Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM CARDIOVASKULER PADA


DECOMPENSATION CORDIS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan menjelang ajal

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Desi Tisna Dinda 173210041
2. Gleadys Marieta 173210082
3. Nurul Fitria 173210028
4. Silvi Anggreini 173210037

S1 KEPERAWATAN 5A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah
ini. Tak lupa Shalawat serta Salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah diutus kemuka bumi ini sebagai Rahmatanlil Alamin yang kita
nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Makalah ini disusun untuk mengetahui lebih lanjut tentang asuhan keperawatan
sistem cardiovaskuler.Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka
wawasan berpikir dibidang terkait dengannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita
semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................2
1.3 Metode Penulisan....................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................14
BAB V....................................................................................................................26
5.1 Kesimpulan............................................................................................26
5.2 Saran.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu
keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang
adekuat yang ditandai oleh adanyasuatu sindroma klinis berupa dispnu
(sesak nafaS), fatik (saat istirahat atau aktivitas),dilatasi vena dan edema,
yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung.Insiden
penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. Dimana jenis penyakit
gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart
Failure (CHF). DiEropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk
yang berusia 25 tahun. Sedang pada anak-anak yang menderita kelainan
jantung bawaan, komplikasi gagal jantungterjadi 90% sebelum umur 1
tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5– 15 tahun.Perlu diketahui,
bahwa dekompensasi kordis pada bayi dan anak memiliki segi
tersendiridibandingkan pada orang dewasa, yaitu :
1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat
diobati (potentiallycurable).
2. Dalam mengatasi gagal jantung tidak hanya berhenti sampai gejalanya
hilang,melainkan harus diteruskan sampai ditemukan penyebab
dasarnya.
3. Setelah ditemukan penyebabnya, bila masih dapat diperbaiki maka
harus segeradilakukan perbaikan
4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik
daripada gagal jantung pada orang dewasa.
Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat
dari tahun ketahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita,
peningkatan kasus dari penyakitgagal jantung ini pada tahun 1997 adalah
248 kasus, kemudian melaju dengan pesathingga mencapai puncak pada
tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah,penanganan sedini mungkin
sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yangminimal
terutama pada bayi dan anak-anak.Faktor yang dapat menimbulkan
penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi,tekanan darah tinggi,
merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, danstres.
Akibat lanjut jika penyakit jantung tidak ditangani maka akan
mengakibatkan gagal jantung, kerusakan otot jantung hingga 40% dan
kematian.Menurut data yang diperoleh penulis hingga sekarang penyakit
jantung merupakanpembunuh nomor satu (Sampurno,1993). WHO
menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia adalah satu sampai
lima orang setiap 1000 penduduk. Penderitapenyakit jantung di Indonesia

1
kini diperkirakan mencapai 20 juta atau sekitar 10% dari jumlah penduduk
di Nusantara (www.depkes.go.id).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan dengan
masalahpenyakit jantung.
2. Memperoleh gambaran tentang pengkajian dengan masalah penyakit
jantung.
3. Memperoleh gambaran tentang masalah dan diagnosa keperawatan
dengan masalahpenyakit jantung.
4. Memperoleh gambaran tentang rencana keperawatan dengan masalah
penyakit jantung.
5. Melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi proses tindakan
keperawatandengan masalah penyakit jantung
6. Melakukan evaluasi hasil yang dibahas melalui catatan perkembangan
denganmasalah penyakit jantung.
7. Memperoleh gambaran tentang faktor penunjang dan faktor
penghambat dalampenerapan asuhan keperawatan dengan masalah
penyakit jantung.

1.3 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu metode ilmiah untuk menggambarkan hasil pengamatan
secara sistematis

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi

kebutuhan jaringan dan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2001; 717-740)

Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan jantung untuk

memompakan darah keseluruh tubuh dengan kebutuhan metabolisme.

(Priyanto, 2001; 420)

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan

fungsi jantung berakibat jantung gagal menampkakkan darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. (Noer, 2001)

2.2 Etiologi

Penyebab gagal jantung

1. Kelainan mekanis :

a. Peningkatan beban kanan

b. Sentral (stenosisi aorta, dsb)

c. Perifer (hipertensis sistemik, dsb)

d. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub,

peningaktan beban awal, dsb)

3
e. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mezralis

atau trikuspidalis)

f. Tekponade pericardium

g. Restriksi enddeardium atau miokordium

h. Aneurisma ventrikel

i. Disenergi ventrikel

2. Kelainan miokardium

a. Primer : kardiomiopati, miokardititis kelainan metabolic,

toksisitas (alkohol, kobalt, dsb)

Presbikardio

b. Kelainan dis dinamik sekunder (sekunder terhadap

kelainan mekanis)

 Kekurangan O2 (penyakit jantung koroner)

 Kelainan metabolik

 Penyakit sistemik

 Penyakit paru obstruksi menahun

3. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi

 Henti jantung

 Fibrilasi

 Takikardia atau kardiokardia yang berat

 Asikroni listrik, gangguan konduksi (Price, 1994).

4
2.3 Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan

kemampuan kontralitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih

rendah dari curah jantung normal. Frekuensi jantung merupakan fungsi sistem

syaraf otonom, bila curah jantung berkurangh sistem saraf simpatus akan

mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi jaringan yang

memadai, maka sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk

memepertahankan curah jantung

Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dana

kekuatan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung

normal masih dipertahankan, volume sekuncup merupakan sejumlah darah

yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor : preload,

kontraktifilitas dan afterload

1. Pre load adalah sinonim letak starling pada jantung yang menyatakan

bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan

tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya tegangan serabut jantung.

2. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi

pada sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

kadar kalsium

3. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan

untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh

tekanan arteriola.

5
Pada gagal jantung jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut

terganggu hasilnya curah jantung berkurang kemudian dalam menentukan

pengukuran hemodinamika melalui prosedur pemantauan invase telah

mempermudah diagnosa gagal jantung kongestif dan mempermudah

penerapan terapi farmakologis yang efektif. (Smeltzer, 2001)

2.4 Manifestasi klinis

a. Edema ektremitas bawah (edema dependen)

b. Pertambahan BB

c. Cardiomegali (pembesaran jantung)

d. Dypsnoe

e. Asites (penimbunan cairan dalam rongga peritoneum)

f. Oliguria

g. Lemah

h. Lelah

i. Pucat (Smeltzer, 2001)

2.5 Penatalaksanaan

Terapi farmakologi

a. Aspirin

b. Anti koogulan

c. Antagonis dan adren reseptor.

d. Glikosida jantung, dioretik dan vasodilator

6
e. Agonis receptor dopamine.

f. Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat

frekuensi jantung

Terapi non farmakologi

a. Diet rendah garam

b. Batasi cairan

c. Menghindari alkohol

d. Manajemen stress

e. Aktivitas fisik

f. (Priyanto, 2001)

2.6 Fokus intervention

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan aliran darah

keginjal sekunder akibat gagal jantung (Carpenito, 2001)

Tujuan : Volume cairan adekuat

Intervensi

a. Pantau saluran urine (warna dan jumlah)

b. Pantau keseimbangan intake dan out put.

c. Pertahankan dudk atau tirah jantung

d. Catat adanya edema tubuh umum (anasarkar)

e. Rubah posisi dengan sering

7
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anorexia sekunder akibat gagal jantung (Carpenito, 2001)

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi usus

b. Awasi masukan sesuai indikasi

c. Ajarkan pasien makan sendiri

d. Beri minum tambahan (susu, teh)

e. Bantu pasien dalam pemberian makan

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran

darah. (Doenges, 2000)

Tujuan : mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual.

Intervensi :

a. Lihat pucat, sianosis .

b. Pantau pernafasan,catat kerja pernafasan

c. Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia

d. Pantau intake dan catat perubahan saluran urine.

e. Selidiki perubahan tiba-tiba/gangguan mental kontinu.

8
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran kapiler (Doenges, 2000)

Tujuan : mendemostrasikan ventilasi dan desigenasi adekuat

Intervensi :

a. Auskulatsi bunyi nafas

b. Dorong perubahan posisi sering

c. Pertahankan duduk di kursi/tirah baring

d. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas.

9
BAB III
RESUME KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal5 juni 2006 jam 08.00

WIB di ruang G RSU Tidar Magelang dengan auto anamnesa, pasien

bernama Ny. S umur 40 th, alamat kajoran rejosari bandungan, tanggal

masuk 3 juni 2006 jam 12.00 WIB dengan no register 0484. diagnosa

medis decompensasi cordis. Penanggung jawab Tn.D, umur 40 th

hubungan dengan pasien suami.

Keluhan utama yang diarasakan adalah pasien mengatakan sesak

nafas RR : 28x/mnt. Riwayat kesehatan sekarang 1 minggu sebelum

pasien masuk RSU Tidar Magelang, pasien mengeluhkan sesak nafas yang

sangat berat, kedua kaki bengkak, kemudian pada tanggal 3 juni 2006 jam

12.00 WIB, keluarga pasien membawa pasien ke RSU Tidar Magelang

oleh dokter dianjurkan opname.

Riwayat kesehatan dahulu pasien dan keluarga mengatakan bahwa

pasien pernah opname dengan sakit yang sama tidak menderita penyakit

menular seperti TBC, dan tidak menderita penyakit keturunan seperti DM,

begitu juga didalam keluarga, tidak ada anggota keluarga yang menderita

decompensasi cordis maupun riwayat penyakit menular dan penyakit

keturunan.

10
Pada pengkajian pola fungsional menurut Virginia Handerson yang

mengalami gangguan diantaranya pada pola bernafas sebelum sakit pasien

tidakmempunyai gangguan pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x /mnt,

tidak menggunakan alat bantu dan selama sakit pasien mengalami sesak

nafas, frekuensipernafasan 28 x/menit, terpasang O21,5 lt/mnt. Pada pola

nutrisi dan metabolisme sebelum sakit pasien makan 3 x /hari dengan

komposisi naasi, lauk pauk dan sayur habis 1 porsi, minum ± 7-8 gelas 1

hari. Pola eliminasi : pasien BAB 1 x/hari dengan konsistensi lunak, bau

kha, warna kuning BAK, 4-5 x/hr tanoa ada gangguan, bau khas amoniak.

Pada pola agerak dan keseimbangan sebelum sakit pasien

melakukan aktivitas tanpa bantuan dan tidak ada keterbatasan dan selama

sakit aktivitas (personal hygiene) pasien dibantu oleh perawat dan

keluarga. Pada pola kebutuhan rasa aman dan nyaman sebelum sakit

pasien merasa aman dengan kondisi kesehatan yang tidak mengalami

gangguan dan selama sakit kurang nyaman karena pasien masih sesak

nafas. Pada pola kebutuhana belajar pasien dengan latar belakang

pendidikan SD, pasien kurang thau penyebab penyakitnya, pasien sesekali

bertanya kepada perawat dan dokter tentang perkembangan penyakitnya.

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien composmentis,

penampilan lemah, tekanan darah 120/70 mmHg, respirasi 28 x/mnt, nadi

84 x/mnt, suhu 360 C. Kepala bentuk mecochepal, rambut hitam tidak

beruban, panjang lurus, persebaran merata, tidak ada ketombe dan tidak aa

pembesaran polip, terpasang selang O2, telinga bersih, tidak ada

11
penumpukan serumen, mulut bersih tidak ada stomatitis, mukosa bibir

kering, leher tidak ada nyeri telan, tidak ada pemebesaran kelenjar tyroid,

maka edema dada : paru-paru simetris, ada tarikan intercosta, tidak ada

nyeri tekanan terdengar suara wheezing dan ronchi, ictus cordis teraba

pada intercosta 4 dan 5m bunyi gallop. Abdomen tidak ada luka bekas

operasi, peristaltik usus 10 x/mnt. Tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani,

genetalia bersih, terpasang kateter, anus bersih, tidak ada hemoroid.

Ekstremitas superior terpasang infus D5 % 20 tts/mnt pada ekstremitas kiri

tidak ada oedem dan lesi. Inferior tidak ada luka, tidak ada lesi, terdapat

oedema pada kedua ekstremitas.

Hasil pemeriksaan labolatorium tanggal 5 juni 2006 : Rho : ± 30

mg/dl, URO ± 2,0 mg/dl, PH S1 0,56>1,030, BCP +++ over mg/dl. lEV

500 LBU/ml, leukosit 20-30, eritrosit 30-50, epitel 2-6, protein total 5,73,

normal 6,6 -8,8, albumin 2,52, normal 3,8-5, globin 3,12 normal 2,3-3,

therapy infus D5 %, fossix 1 x 2 amp, laternal 1 x 1 tab, ciprolax 2 x1

tablet.

