Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Penyakit Asma

Di susun oleh :

KELOMPOK 5

1. Ailul ikmah (173210001)


2. Dwi Kartika putri R. (173210009)
3. Ernia putri setiawati (173210012)
4. Hengky wahyudi (173210014)
5. Lulus indra susila (173210019)
6. Nindia exanti adinar (173210024)
7. Peny (173210030)
8. Sania krismonita M. (173210036)
9. Desi tisna dinda B. (173210041)

Kelas 3A

S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG 2017-2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan rahmat
serta karunianya lah kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan tema
ASMA Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan.Dengan demikian, kami benar benar menantinya adanya kritik dan saran
untuk perbaikan makalah yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya, menyadari tidak ada
suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.Kami berharap makalah sederhana
ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca.Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jombang, 04-10- 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4


B. Rumusan masalah ...........................................................................................................5
C.Tujuan pembahasan .........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

A. Cara kerja paru-paru .......................................................................................................6


B. Pengertian asma..............................................................................................................7
C.Penyebab terjadinya asama ..............................................................................................8
D.Klasifikasi asma ...............................................................................................................9
E.Patofisiologi asma ..........................................................................................................10
F. Pengendalian asma ........................................................................................................11
G .Pencegahan asma .........................................................................................................11
H. pengobatan asma ..........................................................................................................12
BAB III PENUTUPA.

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 17
B. Saran .............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan mempunyai
populasi yang terus meningkat (The Global Initiative for Asthma,2004). Kasus asma diseluruh
dunia menurut survey GINA (2004) mencapai 300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025
penderita asma bertambah menjadi 400 juta jiwa. Saat ini penyakit asma menduduki urutan
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini
disebabka noleh pengelolaan asma yang tidak terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan
dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga menyebabkan
kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian seketika pada
penderitanya (Dahlan, 1998).Di Amerika Serikat tercatat sekitar 2 juta penderita asma yang
mengunjungi Unit Gawat Darurat setiap tahunnya, dan sekitar 500.000 penderita asma yang
harus menjalani rawat inap, dan sebagai peringkat ketiga penyebab rawat inap. Di satu sisi, dunia
kedokteran dan farmasi telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan dalam pemahaman
mengenai asma sebagai penyakit. Namun ironisnya, dari sisi lain, meski berjuta-juta dollar telah
dikeluarkan untuk berbagai studi dan riset mengenai asma, nyatanya jumlah penderita baru asma
di seluruh dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit asma sudah lama diketahui,
namun saat ini pengobatan atau terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala
(Sundaru, 2008).
Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan. Asma
dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan
pemberian terapi farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat-obatan anti inflamasi tetapi
juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru
2008). Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari allergen
pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan
nutrisi yang memadai, menghindari stress dan olahraga (Wong, 2003). Semua penatalaksanaan
ini bertujuan untuk mengurangi gejala asma dengan meningkatkan sistem imunitas (Siswantoyo,
2007; The Asthma Foundation of Victoria, 2002) dan memperlancar system respirasi (Suyoko,
1992).

4
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala asma apabila
kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga danaktivitas merupakan hal penting untuk
membuat seseorang segar bugar dan sehat. Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan
asma yang baik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002). Namun anjuran olahraga terhadap
penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu pihak olahraga dapat memicu gejala asma,
namun di lain pihak olahraga dapat meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma
sehingga sangat penting dilakukan dalam upaya pengendalian asma. Berdasarkan uraian di atas,
maka akan dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan pengendaliannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah:
1. Bagaimana cara kerja paru?
2. Apa pengertian asma?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya serangan asma?
4. Bagaimanakah klasifiksi asma?
5. Bagaimana mekanisme terjadinya asma?
6. Apa sajakah cara untuk pengendalian Asuhan keperawatan pada penyakit asma?

