Anda di halaman 1dari 8

Jembatan cable stayed (Kabel Tetap)

Jembatan cable stayed (Kabel Tetap) sudah dikenal sejak lebih dari 200
tahun yang lalu (Walther, 1988) yang pada awal era tersebut umumnya dibangun
dengan menggunakan kabel vertical dan miring seperti Dryburgh Abbey Footbridge
di Skotlandia yang dibangun pada tahun 1817. Jembatan seperti ini masih
merupakan kombinasi dari jembatan cable stayed modern. Sejak saat itu jembatan
cable stayed mengalami banyak perkembangan dan mempunyai bentuk yang
bervariasi dari segi material yang digunakan maupun segi estetika.

Pada umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka,


beton atau beton pratekan sebagai gelagar utama (Zarkasi dan Rosliansjah, 1995).
Pemilihan bahan gelagar tergantung pada ketersediaan bahan, metode pelaksanaan
dan harga konstruksi. Penilaian parameter tersebut tidak hanya tergantung pada
perhitungan semata melainkan masalah ekonomi dan estetika lebih dominan.
Kecenderungan sekarang adalah menggunakan gelagar beton, cast in situ atau
prefabricated (pre cast).

1. Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Jembatan Cable Stayed (Kabel Tetap)

Komponen Jembatan Cable Stayed

Pada dasarnya komponen utama jembatan cable stayed terdiri atas gelagar, sistem
kabel , dan menara atau pylon.

a). Sistem kabel

Sistem kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan


jembatan cable stayed. Kabel digunakan untuk menopang gelagar di antara dua
tumpuan dan memindahkan beban tersebut ke menara. Secara umum sistem kabel
dapat dilihat sebagai tatanan kabel transversal dan tatanan kabel longitudinal.
Pemilihan tatanan kabel tersebut didasarkan atas berbagai hal karena akan
memberikan pengaruh yang berlainan terhadap perilaku struktur terutama pada
bentuk menara dan tampang gelagar. Selain itu akan berpengaruh pula pada
metode pelaksanaan, biaya dan arsitektur jembatan. Sebagian besar struktur yang
sudah dibangun terdiri atas dua bidang kabel dan diangkerkan pada sisi-sisi gelagar
(Walther, 1988). Namun ada beberapa yang hanya menggunakan satu bidang.
Penggunaan tiga bidang atau lebih mungkin dapat dipikirkan untuk jembatan yang
sangat lebar agar dimensi balok melintang dapat lebih kecil.

b) Tatanan kabel transversal

1
Tatanan kabel transversal terhadap arah sumbu longitudinal jembatan dapat
dibuat satu atau dua bidang dan sebaliknya ditempatkan secara simetri. Ada juga
perencana yang menggunakan tiga bidang kabel sampai sekarang belum diterapkan
di lapangan. Secara tatanan kabel transversal dapat dilihat pada gambar berikut.

Sistem satu bidang

Sistem ini sangat menguntungkan dari segi estetika karena tidak terjadi kabel
bersilangan yang terlihat oleh pandangan sehingga terlihat penampilan struktur yang
indah. Kabel ditempatkan ditengah-tengah dek dan membatasi dua arah jalur
lalulintas. Untuk jembatan bentang panjang biasanya memerlukan menara yang
tinggi menyebabkan lebar menara di bawah dek sangat besar. Secara umum
jembatan yang sangat panjang atau sangat lebar tidak cocok dengan penggantung
kabel satu bidang.

Sistem dua bidang

Penggantung dengan dua bidang dapat berupa dua bidang vertikal sejajar atau dua
bidang miring yang pada sisi atas lebih sempit.

Sistem tiga bidang

Pada perencanaan jembatan yang sangat lebar atau membutuhkan jalur lalulintas
yang banyak, akan ditemui torsi yang sangat besar bila menggunakan sistem kabel
satu bidang dan momen lentur yang besar pada tengah balok melintang bila
menggunakan sistem dua bidang. Kejadian ini menyebabkan gelagar sangfat besar
dan menjadi tidak ekonomis lagi. Penggunaan penggantung tiga bidang dapt
mengurangi torsi, momen lentur, dan gaya geser yang berlebihan. Penggunaan
penggantung tiga bidang sampai saat ini masih berupa inovasi dan baru sampai
pada tahap desain (Walther,1988)

2. Menara

Pemilihan menara sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika dan


kebutuhan perencanaan serta pertimbangan biaya. Bentuk-bentuk menara dapat
berupa rangka portal tropezoidal, menara kembar, menara A, atau menara
tunggal.Selain bentuk menara yang telah disebutkan, masih banyak bentuk bentuk
menara lain namun jarang digunakan seperti menara Y, menara V, dan lain
sebagainya.