3.2 Analisa Data

1. Pada tanggal 5 juni 2006 didapatkan analisa data sebagai berikut ;

Data obyektif : pasien mengatakan sesaka nafas, badan lemas, dan

data obyektif : pasien tampak sesak, terapsang oksigen 3 lt/menit,

respiratory 28 x/menit. Berdasarkan data diatas dapat dirumuskan,

12
diagnosa keperawatan tidak efektifnya jalan nafas berhubungan

dengan penyempitan jalan nafas.

2. Pada tanggal 5 juni 2006 diperoleh data : pasien mengatakan tidak

nafsu makan dengan data objektif pasien makan ¼ porsi, lidah kotor

dan berat badan turun. Dari data diatas dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia mual, muntah.

3. Pada tanggal 5 juni 2006 diperoleh analisa data : pasien

mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya ditandai dengan pasien

lemas, bertanya kepada perawat. Dari data tersebut dapat dirumuskan

bahwa diagnosa keperawatan : kurabng pengetahuan tentang penyakit

berhubungan dengan kurang informasi.

Diagnosa keperawatan diataas dapat diprioritaskan sebagai berikut :

a. Tidak efektifnya jalan nafas bnerhubungan dengan

penyempitan jalan nafas

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

c. Kurang pengetahuan tentang penyakit nerhubungan

dengan kurang informasi.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Menurut smeltzer, 2002 pada pasien dengan gagal jantung

ditemukan adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan

tanda-tanda serta gejala sistemis. Pada pernafasan ditemukan adanya

krekels dan bunyi wheezhing, krekel terjadi oleh gerakan udara melalui

cairan dan menunjukkan adanya oedem pada ekstremitas dan wajah.

Menurut Doenges , 2000 tanda dari gagal jantung adalah

tekanan darah : mungkin rendah (gagal penampaan0 normal (gagal

jantung ringan atau kroni) atau tinggi (kelebihan beban cairan).

Frekuensi jantung : tachicardi 9gagal jantung kiri), irama jantung :

disritmia, bunyi nafas krekels, ronchi sedangkan pada pengkajian

ditemukan adanya tekanan darah normal (120/70 mmHg), nadi : 84

x/menit, dan terdengar suara ronchi dan wheezhing.

Menurut Doenges, 2000 gejala dari gagal jantung adalah :

kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan

signifikan. Pembengkakan pada ekstremitas bawah, sedangkan pada

pengkajian ditemukan data penurunan nafsu makan, tidak

mual/muntah, penurunan berat badan dan terjadi pembesaran pada

ekstremitas bawah.

14
Pada pola pengkajian pola fungsional menurut Virginia

Handerson kebutuhan belajar terganggu karena minimnya informasi

yang didapatkan mengenai penyakit yang diderita yang ditandai

dengan adanya rasa cemas. Pasien bertanya tentang penyakitnya

kepada perawat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka implementasi

yang dilakukan adalah memberi posisi yang nyaman yaitu posisi semi

flower. Ini dilakukan karena dengan peninggian posisi kepala tempat

tidur dapat memaksimalkanpengembangan paru sehingga

mempermudah pernafasan (Doenges, 2000; 519), memberikan therapi

okseganasi 11/2 liter/menit. Ini dilakukan untuk menambah kebutuhan

oksigen serta kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan

bronkodilator untuk membuka jalan nafas (Doenges, 2000). Mengkaji

pola nafas yaitu frekuensi pernafasan , kedalaman dan auskultasi bunyi

nafas.

Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatanb tersebut

adalah data subyektif : pasien mengakatakan masih sesak tapi sedikit

lebih nyaman. Data obyektif ; posisi semi flower, terpasang O2 1 1/5

liter/menit dan frekeunsi pernafasan 24 x/menit. Analisa maslah belum

teratasi maka diperlukan intervensi lanjutan berupa : beri posisi semi

flower, beri oksiegenasi 3 liter/menit dan kolaborasi dengan tim medis

dalam pemeberian bronkodilator.