C. Tujuan Pembahasan
Jika dilihat dari rumusan maslah diatas, maka tujuan penulis membahas penyakit asma dan
pengendaliannya adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja paru-paru
2. Untuk mengetahui bagaimana sluk beluk dari pengertian asma
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab-penyebab terjadinya serangan asma
4. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari penyakit asma
5. Untuk mengetahui tentang mekanisme tejadinya asma
6. Untuk mengetahui cara penanganan atau pengendalian asuhan keperawatan pada penyakit
asma

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Kerja Paru


1. Pengertian Paru Manusia
Paru adalah organ tubuh manusia yang terdapat di dalam dada. Paru-paru
ini mempunyai fungsi memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam sistem
kitaran vertebrata yang bernafas. Ini berfungsi untuk menukar oksigen dari udara
dengan karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini
dikenali sebagai respirasi atau pernafasan. Paru-paru terletak di dalam rongga
dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur tulang selangka dan diliputi dua
dinding yang dikenal sebagai pleura. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan
udara yang dikenal sebagai rongga pleural yang berisi cairan pleural.
Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak
semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur
dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara
dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah
dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk bergerak ke atas.Ketika paru-paru
mengecil, udara yang ada di dalam kantung udara sedikit demi sedikit terdorong
ke luar melalui batang tenggorokan.Cara kerja paru-paru, jika oksigen sudah
sampai pada bronkus,maka oksigen siap untuk masuk ke dalam saluran paru-paru.
Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa kapiler-kapiler arteri
dengan caradifusi.
Kapiler-kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan cabang dari
bronkiolus. Pada alveolus ini akan terjadi pertukaran gas oksigen dengan
karbondioksida. Oksigen diikat oleh hemoglobin dalam sel-seldarah merah
(eritrosit), lalu diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh yang nantinya akan digunakan
oleh mitokondoria alam respirasi tingkat seluler untuk menghasilkan energi
berupa ATP (Adenosin Triphospat). Karbondioksida akan dibawa oleh kapiler

6
vena untuk dibawa ke alveolusdan akan dikeluarkan di alveolus melalui proses
respirasi.

B. Pengertian Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari Bahasa Yunani yang
memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas,
batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain
asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga
menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2010).Asma
merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifatreversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner &
Suddarth, 2001).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa
kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma.Asma bukan penyakit menular,
tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini.Saluran pernafasan
penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat berlebihan jika
mengalami rangsangan atau ganguan.Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara
menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa
mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak,
nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi “ngik-ngik” (Hadibroto et
al,2006).
Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yangdianut banyak
dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris yakni:
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi
alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh
apa-apa terhadap mereka yang sehat. Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita
asma, system imunitas bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini
disebabkan oleh alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dariserbuk bunga,

7
tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hinggazat/bahan makanan. Ketika
alergen memasuki tubuh pengidap alergi,sistem imunitasnya memproduksi antibodi
khusus yang disebut IgE Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel
batang.
Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu
membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut
mediator. Salah satu unsur mediator iniadalah histamin. Akibat pelepasan histamin
terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan / pengerutan saluran pernafasan dan
meningkatnya produk silendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran
tersebut.

b. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dar ialergen.Asma
jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban
dan suhu udara, polusi udara, danjuga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan. Asma
intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama
pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya
karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan
lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti
yang disebut di atas adalah untuk mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan
program pengendalian asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu
sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak
selalu di mungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita
seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama di deteksiada pada
satu orang

C. Penyebab Terjadinya Asma


Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma,
yaitu:
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempit nyasaluran
pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak

8
kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah
gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma
jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu
cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah
diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya
pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti:
perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan,
gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) padasaluran
pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation)
dan sekaligus hiperres ponsivitas (respon yangberlebihan) dari saluran pernafasan.
Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma
sesungguhnya atauasma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian
mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan
lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu
(trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang tampil dalam
bentuk: ingestan, inhalan, dan kontakdengan kulit. Ingestan yang utama ialah
makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari
(serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.
D. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:
1. Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma
ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa
muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2xsebulan.
2. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan
derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1
kaliseminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan
serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

9
3. Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada
tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 xseminggu
dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas
tidur di malam hari.

4. Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya.
Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hamper setiap
hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap
hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam
hari.
E. Patofisiologi Asma
Individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan.
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebutmediator) seperti histamin, bradikinin dan
prostaglandin serta anafilaksis darisubstansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini
dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme,
pembengkakakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem
saraf otonom mempersarafi paru.
Tonus otot bronkial diaturoleh impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma
idiopatik atau non alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor
sepertiinfeksi, latihan, dingin, merokok, emosi polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan asma
dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis. Setelah pasien terpajan
alergen penyebab atau faktor pencetus, segeraakan timbul dispnea. Pasien merasa seperti
tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk
bernafas.