2
3. Gelagar

Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat bervariasi namun yang paling
sering digunakan ada dua yaitu stffening truss dan solid web (Podolny and Scalzi,
1976). Stiffening truss digunakan untuk struktur baja dan solid web digunakan untuk
struktur baja atau beton bertulang maupun beton prategang.

Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton
cenderung terbagi atas dua tipe (Ganbar 8.9) yaitu :

- gelagar pelat (plate girder), dapat terdiri atas dua atau banyak gelagar.
- gelagar box (box girder), dapat terdiri atas satu susunan box yang dapat
berbentuk persegi panjang atau trapesium.

Kelebihan Jembatan Cable Stayed :

- Kabel lurus memberikan kekakuan yang lebih besar dari kabel melengkung.
Disamping itu, analisis non linier tidak perlu dilakukan untuk geometri kabel
lurus.
- Kabel diangker pada lantai jembatan dan menimbulkan gaya aksial tekan
yang menguntungkan secara ekonomis dan teknis.
- Tiap – tiap kabel penggantung lebih pendek dari panjang jembatan secara
keseluruhan dan dapat diganti satu persatu.

Kelemahan Jembatan Cable Stayed

- Diperlukan metode pelaksanaan yang cukup teliti jika jembatan Cable Stayed
dibangun dengan bentang yang lebih panjang, bagian yang terkantilever
sangat rentan terhadap getaran akibat angin selama masa konstruksinya.
- Sama halnya dengan jembatan penggantung, kabel penggantungnya
memerlikan perawatan yang intensif untuk melindungi dari karat.
- Jembatan kabel tetap terpanjang yang sudah ada saat ini adalah Tatara
Bridge, di Jepang dengan total panjang 1480 meter dengan lebar bentang
890 meter.

3
Study Kasus Jembatan Suramadu

A. Metoda Kontruksi Cable Stayed

a. Pelaksanaan Pekerjaan Platform

Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi


sebagai tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang
pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama kegiatan
konstruksi berlangsung.

b. Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile

- Pemasangan Casing Baja.

- Pengeboran sampai kedalaman yang diinginkan.

- Pemasangan tulangan pengecoran lubang bored pile dengan beton.

c. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap

- Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform yang
menumpu ke steel casing di bongkar.

- Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian dipasang.

- Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke pile cap

- Pemasangan tulangan pile cap.

- Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.

- Pelaksanaan Pekerjaan Pylon

- Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

- Abutment Dan Pier Head

- Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.

- Instalasi elevator pada pylon.

- Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.

- Konstruksi lengah pylon di tengah.

- Konstruksi balok pengikat tengah.

4
- Konstruksi lengan atas pylon.

- Konstruksi balok pengikat atas.

- Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.

- Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan antara
segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.

- Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen


berikutnya.

- Pemasangan girder baja dengan mneggunakan cantilever crane diikiti dengan


penenganan kabel.

- Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua dilanjutkan
dengan pengecoran sambungan.

- Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane diikuti


dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara di dekat
pilar V.

- Pelaksanaan Pembuatan dilakukan Bertahap

Dimensi Pile Cap

Dimensi Atas: Dimensi bawah

Panjang : 32 Panjang : 30 m

Lebar :2m Lebar :4m

Tinggi : 1.05 m Tinggi : 1.5 m

Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam
dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier.

Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang


meliputi pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian
tulangan pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua
tulangan terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.

Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan hasil test pencampuran/ trial mix.
Untuk setiap truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji slump
beton. Slump yang dipersyaratkan adalah t ± 8-12 cm.

5
Truk mixer kemudian membawa beton ke lokasi proyek untuk dituangkan ke
concrete pump. Sebelum dituang, dilakukan pengambilan benda uji sebanyak 48
buah untuk tiap pile cap serta pengujian slump ulang. Dengan bantuan concrete
pump, beton tersebut dituangkan ke dalam pile cap lapis demi lapis sambil
dipadatkan. Tebal tiap lapisan ± 30 cm. Setelah itu dilaksanakan pekerjaan finishing
pada permukaan beton

Hal penting yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan pengecoran beton


dengan massa besar (mass concrete)adalah perbedaan suhu. Agar didapat suhu
beton merata tanpa terjadi perbedaan yang besar dilakukan perawatan atau curing
beton dengan karung basah selama 14 hari.

PCI Girder

a. Penggunaan Balok PCI Garder

Struktur atas causeway Proyek Jembatan Suramadu menggunakan balok PCI


Girder berkekuatan beton K-500, dengan panjang 40 meter, yang terbagi menjadi 7
segmen. Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan,
untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara utuh –sesuai panjang
bentang–, dari lokasi pembuatan (pabrik) ke lokasi pemasangan. Selanjutnya
dilakukan post tension dengan menggabungkan beberapa segmen balok untuk
kemudian disatukan dengan menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).

b. Stressing Girder

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah
elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin
agar tidak menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah
itu ketujuh segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan, dijajarkan sesuai
bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk
masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas
agar balok dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang diberikan. Kabel strand
dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal
mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan
ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan.
Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing)
dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan
perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-
2.000Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan
sebelum penarikan.

6
c. Erection Girder

Metode pelaksanaan pemasangan PCI Girder untuk sisi Surabaya dan


Madura memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi setempat.
Di sisi Madura, kedalaman laut relatif dalam dan tidak terpengaruh adanya pasang-
surut air laut. Sedangkan di sisi Surabaya, kondisi laut cukup dangkal dan sangat
terpengaruh pasang-surut. Hal ini menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di
sisi Surabaya digunakan metode ‘kura-kura’ atau roller , sedangkan di sisi Madura
Menggunakan crane

Metode pelaksanaan pemasangan PCI Girder untuk sisi Surabaya dan


Madura memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi setempat.
Di sisi Madura, kedalaman laut relatif dalam dan tidak terpengaruh adanya pasang-
surut air laut. Sedangkan di sisi Surabaya, kondisi laut cukup dangkal dan sangat
terpengaruh pasang-surut. Hal ini menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di
sisi Surabaya digunakan metode ‘kura-kura’ atau roller , sedangkan di sisi Madura
Menggunakan crane.

Panjang PCI Girder setelah terangkai adalah 40 meter, dengan tinggi 2,1
meter, dan berat 80 ton. PCI Girder tersebut didesain untuk hanya menerima beban
vertikal dan tidak untuk menerima beban horisontal. Hal ini menyebabkan proses
pengangkutan PCI Girder tersebut dari lokasi penyimpanan (stockyard) sampai ke
lokasi pemasangan harus dibuat sedatar dan selurus mungkin. Ini untuk
menghindarkan terjadinya gaya horisontal akibat gerakan truk yang berlebihan yang
dapat menyebabkan balok girder patah. Tahapan pemindahan girder dimulai dengan
pengangkatan menggunakan dua crane dan diletakkan pada boogy . Girder tersebut
kemudian diangkut dengan boogy ke masingmasing pier. Proses selanjutnya adalah
pemindahan dari boogy ke pile cap yang dilaksanakan dengan metode yang
berbeda antara sisi Surabaya dan sisi Madura.

Diafragma And Deck Slab

Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan


antara PCI Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing PCI Girder
dalam arah horisontal. Sistem difragma yang digunakan pada causeway Jembatan
Suramadu adalah sistem pracetak. Pengikatan tersebut dilakukan dalam bentuk
pemberian stressing pada diafragma dan PCI Girder sehingga dapat bekerja
sebagai satu kesatuan. Deck slab merupakan elemen non-struktural yang berfungsi
sebagai lantai kerja dan bekisting bagi plat lantai jembatan. Deck slab tersebut
dibuat dari beton dengan mutu K-350.

7
E. Approach Bridge

Untuk bangunan atas menggunakan beton Presstressed Box Girder dengan bentang
80 meter sebanyak 7 bentang, baik untuk sisi Surabaya maupun sisi Madura.
Sedangkan struktur bawah terdiri dari pondasi bored pile berdiameter 180 cm
dengan panjang 60-90 meter

Main Bridge

Pembagian Lajur Jalan

Lebar Jembatan = 2 x 15.0 m

Lajur kendaraan = 2 x 2 x 3.50 m

Lajur lambat (darurat) = 2 x 2.75 m

Kelandaian maksimum = 3%

Lajur kendaraan

Kendaraan roda 4 terdiri dari 4 lajur cepat dan 2 lajur darurat

Kendaraan roda 2 terdiri dari 2 lajur

Konstruksi Pylon bentang utama setinggi 146 meter, dengan menggunakan borepile
berdiameter 2,4 meter dengan kedalaman 71 meter, Ketinggian vertikal bebas
(untuk navigasi) bentang utama adalah 35 meter dari permukaan laut.

Anda mungkin juga menyukai