15
Selama dilakukan tindakan keperawatan faktor pendukung

yang ditemukan adalah pasien kooperatif. Tidak ada faktor

penghambat selama melakukan tindakan keperawatan.

4.2 Diagnosa, Intervensi Dan Evaluasi

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penyempitan jalan nafas.(Doenges, 2002)

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu keadaan

dimana individu mengalami suatu ancaman yang nyata dan potensi

potensial pada status pernafasan sehubungan dengan

ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito,2000, 324).

Sedangkan menurut NANDA (2002 :16). Bersihan jalan nafas

tidak sekret atau sumbatan dari saluran pernafasan untuk

mempertahankan bersihan jalan nafas.

Patofisiologi gagal jantung :Tidak efektifnya jalan nafas.

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume

intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan

vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada gagal

jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan

cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi

oedem paru yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.

Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan oedem

perifer secara umum dan penambahan cairan dalam alveoli yang

16
menggangu pertukaran gas. Disneu bahkan terjadi saat istirahat

atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat

terjadi ortopneu (kesulitan bernafas saat berbaring). Psien yang

mengalami ortopneu tidak akan mau berbaring, tetapi akan

menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau duduk

dikursi, bahkan saat tidur.

Batasan karakteristik mayor (baru terdapat satu atau lebih)

yaitu batuk tidak efektif atau tidak ada batuk, ketidakmampuan

untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas. Batasan karakteristik

minor adalah : bunyi nafas abdomen, frekuensi, irama, kedalamam

pernafasan abnormal (Carpenito, 2000 ;324).

Penulis kurang tepat dalam menegakkan diagnosa bersihan

jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan

nafas. Diagnosa yang seharusnya adalah ganngua pertukaran gas

berhubungan dengan perubahan membran kapiler.

Penulis mengambil diagnosa ini karena menemukan

beberapa data yaitu data subyektif : pasien mengatakan sesak untuk

bernafas. Data obyektif : pasien tampak sesak nafas, pasirn

menggunakan alat bantu pernafasan berupa oksigenasi 3 lt/mnt,

frekuensi pernafasan 28 x/minute dan pasien lemah.

Penulis mengambil diagnosa ini menjadi diagnosa pertama

karena kebutuhan dasar menurut hirearki Maslow dibagi menjadi 5

tahapan. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang

17
harus segera ditangani. Kebutuhan O2 merupakan salah satu

komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara

normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali

bernafas. Penyampaian O2 kejanringan tubuh di tentukan oleh

sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologi. (Tarwoto

& Warttonah, 2002; 9)

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi ;

auskultasi bunyi nafas, catat krekels mengi dengan rasionalisasi

menyatakan adanya kongesti paru. Dorong perubahan posisi minus

dengan rasionalisasi membantu mencagah aktivitas, anjurkan

pasien batuk efektif, nafas dalam untuk membersihkan jalan nafas.

Kolaborasi ; berikan oksigen tambahan sesuai untuk meningkatkan

aliran oksigen (Doenges, 2000).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anorexia mual/muntah.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu

keadaan dimana individu tidak puasa mengalami atau yang

beresiko mengalami penurunan BB yang berhubungan dengan

masukan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrium yang tidak

adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2000).

18
Nutrisi adalah zat yang digunakan tubuh untuk

menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan,

untuk mempertahankan suhu tubuh dan menyediakan material

untuk fungsi enzim. Pertumbuhan dan penempatan kembali dan

perbaikan sel.

Nutrisi merupakan element penting untuk proses dan fungsi

tubuh. Kategori zat makanan adalah :

 Karbohidrat Merupakan sumber energi utama dalam diit.

Tiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Sumber

karbohidrat : beras, tepung, jagung, sagu dll.

 Protein

Meskipun protein memberikan sumber energi (4 kkal/g)

juga penting untuk mensitetis (membangun) jaringan tubuh

dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan. Sumber

protein : daging, hewan ternak, susu, telur : sereal , kacang-

kacangan dan sayur-sayuran.

 Lemak

Lemak merupakan nutrisi padat yang paling berkalori

(9kkal/gram). Lipid merupakan lemak yang padat pada

suhu ruangan dan minyak yang cair pada suhu

ruangan.Sumber : daging, kelapa.

19
 Air

Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi

sel bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 %-

70% dari seluruh berat badan.

 Vitamin

Merupakan substansi organik dalam jumlah kecil

padamakanan yang essensial untuk metabolisme normal.

Sumber : sayur-sayuran dan buah-buahan segar.

 Mineral

Merupakan elemen penting non organik pada tubuh sebagai

katalis dalam reaksi bio kimia. (Perry & Potter, 2002).

Anoreksia dapat menyebabkan gangguan perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena kadang-kadanag

dalam hidup penatalaksanaan konsep sakit dapat

dikarenakan dari individu secara tidak langsung berupa

tingkah laku yang destruktif. Terjadi paling utama pada

wanita dannlebih sering memiliki hal tersebut pada saat

dewasa yang akan menyebabkan sindrom klinis pada

dirinya (Donna, 1995).

Anoreksia Mudah lelah terjadi akibat curah jantung

yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi

normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa

hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi

20
yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi

akibat distress pernafasan dan batuk.

Anoreksia (hilangnya nafsu makan) dan mual terjadi

akibat pembesaran vena dan statis vena didalam rongga

abdomen (Smeltzer, 2002).

 Kerusakan menelan adalah keadaan dimana individu

mengalami penurunan volunter memasukkan cairan dan

atau makanan padat melalui mulut ke dalam lambung

(Carpenito, 1998).

 Mual adalah suatu keadaan dimana seorang individu

mengalami perasaan tidak enak/tidak nyaman dalam

perut dengan/tanpa dimasuki makanan (carpenito,

1998)

 Muntah adalah suatu keadaan dimana individu

mengalami gangguan penceranaan berupa reflek

makanan dari lambung ke luar tanpa/dengan melalui

makanan karena rasa tidak nyaman pada perut atau

suatu penyakit. (Carpenito, 1998).

Batasan karakteristik (harus terdapat) yaitu individu

yang tidak puasa melaporkan atau mengalami masukan makanan

yang tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau

tanpa penurunan BB atau kebutuhan-kebutuhan metabolic.

Karakteristik minor (mungkin terdapat) yaitu : BB 10%-20%

21
atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh,

lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot tengah

pertengahan dengan kurang dari 60%. Standar pengukuran

kelemahan otot dan nyeri tekan peka rangsang mental dan

kekacauan mental, penurunan albumin serum, penurunan

transfertin serum atau penurunan kapsitas ikatan besi

(Carpenito, 2000 ; 519)

Penulis mengambil diagnosa ini karena menemukan

beberapa data yaitu data subyektif : pasien mengatakan setiap

makan selalu tidak habis. Obyektif : pasien makan habis ¼

porsi, lidah kotor dan BB turun dari 47 kg – 46 kg.

Diagnosa ini diangkat menjadi diagnosa kedua

karena nutrisi sangat penting bagi tubuh, karena tubuh

memerlukan energi untuk berfungsinya organ. Pergerakan tubuh

untuk mempertahankan sel tubuh. Fungsi enzim pertumbuhan

dan mengganti sel yang rusak. Selain itu nutrisi merupakan zat-

zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia

untuk menerima makanan atau bahan-bahan tersebut untuk

aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya

(Tarwoto & Wartonah, 2003 ; 29)

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan

intervensi: kaji masukan makanan saat ini, catat derajat

22
kesalahan makan, evaluasi berat badan dengan rasionalisasi

untuk mengkaji anoreksia. Berikan makan sedikit tapi sering.

Untuk mengurangi reflek muntah, auskultasi bunyi usus untuk

mengidentifikasi adanya gangguan pencernaan. Berikan

perawatan oral dan ajarkan kepada keluarga untuk memotivasi

klien (Doengrs, 2000).

Analisa data : maslah belum teratasi. Planning :

lanjutkan intervensi dengan anjurkan kepada klien dan keluarga

untuk memberi makan sedikit tapi sering, sajikan makan dalam

keadaan hangat dan kolaborasi dengan tim gizi dalam

pemenuhan nutrisi pasien.

Faktor pendukung : keluarga mau memberi motivasi

agar pasien mau makan. Faktor penghambat : pasien tidak nafsu

makan.

4.3 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana individu

atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau

ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana

pengobatan (carpenito, 2000 :223). Karakteristik mayor :

mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan-ketrampilan

atau permintaan informasi. Karakteristik minot ; memperlihatkan

23
atau mengekspresikan perubahan psikologis (misalnya: ansietas,

depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.

Penulis mengambil diagnosa ini karena ditemukan data

subyektif : pasien mengatakan belum mengetahui tentang

penyakitnya, data obyektif : pasien bertanya tentang penyakitnya dan

penyebabnya.

Penulis menjadikan diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga

karena pengetahuan merupakan hal yang mendukung dalam proses

penyembuhan dan perawatan pasien selanjutnya.

Untuk mengatasi maslah tersebut dilakukan intervensi :

bantu pasien mengerti tentang penyakitnya agar pasien tahu tentang

penyakitnya, beri kesempatan pasien untuk bertanya, masalahnya

dengan bertanya pasien akan bertanya, masalahnya dengan bertanya

pasiendian pada tanggal 5 juni 2006 jam 10.15 WIB dilakukan

implementasi : memberi pendidikan kesehatan kepada pasien tentang

penyakitnya dan motivasi pasien dengan memberi reinforcement

(Doenges, 2000)

Evaluasi yang dilakukan, setelah melakukan tindakan

keperawatan diatas yaitu : datya subyektif : pasien mengatakan

setelah diberi pendidikan kesehatan cukup paham dengan infromasi

yang diberikan dan penegtahuannya bertambah.

24
Obyektif : pasien paham dan mengerti, pasien tidak cemas

dan pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat.

Analisa data : masalah teratasi sehingga intervensi dipertahankan.

Selama melakukan tindakan keperawatan, faktor pendukung

: pasien kooperatif, keluarga pasien juga kooperatif. Faktor

penghambat : tidak ada.

Adapun diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada

kasus sesuai dengan perbandingan antara teori dan kasus dilapangan

adalah :

1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran

darah ke ginjal sekunder akibat gagal jantung.

2. gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran

darah.

3. kerusakan petukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran kapiler.

Diagnosa tersebut tidak muncul pada kasus karena tidak ditemukan

data-data yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa tersebut.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit
dekompensasi kordis masihmerupakan masalah yang memiliki tingkat
mortalitas yang tinggi terutama pada bayi dananak, jika tidak ditangani
dengan baik.Gagal jantung adalah kelainan patofisiologik yang mana
jantung sebagai pompa tidakmampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan akibat dari meningkatnya beban awal atau beban
akhir atau menurunnya kontraktilitas miokard.Penanganan dari gagal
jantung memerlukan perhitungan serta pertimbangan yang tepatagar tidak
memperburuk keadaan jantung dari penderita. Selain itu edukasi
mengenaigagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya
bila timbul keluhan dandasar pengobatan sangatlah penting terutama bagi
orang tua dan keluarga pasien agardapat membantu memaksimalkan
proses penyembuhan dan menurunkan angkamortalitas. Istirahat serta
rehabilitasi, pola diet, kontrol asupan garam, air, monitor beratbadan
adalah cara–cara yang praktis untuk menghambat progresifitas dari
penyakit ini.Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas
dan humiditasmemerlukan perhatian khusus.

5.2 Saran
Saran sesuai dengan masalah yang telah disimpulkan oleh penulis,
pada akhir makalahpenulis memberikan saran bahwa untuk penaggulangan
penyakit decompensatio cordis,masyarakat harus mengurangi kebiasaan
merokok, pengurangan makananberkolesterol tinggi, makanan berlebih
yang menyebabkan obesitas, perbanyak makansayur dan buah, kurangi
stress dan lainnya yang telah tertulis dalam makalah gunamemperkecil
resiko decompensatio cordis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bare and Smeltzer, 2001. Keperawatan medikal bedah volume 2. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2001. Buku saku diagnosa keperawatan edisi 8. EGC.
Jakarta.

Priyanto, Ade. 2001. Buku ajar keperawatan cardiovaskuler edisi 1. Pusat


Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional. Jakarta.

Price, Sylvia A. 1994. Patofisiologi, edisi 4. EGC. Jakarta.

Doenges , Marly I. 2000. Rencana asuhan keperawatan, edisi 3. EGC. Jakarta

Nanda, 2002. Nursing diagnosis, definitions and classification. Philadelphia,


United State of America.

27

Anda mungkin juga menyukai