10
Kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan
memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus
yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan
berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian
distal tempat penyumbatan, sehinggaterjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi
ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan
udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam, diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan.
Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi
progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma
sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk produktif dengan sputum
berwarna keputih-putihan.

11
F. Pathway Penyakit Asma
Allergen masuk

Ditangkap makrofag

Sel Th memberi signal ke sel B dengan


cara melepaskan interlukin 2

Membentuk IgE

IgE diikat mastosit (di jaringan )


dan basofil (sirkulasi)

1x rentan asma 2x lebih

Penurunan kadar cAMP

Degranulasi sel

Melepaskan mediator kimia

Peningkatan sekresi kontraksi otot polos peningkatan rehabilitasi kapiler


Kelenjar mukosa

Peningkatan produksi mucus bronkospasma edema mukosa

Pengisian bronki dengan mucus penyempitan saluran paru peyempitan saluran paru

Bersikan jalan napas sesak napas pola napas tidak efektif


tidak efektif
gangguan
pertukaran gas

gangguan pola tidur keletihan inkonteleransi aktivitas

12
G. Pengendalian Asma
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan
mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).
2. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma.
Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yangmungkin terjadi terhadap
penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor
perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
3. Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma
adalah menghindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor
resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).
4. Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat
keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada
pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan
pilihan obat glukokor tikosteroid inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau
leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat.

G. Pencegahan penyakit asma


Efektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak memiliki
bukti kuat. Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan terhadap
rokok baik pada saat dalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan peningkatan
pajanan terhadap tempat penitipan anak atau keluarga besar. Namun, kedua langkah ini
tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk dijadikan rekomendasi indikasi penyakit ini.
Pajanan terhadap binatang peliharaan pada usia dini juga mungkin bermanfaat. Namun,
pengamatan pajanan terhadap hewan peliharaan ini dalam keadaan yang berbeda tidak
memberikan hasil meyakinkan [94] dan rekomendasi yang diberikan hanya
memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang memiliki gejala alergi terhadap
piaraan tersebut. Pembatasan asupan selama masa kehamilan atau pada saat menyusui

13
juga tidak pernah terbukti efektif sehingga tidak direkomendasikan. Pengurangan atau
penghilangan senyawa tertentu yang diketahui berasal dari tempat kerja pada orang-orang
yang sensitif bisa jadi memberikan hasil efektif.
H. Pengobatan Bagi Penderita Asma
Meskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya bisa
disembuhkan. Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus yang bisa
disesuaikan untuk pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini harus memasukkan
langkah pengurangan pajanan terhadap alergen, pengujian untuk mengetahui tingkat
keparahan gejala, dan penggunaan obat-obatan. Rancangan pengobatan harus ditulis dan
saran Penyesuaian pengobatan harus diberikan berdasarkan terjadinya perubahan- perubahan
pada gejala. Cara pengobatan asma yang paling efektif yaitu menemukan pemicunya, misal
merokok, hewan peliharaan, atau aspirin, dan menghilangkan pajanan terhadap pemicu-
pemicu tersebut. Jika menjauhi pemicu masih belum cukup, baru disarankan untuk
menggunakan obat.
Obat farmasi dipilih berdasarkan, antara lain, keparahan penyakit dan frekuensi gejala.
Pengobatan khusus untuk asma secara luas dikategorikan dalam obat reaksi-cepat dan
reaksi-lambat. Bronkodilator direkomendasikan untuk pelega jangka pendek. Pada pasien
yang mendapatkan serangan sesekali, tidak diperlukan obat lain. Jika penyakitnya ringan
namun persisten (terjadi serangan lebih dari dua kali dalam seminggu), maka disarankan
menggunakan kortikosteroid hirup dosis rendah atau antagonis leukotriene oral atau
stabiliser sel mast. Bagi pasien yang mendapatkan serangan setiap hari, disarankan
menggunakan kortikosteroid hirup dengan dosis yang lebih tinggi. Pada serangan asma
sedang atau berat, kortikosteroid oral turut ditambahkan ke dalam rancangan pengobatan ini.
1. Modifikasi Gaya Hidup
Menjauhi pemicu merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kendali dan
mencegah serangan. Pemicu yang paling umum antara lain alergen, rokok (tembakau dan
lainnya), polusi udara, penghambat beta nonselektif, dan makanan yang mengandung sulfit.
Merokok dan menjadi perokok pasif dapat mengurangi efektivitas obat seperti
kortikosteroid. Pengendalian tungau debu, termasuk penyaringan udara, bahan kimia
pembasmi tungau, pengisapan debu, pemakaian sprei, dan metode lainnya tidak berpengaruh
pada pengurangan gejala asma.

