faktor lain, sehingga dibutuhkan followup lebih lanjut
terhadap intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
43
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pemberian asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa, penyusunan intervensi dan implementasi dari intervensi
yang diibuat serta evaluasi dari tindakan yang dilakukan. Fokus pemberian asuhan
keperawtan keluarga adalah semua anggota keluarga, bukan individu. Masalah
yang akan diatasi berdasarkan diagnosa yang disusun, diprioritaskan sendiri oleh
keluarga bersama dengan perawat. Perlu dilakukan follow-up terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan untuk mengetahui apakah diperlukan
perencanaan lebih lanjut terhadap masalah yang dihadapi keluarga hingga
keluarga dapat secara mandiri melakukan tugas kesehatannya.
5.2 Saran
Saran dari kami adalah semoga pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
dapat lebih ditingkatkan lagi, agar dapat meningkatkan kemandirian keluarga
untuk melakukan tugas kesehatannya sehingga akan mendukung produktifitas
masyarakat sekitarnya dan produktifitas nasional pada umumnya. Disamping itu
dapat menjadi media untuk mengenalkan profesi keperawatan pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai