Anda di halaman 1dari 3

Tingkatan Etika Bisnis

Etika bisnis tidak hanya menyangkut persoalanpersoalan individual dalam bisnis, tetapi
juga menyangkut kepentingan semua pihak yang berkepentingan ( individu dan organisasi), baik
yang berada di dalam maupun di luar perusahaan. Berkaitan dengan hal ini terdapat 5 (lima)
tingkatan etika bisnis, yaitu:

1. Individual, Pada tingkat ini tanggungjawab suatu tindakan etis berada pada individu
pelaku. Misalnya, seseorang bérbohong tentang rekening pengeluaran, menerima suap,
pelecehan seks, membocorkan rahasia perusahaan, dan lain-lain. Untuk mengatasi
masalah etis pada tingkat ini, perlu ditelusuri motif dan standar etika pelaku.
2. Organisasional, Masalah etis pada tingkat organisasional muncul bila seseorang atau
sekelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaklumi kesalahan seseorang
demi kepentingan seluruhorganisasi. Untuk mengatasi masalah etis pada tingkat ini dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji prosedur kerja, kebijakan, dan kode etik
perusahaan.
3. Asosiasi, Seorang anggota asosiasi profesi, seperti akuntan, konsultan, dokter, pengacara,
notaris, harus berpedoman pada kode etik profesinya sebelum memberikan saran kepada
klien.
4. Masyarakat, Pada tingkat masyarakat, hukum, peraturan, norma, kebiasaan, dan tradisi
sangat menentukan perbuatanperbuatan yang dapat diterima secara sah. Setiap negara
memiliki pedoman yang berbeda, sehingga suatu ketentuan tidak berlaku untuk semua
negara.
5. Internasional, Masalah etika bisnis pada tingkat intemasional lebih rumit karena nilai-
nilai budaya, politik, agama ikut berperan. Tuntutan masyarakat intemasional agar etika
bisnis dilaksanakan semakin kuat terutama menyangkut mutu agar konsumen terjamin
kepuasannya. Tuntutan ini melahirkan dibentuknya Internasional Organization for
Standardization (ISO).
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Sudah dapat dipastikan bahwa bisnis mempunyai EtikaPrinsip-prinsip etika yang berlaku
dalam bisnis tidak terlePas dari nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan kata la'm prinsip-prinsip
etika bisnis sangat dipengaruhi Olen sistem njlai masyarakat setempat. Sebagai etika terapan.
prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah penerapan dan’ prinsip etika yang
berlaku umum.

Menurut Keraf (1998273) prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis adalah:

1. Prinsip Otonomi

Otonomi Dalam hal ini, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.l Untuk dapat bertindak otonom diperlukan kebebasan untuk mengambil keputusan
dan bertindak sesuai dengan keputusan yang menurutnya terbaik. Kebebasan adalah unsur hakiki
dalam prinsip otonomi dan menjadi prasyarat utama untuk bertindak secara etis. Hanya orang
yang bebas yang dapat bertindak secara etis. Namun, kebebasan tidak menjamin bahwa
seseorang bertindak otonom dan etis. Kebebasan dapat mengakibatkan seseorang bertindak
membabibuta tanpa menyadari tindakannya baik atau buruk. Oleh karena itu, selain kebebasan,
tanggungjawab juga merupakan unsur yang penting. Jadi, orang yang otonom adalah orang yang
tahu akan tindakannya, bebas dalam melakukan tindakannya, tetapi sekaligus juga
bertanggungjawab atas tindakannya. Tanggungjawab mempakan ciri dari makhluk bermoral.
Prinsip otonomi ini sejalan dengan tuntutan bisnis modern. Otonomi mendorong inovasi,
kreativitas, dan meningkatkan produktivitas bisnis di tengah persaingan yang ketat.
Tanggungjawab moral tidak hanya ditujukan kepada pelaku bisnis, tetapi juga kepada semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders), seperti pemasok, konsumen, pemerintah, pegawai,
dan lain-lain.

2. Prinsip Kejujuran

Prinsip ini paling problematik, karena sekilas tampak aneh bila kejujuran menjadi prinsip
sebuah bisnis yang dikenal ' dengan tipu-menipu demi meraup untung. Kejujuran terkait dengan
kepercayaan. Kejujuran relevan dalam bisnis berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Pemenuhan syarat-syarat kontrak atau perjanjian. Kejujuran sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hubungan bisnis dengan para relasi.
b. Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang sebanding. Kesesuaian mutu
dan harga sebagaimana yang diiklankan akan menciptakan kepercayaan dan kepuasan
konsumen.
c. Hubungan kerja internal Perusahaan mampu bertahan apabila hubungan kerja antarindividu
yang ada di dalamnya dilakukan dengan berlandaskan pada kejujuran.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil sesuai dengan kriteria
yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan menuntut agar setiap
orang/pihalé dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh dirugikan hak dan
kepentingannya. Tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain sering disebut sebagai prinsip
no harm.

4. Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian‘ rupa sehingga menguntungkan
semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, tetap harus diupayakan terjadinya win-win solution.

5. Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar
dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik dirinya dan perusahaarmya.

Dari kelima prinsip bisnis di atas, Adam Smith mengatakan bahwa prinsip keadilan (no
harm) merupakan prinsip yang paling pokok. Sampai tingkat tertentu ke dalam prinsip keadilan
sudah terkandung prinsip-prinsip yang lain. Orang yang adil cenderung jujur, mempunyai sikap
otonom, tidak mau merugikan orang lain, serta mempunyai integritas moral yang baik. Prinsip
keadilan menjadi jiwa bagi aturan bisnis dan semua praktek bisnis yang melanggar prinsip ini
harus dilarang. Praktek bisnis ‘ yang melanggar prinsip keadilan antara lain monopoli,

Anda mungkin juga menyukai