14
2. Obat
Obat yang digunakan untuk menangani asma dibagi menjadi duakelas umum yaitu: obat
pelega napas cepat yang digunakan untuk menangani gejala akut; dan obat pengendali
jangka panjang yang digunakan untuk mencegah perburukan lebih lanjut.
1). Reaksi-cepat
a. Reaksi-singkat agonis beta2-adrenoseptor (SABA), seperti salbutamol (albuterol
USAN) atau Nama yang Diadopsi Amerika Serikat, merupakan pengobatan garis
pertama untuk gejala asma.
b. Obat Antikolinergik, misalnya ipratropium bromida, memberikan manfaat lain saat
digunakan dalam kombinasi dengan SABA untuk pasien yang mengalami gejala
sedang atau berat. Bronkodilator antikolinergik juga dapat digunakan jika pasien
tidak dapat menoleransi SABA.
c. Agonis adrenergik versi lama yang kurang selektif seperti epinefrin hirup, memiliki
tingkat kemanjuran yang setara dengan jenis SABA. Meski demikian, obat-obatan
tersebut tidak direkomendasikan karena kekahawatiran akan terjadinya stimulasi
berlebihan terhadap jantung.
2). Pengendali jangka panjang
a. Kortikosteroid secara umum dinilai sebagai obat paling efektif yang tersedia untuk
pengendali jangka panjang. Biasanya, bentuk hirup lebih banyak dipakai kecuali
untuk kasus penyakit berat yang persisten yang mungkin membutuhkan
kortikosteroid oral. Biasanya, formula hirup direkomendasikan untuk digunakan satu
atau dua kali sehari, tergantung tingkat keparahan gejala.
b. Long-acting beta-adrenoceptor agonist (LABA) atau Agonis beta- adrenoseptor
reaksi-lambat seperti salmeterol dan formoterol dapat memperkuat pengendalian
asma, meskipun hanya pada orang dewasa, bila dikombinasikan dengan
kortikosteroid hirup. Manfaatnya pada anak-anak belum jelas. Jika digunakan tanpa
steroid, obat-obatan ini meningkatkan risiko terjadinya efek
samping, bahkan saat digunakan bersama kortikosteroid, risiko ini tetap sedikit
mengalami peningkatan.
c. Antagonis Leukotrien (seperti montelukast dan zafirlukast) bisa jadi digunakan
bersama kortikosteroid hirup sebagai tambahan, dan secara khusus digunakan dalam

15
satu rangkaian dengan LABA. Tidak ada cukup bukti yang menguatkan manfaat
penggunaan obat-obatan ini untuk serangan asma akut. Pada anak-anak di bawah lima
tahun, obat-obatan ini menjadi terapi tambahan kortikosteroid hirup yang lebih sering
dipilih.
d. Stabiliser sel mast (seperti sodium kromolin) adalah pilihan lainyang tidak begitu
disukai dibandingkan kortikosteroid.

3). Pengobatan Alternatif

Banyak orang yang menderita asma, seperti mereka yang mengalami gangguan
kronis lain,menggunakan pengobatan alternatif;survei menunjukkan sekitar 50%
menggunakan terapi non-konvensional. Hanya ada sedikit data untuk mendukung
efektivitas terapi-terapi ini. Bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaan
Vitamin C. Akupuntur tidak dianjurkan untuk pengobatan karena bukti
tidakmencukupi untuk mendukung penggunaannya. Ioniser udara tidak menunjukkan
bukti memperbaiki gejala asma atau menguntungkan fungsi paru-paru; ini berlaku
baik untuk generator ion negatif maupun positif."Terapi manual", termasuk
osteopatik, kiropraktik, fisioterapi dan terapi pernafasan, tidak mempunyai cukup
bukti yang mendukung penggunaannya dalam pengobatan asma. Teknik pernafasan
buteyko untuk mengontrol hiperventilasi bisa menyebabkan penurunan penggunaan
obatnamun tidak berpengaruh pada fungsi paru-paru. Sehingga sebuah panelahli
merasa bahwa bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.

Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma (Controller):


1. Glukokortikosteroid Inhalasi
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala
inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi
hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup
(GINA, 2005). Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal, menimbulkan
iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan
kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).
2. Glukokortikosteroid Oral

16
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroidinh alasil.
Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja hipothalamus-
pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan (GINA, 2005).
3. Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini dapat
menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun nonspecific.
Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk
formulasi powder (GINA, 2005).
4. 2-Agonist Inhalasi
Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat ini
dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru. Obat
ini dapat menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja
cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).
5. 2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu malam.
Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan menimbulkan
tremor pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).
6. Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asmabronkial
dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala,
insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan
hperglisemia, hipotensi, level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan hperglisemia,
hipotensi, aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.
7. Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi gejala
termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma (GINA,
2005).

17
Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:
a. 2-Agonist Inhalasi Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk
mengontrol gejala asma, variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini
dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA,
2005).
b. 2-Agonist Oral Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja
jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
c. Antikolinergic Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi
paru. Obat ini dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA,
2005). Bila asma tidak bereaksi dengan obat biasa, pilihan lain tersedia baik untuk
tata laksana darurat maupun untuk mencegah kambuh. Untuk tata laksanadarurat
pilihan lain termasuk:
a) Oksigen untuk meringankan hipoksia bila saturasi jatuh di bawah 92%
b) Magnesium sulfat pengobatan intravena telah menunjukkan efek bronkodilasi bila
digunakan sebagai tambahan pengobatan dalam serangan asma akut berat.
c) Helioks, campuran helium dan oksigen, bisa juga dipertimbangkan dalam kasus berat
yang tidak menunjukkan respons.
d) Salbutamol intravena tidak didukung oleh bukti tersedia dan oleh karena itu hanya
digunakan dalam kasus ekstrim.
e) Metilksantin (seperti teofilin) dulu sering digunakan, tapi tidak memberikan efek
tambahan yang berarti untuk beta-agonis yang dihirup. Penggunaannya dalam sera
gan asma akutmasih kontroversial.
f) Anestetik disosiatif ketamin secara teori berguna bila intubasi dan ventilasi mekanis
diperlukan pada orang yang hampir mengalami gagal nafas; namun, tidak ada bukti
klinis untuk mendukungnya. [120] Bagi orang yang menderita asma persisten berat
yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid dan LABA, bronkial termoplasti
bisa menjadi pilihan. Pengobatan ini melibatkan aplikasi energi panas terkontrol ke
dinding saluran nafas dalam serangkaian sesi bronkoskopi. Walaupun mungkin
meningkatkan frekuensi serangan dalam beberapa bulan pertama, frekuensi
selanjutnya tampaknya diturunkan. Efek lewat dari setahun belum diketahui.

18
I. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensifitas terhadap zat/faktor lingkungan
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien
2. Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi
3. Pernapasan
a. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur
c. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
hidung
d. Adanya bunyi napas pengi
e. Adanya batuk berulang
4. Sirkulasi
a. Adanya peningkatan tekanan darah
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung
c. Warna kulit atau membrane mukosa normal/ abu-abu/ sianosis
d. Kemerahan atau berkeringat
5. Integritas ego
a. Ansietas
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah
6. Asupan nutrisi
a. Ketidakmampuan untuk makan karena di stress pernapasan
b. Penurunan berat badan karena anoreksia

19
7. Hubungan sosial
a. Keterbatasan mobilitas fisik
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata
c. Adanya ketergantungan pada orang lain
8. Seksualitas
a. Penurunan libido

20
ANALISA DATA
NO Data Fokus Masalah Etiologi
1 Data subjektif : Ketidakefektifan Penumpukan
1. 1. Klien mengatakan
batuk disertai dahak bersihan jalan nafas mukus yang
2. 2. Klien mengatakan berlebih
sesak nafas
3. 3. Klien mengatakan
nyeri di dada

Data Objektif:
1. 1. Terdapat suara
nafas tambahan dan
wheezing
2. 2. Klien bernafas
dengan menggunakan
bantuan otot
pernafasan
3. 3. Klien tampak lelah
secara berlebiha
4. 4. Klien tampak
lemas
5. 5. Klien tampak
meringis
6. 6. Klien tampak
gelisah
7. 7. Tanda-tanda vital
N : 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
8. 8. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit

21
2 Data subjektif : Ketidakefektifan Bronkokonstriksi

1. 1. Klien mengatakan pola nafas


sesak nafas
2. 2. Klien mengatakan
nyeri di dada
3. 3. Klien mengatakan
batuk disertai dahak

Data objektif :

4. 1. Terdapat suara
nafas tambahan dan
wheezing
5. 2. Klien bernafas
dengan menggunakan
bantuan otot
pernafasan
6. 3. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit
Tatnda-tanda vital
N : 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
8. 4. Klien tampak pucat
9. 5. Klien tampak
gelisah
10 6. klien tampak
meringis

Data subjektif : Ketidakseimbangan Penurunan

1. 1. Klien mengatakan nutrisi kurang dari masukan oral


hilangnya nafsu kebutuhan tubuh
makan
2. 2. Klien mengatakan
batuk disertai dahak

Data objektif :

3. 1. Bb klien menurun
4. 2. Klien tampak lelah

22
secara berlebihan
5. 3. Klien tampak pucat

B. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mucus
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat

23
No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN Label NOC : status kepatenan jalan 1. posisiskan pasien
1 Tidak efektifnya napas dengan semaksimal
kebersihan jalan Indikator : setelah dilakukan tindakan ventilasi
nafas berhubungan 2x 24jam 2. identifikasi kebutuhan
dengan akumulasi Indeks actual/ potensial pasien
No Indikator
mucus 1 2 3 4 5 untuk memasukkkan
1. Tekanan 4 alat membuka jalan
persial oksigen nafas
di darah arteri 3. lakukan visioterapi
(PaO2). dada bagaimana
mestinya
4. bantu dengan

2. Tekanan 4 dorongan spirometer

persial sebagaimana mestinya

karbondioksida 5. posisikan untuk

di darah arteri meringankan sesak

(PaCO2). nafas

3. Keseimbangan 5
ventilasi dan
perfusi.

24
2 Tidak efektifnya pola Label NOC : status pernafasan 1. catat pergerakkan
nafas berhubungan Indikator: setelah dilakukan tindakan dada, pengunaan otot-
dengan penurunan 2x24 jam otot bantu nafas
ekspensi paru No indikator Indeks 2. monitor suara nafas
1 2 3 4 5 tambahan seperti
1 Irama 3 ngorok/ mengi “ngik-
pernafasan ngik”
2. Suara 3 3. kaji perlunya
auskultasi penyedotan pada jalan
nafas nafas dengan aulkutasi
3 volume 4 suara nafas ronk diparu
tidal 4. aulkustasi suara nafas
setelah tindakkan
5. monitor hasil foto
thoraks

25
3 Gangguan nutrisi Label NOC : status nutrisi: asupan 1. tentukan status gizi
kurang dari nutrisi pasien dan kemampuan
kebutuhan tubuh Indikator :setelah dilakukan tindakkan pasien untuk memenuhi
berhubungan dengan 2x 24jam kebutuhan gizi
intake yang tidak Indeks 2. identifikasi adanya
No indikator
adekuat 1 2 3 4 5 alergi atau intoleransi
1 asupan 5 makanan yang dimiliki
vitamin pasien
3. tentukan preferensi
makanan bagi pasien
2 asupan 5 4. intruksikan pasien
karbohidrat memenuhi kebutuhan
nutrisi
5. tentukan jumlah
3 Asupan 5 kalori dan jenis nutrisi
protein yang dibutuhkan untuk
memenuhi syarat gizi

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
Perhatikanlah keluarga Anda yang menderita penyakt asma. Karena asma adalah penykit yang
serius. Namun, perhatian dan pengamanan Anda jangan terlalu berlebihan karena bisa saja si
penderita merasa tertekan dan stres yang bisa mengakibatkan asmanya kambuh.
Untuk para dokter atau ahli medis
Rawatlah pasien anda dengan baik. Jangan pernah meremehkan
tingkatkeparahan penyakit asma yang diderita oleh pasien Anda.
B. Saran
Agar pembaca mampu memahami isi dari makalah asma ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Seputar Masalah Asma : Mengenal Asma, Sebab-sebab,


Resiko-resiko, Dan Cara Mengantisipasinya. Yogyakarta: Diva Press

Sundaru, Heru. 2008. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Asma.


[14 Agustus 2012]

Suyoko, E.M.D. 1992.


Konsep Baru Penatalaksanaan Asma Bronial pada Anak.
Jakarta: Sub Bagian Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo.

The Asthma Foundation of Victoria.2002. Penyakit Asma dan Gerak Badan.


[14 Agustus 2012]

28

Anda mungkin juga menyukai